PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan, minuman, obat tradisional, sediaan non steril, serta kosmetik
merupakan suatu sediaan yang berasal dari hewan, tumbuhan, mineral, maupun
dari zat-zat kimia sintetik. Pada umumnya sediaan-sediaan tersebut, diproduksi
oleh industri secara besar-besaran dan biasanya memakan waktu yang cukup lama
dalam produksi, penyimpanan, distribusi dan akhirnya sampai ke tangan
konsumen. Jadi kemungkinan dapat terjadi pertumbuhan mikroba di dalamnya
(Suriawiria, 1985).
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar), atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi dan memelihara tubuh dalam kondisi baik (Ditjen POM, 2004).
Ada beberapa faktor (baik faktor fisik maupun faktor fisiologi dan biokimia)
yang mempengaruhi pertumbuhan suatu mikroorganisme, sehingga menyebabkan
suatu mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak pada suatu produk
kosmetik, tetapi tidak pada bahan atau sediaan lainnya. Faktor-faktor tersebut
yaitu, air, suhu, pH, konsentrasi oksigen, kandung zatnutritif, adanya komponen-
komponen penghambat, dan adanya saingan dengan mikroorganisme yang lainnya
(Djide. Sartini, 2006).
Kualitas mikrobiologik dari sediaan kosmetika merupakan suatumasalah
yangsangat penting untuk diperhatikan, karena sediaan tersebut dapatmemakan
waktuyang cukup lama, baik dalam penyiapan ataupun dalamperedaran sebelum
sampaikepada konsumen. Pada waktu penyimpanan danperedaran tersebut ada
kemungkinan terjadi pertumbuhan mikroorganismetertentu di dalamnya,
terutamabila ditunjang dengan pemakaian bahan-bahanyang terkontaminasi
olehmikroorganisme dan juga syarat-syarat higenis dansanitasi tidak atau
kurangdiperhatikan.Adanya mikroorganisme tertentu dalam sediaan kosmetika
tidakdikehendaki, karena dapat menyebabkan infeksi kepada konsumen, hal
inidisebabkan karena pada umumnya semua sediaan kosmetika langsung
kontakkulit konsumen. Selain dari pada itu adanya mikroorganisme dalam sediaan
kosmetik kemungkinan dapat menyebabkan perubahan-perubahan
ataukemunduranbahan aktif dari sediaan kosmetika tersebut seperti pada sediaan
farmasilainnya (Syifa, 2002).
Para periset di Rowan University, New Jersey yang menguji
sampelkosmetik diberbagai ”counter” departemen store, menemukan lebih dari
2/3kosmetik yang disediakan untuk uji, ternyata terkontaminasi oleh kuman
Staphylococcus aureus. Morse dan Sehan telah melaporkan adanya infeksi di
rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan praktikum uji
mikrobiologis terhadap produk sediaan farmasi yaitu makanan, minuman,
kosmetik, dan obat tradisional (Natsir, 2008).
A. Uraian Bahan
1. Aquadest (Farmakope Indonesia Edisi III)
Komposisi:
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. Media CETA ( Cetrimid agar )
Komposisi:
Pepton dari Gelatin 20 gram
Magnesium klorida 4 gram
Kalsium sulfat 10 gram
Cetrimide 0,3 gram
Ekstrak ragi 2 gram
Agar 13 gram
Air suling hingga 1000 ml
b. Morfologi
Ciri khas Staphylococcus aureus adalah sel berbentuk bola dengan diameter
1 μm. Staphylococcus aureus merupakan bakteri berbentuk bulat terdapat dalam
bentuk tunggal, berpasangan, berkelompok seperti bunga anggur. Nama bakteri
ini bersal dari bahasa latin ”staphele” yang berarti anggur. Bakteri ini
membutuhkan nitrogen organik (asam amino) untuk pertumbuhannya (Jawetz,
2000)
Bentuk cocus, Gram positif, formasi staphylae, mengeluarkan endotoksin,
tidak bergerak, tidak mampu membentuk spora, fakultatif anaerob, sangat tahan
terhadap pengeringan, mati pada suhu 600C setelah 60 menit, merupakan flora
normal pada kulit dan saluran pernapasan bagian atas (Entjang, 2003)
2. Pseudomonas aeruginosa
a. Klasifikasi
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas aeruginosa(Garrity, 2004 : 24-187)
b. Morfologi
Bakteri berbentuk batang aerob, Gram negatif dapat bergerak, berukuran lebih 0,6
x 2 μm, pada perbenihan koloninya tampak berwarna hijau kebiru-biruan karena
menghasilkan pigmen pyocianin (Entjang, 2003)
Pseudomonas aeruginosa tumbuh dengan mudah pada banyak jenis pembenihan
biakan, kadang-kadang menghasilkan bau yang manis atau menyerupai anggur.
Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni halus bulat dengan warna floresensi
kehijauan. Bakteri ini sering menghasilkan pyocianin, pigmen kebiru-biruan yang
tidak berfloresensi yang berdifusi ke dalam agar. Pseudomonas aeruginosa
tumbuh dengan baik pada suhu 370C – 420C. Pertumbuhan pada suhu 420C
membantu membedakan spesies ini dari spesies pseudomonas yang lainnya.
Bakteri i ni oksidase positif, dan tidak merugikan karbohidrat, tetapi banyak strain
yang mengoksidasi glukosa. Pengenalan biasanya berdasarkan morfologi dan
pertumbuhan pada suhu 420C, untuk membedakan pseudomonas lainnya (Jawetz,
2000).
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu autoklaf, batang pengaduk, cawan petri,
Erlenmeyer, gelas ukur, inkubator, korek api, oc bulat, rak tabung, spiritus,
sendok tanduk, tabung reaksi, dan timbangan,
Bahan yang digunakan yaitu aquadest, kapas, media SDA (Sabouraud Dextrose
Agar) , media PCA (Plate Count Agar), media CETA (Cetrimid Agar), media
VJA (Vogel Johnson Agar), media PW (Pepton Water), media TSB (Tripticase
Soy Broth), dan tween 60.
B. Cara kerja
1. Pembuatan media
Masing-masing media dihitung berapa yang akan ditimbang. Kemudian untuk
media VJA dan CETA dituang ke dalam Erlenmeyer lalu dipanaskan hingga
mendidih. Sedangkan untuk media PW dan TSB langsung dimasukan kedalam
masing-masing 3 tabung reaksi sebanyak 9 ml. Kemudian semua media
disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
2. Pengenceran sampel
Diambil krim pemutih sebanyak 1 gram secara aseptis dan dimasukkan ke
dalam cawan petri steril. Ditambahkan 1 ml tween 60 lalu diaduk sampai
homogen, ditambahkan air suling sampai 10 ml sehingga diperoleh pengenceran
10-1 kemudian pengenceran dilanjutkan dengan mengambil 1 ml hasil
pengenceran 10-1 dimasukkan kedalam botol pengencer yang berisi 9 ml air
suling, sehingga diperoleh pengenceran 10-2, dibuat hingga pengenceran 10-3.
3. Penentuan Angka Lempeng Total (ALT) Bakteri secara Standard Plate Count
(SPC)
Dari masing-masing pengenceran,( 10-1, 10-2, dan 10-3) dipipet 1 ml, lalu
dimasukkan kedalam cawan petri yang telah disterilkan dengan metode tuang. Ke
dalam masing-masing cawan petri di tuang SDA sebanyak 10 ml, kemudian
dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Setelah padat diinkubasikan dalam
inkubator pada suhu 370 C selama 1 x 24 jam. Diamati ada tidaknya koloni
bakteri yang tumbuh serta dihitung gramnya.
4. Penentuan Angka Lempeng Total (ALT) Bakteri secara Standard Plate Count
(SPC)
Dari masing-masing pengenceran,( 10-1, 10-2, dan 10-3) dipipet 1 ml, lalu
dimasukkan kedalam cawan petri yang telah disterilkan dengan metode tuang. Ke
dalam masing-masing cawan petri di tuang PCA sebanyak 10 ml, kemudian
dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Setelah padat diinkubasikan dalam
inkubator pada suhu 370 C selama 1 x 24 jam. Diamati ada tidaknya koloni
kapang yang tumbuh serta dihitung gramnya.
