Anda di halaman 1dari 12

MANFAAT MIKROORGANISME DALAM INDUSTRI

ANTIBIOTIK DAN VAKSIN


Posted November 8, 2011 by aguskrisno in Uncategorized. Leave a Comment

Latar Belakang

Mikroorganisme merupakan salah satu makhluk hidup yang tidak dapat di lihat oleh mata atau
jasad renik yang sangat kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk
melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan
energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme
yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang
besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya
konversi zat yang tinggi pula. Mikroorganisme bisa memberikan kontribusi dalam Penemuan
antibiotik yang telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke era baru. Karena
adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain sekresi fungi, aktinomiset, dan bakteri lain,
maka kini telah tersedia obat-obat yang manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri.
(Anonymous-a ,2008)

Antibiotik digunakan dalam berbagai bentuk-masing-masing menetapkan persyaratan


manufaktur agak berbeda. Untuk infeksi bakteri di permukaan kulit, mata, atau telinga,
antibiotik dapat diterapkan sebagai salep atau krim. Jika infeksi internal, antibiotik dapat ditelan
ataudisuntikkan langsung ke dalam tubuh. Dalam kasus ini, antibiotik dikirim seluruh tubuh
dengan penyerapan ke dalam aliran darah

Sementara pengetahuan ilmiah kita tentang antibiotik baru-baru ini dikembangkan,


aplikasi praktis dari antibiotik telah ada selama berabad-abad. Penggunaan dikenal pertama oleh
bangsa cina sekitar 2500 tahun yang lalu. Bukti ini menunjukkan bahwa budaya lain yang
digunakan zat antibiotik jenis sebagai agen terapeutik. Peradaban. Sudan-Nubia menggunakan
jenis antibiotik tetrasiklin sejak 350 AD Di Eropa selama Abad Pertengahan, ekstrak tumbuhan
kasar dan dadih keju juga digunakan untuk melawan infeksi. Meskipun budaya ini digunakan
antibiotik, prinsip-prinsip umum tindakan antibiotik tidak dipahami sampai abad kedua puluh.

Manfaat Antibiotik yang Diproduksi oleh Mikroorganisme

Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya penyebab infeksi pada
manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin. Artinya, antibiotik
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk
inang/hospes (Gan dan Setiabudy, 1987). Usaha untuk mencari antibiotik yang dihasilkan oleh
mikroorganisme. Produk alami yang disentesis oleh mikroorganisme menjadi sangat penting.
Praduk antikoagulan, antidepresan, vasodilator, her4bisida, insektisida, hormon tanaman, enzim,
dan inhibitor enzim telah diisolasi dari mikroorganisme.

Produk Antibiotik Mikroorganisme


Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi
terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau
memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda
dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. Ditemukan Penisilin dihasilkan oleh
jamur Penicillium notatum. Penisilin merupakan antibiotik pertama yang ditemukan oleh
Alexander Fleming tahun 1928, dan kemudian dikembangkan oleh Harold Florey pada tahun
1938. Penisilin telah diproduksi dan dipasarkan pada tahun 1944.

Antibiotik sepalosporin C dihasilkan oleh jamur Cephalosporium. Sepalosporin C merupakan


antibiotik menguntungkan yang dapat membunuh bakteri yang tahan terhadap penisilin.
Antibiotik Streptomisin dihasilkan oleh jamur Streptomyces griseus yang dapat membunuh
bakteri patogen yang tahan terhadap penisilin atau sepalosporin. Streptomisin telah digunakan
untuk mengobati penyakit tuberkulosis. Produksi antibiotik melalui pemanfaatan mikro
organisme dilakukan melalui fermentasi. Adapun sistem fermentasi yang telah berkembang
yaitu:

1. Sistem Continue

Pada sistem kontinyu, media selalu ditambahkan dari luar dan hasilnya dipanen secara berkala.
Sistem ini cocok digunakan pada produksi besar (dalam skala industri) agar lebih efisien. Sistem
ini tidak cocok digunakan untuk produksi kecil (skala laboratorium).

