Anda di halaman 1dari 48

BUKU AJAR

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA

Oleh:
LULLY HANNI ENDARINI, M.Farm., Apt

PENERBIT STIKES KARYA PUTRA BANGSA


TULUNGAGUNG
2016

1
TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA

Penulis : Lully Hanni Endarini, M.Farm., Apt


ISBN :

Editor : Lully Hanni Endarini, M.Farm., Apt

Desain sampul dan Tata letak: Surya Hadi Prasetyo S. IIP

Penerbit : Stikes Karya Putra Bangsa Tulungagung


Redaksi : Jl. Raya Tulungagung – Blitar Km. 04 Kec. Sumbergempol
Tulungagung
Telp/fax : (0355) 331080/332960

Cetakan Pertama, September 2018

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun
tanpa ijin tertulis dari penerbit.

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku ajar Teknologi Sediaan Likuida
berhasil disusun. Buku ajar ini disusun sebagai sarana untuk memudahkan mahasiswa dalam
pengajaran Teknologi Sediaan Likuida program studi Farmasi Stikes Karya Putra Bangsa
Buku ajar ini disusun berdasarkan pada materi kuliah Teknologi Sediaan Likuida dengan
mengacu pada buku-buku standar yang berkaitan dengan teori dan pengetahuan tentang
Teknologi Sediaan Likuida pada bidang ilmu Farmasi.
Akhir kata, buku petunjuk ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran
masih dibutuhkan untuk membantu penyempurnaan buku ajar ini agar sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.

Tulungagung, September 2018

Lully Hanni Endarini, M.Farm., Apt

3
DAFTAR ISI
Bab I Sediaan liquid/larutan ……………......................................................................... 6

Bab II Formulasi dan cara pembuatan ….......................................................................... 11

Bab III Sediaan sirup …………………………………………………………………… 18

Bab IV Sediaan elixir …………………………………………………………………… 28

Bab V Sediaan suspensi ………………………………………………………………… 32

Bab VI Sediaan emulsi ………………………………………………………………….. 35

Bab VII Sediaan aerosol …………………………………………………………………. 41

4
TINJAUAN MATA KULIAH

A. Deskripsi Singkat Matakuliah

Mata kuliah Pengetahuan Teknologi Sediaan Liquid adalah salah satu mata kuliah di Program
Studi S1 Farmasi yang mempelajari rancangan bentuk sediaan; garis besar formulasi sediaan;
hubungan rute/cara pemberian dengan bentuk sediaan dan tahap-tahap pengembangan sediaan;
preformulasi, eksipien, sistem peralatan dalam pembuatan sediaan, formulasi, cara
pembuatannya, dan evaluasi sediaan obat.

B. Kegunaan/Manfaat Matakuliah

Mahasiswa mampu dan mengerti mengenai Teknologi Farmasi Sediaan liquda yang berisi
pokok-pokok bahasan rancangan bentuk sediaan; garis besar formulasi sediaan; hubungan
rute/cara pemberian dengan bentuk sediaan dan tahap-tahap pengembangan sediaan;
preformulasi, eksipien, sistem peralatan dalam pembuatan sediaan, formulasi, cara
pembuatannya, dan evaluasi sediaan obat

C. Standar Kompetensi Mata kuliah

Mata kuliah Teknologi Farmasi Sediaan liquda berisi pokok-pokok bahasan rancangan bentuk
sediaan; garis besar formulasi sediaan; hubungan rute/cara pemberian dengan bentuk sediaan dan
tahap-tahap pengembangan sediaan; preformulasi, eksipien, sistem peralatan dalam pembuatan
sediaan, formulasi, cara pembuatannya, dan evaluasi sediaan obat

D. Susunan Urutan Bahan Ajar


Bab I Sediaan liquid/larutan

Bab II Formulasi dan cara pembuatan

Bab III Sediaan sirup

Bab IV Sediaan elixir

5
Bab V Sediaan suspensi

Bab VI Sediaan emulsi

Bab VII Sediaan aerosol

E. Petunjuk bagi Mahasiswa

(petunjuk bagi mahasiswa untuk mempelajari bahan ajar)

6
BAB I

SEDIAAN LIQUID/LARUTAN

A. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mampu dan memahami serta menjelaskan sediaan liquida/larutan


Indikator:
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Definisi sediaan larutan
2. Keuntungan sediaan larutan
3. Kerugian sediaan larutan
4. Karakteristik sediaan larutan
5. Pembawa sediaan larutan
6. Formulasi sediaan larutan
7. Factor factor mempengaruhi sediaan larutan
8. Langkah langkah rancangan formulasi
9. Kelarutan
10. Factor- factor mempengaruhi proses kelarutan

B. Deskripsi Singkat

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur
 Sistem dispersi : homogen (satu fase)
 Fase terdispersi : solute (terlarut)
 Fase pendispersi : solven (pelarut)
 Solut terdispersi dalam bentuk molekul/ion
 Ukuran solut harus < 1 m

C. Materi

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur
 Sistem dispersi : homogen (satu fase)

7
 Fase terdispersi : solute (terlarut)
 Fase pendispersi : solven (pelarut)
 Solut terdispersi dalam bentuk molekul/ion
 Ukuran solut harus < 1 m

KEUNTUNGAN SEDIAAN LARUTAN:


1. Bahan obat sudah dalam keadaan terlarut (molekul), sehingga bisa langsung diabsorbsi
2. Cara penggunaan lebih mudah(mudah ditelan) terutama bagi pengguna yang sulit
menelan seperti anak-anak lansia
3. Sediaan homogen sehingga keseragaman dosis terjamin (terutama setelah penyimpanan)
4. Larutan segera terencerkan oleh isi lambung, sehingga aman untuk obat-obat yang
bersifatmengiritasi lambung
5. Pengaturan dosis lebih mudah
KERUGIAN SEDIAAN LARUTAN (SOLUTIONES) FARMAKOPE INDONESIA ED.
IV:
• Stabilitas bahan aktif seringkali lebih rendah dibandingkan dengan bentuk sediaan padat
(adanya air dlm jumlah besar pada sediaan merupakan media reaksi kimia)
• Kandungan air yang cukup besar merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
mikroba
• Dalam jumlah besar terjadi kesulitan dalam pendsitribusian dan penyimpanan
• Ketepatan dosis tergantung pada kemampuan pasien menggunakan penakar
FORMULASI SEDIAAN FARMASI:
Harus memperhatikan/memenuhi aspek-aspek farmasetik agar diperoleh sediaan yang bermutu
(berkualitas)
Aspek farmasetik meliputi:
- Stabilitas (Stability)
- Keamanan (Safety)
- Efektivitas (Efectivity)
- Aseptabilitas (Acceptability)
Sediaan yang bermutu/berkualitas baik, harus memenuhi keempat aspek tersebut yaitu aman,
efektif, stabil & aseptabel
KARAKTERISTIK SEDIAAN LARUTAN:
- Jernih/transparan
- Kadar bahan aktif sesuai kebutuhan
- Warna, bau, rasa  enak/menarik (akseptabel)
- Mempunyai kekentalan yang cukup
- Bahan obat yang stabilitas/kelarutannya dipengaruhi pH (rentang pH sempit) -> didapar
pada pH tertentu
- Mempunyai berat jenis tertentu (sbg penunjang mutu)
- Bebas dari kontaminasi mikroba

8
PEMBAWA SEDIAAN LARUTAN:
1. AQUEOUS SOLUTIONS
Sediaan larutan dengan pembawa air (Aquadest, aquadem, Purified water)
2. NON AQUAEOUS SOLUTIONS
Sediaan larutan dengan pembawa selain air:
- alkohol, gliserol, propilen glikol
- minyak-minyak nabati (Ol. Olive, Ol. Sesami dll)
- Paraffin cair
- Isopropil miristat & isopropil palmitat
(untuk obat luar)
3. PURIFIED WATER
Diperoleh dengan cara mengolah air (yang berasal dari mata air/sumber maupun PDAM)
melalui serangkaian proses yaitu klorinasi
- Penyaringan I (Carbon Filter I) – Sand Filter-
Penyaringan II (carbon Filter II)- Filter 5 -Reverse Osmosis-Mix Bed-dilewatkan
conductivity meter menuju tangki penampung (holding tank)
4. AQUADESTILATA
Adalah air yang diperoleh melalui proses destilasi (hasil dari proses destilasi air)
5. AQUADEMINERALISATA
Air yang telah diproses sedemikian rupa sehingga telah bebas dari mineral (misal melalui
proses resin penukar ion)
FORMULASI SEDIAAN LARUTAN
Pertimbangan utama bahan aktif bahan obat dibuat dalam sediaan larutan:
1. Kelarutan Bahan Aktif
2. Stabilitas Bahan Aktif dalam bentuk terlarutnya
BAHAN AKTIF: Asam lemah atau basa lemah
- Kelarutannya dipengaruhi oleh pH lingkungan
- Efektif dalam bentuk molekuler (tak terionkan)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILITAS SEDIAAN LARUTAN:
1. pH lingkungan  stabilitas bahan aktif kelarutan, reaksi hidrolisa/lainnya)
2. Temperatur dan cahaya  reaksi-reaksi sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan
warna, bau, rasa, kekeruhan, kekentalan dll
3. Kontaminasi mikroba, karena air merupakan media pertumbuhan mikroba
LANGKAH-LANGKAH RANCANGAN FORMULASI:
1. Studi sifat fisika, kimia, farmakologi, mikrobiologi, toksikologi dan sifar-sifat khusus
bahan aktif
2. Penentuan bentuk sediaan yang sesuai
3. Penentuan dosis, takaran terkecil, dan kemasan
4. Penentuan rancabangan spesifikasi sediaan
5. Penyusunan formula

