FARMASI
“PRINSIP BIOSINTESIS
BIOPOLIMER SECARA
FERMENTASI “
Produksi antibiotik sendiri saat ini menggunakan berbagai teknik produksi, teknik umum yang sering digunakan
terutama adalah memproduksi antibiotik adalah fermentasi dan modifikasi senyawa kimia dari hasil fermentasi.
Antibiotik merupakan molekul kecil yang disintesis oleh enzim. Aktifitas enzim sangat diperlukan dalam setiap
jalur kompleks, selain itu juga penting untuk diketahui bahwa ada pengaruh fisiologis untuk mampu
meningkatkan produksi fermentatif bagi organisme penghasil antibiotik. Produksi dari metabolit sekunder sendiri
dihasilkan setelah fase pertumbuhan terhenti.
Sebagai contoh banyak antibiotik yang dihasilkan oleh organisme spore-forming (Streptomyces yang merupakan
prokariot dan filamentous fungi yang merupakan eukariot) dan karena produk antibiotik dan sporulaton baru
mulai dihasilkan pada awal fase stasioner, salah satu dugaan, proses ini terjadi dengan menggunakan mekanisme
overlapping, yang dimodulasi oleh intercellular signaling molecules. (Glazer, 2007).
Mikroorganisme Penicillium chrysogenum dapat menghasilkan antibiotik Penisilin dengan cara
proses fermentasi. Mikroorganisme ini mempunyai spektrum yang sangat luas terhadap bakteri
gram positif dan gram negatif serta beberapa jamur dengan daya toksisitas yang rendah.
Antibiotik penisilin dikenal sebagai antibiotik β-laktam merupakan inhibitor spesifik terhadap
sintesis dinding sel bakteri. Situs aksi antibiotika ini adalah transpeptidase dan D-alanin
karboksipeptidase, yang mengkatalis polimerisasi rantai peptidoglikan.
Dari beberapa pengembangan secara empirik dapat dibuat kondisi fermentasi untuk produksi
antibiotik. Ternyata banyak proses fermentasi dilakukan dalam dua tahapan, dimulai dari tahapan
spora, dengan aerasi yang cukup dan suplai nutrient yang baik maka akan dihasilkan sel dengan
kepadatan tinggi. Tahapan ke dua adalah pada saat kultur dalam kondisi stasioner atau berhenti
pertumbuhannya dan memulai produksi antibiotik dengan tetap memperhatikan nutrisi yang
diberikan, dengan dikontrol secara hati-hati mengunakan continuous-feed processes. (Glazer,
2007).
Secara umum proses fermentasi menggunakan proses batch fermentation, di mana sejumlah medium dimasukkan ke dalam tank
yang steril dan di inokulasi dengan mikroorganisme. Kultur akan siap menuju fase lag dan exponensial dari pertumbuhan dan
akhirnya mendekati fase stasioner, di mana di fase ini hampir tidak ada kenaikan kepadatan dari organisme, proses batch
fermentation merupakan sistem tetutup, sedangkan sistem terbuka dapat menggunakan continuous fermentation. Medium steril dan
segar ditambahkan secara konstan dengan jumlah yang sama dari medium yang mengandung mikroorganisme sehingga
mengeluarkan produk secara konstan. Kelebihan dari continuous fermentation sendiri adalah medium akan menghasilkan produk
dengan konsentrasi tinggi, sedangkan dalam batch fermentation justru banyak waktu yang akan terbuang untuk menunggu medium
mencapai konsentrasi produktif. Walaupun continuous fermentation memiliki beberapa kelebihan, dalam skala industri hanya
sedikit produk yang bisa dihasilkan karena continuous fermentation merupakan sistem terbuka, maka sangat sulit untuk
menghindarkan dari kontaminan.(Glazer, 2007).
TERIMA KASIH