Seperti pada produksi etanol dengan teknik immobilisasi sel Fermentasi kontinyu dijalankan
dengan menggunakan reaktor sistem packed-bed dengandiameter bead K-Karaginan 2 mm.
Karekteristik packed-bed reaktor diberikan pada tabel 1. Sebelum digunakan, bioreaktor
disterilisasi menggunakan etil alkohol dan kemudian diisi dengan beadK-karaginan. Molases
substrat diumpankan dari bagian bawah fermentor secara kontinyu denganpompa peristaltik
(Masterflex Cole Palmer) melalui tubing silikon. Larutan Effluent overflow darititik keluaran
di bagian atas fermentor. Untuk mencegah agar bead tidak terikut keluar, bead di tahandengan
penahan berbentuk penyaring. Dillution rate sebesar 1,2 jam-1 selama proses fermentasi
dansampel diambil untuk dianalisa setelah steady-state tercapai.

2. Sistem Batch

Pada sistem ini tidak ada penambahan media dan pemanenan hasil pada akhir periode fermentasi,
sehingga hanya dapat bertahan selama beberapa jam atau hari. Sistem ini cocok untuk produksi
skala kecil (skala laboratorium). Perbedaan penggunaan kedua metode tersebut akan
menyebabkan perbedaan recovery, kemurnian, kualitas, dan sterilisasi pengemasan produk akhir.

Menurut Rachman 1989 sistem fed-batch adalah suatu sistem yang rnenambahkan media barn
secara teratur pada kultur tertutup, tanpa mengetuarkan cairan kultur yang ada di dalam
fermentor sehingga volume kultur makin lama makin bertambah. Keuntungan sistem fed-batch
mi ialah konsentrasi sisa substrat terbatas dan dapat dipertahankan pada tingkat yang sangat
rendah sehingga dapat mencegah fenomena represi katabolit atau inhibisi substrat. Stanbury dan
Whitaker 1984 juga menyebutkan istilah kultur fed-batch untuk menggambarkan kultur batch
yang pemasokan substratnya dilakukan secara kontinu atau bertahap tanpa pengeluaran cairan
kultur. Volume kultur bertambah sesuai dengan perubahan waktu. Proses mi juga dapat
menghindarkan efek toksik dan komponen media. Proses fed-bate ini telah diterapkan secara luas
dalam berbagai industri fermentasi dan relatif lebih mudah digunakan untuk perbaikan proses
batch dibandingkan dengan proses kontinu. Apabila pada fermentasi kontinu dihasilkan keluaran
secara terus-menerus maka pada fed-batch diperoleh keluaran tunggal pada akhir inkubasi
sehingga dapat ditangani dengan cara yang sama seperti pada proses batch Sinclair & Kristiansen
1987. Dengan melihat berbagai keuntungan penggunaan dekstranase maka pengembangan teknik
fermentasi enzim Penulis untuk korespondensi mutlak diperlukan. Dengan teknik fermentasi
yang baik dan tepat akan membantu produksi mikroba secara optimum..

Antibiotik tidak secara langsung dikode oleh gen, tetapi dibuat di dalam sel dengan reaksi
katalis enzim. Enzim disusun berdasarkan instruksi gen spesifik. Dengan teknologi fusi sel akan
terjadi kombinasi gen dan sintesis enzim-enzim baru, sehingga mikroba dapat menghasilkan
antibiotik baru. Saat ini telah banyak dihasilkan bermacam-macam antibiotik untuk kemoterapi
kanker, anti bakteri, anti amuba, pengawet makanan, dan anti fungi

Pada proses produksi penisilin, media bernutrisi yang mengandung gula asam fenilasetat
ditambahkan ke secara kontinu. Asam fenilasetat ini digunakan untuk membuat rantai samping
benzil pada penisilin G. Penisilin G diekstraksi dari filtrat dan dikristalisasi. Untuk membuat
penisilin semisintetik, penisilin G dicampur dengan bakteri yang mensekresi enzim asilase.
Enzim ini akan melepas gugus benzil dari penisilin G dan mengubahnya menjadi 6-
aminopebicillanic acid (6-APA). Aminopenicilanic acid adalah molekul yang digunakan untuk
membuat penisilin jenis lain. Bebagai gugus kimia ditambahkan pada aminopenicillanic.