9
6. Rancangan pembuatan dan evaluasi/kontrol kualitas
7. Rancangan label, leaflet, kemasan/wadah
KELARUTAN
Secara kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam keadaan jenuh pada
temperatur tertentu
Secara kualitatif merupakan interaksi spontan dari atau zat untuk membentuk dispersi molekuler
yang homogen
Proses pelarutan melibatkan interaksi dari:
• Solut – solut
• Solven – solven
• Solut – solven
1. INTERAKSI ANTARA SOLUT-SOLVEN, melibatkan:
- Polaritas solven (momen dipolnya), dikenal konsep ‘like dissolve like’
- Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen (kelarutan zat polar dalam air)
- Gambaran struktur molekul seperti perbandingan gugus polar terhadap gugus non polar
dari molekul
- Dipengaruhi oleh energi bebas atau entalpi hasil 3 proses: rongga term+, dipolar term+,
ikatan hidrogen term.
2. PENGARUH SUHU
- Terkait dengan keterlibatan energi suatu reaksi, yaitu:
- reaksi endodermik (sistem membutuhkan energi)
- reaksi eksotermik (sistem menghasilkan energi)
3. Pengaruh pH
- Jumlah terion dan tak terion suatu senyawa elektrolit lemah (asam lemah/basa lemah)
dipengaruhi oleh pH lingkungan
- Kelarutan suatu asam lemah/basa lemah sebagai suatu fungsi pH
- Kelarutan total merupakan jumlah bagian terionkan dan tak terionkan dari suatu senyawa
terlarut
4. DRUGS ACTIVITY
Obat (asam lemah/basa lemah) kelarutan dalam air (keberadaan dalam bentuk molekul/ion)
dipengaruhi pH lingkungan. Aktivitas (dalam bentuk molekul) dipengaruhi pH
5. DRUG ABSORBTION
Faktor penentu kecepatan absorbsi:
- derajat ionisasi
- kelarutan dalam lemak
• Absorbsi dalam bentuk molekuler dan larut lemak
• pH menentukan obat menjadi bentuk terionkan atau tak terionkan

10
D. Kegiatan
membuat dan memahamai formulasi sediaan liquida, komponen pengisi dan mengevaluasi
sediaan

E. Buku Bacaan

1. Aulton,M.E, 1996. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, Churchill


Livingstone, New York
2. Lieberman, H.A., Rieger, M.M., Banker. G.S., 1996, Pharmaceutical Dosage Form,
Disperse System, Vol.2, Marcel Dekker Inc., New York
3. Martin, A.,Swirbrick,J.Cammarata,A.1983. Physical Pharmacy, 3th.,ed.,Lea & Febriger.,
Philadelphia.
4. Remington, 2005, The Science and Practice of Pharmacy, 21th ed., Philadelphia

11
BAB II

FORMULASI DAN CARA PEMBUATAN

A. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mampu menjelaskan formulasi dan cara pembuatan


Indikator:
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Komposisi sediaan larutan
2. Bahan pertimbangan untuk skala produksi
3. Persiapan scale up
4. Tahapan umum produksi sediaan larutan

B. Deskripsi Singkat

Penggunaan dapar dalam sediaandigunakan untuk stabilitas bahan aktif/sediaan


Pendaparan sediaan dilakukan bila:
- Kelarutan bahan aktif dipengaruhi oleh pH
- Bahan aktif stabil pada pH tertentu
- Air sebagai pembawa / media
Pengawet digunakan untuk menjamin stabilitas bahan obat/sediaan selama penyimpanan
Persyaratan pengawet:
- Harus efektif thd mikroorganisme spektrum luas
- Stabil secara fisik, kimia, mikroiologi selama penyimpanan
- Tidak toksis, tidakmengiritasi, cukup larut, dapat bercampur dengan komponen lain
dalam formula, aseptabel

C. Materi

Penggunaan dapar dalam sediaandigunakan untuk stabilitas bahan aktif/sediaan


Pendaparan sediaan dilakukan bila:
- Kelarutan bahan aktif dipengaruhi oleh pH
- Bahan aktif stabil pada pH tertentu
- Air sebagai pembawa / media
Persyaratan dapar :
 Mempunyai kapasitas memadai dalam kisaran pH yang diinginkan
12
 Secar biologis harus aman
 Tidak mempengaruhi stabilitas produk akhir
 Memberikan warna dan rasa yang dapat diterima
 Gunakan bahan dapar yang memiliki harga Ka mendekati harga pH yang diinginkan
PENGAWET
Untuk menjamin stabilitas bahan obat/sediaan selama penyimpanan
Beberapa sumber kontaminasi mikroba:
Bahan baku, wadah dan peralatan proses, lingkungan, operator, bahan pengemas yang sangat
ditunjang oleh adanya air dalam sediaan
Perubahan fisika-kimia yang ditimbulkan oleh mikroba:
Fisika : - perub. Warna, viskositas, reologi
- timbul gas dan bau
Kimia : - hidrolisa,
- inaktivasi pengawet
- perubahan pH
- rekristalisasi karena adanya penguapan
Persyaratan pengawet:
- Harus efektif thd mikroorganisme spektrum luas
- Stabil secara fisik, kimia, mikroiologi selama penyimpanan
- Tidak toksis, tidakmengiritasi, cukup larut, dapat bercampur dengan komponen lain
dalam formula, aseptabel
Penggolongan pengawet yang banyak digunakan dalam bidang farmasi :
- Golongan alkohol
- Golongan asam
- Golongan ester
- Golongan senyawa amonium kuarterner
Efektivitas pengawet dipengaruhi oleh:
1. Kelarutan dalam air
2. Partisinya dalam fase polar/non polar
3. Disosiasi pada pengaruh pH lingkungan terkait dgn keberadaannya dalam bentuk terion/
tak terionkan
4. Interaksi dengan bahan lain dalam formula, misal pengaruh adanya surfaktan dalam
formula sediaan
Sering dijumpai pemakaiannya dalam kombinasi dengan tujuan meningkatkan efektivitasnya
Contoh:
Pengawet kombinasi nipagin – nipasol
 Thickening agent:
Bahan yang dapat memperbaiki konsistensi sediaan
Contoh: propilen glikol, gliserin, polietilen glikol, sirupus simplek
 Anti foaming agent

13
Ditambahkan bila sediaan mengandung busa, misalkan akibat penggunaan surfaktan
Contoh: alkohol
 Anti oksidan
Ditambahkan dalam formula untukmencegah terjadinya oksidasi bahan aktif
Contoh: Asam askorbat, Sodium meta bisulfit
 Anti caplocking agent:
Ditambahkan pada formula untuk mencegah terjadinya caplock akibat terjadinya penguapan dari
komponen dari pelarut yang mudah menguap, sehingga akan terjadi pengkristalan dari sakarosa
(pemanis)
 Corrigens (coloris, odoris, saponin)
Memberikan warna, bau dan rasa ditujukan untuk:
- Menunjang aseptabilitas produk
- Memberikan ciri/spesifikasi produk
- Penggunaan bahan-bahan tambahan pada formula
- Konsentrasi sesuai dengan tujuan penggunaan
- Perhatikan ADI masing-masing bahan
BAHAN PERTIMBANGAN UNTUK SKALA PRODUKSI:
TRIAL BATCH / SCALE
Proses penerapan skala laboratorium menuju skala produksi
Beberapa hal yang harus diperhatikan:
- Kapasitas produksi
- Efektivitas dan efisiensi proses produksi
- Reproducibility (reprodusibilitas antar batch):
setiap batch yang dibuat harus memenuhi spesifikasi yang sudah ditetapkan
Pelaksanaan:
- Tahap I : plasebo
- Tahap II : formula lengkap (min 3 x percobaan)
- Tahap III : commercial batch
PERSIAPAN SCALE UP:
OPERASIONAL QUALIFICATION (QO):
Pengujian terhadap suatu alat untuk memastikan bahwa alat tersebut dapat bekerja sesuai dengan
standar spesifikasinya
Dilakukan setiap alat tersebut akan digunakan
Contoh:
- Tombol pengatur jumlah putaran pengadukan pada alat mixing tank  jumlah rpm yang
diprogram sesuai /tidak
- Tombol pengatur suhu pada compounding tank  fungsi untuk mengatur suhu
sesuai/tidak

