Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SAINS DALAM KEHIDUPAN

“GENETIKA KULTUR JARINGAN PADA HEWAN DAN TUMBUHAN”

OLEH:

Nama : Imam

NIM : 170106015

Kelas :A

Semester : VI (Enam)

Dosen pengampu : Ramdhani Sucilestarim, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM

2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Pengertian Kultur jaringan ........................................................... 3


B. Kultur Jaringan pada Tumbuhan .................................................. 4
C. Kultur Jaringan pada Hewan ......................................................12

BAB III PENUTUP .................................................................................17

A. Kesimpulan .................................................................................17
B. Saran ..........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................18

ii
KATA PENGANTAR

AssalamualaIkum Warrohmatullahi Wabbarokatuh

Dengan menyebut nama allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadiratnya, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Sains dalam Kehidupan yang berjudul “Genetika Kultur
Jaringan Pada Hewan Dan Tumbuhan”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isinya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini dikemudian hari.

Akhir kata kami berharap semoga laporan ini dapat memberi manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Waalaikumsalam Warohmatullahi Wabbarokatuh

Mataram, 26 Mei 2020

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ciri makluk hidup adalah mampu bereproduksi sehingga
dapat menghasilkan keturunan yang akan melestarikan jenis dari iduknya.
Cara reproduksi makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua yaitu seksual
dan aseksual. Dan reproduksi aseksual ini kebanyakan dilakukan oleh
beberapa makluk hidup seperti tanaman dan beberapa hewan. Reproduksi
aseksual pada tumbuhan merupakan proses perbanyakan vegetatif dengan
mengunakan organ vegetatif. Oleh karena itu dibidang pertanian,
perkembangbiakan tumbuhan atau bibit tumbuhan secara besar-besaran
sangat dibutuhkan. Salah satunya dengan cara melakukan Kultur Jaringan.
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman agtau hewan seperti sekelompok sel atau jaringan yang
ditumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman atau hewan
tersebut dapat memperbanyak diri dan tumbuh menjadi lengkap kembali
yang memiliki sifat sama dengan induknya. Kultur jaringan dapat dilakukan
pada semua jaringan, baik jaringan yang berasal dari tumbuhan maupun
hewan (termasuk manusia) namun masing-masing jaringan memerlukan
komposisi media tertentu.
Kultur jaringan tanaman didasari oleh teori totipotensi sel yang
menyebutkan bahwa setiap sel tanaman memiliki kapasitas untuk
beregenerasi membentuk tanaman secara utuh. Tanaman baru yang
diperoleh dengan cara ini bersifat identik dengan induknya. Dan di sebut
plantlet. Jumlah tanaman yang dihasilkan tidak hanya satu, melainkan bisa
puluhan hingga ratusan sehingga teknik kultur jaringan digunakan sebagai
metode perbanyakan tanaman.

1
Kultur jaringan hewan salah satu teknik mengembangbiakkan
sel/jaringan hewan dalam kondisi in vitro(dalam tabung kaca). Keberhasilan
kultur jaringan hewan bergantung pada beberapa factor diantaranya pada
pemilihan jenis medium yang tepat, penggunaan serum, sterilitas bahan
dan pengerjaan, jenis eksplan (sel atau jaringan yang akan dikultur) dan
lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Kultur Jaringan
2. Bagaimanakah Kultur Jaringan pada Hewan
3. Bagaimanakah Kultur Jaringan pada Tumbuhan
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian kultur jaringan
2. Menjelaskan kultur jaringan pada hewan
3. Menjelaskan kultur jaringan pada tumbuhan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kultur Jaringan