Hal yang serupa juga terjadi pada sefalosporin C yang diperoduksi oleh cephalosporium
acremonium. Molekul sepalosporin C dapat ditranspormasi dengan melepas rantai samping -
aminodipic acid dan menambahkan gugus baru yang memiliki kisaran antibakteri yang lebih
luas.

Strain streptomyces griseus dan Actinomycetes lainnya menghasilkan streptomisin dan bebagai
antibiotik lainnya. Spora S. Griseus diinokulasi kedalam media untuk mendapatkan kultur
pertumbuhan dengan biomassa miselia yang tinggi sebelum dimasukkan kedalam tangki
inokulum. Media dasar untuk praduksi streptomisin mengandung pati kedelai sebagai sumber
nitrogen, glukosa sebagai sumber karbon, dan NaCl. Temperatur optimum untuk proses
fermentasi ini berkisar pada 28C, dengan kecepatan pengadukan dan aerasi yang tinggi
diperlukan untuk mendapatkan produksi streptomisin yang maksimal. Proses fermentasi
berlangsung sekitar 10 hari dengan jumlah streptomisinyang dipanen berkisar 1g/L.

Penggunaan antibiotika secara komersial, pertamakali dihasilkan oleh fungi berfilamen dan oleh
bakteri kelompok actinomycetes. Daftar sebagian besar antibiotika yang dihasilkan melalui
fermentasi industri berskala-besar. Seringkali, sejumlah senyawa kimia berhubungan dengan
keberadaan antibiotika, sehingga dikenal famili antibiotik. Antibiotika dapat dikelompokkan
berdasarkan struktur kimianya (Tabel 13.2). Sebagian besar sebagian diketahui efektif
menyerang penyakit fungi. Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton antibiotika per
tahun, dengan nilai penjualan hampir mendekati $ 5 milyar. Beberapa antibiotika yang dihasilkan
secara komersial (Sumber:Brock & Madigan,1991)

Antibiotika Mikrorganisme penghasil Tipe mikroorganisme

Basitrasin Bacillus subtilis Bakteri pembentuk-spora

Sefalosporin Cephalosporium sp. Fungi

Kloramfenikol Sintesis senyawa kimia (dulu oleh Actinomycete


Streptomyces

venezuelae)

Streptomyces griseus
Sikloheksimid Actinomycete
Streptomyces orchidaceus
Sikloserin Actinomycete
Streptomyces erythreus
Erytromisin Fungi
Penicillium griseofulvin
Griseofulvin Actinomycete
Streptomyces kanamyceticus
Kanamisin Actinomycete
Streptomyces lincolnensis
Linkomisin Actinomycete
Streptomyces fradiae
Neomisin Actinomycete
Streptomyces noursei
Nistatin Fungi
Penicillium chrysogenum
Penisilin Bakteri pembentuk-spora
Bacillus polymyxa
Polimiksin B Actinomycete
Streptomyces griseus
Streptomisin Actinomycete
Streptomyces rimosus
Tetrasiklin Actinomycete