14
PERFORMANCE QUALIFICATION (PQ):
Pengujian terhadap suatu alat untuk memastikan bahwa alat tersebut dapat bekerja sesuai dengan
standar spesifikasinya/standar yang telah ditetapkan, sehingga akan menghasilkan suatu produk
sesuai dengan yang diharapkan
Yang dianalisa / diuji adalah produk yang dihasilkan oleh alat tersebut
Contoh :
- Kinerja Filling Machine  volume
- Kinerja Granulation Machine  ukuran granul
VALIDASI:
Suatu proses pembuktian dan pemastian dengan menggunakan metode yang sesuai bahwa proses
atau metode yang (akan) digunakan dalam proses produksi senantiasa menghasilkan hasil akhir
sesuai dengan standar yang telahditetapkan
Dalam praktek industri farmasi dikenal:
- Validasi proses
- Validasi metode
VALIDASI PROSES
- Validasi yang dilakukan terhadap setiap tahapan proses produksi untuk memastikan
bahwa keseluruhan proses dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan
- Contoh:
- Validasi proses produksi sediaan farmasi mulai bahan baku produksi sampai dengan
evaluasi produk jadi/produk akhir sampai tahap pengemasan produk
VALIDASI METODE:
- Validasi yang dilakukan terhadap suatu metode analisa yang akan digunakan, dengan
tujuan untuk memastikan, bahwa metode tersebut sudah memenuhi standar prosedur yang
sudah ditetapkan.
- Contoh:
- Validasi metode penetapan kadar secara spektrofotometri (parameter linieritas, akurasi,
LOD/LOQ reprodusibilitas dsb).
KALIBRASI:
Proses pengembangan nilai (penyetaraan) dari suatu alat ukur ke nilai sebenarnya dengan cara
membandingkan dengan standar kaiberator yang mempunyai trace ability ke standar yang lebih
tinggi
Contoh:
- Kalibrasi termometer
- Kalibrasi pH meter
- Kalibrasi gelas ukur
- Kalibrasi pipet
- Kalibrasi timbangan
- Dll

15
TAHAPAN UMUM PRODUKSI SEDIAAN LARUTAN:
Meliputi:
1. Penimbangan bahan baku (aktif dan tambahan)
2. Proses/tahap pelarutan
3. Proses/tahap pencampuran
4. Proses/tahap penjernihan/penyaringan
5. Proses/tahap filling & sealing
6. Proses/tahap pengemasan
- Pelaksanaan seluruh proses sesuai dengan protap yang sudah ditentukan
- Dilakukan kontrol pada tahapan tertentu yang merupakan tahapan kritis proses produksi
disebut In Process Control (IPC)
Peralatan pertama untuk Produksi:
1. Timbangan
2. Compounding tank
3. Filtration Unit
4. Holding tank
5. Filling machine
Peralatan untuk Kontrol Kualitas (Quality Control):
1. Instrumen analisa: Spektrofotometer, GC, HPLC,dll sesuai kebutuhan analisa
2. Alat-alat lain:
- pH meter
- Viscometer
- Pengukur moisture content dll
PROSES PELARUTAN
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- teknik pelarutan
- jenis pengaduk
- kecepatan pengadukan
- temperatur (dengan/tanpa pemanasan)
- waktu/lamanya pengadukan
IPC : kadar, kejernihan, warna, pH dll
PROSES PENCAMPURAN:
a. Pencampuran secara langsung
Seluruh komponen formula ditimbang sesuai kebutuhan, lalu dimasukkan ke dalam tangki
pencampur (compounding tank) secara bertahap (bahan aktif, bahan tambahan, ke dalam cairan
pembawa) diaduk sampai seluruhnya larut
b. Pencampuran secara tidak langsung
Terdiri dari 2 tahapan:
Masing-masing komponen dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut yang sesuai (dikelompok-
kan dulu antara larutan yang encer dan larutan yang kental

16
PROSES PENJERNIHAN/PENYARINGAN:
Tujuan :
- Menjamin standar mutu kejernihan (clarity)
- Semua bahan sudah terlarut sempurna
- Bebas dari kontaminan (selama proses)
Sebelum penyaringan biasanya ditambahkan aid filtration agent misal solca floc/selliceus
earth < 0.5 gram/liter
Cek kadar sebelum dan sesudah proses penyaringan untuk memastikan tidak terjadi
perubahan kadar akibat proses penyaringan
PROSES FILLING:
Biasanya langsung dengan sealing /penutupan wadah
Teknik filling:
1. Gravimetri
Pengukuran berdasarkan berat sediaan padat, cair)
2. Volumetri
Pengukuran berdasarkan volume (sediaan cair)
3. Constant level
Pengukuran berdasar ketinggian tertentu
IPC:
- Keseragaman bobot, volume atau tinggi sediaan
- Tes kebocoran (untuk penutupan/sealing)
PROSES PENGEMASAN:
Meliputi:
- Pemberian etiket dan label
- Pemberian brosur/leaflet
- Pengemasan dalam kemasan sekunder
IPC:
- Kebenaran etiket/label, brosur dan wadah
- Kualitas etiket/label, brosur dan wadah
- Ketepatan pemasangan
Produk yang sudah dikemas lengkap dikarantina dan siap didistribusikan
EVALUASI SEDIAAN LARUTAN
Macam evaluasi berdasar spesifikasi yang telah ditentukan (masing-masing pabrik bisa berbeda)
Biasanya meliputi:
1. Penetapan kadar bahan aktif
sesuai sifat bahan dan hasil validasi metode
2. pH
Alat: pH meter
3. Viskositas
Alat: Viskometer

17
Pemilihan jenis alat tergantung pada reologi sediaan
4. Berat jenis, dengan alat piknometer
5. Organoleptis meliputi:
kejernihan, warnam bau, rasa, dll
UJI ASEPTABILITAS SEDIAAN:
 Dibuat kriteria uji misal:
- kemudahan dioleskan
- kelembutan
- sensasi yang ditimbulkan
- kemudahan pencucian
 Buat skoring untuk masing-masing kriteria misal untuk kelembutan:
- agak lembut skor 1
- lembut skor 2
- sangat lembut skor 3
Lakukan untuk masing-masing kriteria
Untuk uji aseptabilitas antar formula (membanding kan), analisa data dapat dilakukan dengan
cara:
1. Tampilkan grafik (mis. Histogram) dan beberapa formual dalam bentuk skor masing-
masing kriteria
2. Tampilan grafik (mis. Histogram) dari beberapa formula dalam total skor seluruh kriteria
Catatan:
Pada saat menentukan skor tiap kriteria, sistem pemberian skor harus searah, sehingga formula
dengan skor tinggi menggambarkan sediaan paling aseptabel

D. Kegiatan

membuat dan memahamai formulasi sediaan liquida, komponen pengisi dan mengevaluasi
sediaan

E. Buku Bacaan
1. Aulton,M.E, 1996. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, Churchill
Livingstone, New York
2. Lieberman, H.A., Rieger, M.M., Banker. G.S., 1996, Pharmaceutical Dosage Form,
Disperse System, Vol.2, Marcel Dekker Inc., New York
3. Martin, A.,Swirbrick,J.Cammarata,A.1983. Physical Pharmacy, 3th.,ed.,Lea & Febriger.,
Philadelphia.
4. Remington, 2005, The Science and Practice of Pharmacy, 21th ed., Philadelphia

18
BAB III
SEDIAAN SIRUP

A. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mampu menjelaskan sediaan sirup

Indikator:
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Definisi syrup
2. Keuntungan dan kerugian sedian syrup
3. Formula umu syrup
4. Bahan pembantu
a. Pewangi
b. Zat pewarna
c. Pengawt
d. Antioksidan
e. Pemanis
f. Dapar
g. Cara perhitungan formulasi sediaan syrup: cara penimbangan, perhitungan dosiss
maksimum, dosis lazim dan dosis takaran
5. Dosis bahan aktif dalam sediaan likuida/cair
a. Penentuan takaran terkecil
b. Penentuan kemasan terkecil
6. Dry syrup
a. Karakteristik dry syrup
b. Bahan pada dry syrup
c. Pembuatan dry syrup
d. Keuntungan dan kerugian pembuatan dry syrup
e. Proses fabrikasi
7. Evaluasi sediaan syrup kering

B. Deskripsi Singkat

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup
simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-
66%, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). Sirup adalah larutan pekat gula atau gula lain

19
yang cocok yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan jerni
berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol yang lain dalam jumlah
sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat
meningkatkn kelarutan obat (Anonim, 1978).

