Anda di halaman 1dari 6

1.

1 Latar Belakang

Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani yang dikeringkan.
Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan,
biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi (Onrizal, 2005).

Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesiemen tanaman atau


tumbuhan yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Herbarium yang baik selalu disertai
identitas, pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi). Serta dilengkapi
keterangan lokasi asal material dan keterangan tumbuhan tersebut untuk kepentingan penelitian
dan identifikasi. Pengendalian inanditatif dengan penggunaan semacam cendawan
Pathogen dengan pelaksanaan herbisida jangka pendek, agar gulma yang dapat diberantas
(Moenandir, 1996).

Istilah Herbarium adalah pengawetan spesimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk


kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi spesimen herbarium biasanya disimpan pada
suatu tempat yang diberi perlakuan khusus yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para
ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-
masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium Bogoriense Bidang
Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa Barat. Laboratorium ini menyimpan
lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan
dari berbagai Negara di dunia.

Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen yag diawetkan tetapi
juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani tertentu, sebagai sumber informai dasar untuk
para ahli taksonomi dan sekaligus berperan sebagai pusat penelitian dan pengajaran , juga pusat
informasi bagi masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank data dengan sejumlah
data mentah yang belum diolah. Masing-masing specimen dapat memberikan bermacam-macam
informasi, tergantung kelengkapan spesimen, data dan asal-usul materialnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mahasiswa mampu membuat koleksi herbarium jenis tumbuhan yang dijumpai
1.2.2 Mahasiswa mampu mengetahui produser pengawetan tanaman dengan baik dan benar

1.3 Dasar Teori

Lumut merupakan tumbuhan kecil, lembut yang secara khas tinggi 1-10 cm, meskipun
beberapa jenis adalah banyak lebih besar. Mereka biasanya tumbuh berdekatan bersama-sama di
dalam keset/dasar, perdu atau di tempat rindang. Mereka tidak mempunyai bunga atau biji, dan
daun-daun yang sederhananya menutupi batang liat yang tipis. Pada lumut tertentu menghasilkan
kapsul spora yang nampak seperti paruh yang dilahirkan pada tangkai tipis. Tumbuhan Bryophyta
merupakan tumbuhan yang paling primitive yang tidak memiliki akar sesungguhnya, batang, atau
tangkai. Mereka ada sejak lima ratus juta tahun. Bryophyta merupakan tumbuhan kecil,
herbaceous yang tumbuh tertutup, selalu berkumpul menjadi alas bebatuan, tanah, ataupun
menjadi epifit pada batang dan cabang tanaman (Anggraini, 2013).