Pencarian Antibiotika Baru


Bahan antibiotik yang sudah diketahui, lebih dari 8.000 , dan beberapa ratus antibiotika
ditemukan dalam beberapa tahun. Dan sejumlah peneliti mempercayai bahwa berbagai
antibiotika baru dapat ditemukan lagi jika penelitian dilakukan terhadap kelompok
mikroorganisme selain Streptomyces, Penicillium, dan Bacillus. Sekali diketahui urutan struktur
gen mikroorganisme penghasil-antibiotika, dengan teknik rekayasa genetika memungkinkan
pembuatan antibiotika baru. Cara utama dalam menemukan antibiotika baru yaitu melalui
screening. Dengan pendekatan tersebut, sejumlah isolat yang kemungkinan mikroorganisme
penghasil-antibiotika yang diperoleh dari alam dalam kultur murni, selanjutnya isolat tersebut
diuji untuk produksi antibiotika dengan bahan yang diffusible , yang menghambat
pertumbuhan bakteri uji. Bakteri yang digunakan untuk pengujian, dipilih dari berbagai tipe, dan
mewakili atau berhubungan dengan bakteri patogen. Prosedur pengujian mikroorganisme untuk
produksi antibiotika adalah metode goressilang, pertamakali digunakan oleh Fleming. Dengan
program pemisahan arus, ahli mikrobiologi dapat dengan cepat mengidentifikasi, apakah
antibiotika yang dihasilkan termasuk baru atau tidak. Sekali ditemukan organisme penghasil
antibiotika baru, antibiotika dihasilkan dalam sejumlah besar, dimurnikan, dan diuji toksisitas
dan aktivitas terapeutiknya kepada hewan yang terinfeksi. Sebagian besar antibiotika baru gagal
menyembuhkan hewan uji, dan sejumlah kecil dapat berhasil dengan baik. Akhirnya, sejumlah
antibiotika baru ini sering digunakan dalam pengobatan dan dihasilkan secara komersial

Proses Menggunakan mikroba

Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi menggunakan
mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi. Sejak ditemukan bahwa
Corynebacterium glutamicum memproduksi glutamat dengan rendemen tinggi dari gula dan
garam amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan dikembangkan proses baru yang
memungkinkan pembuatan banyak jenis asam amino, nukleotida, dan senyawabiokimia lain
dalam jumlah besar. Mikroorganisme juga diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis
sebagian proses dalam rangkaian sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih spesifik
dengan rendemen lebih tinggi, mengungguli koversi secara kimia; amilase untuk hidrolisis pati,
proteinase pada pengolahan kulit, pektinase untuk penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain
yang digunakan di industri diperoleh dari biakan mikroorganisme.( Pratiwi, 2008 )

Produksi antibiotik dilakukan dalam skala besar pada tangki fernentasi dengan ukuran besar.
Sebagai contoh Penicillium chrysogenum ditumbuhkan dalam 100.000 liter fermentor selama
kurang lebih 200 jam. Mula-mula suspensi spora P. chrysogenum ditumbuhkan dalam larutan
media bernutrisi. Kultur diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 24 C dan selanjutnya
ditransfer ke tangki inokulum. Tangki inokulum digojlok teratur untuk mendapatkan aerasi yang
baik selama satu hingga dua hari.

Manfaat Produksi Antibiotik Vaksin

Vaksin (dari kata vaccinia, penyebab infeksi cacar sapi yang ketika diberikan kepada manusia,
akan menimbulkan pengaruh kekebalan terhadap cacar, adalah bahan antigenik yang digunakan
untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar.Penggunaan vaksin sangat penting
untuk mencegah berbagai penyakit. Pengembangan dan produksi vaksin merupakan salah satu
tugas penting industri farmasi. Produksi vaksin meliputi pengkulturan mikroorganisme yang
memiliki properti antigenik yang diperlukan untuk meluncurkan respons imun primer.

Vaksin diproduksi oleh strain mutan patogen virulen tanpa menghilangkan antigen yang
diperlukan untuk menimbulkan respons imun. Perkembangan bidang bioteknologi
memungkinkan produksi seluruh seluruh vaksin baru. Beberapa vaksin baru ini ditujukan bagi
target baru, dan beberapa lagi lebih efektif dan memiliki efek samping lebih sedikit
dibandingkan vaksin tradisional yang ada saat ini.( Anonymous-b ,2011)

Untuk menghasilkan vaksin terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus, strain virus
ditumbuhkan dengan menggunakan telur ayam tertunas. Individu yang memiliki alergi terhadap
telur ayam tidak dapat diberi vaksin yang dibuat dengan cara seperti ini. Vaksin virus juga dapat
diproduksi melalui kultur jaringan. Misalnya, vaksin rabies tradisional diproduksi pada telur
bebek tertunas dan memiliki efek samping yang sangat menyakitkan. Vaksin ini digantikan oleh
produksi vaksin melalui kultur jaringan fibroblas manusia yang memiliki efek samping yang
lebih sedikit