C. Materi

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup
simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-
66%, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). Sirup adalah larutan pekat gula atau gula lain
yang cocok yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan larutan jerni
berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau polialkohol yang lain dalam jumlah
sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat
meningkatkn kelarutan obat (Anonim, 1978).
KEUNTUNGAN:
- Lebih mudah ditelan dibandingkan dengan sediaan padat sehingga mudah digunakan
untuk bayi, anak, dewasa dan lanjut usia
- Segera diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk larutan
- Obat secara homogeny terdistribusi keseluruh sediaan
- Mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan (contohnya Aspirin, KCL)
karena segera diencerkan oleh isi lambung.
KERUGIAN:
- Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan sediaan tablet atau
kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis
- Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuan mikroorganisme, oleh karena itu
memerlukan penambahan pengawet.
- Ketepatan dosis tergantung pasien untuk menakar
- Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan dalam bentuk
larutan dibandingkan dalam bentuk padat
BAHAN PEMBANTU
 Anticaploking agent
Mencegah kristalisasi gula di cup botol umumnya digunakan alcohol plyhydric seperti gliserol,
sorbitol, atau propilenglikol. (Aulton, 254-267). Kosentrasi penggunaan bahan-bahan tersebut
dapat dibaca di handbook of pharmaceutical excipients.
 Pewangi (Flavouring agent)
Digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dan membuat agar obat dapat diterima oleh pasien
terutama anak-anak.

20
 Zat pewarna
Ditambahkan ke dalam sediaan oral cair untuk menutupi penampilan yang tidak menarik atau
meningkatkan penerimaan pasien. Pemakaian zat warna juga harus dipertimbangkan kelarutan,
stabilitas, ketercampuran dan kosentrasi zat warna dalam sediaan
 Pengawet
Pengawet yang digunakan itu harus nontoxic, tidah berbau, stabil dan dapat bercampur dengan
komponen formula lain. Biasanya pemakaia pengawet dalam suatu formula sering dikombinasi,
hal ini karena penggunaan bahan pengawet secara kombinasi adalah dalam rangka meningkatkan
kemampuan spectrum antimikroba, efek yang sinergis memungkinkan penggunaan pengawet
dalam jumlah kecil singga kadar toksisitasnya menurun dan mengurangi terjadinya resistensi.
Contoh bahan pengawet;
Asam dan garam benzoate (0,01- 0,1 %)
Asam dan garam sorbet (0,05-0,2%)
Methylparaben (0,015-0,2%)
Propilparaben (0,01-0,02%)
Penggunaan metylparaben dan propylparaben jika dikombinasikan kosentrasi pemakaian
metilparaben 0,18 dan propilparaben 0,02.
(Handbook of excipient)
 Antioksidan
Antioksidan yang ideal bersifat nontosik,oniritan, efektif pada kosentrasi rendah larut dalam fase
pembawa dan stabil.
Contoh antioksidan:
Asam askorbat (pH stabil 5,4, kosentrasi penggunaan 0,01-0,1%)
Asam sitrat 0,01-1%
Na- metabisulfit
Na-sulfite
(Handbook of exipient)
 Pemanis
Pemanis merupakan bahan yang berfungsi menutupi rasa yang kurang disukai pasien.
Contoh bahan pemanis
1. Sukrosa
Sukrosa membentuk larutan tidak berwarna yang stabil di pH 4-8. Pemakaian sukrosa dalam
kadar tinggi dapat memberikan rasa manis yang dapat menutupi rasa pahit /asin dari beberapa
senyawa obat serta dapat pula berfungsi dalam peningkatan viskositas.
Sorbitol, manitol, gliserol, xytol
Merupakan pemanis yang biasa digunakan untuk penderita dibetes mellitus, namun dalam dosis
tinggi dapat menyebabkan diare. Selain sebagai bahan pemanis sorbitol juga dapat digunakan
sebagai bahan pengental.
2. Aspartam

21
Bahan ini umum digunakan untuk makanan dan minuman. Aspartame ini bisa terhidrolisis ketika
dipanaskan pada suhu tinggi sehingga rasa manisnya bisa hilang.
3. Thaumatin
Snyawa ini merupakan senyawa paling manis, penggunaanya kadang dikombinasikan dengan
gula karena suka terasa pahit dan rasa logam stelah mengonsumsi pemanis ini.
Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan pH
terhadap penambahan sedikit asam atau basa.
Kapasitas dapar : kemampuan dapar untuk mempertahankan efektivitasnya pada penambahan
sejumlah asam atau basa.
Kapasitas dapar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi absolut komponen dapar.

PERSYARATAN DAPAR :
- Harus sesuai dengan range pH yang ditentukan.
- Compatibel dengan flokulating agent
- Secara farmakologi aman
- Tidak mempunyai efek atau sesedikit mungkin berpengaruh pada stabilitas dan efektifitas
pH yang dihasilkan
- Harus dapat tercampurkan dengan bahan tambahan lain dalam sediaan
Dapar dibutuhkan apabila:
- Bahan obat stabil pada pH tertentu
- Kelarutan bahan obat dipengaruhi oleh pH
- Efektivitas bahan obat maupun bahan tambahan dipengaruhi oleh pH (obat diabsorpsi
dalam keadaan tak terionkan
 pengawet efektif dalam keadaan tak terionkan)
- Untuk reprodusibilitas produk
PENGAWETAN:
 Pengawetan Fisik pada dasarnya dilakukan dengan mematikan mikroba secara
keseluruhan yaitu dengan cara:sterilisasi, radiasi, pengaturan formula dan kondisi
penyimpanan.
 Pengawetan kimia Digunakan bahan-bahan pengawet yang terdiri dari:
- Bahan alam (minyak atsiri)
- Enzim dan protein
- Pengawet sintetik
Dosis pemakai tiap takaran ditentukan oleh peformula dengan perhitungan mengacu pada DM,
DL atau DP. Perhitungan dosis yang disarankan yaitu untuk umur 2-5 thn, 6-12 thn dan diatas 12
thn (dewasa). Takaran dosis yang dipakai yaitu tiap 5 ml (cth), 8 ml (cp) dan 15 ml (C.),

22
Contoh: Dextrometorphan, DL= - /15-30 mg

23
24
Dosis adalah takaran terkecil yang diterima oleh penderita.

MACAM – MACAM DOSIS :


• Dosis lazim : takaran terkecil yang diterima oleh penderita untuk dapat
menimbulkan efek yang dikehendaki
• Loading Dose : dosis awal untuk mencapai kadar tertentu obat dalam darah sehingga
dapat menghasilkan efek yang dikehendaki
• Maintenen Dose : dosis pemeliharaan yaitu takaran terkecil yg diberikan pada penderita
untuk mempertahankan efek yang dikehendaki
• Dosis maksimum : takaran terbesr yang masih dapat diterima oleh penderita untuk dapat
menimbulkan efek yang dikehendaki tanpa menimbulkan toksisitas
PEMBAGIAN UMUR PENDERITA YANG LAZIM DIGUNAKAN UNTUK
PERHITUNGAN DOSIS :
• Dewasa : bila tidak disebutkan lain dewasa adalah 20 tahun ke atas
* obat tertentu; dewasa mulai 12 tahun keatas
• Anak – anak : 1 tahun – 12 tahun
* obat tertentu tidak dapat diberikan kepada penderita < 2 tahun

25
• Bayi : 0 bulan – satu tahun
• Geriartri / manula : 65 tahun keatas
Dosis untuk bayi
(Tabel berat badan dari ISO)
Usia Pria Wanita Rata-rata Parasetamol yang
(Bulan) kg/BB diperlukan
(mg)
0 3,1 3,0 3,05 30,5
1 4,2 3,8 4,0 40
2 5,2 4,8 5,0 50
3 5,9 5,4 5,65 56,5
DRY SYRUP:
Karakteristik dry sirup :
1. Campuran serbuk hrs homogen
2. Rekonstitusi  mudah dan cepat terdispersi dlm pembawa
3. Redispersi dan penuangan mudah
4. Aseptabel, bentuk, bau dan rasa
A. Bahan aktif :
• Amoxicillin
• Ampicillin
• Cephalexin
• Dicloxacillin
• Erythromycin
• Penicillin V potassium
• Dll
B. Bahan Tambahan :
• Suspending agent
• Sweetener
• Wetting agent
• Preservative
• Flavor
• Buffer, Color
• Anticaking agent
• Flocculating agent
• Solid diluent
• Antifoaming
• Granule disintegrant
• Antioxidant, lubricant