Tumbuhan lumut termasuk golongan tumbuhan tingkat rendah yang filogenetiknya lebih
tinggi dari pada golongan algae karena dalam susunan tubuhnya sudah ada penyesuaian diri
terhadap lingkungan hidup di darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler, dan dalam
perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio. Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan
tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, “lumut”).
Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ
fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum
memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (Anggraini,
2013).
Tumbuhan lumut mempunyai daur hidup yang terdiri atas generasi sporofit (generasi yang
menghasilkan spora) dan generasi gametofit (generasi yang menghasilkan gamet). Generasi
gametofit tumbuhan lumut memiliki ukuran yang lebih besar sehingga dapat di amati dengan
mata telanjang. Perlu diketahui juga bahwa generasi gametofit merupakan generasi dominan
pada tumbuhan lumut. Sporofit umumnya lebih kecil dan daur hidupnya lebih singkat. Generasi
gametofit: pembentukan gamet (tumbuhan lumut-arkegonium+anteridium-ovum+sperma-zigot).
Generasi sporofit: pembentukan spora yaitu: sporogonium-spora–protonema (Prowel, 2010).
Lumut diklasifikasikan. menjadi tiga kelas, yaitu Hepaticopsida (lumut hati),
Anthocerotopsida (lumut tanduk), dan Bryopsida (lumut daun).
1. Hepaticopsida (lumut hati)
Sesuai dengan namanya, lumut ini dapat diamati langsung dengan mata, lumut ini
mempunyai bentuk khas yaitu lekukan-lekukan yang menyerupai bentuk hati dan juga
terbagi atas dua lobus, sama seperti hati. Lumut ini tumbuh dan menempel di bebatuan,
tanah, daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah tropika dan dinding-dinding pada
bangunan tua yang lembab. Lumut hati dapat melakukan fotosintesis untuk makanannya
sendiri (autotrof). Struktur tubuhnya meliputi akar, batang, dan daun.
Lumut hati dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan bentuk talusnya, yaitu
lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. Alat kelamin terletak pada bagian dorsal
(belakang) talus pada jenis terletak pada bagian terminal (ujung).
Lumut hati berkembang biak dengan oogami secara generatif, dan dengan
fragmentasi, tunas, dan kuncup eram secara vegetatif. Didalam spongaria terdapat sel
yang berbentuk gulungan dan disebut dengan elatera, elatera ini akan terlepas saat kapsul
terbuka, sehingga akan membantu memancarkan spora. Lumut ini juga bereproduksi
secara aseksual dengan menggunakan sel yang disebut dengan gemma, yang berbentuk
mangkok dan terletak dipermukaan sporofit. Contoh lumut ini adalah Marchantia
polymorpha dan Porella.
2. Anthocerotopsida (lumut tanduk)
Tubuh lumut tanduk menyerupai lumut hati yaitu seperti talus, tetapi sporofitnya
berbentuk kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit. Cara
perkembang biakannya sama dengan lumut hati, yaitu perkembang biakan secara
generatif dengan membentuk anteridium dan arkhegonium yang terkumpul pada sisi atas
talus
Selnya hanya memiliki satu kloroplas, kloroplas ini berukuran besar dan terbesar
dari pada kebanyakan tumbuhan lumut. Lumut tanduk banyak ditemukan di tepi-tepi
sungai dan danau, disepanjang selokan, ditepi jalan yang basah dan lembab. Salah satu
contoh dari lumut tanduk adalah Anthoceros Laevis.
3. Bryopsida (lumut daun)
Lumut daun atau lumut sejati merupakan lumut yang sering kita jumpai karena
tempat hidupnya yang lebih terbuka dibanding lumut lain, bentuknya pun lebih menarik.
Lumut sejati memiliki perbedaan dengan lumut hati yaitu dari segi dauunya yang
tumbuhn pada semua sisi sumbu utama, atau dengan kata lain, daunnya berasal dari pusat
tengah lumut tersebut (simetri radial).
Daun ini mempunyai rusuk pada bagian tengahnya dan rusuk tersebut tersusun
pada batang dengan mengikuti garis spiral, panjangnya dapat bervariasi dari suatu bagian
dari satu inci dan mencapati satu kaki. Pada rusuk tengah ini mengandung sel yang
memanjang, fungsinya untuk mengangkut air dan zat-zat hara. Lumut sejati tidak
memiliki akar.
Gametofitnya mempunyai alat kelamin jantan dan betina yang relatif kecil,
pembuahan dilakukan oleh spermatozoid yang bergerak aktif dengan flagela nya, bila ada
air maka spermatozoid akan berenang menuju ovum. Kemudian hasil fertilisasi menjadi
sporofit, yang ketika sporofit sudah matang memiliki kaki penghisap dan satu tangkai
yang panjang, juga sebuah kapsul yang khas.
Contoh lumut ini adalah Polytricum juniperinum, Furaria, Pogonatum cirratum,
Aerobrysis longissima, dan lumut gambut atau Sphagnum.

1.4 Metode Pembuatan Awetan Basah


1.4.1 Alat dan Bahan
1. Botol jam/toples bening
2. Sampel spesimen
3. Formalin
4. Akuades
5. Gelas ukur
6. Kertas label
7. Formika
8. Asam asetat 25%
9. Alkohol 70%
1.4.2 Cara Kerja :
1. Bersihkan kotoran dan tanah dari tumbuhan lumut yang ingin diawetkan
2. Siapkan larutan fiksatif dengan komposisi: (1) asam asetat glasial sebanyak 5 ml; (2)
formalin sebanyak 10 ml; (3) etil alkohol sebanyak 50 ml.
3. Selanjutnya untuk mempertahankan warna hijau lumut, dapat pula ditambahkan ke dalam
larutan fiksatif tadi larutan tembaga sulfat dengan komposisi: (1) tembaga sulfat 0,2 gram;
dan (2) aquades sebanyak 35 ml.
4. Matikan lumut dengan merendamnya ke dalam larutan fiksatif yang telah ditambahkan
larutan tembaga sulfat tadi. Biasanya diperlukan 48 jam perendaman.
5. Siapkan tempat berupa botol penyimpanan yang bersih, kemudian isi dengan alkohol 70%
sebagai pengawetnya
6. Masukkan lumut yang telah siap tadi dalam botol penyimpanan, atur posisinya sehingga
mudah diamati.
7. Buatkan label berupa nama spesies lumut tanpa mengganggu pengamatan.
8. Awetan basah tumbuhan lumut siap digunakan. Secara berkala atau bila perlu, misalnya
larutan menjadi keruh atau berkurang, gantilah dengan larutan pengawet yang baru secara
hati-hati.

1.5 Kesimpulan
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah dimatikan dan
diawetkan melalui metode tertentu dan dilengkapi dengan data-data mengenai tumbuhan
tersebut. Herbarium memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai pusat referensi, sebagai lembaga
dokumentasi, dan sebagai pusat penyimpanan data. Untuk menapatkan hasil herbarium yang
baik, diperlukan waktu minimal selama 2 minggu. Faktor-faktor yang mempengaruhi koleksi
herbarium adalah lama pembuatan herbarium, tempat penyimpanan dan faktor lingkungan
seperti suhu.
LAPORAN AWETAN BASAH TUMBUHAN LUMUT

Oleh

ANISAH

17030204027

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2017

Anda mungkin juga menyukai