Fasilitas dan Sistem Produksi Vaksin

Vaksin merupakan produk high technology yang perlu penanganan khusus sehingga peralatannya
pun didatangkan dari berbagai negara sesuai dengan spesifikasinya. Hal ini untuk mendukung
dihasilkannya vaksin berkualitas dengan kapasitas produksi yang tinggi

Bahan baku yang berkualitas, terutama telur specific pathogen free (SPF) juga menjadi faktor
penting penentu kualitas vaksin. Dari sistem produksi, Medion telah mengaplikasikan biosafety
level 3 (BSL-3) untuk ruang produksi maupun quality control, utamanya pada produksi vaksin
AI. Sistem ini menjamin produk yang dihasilkan berkualitas dan personil yang menangani aman.
Terbukti beberapa penelitian bertaraf nasional maupun sinternasional, kerja sama antara
pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda dalam upaya pemberantasan AI juga dilakukan di
fasilitas BSL-3 Medion.

Pengembangan vaksin untuk melindungi manusia dari penyakit virus adalah salah satu
keunggulan dari pengobatan modern. Vaksin pertama diproduksi oleh Edward Jenner pada tahun
1796 untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit cacar. Jenner menyadari bahwa
pemerah susu yang telah tertular cacar sapi, sebuah infeksi yang relatif tidak berbahaya, menjadi
tahan terhadap penyakit cacar, sebuah penyakit manusia yang sering menjadi epidemi dengan
angka kematian yang sangat tinggi. Dalam keadaan biasa, tubuh manusia bereaksi terhadap
invasi virus dengan beberapa cara berbeda. Kekebalan secara umum terhadap virus dapat
dikembangkan oleh sel-sel dalam tubuh yang menjadi sasaran invasi virus. Dalam situasi ini,
virus akan dicegah agar tidak mendapatkan akses ke sel inang. Sebuah perlindungan yang lebih
umum adalah kemampuan tubuh untuk membuat sel-sel darah dan getah bening yang merusak
atau membatasi efektivitas dari serangan virus. Seringkali, tubuh manusia yang terinfeksi akan
mempelajari bagaimana merespon terhadap virus tertentu di masa depan, sehingga infeksi
tunggal, terutama dari virus yang relatif jinak, biasanya mengajarkan tubuh bagaimana cara
untuk merespon invasi tambahan dari virus yang sama. Common cold, misalnya, disebabkan oleh
satu dari ratusan virus. Setelah sembuh dari pilek, kebanyakan orang resisten terhadap virus
tertentu yang menyebabkan flu tersebut, meskipun virus flu serupa masih akan menyebabkan
gejala yang sama atau identik. Untuk beberapa virus berbahaya, seseorang mungkin bahkan
sudah mengembangkan kekebalan terhadap virus tanpa menampakkan gejala sakit sama sekali.

Proses Pembuatan Vaksin

Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan setelah tugas yang
berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan dari produksi vaksin potensial
dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon vaksin yang aman dalam sebuah situasi
produksi sangat dramatis, dan prosedur laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan
untuk meningkatkan skala produksi Dengan adanya masalah-masalah di atas maka pembuatan
vaksin secara konvensional diubah dengan cara rekayasa genetika untuk membantu mengurangi
resiko yang tidak diinginkan. Beberapa prinsip rekayas genetika dalam pembuatan vaksin adalah
sebagai berikut :

1. Mengisolasi / memisahkan gen-gen dari organisme penyebab sakit yang berperan dalam
menghasilkan antigen yang merangsang limfosit untuk menghasilkan antibody.

2. Menyisipkan gen-gen di atas, ke tubuh organisme yang kekurangan pathogen.

3. Mengulturkan orgamisme hasil rekayasa genetika, sehingga menghasilkan antigen dalam


jumlah banyak.