26
Granulated product
1. . Reduksi ukuran partikel :
- bahan bentuk serbuk di milling dgn mesh size
tertentu, dilengkapi screen/ayakan
- perameter kritis: - kecepatan milling
- ukuran mesh
2. Pencampuran suspending agent, wetting agent dan anti foaming agent :
- wetting agent + anti foaming agent
- suspending agent ditambahkan perlahan-lahan pada campuran wetting agent & anti foaming
agent
- parameter kritis : - kecepatan pengadukan
- waktu pengadukan
3. Pencampuran bahan aktif :
- bahan yang sudah dimilling ditambahkan pada campuran langkah no. 2, diaduk sampai
homogen
- parameter kritis : - kecepatan pengadukan
- waktu pengadukan
4. Granulasi :
Pada campuran no. 3, dilakukan pembentukan granul dgn mesh size tertentu (dengan cairan
pembentuk masa granul)
5. Pengeringan :
Granul hasil langkah no. 4 dikeringkan sampai % moisture content tertentu (tray oven atau fluid
bed drier)
parameter kritis : - temperatur
- waktu pengeringan
6. Milling :
Hasil pengeringan, distribusi ukuran partikel
7. Final blend : (pencampuran akhir)
Parameter kritis : - waktu & kecepatan pengadukan
Evaluasi sediaan syrup kering:
1. Waktu rekonstitusi
2. Sediment parameter
3. Ease of redispersibility
4. Rheological measurement and viscosity
5. Zeta potential measurement
6. Particle size measurement
7. Centrifugation
8. pH measurement
9. Density measurement
10. Dissolution

27
11. Preservative efficacy test
12. Safety test

D. Kegiatan

membuat dan memahamai formulasi sediaan liquida, komponen pengisi dan mengevaluasi
sediaan

E. Buku Bacaan

Lieberman H.A., Rieger M.M/, Banker B.S., 1996.Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse
Systems, Second Ed., Revised and Expanded, Marcel Dekker, Inc., New York.
Martin A., Bustamante P., Chun A.H.C., 1993. Physical Pharmacy, 4 th Ed., Lea and Febiger.,
Philadelphia.
Wade A and Weller P.J., 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Second Ed., The
Pharmaceutical Press London.

28
BAB IV

SEDIAAN ELIXIR

A. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mampu dan memahami serta menjelaskan sediaan liquida/larutan


Indikator:
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Definisi elixir
2. Tujuan pembuatan elixir
3. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan elixir
4. Evaliuasi sediaan

B. Deskripsi Singkat

Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap, mengandung
atau selain obat dan zat tambahan seperti pemanis, pengawet, pewarna, pewangi dan zat
tambahan lainya. Bila dibandingkan dengan syrup, elixir biasanya kurang manis dan kurang
kental karena mengandung gula lebih rendah sehingga kurak efektif dalam menutupi rasa obat
yang kurang menyenangkan. Karena elixir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas
obat baik yang larut dalam air maupun alcohol dalam larutan elixir. Disamping itu elixir mudah
dibuat maka dari itu elixir lebih disukai. Kadar etanol dalam elixir berfariasi mulai dari yang
terendah 3 % dan paling tinggi 44%. Pada umumnya elixir mengandung 5-10% etanol.

C. Materi

Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap, mengandung
atau selain obat dan zat tambahan seperti pemanis, pengawet, pewarna, pewangi dan zat
tambahan lainya. Bila dibandingkan dengan syrup, elixir biasanya kurang manis dan kurang
kental karena mengandung gula lebih rendah sehingga kurak efektif dalam menutupi rasa obat
yang kurang menyenangkan. Karena elixir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas
obat baik yang larut dalam air maupun alcohol dalam larutan elixir. Disamping itu elixir mudah

29
dibuat maka dari itu elixir lebih disukai. Kadar etanol dalam elixir berfariasi mulai dari yang
terendah 3 % dan paling tinggi 44%. Pada umumnya elixir mengandung 5-10% etanol.
Tujuan pembuatan elixir:
 Mempertinggi kelarutan zat berkhasiat
 Homogenitas lebih terjamin
 Zat berkhasiat lebih terabsorbsi dalam keadaan terlarut
 Sediaan berasa manis dan aroma lebih sedap
 Dapat digunakan oleh oaring yang sukar menelan obat terutama anak-anak.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan elixir:
1. Pertumbuhan Kristal yang disebabkan oleh perubahan suhu, keseragaman ukuran, dll.
2. Ketercampuran zat aktif dengan pelarut campur ataupun zat tambahan untuk menghindari
terjadinya pengendapan. Dasar pemilihan pelarut campur ; tosisitas, kelarutan,
ketercampuran bahan.
3. Untuk penambahan bahan sirupus simplek lebih dari 30 % harus diperhatikan terjadinya
caploking pada tutup botol sediaan. Karena itu perlu diberikan anticaploking seperti
gliserol, sorbitol dll. Penambahan gliserol dalam dosis tinggi perlu diperhatikan karena
dapat menyebabkan diare.
4. Dalam peningkatkan penerimaan perlu diberikan peningkatan rasa dengan penambahan
pemanis dalam sediaan, disamping itu ditambahkan rasa dan warna yang sesuai.
5. Untuk sediaan oral pemilihan zat aktif perlu memperhatikan pemerian (rasa,bau).
Pemanis yang digunakan umunya antara lain: gula, sirupus simplek, sorbitol, siklamat,
aspartame.
6. Karena ada komponen air yang mudah dijadikan media pertumbuahn mikroorganisme
maka perlu ditambahkan pengawet biasanya nipagin, nipasol dan na benzoate.
7. Antar warna dan essen yang ditambahkan harus ada kesesuaian
Evaluasi sediaan:
 Uji sifat fisik sediaan elixir antara lain:
 Organoleptis
Uji ini mengevaluasi sediaan dari segi bentuk, bau, rasa, dan warna.
 pH
dilakukan dengan menggunakan pH meter atau stik pH untuk mengetahui pH sediaan.
 Kejernihan
Dilakukan dengan mengamati larutan sediaan yang sudah dimasukan kedalam tabung
reaksi diamati dibawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus kerah bawah tabung. Suatu
cairan dikatakan jernih jika kejernihanya sama dengan air.
1. Berat Jenis
Menurut FI ed IV hal 1030 uji berat jenis dilakukan dengan cara
 Menimbang piknometer kering dan bersih
 Memasukan sampel kedalam piknometer atur suhu 25o
 Selanjutnya diamkan hingga suhu menjadi 20o

30
 Mengatur suhu kembali menjadi 25o
 Menimbang pikno+sampel, catat hasil penimbangan kemudian hitung BJ tersebut.
 
M
ρ=
V
Keterangan :
ρ = berat jenis
M = Massa (g)
V = Volume (ml)

31
D. Kegiatan

membuat dan memahamai formulasi sediaan liquida, komponen pengisi dan mengevaluasi
sediaan

E. Buku Bacaan

Lieberman H.A., Rieger M.M/, Banker B.S., 1996.Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse
Systems, Second Ed., Revised and Expanded, Marcel Dekker, Inc., New York.
Martin A., Bustamante P., Chun A.H.C., 1993. Physical Pharmacy, 4 th Ed., Lea and Febiger.,
Philadelphia.
Wade A and Weller P.J., 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Second Ed., The
Pharmaceutical Press London.

32
Bab V

SEDIAAN SUSPENSI

A. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mampu menjelaskan dan menentukan sediaan suspensi


Indikator:
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Definisi sediaan suspensi
2. Alasan bahan aktif diformulasiakn suspensi
3. Karakteristik suspensi
4. Factor yang perlu diperhatikan pada sediaan suspensi
5. Tahapan formulasi sediaan suspense

B. Deskripsi Singkat

Sediaan suspense adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih bahan aktif padat (tidak larut)
yang terdispersi dalam medium cair (umumnya air)
Pembagian Sediaan Suspensi Berdasarkan cara Penggunaan:
• Oral Aqueous Suspensions
• Dry Syrup/ For Oral Suspensions/Reconstituable Suspensions
• Topical Suspensions
Alasan bahan aktif diformulasi bentuk Suspensi:
1. Beberapa orang sulit menelan obat bentuk tablet, kapsul
2. Sukar larut dalam air
3. Dalam bentuk terlarut berasa pahit
4. Lebih stabil secara kimia daripada bentuk terlarut
5. Lebih siap secara bioavailabilitas daripada bentuk tablet atau kapsul

C. Materi

Sediaan suspense adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih bahan aktif padat (tidak
larut) yang terdispersi dalam medium cair (umumnya air)
Pembagian Sediaan Suspensi Berdasarkan cara Penggunaan:
• Oral Aqueous Suspensions
• Dry Syrup/ For Oral Suspensions/Reconstituable Suspensions
• Topical Suspensions