Kultur jaringan dalam bahasa inggris disebut tissue culture. tissue
yang berarti sekelimpok sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama,
dan culture berarti membudayakan. Menurut yusnita kultur jaringan adalah
kegiatan membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil
yang memiliki sifat seperti induknya. Sedangkan menurut Zulkarnaen kultur
jaringan merupakan suatu upaya mengisolasi bagian-bagian tanaman
(protoplas, sel, jaringan, dan organ), kemudian mengkulturkannnya pada
nutrisi buatan yang steril di bawah kondisi lingkungan terkendali sehingga
bagian-bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi menjadi tanaman yang
lengkap kembali.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kultur
jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman agtau
hewan seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dalam
kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman atau hewan tersebut dapat
memperbanyak diri dan tumbuh menjadi lengkap kembali yang memiliki
sifat sama dengan induknya. Kultur jaringan dapat dilakukan pada semua
jaringan, baik jaringan yang berasal dari tumbuhan maupun hewan
(termasuk manusia) namun masing-masing jaringan memerlukan komposisi
media tertentu.
Kultur jaringan lebih mudah diterapkan pada tumbuhan dibandingkan
pada hewan karena sel tumbuuhan memiliki sifat totipotensi yang tinggi,
yaitu kemampuan yang dimiliki suatu sel untuk berkembang menjadi satu
individu yang sempurna apabila berada dalam lingkungan yang sesuai. Dan
kemampuan seperti ini sangat rentan dimiliki oleh hewan.

3
Penerapan kultur jaringan dilakukan untuk memperoleh bibit baru
dari tanaman atau hewan yang lebih baik, lebih cepat serta lebih banyak
dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama serta tanaman dan hewan yang
dihasilkan seragam bentuk dan sifatnya.
B. Kultur jaringan pada Tumbuhan
Kultur jaringan tanaman atau tumbuhan adalah suatu teknik untuk
menumbuhkan sel, jaringan ataupun irisan organ tanaman dilaboraturium
pada suatu media buatan yang mengandung nutrisi yang aseptif (steril)
untuk menjadi tanaman secara utuh.kondisi steril merupakan suatu syarat
mutlak keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan, sehingga kondisi ini harus
tetap dijaga selama proses kultur berlangsung. walaupun hanya satu spora
jamur atau hanya satu sel bakteri yang masuk ke dalam media kultur, maka
pekerjaan kultur akan gagal dan tidak akan dihasilkan tanaman baru.
Kultur jaringan tanaman didasari oleh teori totipotensi sel yang
menyebutkan bahwa setiap sel tanaman memiliki kapasitas untuk
beregenerasi membentuk tanaman secara utuh. Tanaman baru yang
diperoleh dengan cara ini bersifat identik dengan induknya. Dan di sebut
plantlet. Jumlah tanaman yang dihasilkan tidak hanya satu, melainkan bisa
puluhan hingga ratusan sehingga teknik kultur jaringan digunakan sebagai
metode perbanyakan tanaman. Keberhasilan perbanyakan tanaman dengan
kultur jaringan ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan dan
berpengaruh pada tanaman yang akan dikulturkan. Media kultur merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur
jaringan. Berbagai komposisi media kultur jaringan telah diformulasikan
untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
akan dikulturkan.

4
Contoh Kultur Jaringan pada tanaman

KULTUR JARINGAN TANAMAN ANTHURIUM (ANTHURIUM ANDRAEANUM


VAR. TROPICAL) PADA MEDIA MS DENGAN PENAMBAHAN ZAT PENGATUR
TUMBUH BAP DAN NAA
Anthurium atau yang kita sebut dengan Bunga kuping gajah adalah
salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dibudidayakan dalam skala
luas di lingkungan industri florikultura. Spesies Anthurium andraeanum
memiliki ciri khas berupa seludang bunga (spathea) yang tebal, licin dan
mengkilap sehingga anthurium ini dijuluki oil cloth flower.
Proses pengembangan tanaman hias dan bunga-bungaan cukup
cerah. Hal ini dibuktikan dengan permintaan tanaman hias dan bunga-
bungaan (florikultura) di pasar dunia cenderung meningkat setiap tahunnya.
Sehingga Untuk memenuhi kebutuhan pasar tanaman anthurium dapat
dilakukan pengembangbiakan secara kultur jaringan. Keuntungan dari
perbanyakan Anthurium secara kultur jaringan adalah dalam waktu satu
tahun telah dihasilkan ratusan hingga ribuan tanaman Anthurium. Selain itu
pelaksanaan teknik ini pun dilakukan pada kondisi steril dan higienis
sehingga kualitas benih lebih terjamin serta bebas penyakit. Zat pengatur
tumbuh berperanan sangat besar dalam teknik kultur in vitro, terutama
dalam proses organogenesis. auksin dan sitokinin merupakan dua golongan
zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk memengaruhi
pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Dari
segi fungsinya, auksin berperan merangsang pertumbuhan kalus dan akar,
sedangkan sitokinin bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan tunas dan
pembelahan sel. Dalam penelitian ini digunakan BAP dari golongan sitokinin
dan NAA dari golongan auksin sebagai hormon eksogen yang akan
ditambahkan pada media tumbuh kultur jaringan tanaman anthurium.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi respon