4. Mengekstraksi antigen, lalu digunakan sebagai vaksin. (Koes Irianto, 2006:104)

Dari beberapa penerapan kultur sel hewan, produksi vaksin virus adalah yang tertua. Prosesnya
adalah virus ditumbuhkan dalam kultur sel, misalnya sel dari embrio ayam, ginjal monyet dan
lama-kelamaan sel manusia. Setelah ditumbuhkan, lalu dipanen dan virus-virus tersebut
diekstraksi dengan penyaringan. Hasilnya lalu dipakai intik membunuh virus-virus itu juga atau
jika vaksin tersebut dilemahkan, maka disimpan dalam suhu rendah hingga siap digunakan.
Contoh vaksin yang dibuat dengan cara ini adalah poliomielistis, gondong, cacar air, rubella dan
rabies. Adanya vaksin memungkinkan tubuh membangun kekebalan, misalnya membentuk
antibody yang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan suatu sel penting yang akan tumbuh
dan menghasilkan antibody, jika penyakit timbul dalam suatu bentuk virulen.

Pembuatan vaksin dengan virus hidup yang telah dilemahkan telah dicoba perusahaan Aviron di
AS. Keuntungan vaksin virus hidup adalah tidak hanya menstimulasi produksi protein antibodi
yang mengenali patogen, tapi juga membuat sejenis sel darah putih, yaitu sel T limfosit yang
punya kelebihan mengenali dan membunuh sel yang terinfeksi, tak hanya satu tipe virus flu tapi
juga tipe yang serupa. Akibatnya, daya tahan vaksin ini lebih lama daripada vaksin dengan virus
yang dimatikan. Namun, karena virus flunya masih hidup, risiko terinfeksi pun tak hilang 100
persen. Selain itu, produksi vaksin ini butuh waktu lebih lama sehingga sulit mengantisipasi
wabah yang mendadak.
Untuk mengatasi kebutuhan telur SPF yang banyak, waktu yang cepat, dan penyediaan vaksin
virus hidup, usaha yang dilakukan adalah membuat vaksin tidak dengan virus flu tapi virus
baculo. Virus ini menginfeksi serangga dan dapat tumbuh sangat cepat dalam sel serangga yang
media pertumbuhannya lebih murah ketimbang sel hewan. Gen HA dan NA disisipkan dalam
virus baculo, sehingga virus rekombinan yang diperoleh memiliki karakter antigen mirip virus
flu. Vaksin virus hidup dengan teknik ini bisa diproduksi dalam 2-3 bulan saja, tapi
efektivitasnya sedang dievaluasi.

Cara tercanggih yang tidak membutuhkan semua hal di atasvirus inang, media pertumbuhan
adalah pembuatan vaksin DNA. Pada teknik ini, gen penyandi protein HA dan NA dimasukkan
ke dalam vektor atau DNA yang berfungsi seperti kargo yang membawa ke tempat lain. Vektor
ini bisa berbentuk cincin atau linier, umumnya berasal dari virus yang sudah dimodifikasi untuk
tidak bersifat patogen.

1. Gen HA dan NA dalam vektor itu dimasukkan ke dalam sel kulit atau otot sehingga sel
tersebut memproduksi protein HA dan NA dari virus flu.

2. Dengan munculnya protein asing dari gen HA dan NA, sistem kekebalan tubuh akan
diaktifkan dengan memproduksi protein antibodi dan sel T limfosit.

3. Vaksin yang telah dibuat dengan DNA flu telah dibuat dan diuji cobakan pada hewan.
tapi belum diuji pada manusia karena memerlukan persiapan lebih matang.

Benih Virus Penghasil Vaksin

Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus harus
bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau variasi dari jenis virus yang sama.
Selain itu, benih harus disimpan dalam kondisi ideal, biasanya beku, yang mencegah virus
menjadi lebih kuat atau lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau
wadah plastik. Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 sentimeter kubik, mengandung ribuan hingga
jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin. Freezer dipertahankan pada suhu
tertentu. Grafik di luar freezer akan mencatat secara terus menerus suhu freezer. Sensor
terhubung dengan alarm yang dapat didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika suhu
freezer berada di luar suhu yang seharusnya. Adapun macam macam vaksin yang dibuat
sebagai berikut:

1. Killed vaccine adalah vaksin yang berasal dari mikroorganisme (virus atau bakteri) yang
telah dimatikan baik dengan menggunakan zat-zat kimia atau dengan panas.Contoh
vaksin jenis ini adalah Polio dan Hepatitis-A.