33
Alasan bahan aktif diformulasi bentuk Suspensi:
1. Beberapa orang sulit menelan obat bentuk tablet, kapsul
2. Sukar larut dalam air
3. Dalam bentuk terlarut berasa pahit
4. Lebih stabil secara kimia daripada bentuk terlarut
5. Lebih siap secara bioavailabilitas daripada bentuk tablet atau kapsul
Karakteristik fisik suspensi yang baik :
1. Tetap homogen dalam waktu tertentu
2. Endapan yang terbentuk mudah diredispersi
3. Viskositas cukup (terlalu tinggi sulit dituang, terlalu rendah cepat mengendap)
4. Partikel harus kecil dan uniform untuk mendapatkan sediaan yang halus, akseptabel dan
bebas dari gritty texture (berpasir)
Faktor yang diperhatikan pada formulasi sediaan suspensi :
1. Homogenitas dosis
2. Pengendapan
3. Pemadatan endapan
4. Agregasi partikel suspensi
5. Kemudahan pendispersian
6. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
Penyusunan formula sediaan suspensi dengan pembawa air, memperhatikan teori – teori:
• wetting
• surface tension
• zeta potential
• agregasi dan caking
• Floculant
• Pengendapan
• Rheoligy
Tahapan formulasi sediaan suspense:
• Praformulasi
• Pembuatan
• Evaluasi
1. Sediment parameter
Sedimentation volume:
Vu
F = X 100
Vo
F = sedimentation volume
Vu = volume of sediment
Vo = volume of suspension before settling
Kurva  F vs waktu (menit atau hari dll)
prediksi cukup waktu homogen dan tidak terjadi caking
Degree of flocculation :
34
F
β=
F∞
F∞ = sedimentation volume of the deflocculated suspension
Menyatakan peningkatan volume sedimentasi akibat flocculasi, β = 5.0  volume sedimentasi
dlm keadaan flucculasi lima kali dari keadaan deflocculasi
2. Ease of redispersibility
• Stanko and Dekay :
100 ml suspension (wadah silinder)
 diputar 360o, 20 rpm
Jumlah putaran yg diperlukan  tidak ada endapan
• Dekay and Lesschaft :
kocok 90o arc
Waktu/jumlah pengocokan yg diperlukan  tidak ada endapan
3. Rheological measurement and viscosity
 Single rate of shear  viscosity
 More then one rate of shear  rheological behavior
4. Particle size measurement
• mocroscopic or coulter counter
• deteksi adanya pertumbuhan agregat/kristal  perubahan sedimantation rate, ease of
redispersibility, caking, efficacy
5. pH measurement
pH meter  adjust bila perlu
6. Density measurement
picnometer  suhu tertentu

D. Kegiatan

membuat dan memahamai formulasi sediaan liquida, komponen pengisi dan mengevaluasi
sediaan

E. Buku Bacaan
Lieberman H.A., Rieger M.M/, Banker B.S., 1996.Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse
Systems, Second Ed., Revised and Expanded, Marcel Dekker, Inc., New York.
Martin A., Bustamante P., Chun A.H.C., 1993. Physical Pharmacy, 4 th Ed., Lea and Febiger.,
Philadelphia.
Wade A and Weller P.J., 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Second Ed., The
Pharmaceutical Press London

35
Bab VI

SEDIAAN EMULSI

A. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mampu menjelaskan dan mendefinisikan emulsi


Indikator:
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Definisi emulsi
2. Type emulsi
a. Tipe O/W
b. Tipe W/O
c. Tipe W/O/W
d. Tipe O/W/O
3. pembuatan emulsi
4. alat untuk pembuatan emulsi
a. pengaduk
b. blender
c. homogenizer
d. colloid mill
5. ketidak stabilan emulsi
a. breaking
b. creaming
c. inversi
6. cara pemilihan surfaktan dalam formulasi emulsi
7. evaluasi emulsi
8. inversi fase
9. contoh formula dan pembuatan emulsi

B. Deskripsi Singkat

Emulsi adalah suatu system yang terdiri dari 2 fase cair, yang satu terdispersi dalam yang lain
sebagai globul (butir-butir kecil)
emulsi diartikan sebagai campuran homogen 2 cairan yang dalam keadaan normal tidak dapat
bercampur (fase air dan Fase minyak) dengan pertolongan suatu bahan penolong yang disebut
emulgator.

36
Dalam system dispersi :
– Cairan yang terdispersi dalam fase dispers/fase intern
– Cairan dimana terdapat fase dispers medium dispers/fase ekstern
• Fase berair : dapat berupa air/campuran sejumlah substansi hidrofil (alcohol, glikol, gula,
garam mineral, garam organik, dll.)
• Fase organik/berminyak : terdiri dari substansi lipofil ( Asam lemak, alcohol asam lemak,
lilin, zat--zat aktif liposoluble, dll)

C. Materi

Emulsi adalah suatu system yang terdiri dari 2 fase cair, yang satu terdispersi dalam yang lain
sebagai globul (butir-butir kecil)
emulsi diartikan sebagai campuran homogen 2 cairan yang dalam keadaan normal tidak dapat
bercampur (fase air dan Fase minyak) dengan pertolongan suatu bahan penolong yang disebut
emulgator.
Dalam system dispersi :
– Cairan yang terdispersi dalam fase dispers/fase intern
– Cairan dimana terdapat fase dispers medium dispers/fase ekstern
• Fase berair : dapat berupa air/campuran sejumlah substansi hidrofil (alcohol, glikol, gula,
garam mineral, garam organik, dll.)
• Fase organik/berminyak : terdiri dari substansi lipofil ( Asam lemak, alcohol asam lemak,
lilin, zat--zat aktif liposoluble, dll)
Tipe emulsi :
 Tipe O/W
 Tipe W/O
 Tipe W/O/W
 Tipe O/W/O
 Mikroemulsi
1. Tipe O/W
 In this emulsion oil is the dispersed phase and water is the dispersion medium
 These emulsions are used mainly for internal/oral use as bitter or disagreeable taste and
odor of drugs can be masked by emulsification
 Externally these emulsions are used for formulating non greasy creams, lotions and
liniments
2. Tipe W/O
 In this emulsion water is the dispersed phase or the internal phase and oil is the dispersion
medium or the external phase.
 They are mainly used externally as lotions and creams as the external layer of oil forms
an occlusive layer and prevents the evaporation of moisture from the surface of the skin
 They y are also effective as cleansing g cream as they solubilize the oil soluble dirt from the
surface. Example: Cold creams
37
3. Tipe O/W/O and W/O/W
 Oil in water in oil (o/w/o) emulsion consists of very small droplets of oil dispersed in the
water globules of water in oil emulsion
 Water in oil in water (w/o/w) emulsion consists of droplets of water dispersed in the oily
phase of oil in water emulsion
 Multiple emulsions are primarily used for formulating sustained release dosage forms as
the drug entrapped in the innermost layer has to pass through the other two phases before
being released for absorption.
4. Microemulsions
 Microemulsions are thermodynamically stable clear isotropic solution of oil, water and
amphiphile (Emulsifying agent).
 They are homogeneous in nature. They contain globules having a diameter ranging from
0.1 to 100 micrometers. These emulsions appear as transparent solutions
PEMBUATAN EMULSI :
Cara pencampuran
1. Bila menggunakan surfaktan

 surfaktan yang larut dalam minyak, larutkan dalam minyak surfaktan yang larut dalam
air, larutkan dalam air. Campurkan, maka akan terbentuk sabun hasil reaksi sebagai
emulgator
 Fase minyak ditambah surfaktan (misal tween, span) dipanaskan 60- -70 0 C, kemudian
fase air ditambahkan porsi perporsi sambil diaduk sampai terbentuk emulsi, dan diaduk
terus sampai dingin.
1. Bila menggunakan hidrokoloid atau padatan yang terdispersi
 Metode anglosaxon
Dibuat musilago antara emulgator dengan bagian air, kemudian minyak dan air
ditambah sedikit demi sedikit secara bergantian sambil diaduk
 Metode Continental (4-2-1)
Minyak 4 bagian ditambah gom 1 bagian dihomogenkan dalam motir kering, kemudian
ditambah 2 bagian air, diaduk hingga terjadi korpus emulsi, kemudian ditambah air
sedikit demi sedikit sampai habis sambil diaduk.
PENGAWETAN EMULSI
Pengawet sebaiknya mempunyai sifat : toksisitas rendah, stabil (dalam panas dan penyimpanan),
dapat campur dengan bahan alin, efektif sebagai anti mikroba. Selain itu emulsi juga dapat
rusak karena oksidasi, maka dapat diberi antioksidan.
ALAT UNTUK PEMBUATAN EMULSI
Semua alat untuk pembuatan emulsi mempunyai karakteristik :
 Memperkecil ukuran partikel dan sekaligus menghomogenkan campuran
 Hanya memperkecil ukuran partikel saja
Pengaduk (mikser)