5
pertumbuhan tanaman Anthurium (Anthurium andraeanum) akibat
penambahan BAP dan NAA secara in-vitro dan untuk mengetahui berapakah
konsentrasi BAP dan NAA yang terbaik dalam peningkatan perkembangan
dan pertumbuhan kultur jaringan tanaman Anthurium (Anthurium
andraeanum) secara in-vitro.
Adapun teknik yang dilakukan serta alat dan bahan yang dibutuhkan
dalam melakukan kultur jaringan pada tanaman Anthurium ialah antara lain.
1. Alat yang digunakan
- timbangan analitik
- pengaduk magnetik
- autoklaf
- mikropipet
- scalpel
- pisau bedah
- Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)
- lemari tumbuh (inkubator)
- botol kultur (diameter 5,5 cm, tinggi 9 cm)
- cawan petri
- gelas ukur
- gelas beaker
- erlenmeyer
- lampu bunsen
- plastik wrap
- aluminium foil
- pinset, dan kertas label.
2. Bahan yang digunakan
- eksplan daun dan biji tanaman anthurium
- akuades

6
- sukrosa
- media MS (Murashige dan Skoog)
- alkohol 70%
- benlate
- natrium hipoklorid
- tween-20
- asam sitrat
- gellan gum
- NAA (Naphthalene Acetid Acid)
- BAP (6-Benzylaminopurin).
3. Pelaksanaan penelitian
Alat yang digunakan dicuci menggunakan detergen kemudian dibilas
air mengalir sampai bersih. Setelah dikeringkan alat dibungkus
alumunium foil lalu disterilisasi dalam autoklaf dengan suhu 121oC,
tekanan 15 psi selama 30 menit. Media yang digunakan adalah media
MS yang diberikan zat pengatur BAP dan NAA sesuai perlakuan.
Media yang digunakan terdiri dari 1 liter aquades, 34,43 g MS
(Mushirage & Skoog), 4 g gellun gum dan 30 g sukrosa yang dicampur
dan diberi ZPT sesuai perlakuan. Media diautoklaf kemudian diinkubasi
selama 7 hari sebelum digunakan. Kemudian sterilisasi laminar air flow
cabinet dilakukan dengan menyemprot alkohol 70% pada dinding dan
alasnya setelah itu ultraviolet dinyalakan selama 60 menit.
Sterilisasi eksplan daun dengan direndam benlate (fungisida) 10
menit, natrium hipoklorid + tween-20 10 menit, kemudian dicelup
alkohol 70%. Untuk mencegah pencoklatan pada eksplan daun, eksplan
direndam dalam larutan asam sitrat. Kemudian sterilisasi eksplan biji
sama dengan prosedur sterilisasi eksplan daun, tetapi tidak direndam
pada asam sitrat. Setelah 30 hst eksplan biji dalam media kultur tunas

7
adventif yang muncul dipisah dan ditanam kembali pada media baru
dengan perlakuan yang sama.
4. Hasil dan pembahasan
- Pelengkungan Eksplan Daun Tanaman Anthurium
Proses pembentukan kalus diawali dengan proses
pelengkungan, pembengkakan, dan dilanjutkan dengan
pembentukan kalus. Eksplan daun yang melengkung disebabkan
adanya pengaruh auksin dan tekanan turgor. Adanya auksin
menyebabkan dinding sel mengendur dan merenggang. Pengenduran
dinding sel ini terjadi karena adanya sekresi asam dengan
mengaktifkan suatu enzim pada pH tertentu. Merenggangnya sel
akan menyebabkan pemanjangan sel. Tekanan turgor terjadi apabila
sel menyerap molekul air sebagai respon akan meningkatnya
konsentrasi zat terlarut yang terdapat dalam vakuola, sehingga akan
menyokong perluasan sel yang terjadi.
Media adalah faktor utama dalam perbanyakan secara kultur
in vitro dan berpengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilan. menyatakan bahwa
keberhasilan dalam induksi kalus dipengaruhi oleh perbandingan
konsentrasi ZPT yang sesuai, sebab dalam tanaman ZPT dapat
mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi
tumbuhan. Dapat dilihat pada gambar berikut:

8
Gambar Pelengkungan eksplan pada 45 hari setelah tanam
- Pencoklatan dan Kontaminasi pada Eksplan Daun Anthurium
Permasalahan yang sering muncul dalam kultur in vitro adalah
adanya kontaminasi oleh bakteri dan jamur serta pencoklatan
(browning). Kontaminasi merupakan suatu kejadian tumbuhnya
kontaminan berupa jamur bakteri atau virus pada eksplan maupun
media tanam sedangkan pencoklatan merupakan kejadian
berubahnya warna eksplan menjadi coklat (brown) atau hitam karena
sel yang terdegradasi atau rusak. Pencoklatan maupun kontaminasi
sering kali menghambat pertumbuhan dan perkembangan eksplan
dan mengakibatkan kematian pada jaringan. Berikut merupakan
gambar yang menunjukkan terjadinya kontaminasi dan pencoklatan
pada penelitian ini.

9
Gambar Pencoklatan yang Gambar Eksplan yang mengalami
terjadi pada eksplan daun kontamninasi yang disebabkan oleh
jamur dan bakteri. Kontaminasi
oleh bakteri (kiri), kontaminasi oleh
jamur (kanan)

- Pertumbuhan planlet tanaman anthurium


Tunas merupakan ranting muda yang baru tumbuh atau calon
tanaman baru yang tumbuh dari bagian tanaman. Semakin cepat
muncul tunas maka semakin cepat dihasilkan bahan untuk
perbanyakan tanaman. Tunas yang terbentuk merupakan hasil
diferensiasi dari eksplan.

Gambar tunas yang muncul pada eksplan biji

10
Tunas dapat muncul karena pada eksplan telah mempunyai
bakal tanaman (plumula) sehingga ketika eksplan ditanam dalam
media kultur terjadi pemanjangan plumula tersebut Hariyanti et at.
Gambar Planlet hasil kultur in-vitro anthurium 30 hari setelah
subkultur

- Pertumbuhan Daun dan Akar Planlet Anthurium


Daun merupakan tempat berlangsung fotosintesis, yaitu
pembentukan karbohidrat karena pada daun. Pengamatan daun
sangat diperlukan sebagai indikator pertumbuhan sehingga
menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada
pembentukan biomassa tanaman.
Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air,
mineral dan bahanbahan yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pada penelitian ini, semua eksplan dapat
memunculkan akar. Terlihat bahwa auksin yang ditambahkan dalam

11
media dapat merangsang terbentuknya akar pada eksplan. Auksin
dapat merangsang pembentukan akar.
5. Kesimpulan
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan Terjadinya respon
pertumbuhan tanaman Anthurium (Anthurium andraeanum) akibat
penambahan BAP dan NAA secara in-vitro. Kombinasi perlakuan terbaik
untuk pelengkungan eksplan daun anthurium adalah pada perlakuan
A3B2 (5 mg/l NAA+3 mg/l BAP). Kemudian kombinasi perlakuan terbaik
untuk pertumbuhan tunas, daun, dan akar anthurium secara in-vitro
adalah perlakuan A3B3 (5 mg/l NAA+5 mg/l BAP).
C. Kultur Jaringan pada Hewan
Teknologi kultur jaringan hewan animal tissue adalah salah satu
teknik mengembangbiakkan sel/jaringan hewan dalam kondisi in
vitro(dalam tabung kaca). Keberhasilan kultur jaringan hewan bergantung
pada beberapa factor diantaranya pada pemilihan jenis medium yang tepat,
penggunaan serum, sterilitas bahan dan pengerjaan, jenis eksplan (sel atau
jaringan yang akan dikultur) dan lain-lain. Dengan memperhatikan factor-
faktor di atas maka akan didapatkan stock sel yang bagus dan selanjutnya
dapat digunakan untuk keperluan lebih lanjut. Selain itu kultur jaringan
hewan merupakan cara atau metode untuk mempelajari tingkah laku atau
sifat-sifat sel hewan dalam keadaan fisiologis maupun dalam kondisi
artifisial karena suatu perlakukan.
Prinsip dasar teknik kultur jaringan ini adalah menumbuhkan eksplan
(sel atau jaringan) pada medium tertentu dengan lingkungan yang
terkendali sampai didapatkan biakan yang konfluen. Tingkat keberhasilan
dari teknik ini dapat dilihat dari beberapa parameter diantaranya adalah
persentase konfluen, viabilitas sel, abnormalitas sel, dan lain-lain.
Adapun manfaat dari pada kultur jaringan hewan antara lain:

12
1. Dalam bisang penelitian
- Menganalisis kromosom untuk mengetahui kelainan genetic dari bayi
dalam kandungan
- Mengetahui efek toksik dari komponen obat
2. Dalam bidang industri
- Produksi virus yang kemudian dibuat vaksin
- Produksi antibody monoklonal
Adapun tahapan yang dilakukan dalam melakukan kultur jaringan pada
hewan antara lain:
1. Media kultur jaringan hewan
Didalam media kultur jaringan hewan harus terdapat kondisi fisik
yang optimal meliputi Ph, tekanan, sumber energi dan sumber karbon,
asam amino, vitamin, mineral dan air. Berdasarkan asalnya, media dapat
dibagi menjadi 2 yaitu:
- Media alami adalah media yang berasal dari cairan jaringan embrio
dan medium plasma darah. Plasma darah yang merupakan
komponen terbesar dalam darah yang hampir 90% plasma darah
adalah air. Yang berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-
sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat
pembuangan
- Media sintetik adalah media yang sibuat secara kimia, misalmnya
DMEM, RPMI.
2. Eksplan dalam kultur jaringan hewan
Eksplan untuk kultur jaringan hewan biasanya didapatkan dari
sumber yang berbeda, yaitu dari embrio dan jaringan hewan dewasa.
Kultur embrio bermanfaat untuk memperpendek siklus
perkembangbiakan dan menghindari terjadinya keguguran embrio.
3. Teknik kultur jaringan pada hewan

13
Cara kultur jaringan hewan harus dilakukan pada suatu ukuran kecil
(area yang relatif kecil) untuk meminimlakan kemungkinan terjadinya
kontaminasi. Berdasarkan tempat yang digunakan untuk kultur jaringan
pada hewan terdapat 3 teknik antara lain:
- Slide cultur ialah menumbuhkan kultur sel pada gelas obyek cekung
- Flash cultur ialah menumbuhkan kultur sel pada cawan kultur
- Test-tube cultur ialah menumbuhkan kultur sel pada tabung reaksi,
botol terutama untuk jenis sel yang tidak melekat.

Contoh Kultur Jaringan Pada Hewan

“KULTUR JARINGAN PADA HEWAN BABY HAMSTER KIDNEY (BHK)”

1. Alat dan Bahan


- Mikropipet 1 ml Blue tip
- Mikropipet 20-200µl Yellow tip
- Tissue culture dish (TC dish) Tabung sentrifus
- Erlenmeyer 25 ml dan 50 ml Rak tabung
- Tabung reaksi 10 ml Seperangkat alat bedah
- Petri dish Aluminium foil
- Sentrifus Spuit 10 ml dan 2.5ml
- Pipet Pasteur dan karet hisap Medium DMEM stock
- Penicillin Streptomycin
- Serum FBS Tripsin
- NaCl 0.9% PBS
- Fetus Hamster umur 2 hari (belum berbulu)
2. Langkah pembuatan medium
- Medium Washing: medium washing yang digunakan terdiri dari
medium NaCl 0.9% steril, PBS steril, dan medium DMEM 0%\