2. Attenuated vaccine adalah vaksin yang mengandung mikroorganisme hidup.


Mikroorganisme ini adalah mikroorganisme yang dikembangbiakkan setelah sifat
virulensinya dihilangkan. Vaksin ini memberikan respon imun yang lebih panjang.
Contoh vaksin ini adalah MMR (measles, mumps dan rubella)
3. Toxoid adalah senyawa toxic/racun yang diinaktifkan dimana racun ini dapat
menyebabkan sakit. Contoh dari toxid vaccine adalah tetanus dan difteri.

4. Subunit vaccine berbeda dengan vaksin inaktif atau atenuasi yang mengandung seluruh
komponen dari mikroorganisme, subunit vaccine ini hanya mengandung sejumlah
fragmen dari mikroorganisme itu dan fragmen ini sudah cukup untuk memberikan respon
imun. Contohnya adalah vaksin Hepatitis B yang hanya mengandung protein permukaan
dari virus dan HPV (Human Papiloma Virus) yang mengandung kapsid utama dari virus.

5. Conjugate vaccine adalah vaksin yang menggabungkan polisakarida lapisan terluar dari
bakteri dengan protein lainnya (misal:toxin). Penggabungan (konyugasi) ini ditujukan
untuk memperkuat sifat imunogenitas dari polisakarida. Contoh vaksin ini adalah vaksin
Haemophilus influenzae type B

Pertumbuhan Virus

Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu secara hati-hati
(misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel virus ditempatkan ke dalam
sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel
memungkinkan virus untuk berkembang biak.

Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media umumnya mengandung
protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi. Media juga
mengandung protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel virus. Penyediaan
media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus
akan bertambah banyak. Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH. pH adalah
ukuran keasaman atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14. dan virus harus disimpan
pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa (netral) memiliki pH
7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter),
terdapat sejumlah katup, tabung, dan sensor yang terhubung dengannya. Sensor memantau pH
dan suhu, dan ada berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen
untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan
pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil produk setengah
jadi ketika siap.

Virus dari pabrik sel ini kemudian dipisahkan dari media, dan ditempatkan dalam media kedua
untuk penumbuhan tambahan. Metode awal yang dipakai 40 atau 50 tahun yang lalu yaitu
menggunakan botol untuk menyimpan campuran, dan pertumbuhan yang dihasilkan berupa satu
lapis virus di permukaan media. Peneliti kemudian menemukan bahwa jika botol itu berubah
posisi saat virus tumbuh, virus bisa tetap dihasilkan karena lapisan virus tumbuh pada semua
permukaan dalam botol.
Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa pertumbuhan sel sangat
dirangsang oleh penambahan enzim pada medium, yang paling umum digunakan yaitu tripsin.
Enzim adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis dalam memberi makan dan
pertumbuhan sel.

Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan sama sekali. Virus yang sedang tumbuh disimpan
dalam wadah yang lebih besar namun mirip dengan pabrik sel, dan dicampur dengan partikel
mikroskopis dimana virus dapat menempelkan diri. Penggunaan mikroskopis memberi virus
daerah yang lebih besar untuk menempelkan diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi
yang jauh lebih besar. Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH dikontrol secara ketat. Waktu yang
dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi sesuai dengan jenis virus yang diproduksi, dan hal itu
sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.

Pemisahan Virus

Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari manik-manik
dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui sebuah filter dengan bukaan
yang cukup besar yang memungkinkan virus untuk melewatinya, namun cukup kecil untuk
mencegah manik-manik dapat lewat. Campuran ini sentrifugasi beberapa kali untuk memisahkan
virus dari manik-manik dalam wadah sehingga virus kemudian dapat dipisahkan. Alternatif lain
yaitu dengan mengaliri campuran manik-manik dengan media lain sehingga mencuci manik-
manik dari virus.

Memilih Strain Virus

Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang dimatikan. Pemilihan satu
dari yang lain tergantung pada sejumlah faktor termasuk kemanjuran vaksin yang dihasilkan dan
efek sekunder. Virus yang dibuat hamper setiap tahun sebagai respon terhadap varian baru virus
penyebab, biasanya berupa virus yang dilemahkan. Virulensi virus bisa menentukan pilihan;
vaksin rabies, misalnya, selalu vaksin dari virus yang dimatikan.

Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum dimulai proses produksi.
Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan (ditumbuhkan) berulang kali di berbagai
media. Ada jenis virus yang benar-benar menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain ini jelas tidak
dapat digunakan untuk vaksin attenuated. Strain lainnya menjadi terlalu lemah karena
dibudidayakan berulang-ulang, dan ini juga tidak dapat diterima untuk penggunaan vaksin.
Seperti bubur, kursi, dan tempat tidur yang disukai Goldilocks, hanya beberapa virus yang
tepat mencapai tingkat atenuasi yang membuat mereka dapat diterima untuk penggunaan
vaksin, dan tidak mengalami perubahan dalam kekuatannya. Teknologi molekuler terbaru telah
memungkinkan atenuasi virus hidup dengan memanipulasi molekul, tetapi metode ini masih
langka.

Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu tumbuh. Vaksin yang berasal
dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan vaksin) dikombinasikan sebelum pengemasan.
Jumlah aktual dari vaksin yang diberikan kepada pasien akan relatif kecil dibandingkan dengan
jumlah medium yang dengan apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan mengenai apakah akan
menggunakan air, alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin, misalnya, dibuat setelah tes
berulang-ulang demi keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.

Pengontrolan Kualitas

Untuk melindungi kemurnian vaksin dan keselamatan pekerja yang membuat dan mengemas
vaksin, kondisi kebersihan laboratorium diamati pada seluruh prosedur. Semua transfer virus dan
media dilakukan dalam kondisi steril, dan semua instrumen yang digunakan disterilisasi dalam
autoklaf (mesin yang membunuh organisme dengan suhu tinggi, dan yang berukuran sekecil
kotak perhiasan atau sebesar lift) sebelum dan sesudah digunakan. Pekerja yang melakukan
prosedur memakai pakaian pelindung yang meliputi gaun Tyvek sekali pakai, sarung tangan,
sepatu bot, jaring rambut, dan masker wajah. Ruangan pabrik sendiri memakai AC yang khusus
sehingga jumlah partikel di udara minimal.

Keberadaan mikroorganisme merupakan bukti empiris (faktual) kebesaran Allah SWT sebagai
Maha Pencipta. Berdasarkan Alquran tentang bukti-bukti kebesaran . Allah SWT dalam
kehidupan alam semesta seperti tersirat dalam surat AN NAHL

ayat 13 dan surat THAAHAA ayat 6, yang berbunyi:

Wamaadzaroalakum fil ardhi muhtalifan alwaa nuhu inna fii dzaalika la aayatal
liqoumiyyadzakruuna

Yang artinya:

dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-
lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.

Surat An- Nahl:

Lahumaafiisamaawaati wamaa fil ardhi wamaa baynahumaa wamaa tahtassaroo.

Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang ada di bumi, semua yang di antara
keduanya dan semua yang di bawah tanah.

Surat yaasiin:82
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya :
Jadilah! maka terjadilah ia. (QS Yaasiin :82).

Daftar Pustaka

Anonymous-a. 2008. Pengertian Vaksin . (online). Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Vaksin (Diakses tanggal 15 Oktober 2011)

Anonymous- b. 2011. Pengantar Mikrobiologi, (Online),

(http://www.wanna_share.23s9887_apm.html, (Diakses tanggal 12 Oktober 2011).

Anonymous- c. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi. (online). Tersedia:Mikrobiologi.html. (Diakses


tanggal 12 Oktober 2011).

Agus krisno.2011. Blog Pondok Ilmu Habitat Orang- Orang Pengembang ilmu (online) Diakses
tanggal 13 Oktober 2011)

T.pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi farmasi. Erlangga : jogya katarta

Huga, W.B.,dan Russel, A.D., 2000, Pharmaceutical Microbilogy., Blackwell Scientific


Piblication, London

Crueger, W., dan Crueger, A., 1988, Bioteknology: Textbook of industrial Mikcrobiology,
Madison Inc., New York

Anda mungkin juga menyukai