38
Jenisnya beragam tergantung cari banyaknya volume, kekentalan dsb. Dapat menghomogenkan
sekaligus memperkecil ukuran partikel. Efek menghomogenkan lebih dominan, pengecilan
partikel terjadi karena benturan antara partikel dengan partikel yang lain serta dengan dinding
dan pengaduk.
Blender
1. Mekanisme Pengecilan ukuran partikel.
2. Efektivitas penghomogenan
Homogenizer
Mempunyai karakteristik memperkecil ukuran partikel yang sangat efektif, namun tidak
menghomogenkan. Pengecilan ukuran partikel karena cairan ditekan dan dipaksa melalui suatu
celah yang sempit, kemudian dibenturkan ke dinding atau ditumbukkan pada peniti-peniti
metal yang ada dalam celah tersebut. Bisa didapat partikel dengan diameter < 1 um
Colloid mill
Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggilas partikel sehingga didapat ukuran yang lebih kecil.
Kalau dari prinsip kerja alat ini tidak efektif untuk menghomogenkan cairan, tetapi dalam
praktek bagian rotor alat ini dilengkapi dengan sejenis baling-baling sehingga menaikkan
efektifitas pengadukan cairan.
Ultrasonik
Prinsip kerja alat ini adalah dengan cara memberikan gelombang ultrasonik melalui cairan,
dengan frekuensi 20-50 kilocycles/detik. Dengan adanya gelombang tersebut partikel pecah
menjadi ukuran yang lebih kecil. Alat ini cocok untuk pembuatan emulsi yang cair atau dengan
viskositas menengah.
KETIDAKSTABILAN EMULSI
Ketidakstabilan yang dimaksud adalah: suatu peristiwa perubahan fisik dari emulsi yang terjadi
sewaktu pembuatan atau setelah penyimpanan, yaitu :
 Emulsi pecah
 Creaming
 Inversi
EMULSI PECAH/BREAKING
Penyebab: karena terjadi penurunan luas antarmuka antara fase dispers dan medium dispers yang
relatif sangat cepat sampai suatu luas antar muka minimal, sehingga terjadi 2 fase yang memisah
total (peristiwa koalesensi). Peristiwa ini akibat upaya penurunan energi bebas permukaan karena
tegangan antar muka yang sangat tinggi, kebanyakan irreversible.
CREAMING
Yaitu: peristiwa emulsi terbagi 2, yang satu lebih banyak mengandung fase intern sedang yang
lain lebih banyak fase ekstern.
 Masih bersifat reversible.
 Peristiwa creaming merupakan peristiwa flokulasi, kalau berlanjut terjadi koalesensi
(pecah)
INVERSI

39
Yaitu : peristiwa pembalikan tipe emulsi
 Penyebab : suhu, komposisi bahan penyusun, dll.
 Umumnya terjadi bila menggunakan surfaktan pada emulgator, dan pada suatu HLB yang
dekat dengan perubahan sifat hidrofil dan lipofil. Pada emulsi dg emulgator hidrokoloid
jarang terjadi, karena hidrokoloid lebih bersifat hidrofil.
Tabel Beberapa zat Pengemulsi yang sering digunakan
Nama Golongan Tipe emulsi yang terbentuk
• Trietanolamin oleat zat aktif permukaan o/w (HLB = 12)
(anionik)
• N-setil N-etilmorfilinum zat aktif permukaan o/w (HLB = 25)
etosulfat (Atlas G-263) (kationik)
• Sorbitan mono-oleat zat aktif permukaan w/o (HLB = 4,3)
(Atlas Span 80) (non ionik)
• Polioksietilen Sorbitan zat aktif permukaan o/w (HLB = 15)
mono-oleat (Atlas Tween 80) (non ionik)
KELARUTAN SURFAKTAN DALAM AIR
HLB
1. Tak terdispersi dalam air 1-4
2. Terdispersi dengan kasar 3-6
3. Seperti susu dengan penggojokan 5-8
4. Dispersi seperti susu yang stabil 8-10
5. Terjadi dispersi yang translusid 10-13
6. Terjadi larutan jernih ≥ 13
Jika 2 surfaktan dicampur, maka nilai HLB campuran merupakan jumlah dari masing-masing
HLB, sesuai dengan proporsi campurannya.
Misalnya: 70 bagian tween 80 (HLB = 15,0)

30 bagian span 80 (HLB = 4,3)


jadi HLB campuran :
Tween 80= = 70/100 x 15,0 = 10,5
Span 80= 30/100 x 4,3 = 1,3
HLB Campuran 11,8
EVALUASI
 Warna emulsi
 Tipe emulsi
 Analisa ukuran partikel atau diameter bola-bola fase terdispersi dari waktu kewaktu.
 Analisa pertumbuhan bakteri
 Degradasi kimia

INVERSI FASE (PERUBAHAN FASE)

40
 Dengan metode inversi dapat dihasilkan emulsi yang lebih halus
 Inversi fase dapat terjadi :
 Perubahan perbandingan volume fase terdispersi dan pendispersi → (continental
method)
 Penambahan bahan sehingga mengubah pengemulsi. Misal emulsi o/w dengan
pengemulsi natrium stearat, dengan penambahan kalsium klorida tipe emulsi
menjadi w/o.
CONTOH FORMULA
Safflower oil 30 ml
Glycerin 20 ml
Rose oil (or other oil) 2 ml
Polysorbat 80 2 ml
Benzyl alcohol 1 ml
Purified water ad 100 ml
CARA PEMBUATAN
1. Ukur masing-masing bahan
2. Campur safflower oil, rose oil dan polysorbat hingga homogen
3. Campur glycerin dengan benzyl alcohol dan tambahkan 45 ml air untuk membentuk fase
air
4. Tambahkan (3) kedalam (4) dan aduk hingga homogen

D. Kegiatan

membuat dan memahamai formulasi sediaan liquida, komponen pengisi dan mengevaluasi
sediaan

E. Buku Bacaan
Lieberman H.A., Rieger M.M/, Banker B.S., 1996.Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse
Systems, Second Ed., Revised and Expanded, Marcel Dekker, Inc., New York.
Martin A., Bustamante P., Chun A.H.C., 1993. Physical Pharmacy, 4 th Ed., Lea and Febiger.,
Philadelphia.
Wade A and Weller P.J., 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Second Ed., The
Pharmaceutical Press London

Bab VII

41
SEDIAAN AEROSOL

A. Kompetensi Dasar dan Indikator

Mahasiswa mampu dan mengerti serta mendefinisikan mengenai aerosol


Indikator:
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Definisi aerosol
2. Keuntungan sediaan aerosol
3. Komponen kemasan aerosol
4. Formulasi aerosol
5. Tipe tipe system
a. System larutan
b. System berbasis air
c. System suspense atau disperse
d. System busa
6. Aerosol MDI
a. Keuntungan
b. Kerugian
c. Pembuatan MDI
7. Dry powder inhaler (DPI)
8. Nebulezer

B. Deskripsi Singkat

Aerosol adalah bentuk sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif dalam wadah kemasan
bertekanan, berisi propelan yang dapat memancarkan isinya berupa kabut hingga habis, dapat
digunakan untuk obat dalam atau obat luar dengan menggunakan propelan yang cocok.
Aerosol merupakan sistem yang bergantung pada kekuatan dari liquid gas yang terkompresi
untuk mengeluarkan isi dari kontainer
Komponen kemasan aerosol:
1. Propelan
2. Wadah
3. Katup dan Pengerak
4. Produk Pekat

C. Materi

42
Aerosol adalah bentuk sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif dalam wadah kemasan
bertekanan, berisi propelan yang dapat memancarkan isinya berupa kabut hingga habis, dapat
digunakan untuk obat dalam atau obat luar dengan menggunakan propelan yang cocok.
Aerosol merupakan sistem yang bergantung pada kekuatan dari liquid gas yang terkompresi
untuk mengeluarkan isi dari kontainer
Komponen kemasan aerosol:
1. Propelan
2. Wadah
3. Katup dan Pengerak
4. Produk Pekat
Keuntungan sediaan aerosol:
1. Sediaan lebih stabil (terhindar dari oksigen dan atau kelembaban)
2. Efek obat dapat cepat terjadi pada tempat yang diinginkan ( semprot/spray, busa)
3. Dapat mengurangi terjadinya iritasi yang dihasilkan oleh pemakaian mekanis obat topikal
PROPELAN
 Bertanggung jawab mendorong produk apabila katup dibuka dan membantu produksi
busa dari produk
 Tipe Propelan yang banyak digunakan:
1. Tipe Hidrokarbon terfluorinasi (Fluorokarbon)
Contoh : trikloromonofluorometana, diklorodifluorometana, diklorotetrafluoroetana oral,
inhalasi
2. Tipe Hidrokarbon
Contoh : propana, butana ,isobutana dan gas terkompresi seperti nitrogen, karbondioksida
sediaan topical
Jenis propelan mempunyai tekanan yang berbeda-beda. Kombinasi propelan dapat
menaikkan/menurunkan tekanan campuran. Jumlah tekanan yang dihasilkan dihitung dengan
Hukum Dalton
WADAH
 Harus mampu menahan Tekanan tinggi : 140 – 180 psig pada 130 0 F
 Macam wadah
1. Bahan Logam
A. Baja berlapis timah
B. Alumunium
C. Baja antikarat
II. Kaca
A. Kaca tidak bersalut
B. Kaca bersalut plastic