5. Identifikasi mikroba pathogen
Dari masing-masing pengenceran,( 10-1, 10-2, dan 10-3) dipipet 1 ml, lalu
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung berisi medium Trypticase Soy Broth
(TSB) , begitu pula dengan media Pepton Water (PW) kemudian diinkubasikan
pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Diamati hasil yang diperoleh jika terbentuk
endapan atau kekeruhan maka dilanjutkan pada medium selektif dengan cara
diinokulasikan secara goresan media TSB yang paling keruh pada medium
Cetrimid Agar (CETA) dan media PW pada media VJA. Selanjutnya diinkubasi
pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Diamati koloni yang tumbuh, dinyatakan
positif apabila tumbuh koloni warna hijau biru pada media CETA dan warna
coklat kehitaman pada VJA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan Angka Lempeng Total (ALT) uji cemaran mikroba
dari produk krim pemutih
Media JumlahKoloni
10-1 10-2 10-3
SDA 0 2 0
PCA 0 0 0
B. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, dilakukan uji mirkobiologi pada sampel krim pemutih.
Pengujian yang dilakukan meliputi ALT bakteri dan uji Patogen terhadap bakteri
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus.
Pengujian Staphylococcus aureus digunakan medium Peptone Water (PW)
sebagai media. Apabila hasil yang didapatkan positif, maka dilanjutkan pada uji
penegasan Vogel Johnson Agar (VJA) sebagai medium selektif. Pada medium PW
sampel 10-1,10-2 dan 10-3 hasil yang diperoleh negatif karena tidak terjadi
kekeruhan dan endapan pada dasar tabung. Maka pada hal ini tidak dilanjutkan
pada uji penegasan.
Pengujian Pseudomonas aeruginosa digunakan medium Tripticase Soy
Broth (TSB) sebagai media. Apabila hasil yang didapatkan positif, maka
dilanjutkan pada medium Cetrimide Agar Base (CETA) sebagai medium selektif.
Pada medium Tripticase Soy Broth (TSB) sampel 10-1,10-2 dan 10-3, hasil yang
diperoleh negatif karena tidak terjadi kekeruhan dan endapan pada dasar tabung.
Maka pada hal ini tidak dilanjutkan pada uji penegasan.
Pada penentuan Angka Lempeng Total (ALT), bakteri digunakan dua tingkat
pengenceran yaitu pada pengenceran 10-1, 10-2dan 10-3 dengan menggunakan PCA
dan SDA sebagai media. Dengan bantuan koloni counter, kita dapat melihat dan
menghitung seberapa banyak koloni yang terdapat dalam produk. Berdasarkan
hasil pengamatan, pada media PCA 10-1,10-2, 10-3 dan media SDA 10-1,10-3 tidak
ditemukan adanya koloni. Sedangkan pada media SDA 10-2 hanya terdapat sedikit
pertumbuhan jamur yaitu sebanyak 2 koloni.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan uji cemaran mikroorganisme pada produk krim
pemutih dapat disimpulkan bahwa padapenentuan Angka Lempeng Total
(ALT)didapatkan adanya pertumbuhan mikroba pada media SDA 10-2 sebanyak 2
koloni dan tidak ditemukan pertumbuhan mikroba pada media PCA. Kemudian
pada Uji mikroba pathogen tidak terdapat pertumbuhan bakteri pada media
enrichment PW dan TSB sehingga tidak dilanjutkan pada uji penegasan.
B. Saran
Bimbingan dan arahan dari pengawas lebih ditingkatkan demi kelancaran dan
keamanan dalam melakukan praktikum.
LAMPIRAN
A. Perhitungan Media
200 ml
1. PCA = x 23,5 g=4,7 g
1000
200 ml
2. SDA= x 65 g=13 g
1000
100 ml
3. PW = x 15 g=1,5 g
1000
60 ml
4. VJA = x 61 g=3,66 g
1000
60 ml
5. CETA = x 45,3 g=2,71 g
1000
B. Uji Angka Lempeng Total (ALT)
1. Angka Lempeng Total SDA
DAFTAR PUSTAKA