14
- Medium inkubasi: medium inkubasi yang digunakan adalah
medium DMEM 10 % FBS.
Catatan: semua medium di atas harus ditambah antibiotic
(penicillin dan streptomycin).
3. Langkah isolasi dan penanaman eksplan
- Semprot fetus hamster dengan menggunakan alcohol 70%.
Masukkan ke dalam LAF yang telah diberi alas aluminium foil
- Lakukan dislokasi dengan cara menekan bagian leher dengan
menggunakan pinset dan menarik bagian ekor.
- Gunting abdomen bagian posterior ke arah anterior sampai
kemudian selaput yang menyelubungi abdomen terbuka. Ambil
bagian ginjal.
- Masukkan ke dalam beaker glass kecil yang berisi NaCl 0.9%.
Lakukan sekali lagi.
- Masukkan ke dalam beaker glass kecil yang berisi PBS.
- Masukkan ke dalam petri dish yang berisi tripsin 0.25% sebanyak
500µl, cacah. Tambahkan 250µl PBS, homogenasi dengan
menggunakan spuit 2.5 ml.
- Masukkan ke dalam tabung sentrifus steril, bilas petridish dengan
cara menambahkan 250µl PBS dan masukkan PBS bilasan
tersebut ke dalam tabung sentrifus yang sama. Inkubasi dalam
incubator selama 30 menit
- Keluarkan dari incubator dan tambah dengan 1 ml PBS.
- Sentrifus selama 10 menit pada kecepatan 1500rpm.
- Buang supernatant dan tambah pellet dengan 2 ml DMEM 0%.
- Sentrifus selama 10 menit pada kecepatan 1500rpm.
- Buang supernatant dan tambah pellet dengan 2 ml DMEM 0%.
- Sentrifus selama 10 menit pada kecepatan 1500rpm.

15
- Buang supernatant dan tambah dengan 1 ml DMEM 10%
- Sentrifus selama 10 menit pada kecepatan 1500rpm.
- Buang supernatant dan sisakan pellet sebanyak 500µl.
- Homogenasi, ambil 100µl pelet dan masukkan ke dalam TC dish
yang telah berisi 3.5 ml DMEM 10%.
- Inkubasi dalam incubator CO2 5% pada suhu 37°C. Lakukan
sampai sel konfluen. Amati pada hari ke 3 dan ke 6.
- Jika sel pada hari ke 3 sudah nempel pada dasar TC dish lakukan
penggantian medium dengan cara membuang medium lama dan
menggantinya dengan medium DMEM 10% yang baru

16
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman agtau hewan seperti sekelompok sel atau jaringan yang
ditumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman atau hewan
tersebut dapat memperbanyak diri dan tumbuh menjadi lengkap kembali
yang memiliki sifat sama dengan induknya.
Pada tumbuhan kultur jaringan didasari oleh teori totipotensi sel yang
menyebutkan bahwa setiap sel tanaman memiliki kapasitas untuk
beregenerasi membentuk tanaman secara utuh. Tanaman baru yang
diperoleh dengan cara ini bersifat identik dengan induknya. Dan di sebut
plantlet.
Sedangkan pada hewan kultur jaringan salah satu teknik
mengembangbiakkan sel/jaringan hewan dalam kondisi in vitro(dalam
tabung kaca). Keberhasilan kultur jaringan hewan bergantung pada
beberapa factor diantaranya pada pemilihan jenis medium yang tepat,
penggunaan serum, sterilitas bahan dan pengerjaan, jenis eksplan (sel atau
jaringan yang akan dikultur) dan lain-lain.
B. Saran
Penerapan kultur jaringan merupakan langkah yang bagus dalam
perkebangbiakan hewan dan tumbuhan guna meningkatkan populasinya,.
Namun perlu diperhatikan, teknik kultur jaringan ini memerlukan waktu
yang tidak dibilang sedikit, serta segala peralatan maupun bahan yang
digunakan harus terjaga steril. Karena jika terdapat satu sel bakteri atau
jamur maka kultur jaringan akan gagal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fauziyah Harahap, Kultur Jaringan Nanas, (Surabaya: Sahabat cendekia, 2019)

MoKhamad Ismail, Bahas Tuntas 1001 Soal Biologi Smp, (Yogyakarta: Pustaka
Widyatama, 2009)

Rindang Dwiyani, Kultur Jaringan Tanaman, (Denpasar: Pelawan sari, 2015)

Herlida Khoiri, “Kultur Jaringan Tanaman Anthurium (Anthurium andraeanum var.


tropical) pada Media MS dengan Penambahan Zat Pengatur Tumbuh BAP dan
NAA”, Agroekoteknologi Tropika, Vol. 8, Nomor. 3, Juli 2019.

Afif Lestiana, Pertumbuhan Biji Anthurium Secara In Vitro pada Media Alternatif
Pupuk Daun dan Lama Pencahayaan yang Berbeda, (Skripsi, FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2015)

Kholifah Holil, “Buku petunjuk kuktur jaringan hewan”, (Fakultas sains dan
teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2015)

18

Anda mungkin juga menyukai