KATUP DAN PENGGERAK

43
 Katup Diperlukan dalam kemampuannya menyampaikan/menyalurkan obat dalam
jumlah tertentu, sehingga perlu dilakukan juga pengujian terhadap mudah/tidaknya
kemampuan membuka dan menutup
 Penggerak : untuk menjamin bahwa produk aerosol disampaikan dalam bentuk yang tepat
dan diinginkan, sehingga harus memudahkan pembukaan dan penutupan katup
 Tipe Katup
A. Katup spray kontinu
B. Katup Pengukur
Tipe Penggerak
 Spray (semprotan)
 Busa
 Aliran Padat
 Penerapan khusus ( krongkongan, hidung, mata, saluran vagina)
Formulasi Aerosol Farmasi
 Formulasi aerosol secara umum terdiri dari dua komponen :
1. Produk pekat : zat aktif atau campuran zat aktif, pelarut,antioksidan, zat penstabil/surfaktan
(pensuspensi, pengemulsi)
2. Propelan : bentuk tunggal atau campuran
 Prinsip : Pemilihan Formulasi tergantung tipe system yang akan dibuat sediaan aerosol
dengan karekteristik produk seperti : suatu kabut yang halus, semprotan basah, busa yang
cepat pecah, busa stabil, semipadat, atau padatan
Tipe-tipe Sistem
1. Sistem Larutan (kisi2)
 Merupakan sistem 2 fase yaitu fase uap dan fase cair
 Jika zat aktif larut dalam propelan maka tidak diperlukan lagi pelarut lain
 Pemilihan propelan tergantung pada tipe semprotan yang diperlukan. Contoh :
a. Untuk menghasilkan partikel yang sangat halus digunakan propelan 12 atauA-70 atau
campuran propelan 12 dengan propelan lain
b. Produk dengan hasil partikel yang lebih besar menggunakan campuran propelan sehingga
menyebabkan tekanan uap sistem turun akibatnya terjadi partikel-partikel yang lebih
besar
 Penurunan tekanan uap sistem dapat terjadi juga jika dalam formula ditambahakan sedikit
pelarut yang mudah menguap (propilenglikol, etil aseta, gliserin, aseton)
 Jumlah propelan yang digunakan 5 % (untuk busa) sampai 95 % (produk inhalasi) dari
formula keseluruhan
Contoh Formula
Formula Umum
 Zat Aktif sampai 10 – 15 % ( berat)
 Propelan 12 / 11 (50 : 50 ) sampai 100

44
Catatan:
* Propelan 12 / 11 (30 : 70) atau 12 / 114 (45:55) atau Propelan 12 / 114 (55:45) dapat juga
digunakan untuk aerosol inhalasi oral atau produk lain.
* Meningkatnya jumlah propelan 12 maka tekanan akan meningkat
CONTOH FORMULA
 Produk inhalasi
Isoproterenol Hcl 0,25 % (berat)
Asam Askorbat 0,10
Etanol 35,75
Propelan 12 63,90
 Tipe Ini dikemas dalam wadah baja antikarat, alumunium atau kaca.
 Karena propelan 12 mempunyai tekanan uap relatif tinggi maka penambahan propelan
114 dianjurkan untuk mengurangi tekanan
 Contoh :
Oktil nitrit 0,1 % (berat)
Etanol 20,0
Propelan 114 49,2
Propelan 12 30,7
2. Sistem Berbasis air (kisi2)
 Jumlah air yang relatif besar ( menggantikan beberapa pelarut bukan air)
 Produk : aerosol berbasis air
 Tipe karakteristik : semprotan atau busa
 Formulasi semprotan : Bentuk Emulsi Tipe A/M
Terdiri dari dispersi zat aktif dan pelarut lain dalam sistem emulsi dengan
propelan berada dalam fase luar. (propelan tidak campur dengan air)
 Mekanismenya : Produk dikeluarkan ---- propelan menguap dan mendispersikan zat aktif
manjadi partikel-partikel kecil.
 Strategi formulasi:
a. Penggunaan etanol untuk membantu kelarutan propelan dalam air dengan menurunkan
teganggan permukaan.
b. Penggunaan surfaktan untuk mendispersikan zat aktif. Dipilih yang mempunyai sifat
kelarutan yang kecil dalam air dan kelarutan tinggi dalam pelarut nonpolar. Contoh :
ester-ester asam lemak rantai panjang : glikol. Gliserol, ester sorbitol (oleat, stearat,
palmitat, laurat). Komposisi : 0,5- 2,0% Surfaktan, 25 – 60 % propelan
3. Sistem Suspensi atau Dispersi (kisi2)
 Dispersi zat aktif dalam propelan atau campuran propelan
 Pengggunaan surfaktan atau zat pensuspensi untuk mengontrol kecepatan pengendapan
partikel terdispersi
Contoh : surfaktan nonionik (paling efektif) seperti : sorbitan trioleat, sorbitan monooleat,
sorbitan monolaurat, sorbitan seskuioleat. Konsentrasi : 0,01 – 1 %

45
Strategi formulasi:
1. Kelembaban (zat pensuspensi dan propelan)
2. Zat aktif dipilih kelarutan kecil dalam propelan
3. Pengecilan ukuran partikel zat aktif ( kurang dari 5 mikron)
4. Penyesuaian kerapatan yang seimbang antara propelan dan zat pensuspensi
5. Pemilihan zat pendispersi
4. Sistem Busa
 Tipe Karakteristik : emulsi (aerosol busa) : busa stabil atau cepat pecah
 Komposisi : Zat aktif, pembawa air atau bukan air, surfaktan, dan propelan.
 Propelan cair diemulsikan sebagai fase dalam atau fase luar akan menentukan busa stabil
atau cepat pecah
Keuntungan :
1. Produk busa dapat meminimalkan untuk untuk zat-zat yang dapat mengiritasi
2. Menguntungkan untuk bahan-bahan yang dipakai untuk daerah yang terbatas
Aerosol (MDI)
 3 tipe bentuk sediaan untuk saluran pernafasan, yaitu : metered-dose Inhaler (MDIs), dry-
powder Inhaler dan nebulizers.
 MDIs adalah sistem yang paling umum digunakan selama lebih dari 50 tahun.
 Volume produk biasanya 25-100 µm, yang dikemas dalam wadah kaleng kecil (canister).
Keuntungan
 Mudah dibawa (baik untuk penanganan pada saat kondisi pernafasan akut misalnya pada
pasien atshma)
 Lebih murah
 Tersegel baik dan meminimalkan oksidasi terhadap bahan terapeutik dan kontaminasi
mikroba.
 Efektif untuk penanganan gangguan pernafasan.
Kerugian :
 MDI biasanya mengandung bahan obat terdispersi dan masalah yang sering timbul
berkaitan dengan stabilitas fisiknya.
 Seringnya obat menjadi kurang efektif.
 Efikasi klinik biasanya tergantung pada kemampuan pasien menggunakan MDI dengan
baik dan benar.
Pembuatan MDI

46
Dry Powder Inhalers (DPI)
Bentuk sediaan untuk saluran pernafasan dimana serbuk yang mengandung bahan terapeutik di
hisap/hirup kedalam saluran pernafasan. Aliran serbuk aktif saat dihirup oleh pasien dan
penggunaan propelan tidak dibutuhkan.
NEBULIZER
 Nebulisasi meliputi penggunaan energi (gas atau ultrasonik sistem) pada larutan bahan
terapeutik dan menghasilkan tetesan-tetesan larutan , yang kemudian akan dihirup oleh
pasien melalui masker.
 Nebulizer umumnya digunakan untuk penanganan kondisi akut atau pasien kesulitan
untuk menggunakan bentuk sediaan saluran pernafasan lainnya.

D. Kegiatan

membuat dan memahamai formulasi sediaan liquida, komponen pengisi dan mengevaluasi
sediaan

E. Buku Bacaan

Aerosol dan permasalahannya, http://food_drugs_info.blogspot.com/2005/01/aerosol-atau-


erosol-dan.html, diakses 6 maret 2010.
David Jones, 2008, Fast Track : Pharmaceutical Dosage Form and Design, Pharmaceutical
Press, London.
Ilham Kuncahyo, M.Sc., Apt. Departement Teknologi Dan Formulasi . Universitas setia
budi Surakarta
Laurier L. Schramm, 2005, Emulsions, Foam and Suspensions, Wiley-VCH Verlag GmBH &
Co., Weinheim.
Sarfaraz K. Niazi, 2004, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations : Liquid
Products, CRC Press LLC, Florida.

47
48

Anda mungkin juga menyukai