PENDAHULUAN
Saliva terdiri dari tiga kelenjar utama (mayor) yang terdiri dari kelenjar
parotis, kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual serta kelenjar-kelenjar
tambahan (minor) yang terdiri dari kelanjar palatinal, kelenjar bukal, kelenjar labialis,
kelenjar lingualis, dan kelenjar glossopalatinal. Setiap kelenjar memiliki hasil sekret
yang berbeda-beda.Kelenjar parotis dan submandibula menghasilkan sekresi yang
bersifat serous (encer), kelenjar lingualis menghasilkan sekret yang mukus, serta
kelenjar-kelenjar minor sebagian besar menghasilkan sekret yang mukus.Hal ini
berkaitan dengan viskositas atau kekentalan dari saliva.Viskositas ini sangat
dipengaruhi oleh faktor pengunyahan dan jenis makanan.Selain viskositas, pH juga
sangat dipengaruhi oleh pengunyahan dan jenis makanan.
Musin dalam saliva adalah suatu zat yang kental dan licin yang berfungsi
membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlacar
proses menelan makanan. Cairan air liur mengandung α-amilase yang menghidrolisa
ikatan α(1→4) pada cabang sebelah luar glikogen dan amilopektin menjadi glukosa,
sejumlah kecil maltosa, dan suatu inti tahan hidrolisa yang disebut dekstrin. Hanya
sebagian kecil amilum yang dapat dicema di dalam mulut, oleh karena itu sebaiknya
makanan dikunyah lebih lama untuk memberi kesempatan lebih banyak pemecahan
amilum di rongga mulut.
Praktikum ini bertujuan mengetahui sifat dan susunan air liur, mengetahui
sifat fisik dan sifat kimia air liur melalui pengaruh suhu dan pH, dan mengetahui
proses hidrolisis pati oleh amilase air liur. Metode yang akan digunakan meliputi uji-
uji klorida, uji sulfat, uji fosfat, uji biuret,uji millon,uji pH, dan mollisch. Manfaat
yang diperoleh dari hasil praktikum ini adalah didapatnya informasi bahwa
keberadaan enzim amilase di dalam tubuh manusia sangat penting.
2. Untuk mengidentifikasi sifat dan susunan air liur melalui uji-uji kualitatif
seperti uji biuret, millon, mollisch, dan uji musin
Kelenjar saliva atau biasa disebut dengan kelenjar ludah yaitu kelenjar yang
menyekresi larutan mucus kedalam mulut bertujuan membasahi dan melumasi
partikel maknan sebelum ditelan.Kelenjar ini mengantung lipase lingua untuk
mencerna lemak dan ptyalin/amylase untuk mencerna tepung. Bagian-bagian dari
kelenjar ludah :
Komposisi Saliva :
Air 97 - 99%
Glukoprotein, yang dihasilkan oleh kelenjar mukosa sublingualis
Ptyalin (amylase) adalah enzim untuk mencerna tepung
Garam-garam alkali
Sel-sel epitel
Sel kelenjar
Leukosit, gas (O2) dan bakteri.
a. Fungsi mekanis : mencampur saliva dengan makanan agar menjadi lunak atau
setengah cair yang disebut bolus agar mudah ditelan dan mendinginkan
makanan. Ludah yang bertekstur lendir penting untuk menelan, sedangkan
yang bertektur cair berperan untuk melarutkan makanan
Enzim Ptyalin yang terdapat dalam air liur hanya dapat berfungsi dengan baik
dalam lingkungan yang netral atau pH-nya berkisar 7.Jadi, enzim ptyalin masih
berfungsi sampai kerongkongan, setelah sampai di lambung kerjanya tidak lagi
efektif karena lingkungan lambung adalah asam.(Prawirohartono, 2013).
Aliran saliva yang terjadi didalam mulit erat kaitannya dengan pH saliva.
Potensial of hydrogen (pH) adalah suatu cara untuk mengukur derajat asam atau basa
dari cairan tubuh. saliva memiliki pH dalam keadaan normal rata-rata pH 6,7. saliva
biasa bersifat alkalis (basa). Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan pada pH
saliva antara lain rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga mulut, dan
kapasitas buffer saliva. Untuk mengontrol pH, volume, dan kekentalan saliva tetap
normal, maka perlu pemenuhan kebutuhan nutrisi dan makanan dalam rongga mulut
yang mengandung vitamin C agar kekentalan saliva menjadi lebih rendah, selain itu
dengan cara mengunyah makanan yang mengandung banyak air dapat mengendalikan
pH dalam mulut yang juga berpengaruh terhadap pH saliva.(Haryani, Siregar and
Ratnaningtyas, 2016)
Salah satu fungsi dari saliva adalah saliva berfungsi sebagai buffer. Buffer
adalah suatu sistem kimiawi yang mencegah perubahan konsentrasi zat kimia yang
lain. Buffer saliva berfungsi untuk mempertahankan pH didalam rongga mulut agar
tetap stabil jika ditambahkan sejumlah asam atau basa. Di dalam saliva terdapat
kandungan anorganik seperti bikarbonat yang berfungsi sebagai buffer utama
didalam saliva. Selain itu juga yang berfungsi sebagai buffer adalah fosfat, urea, dan
protein. Bikarbonat memiliki peran utama karena membantu melindungi jaringan
keras dan lunak terhadap kerusakan kimia oleh asam yang dihasilkan oleh bakteri.
Faktor yang mempengaruhi pH dan kapasitas buffer dalam saliva antara lain:
Sekresi saliva sebagian besar berada dibawah kontrol sistem saraf, sebagian kecil lain
berada didalam kontrol humoral. Kecepatan aliran saliva di atur oleh sistem saraf otonom.
BAB III
METODE
3.1 Alat
Indikator Universal
Tabung Reaksi
Glasswool (kertas whattman)
Lampu spritus
Gelas arloji
3.2 Bahan
Belimbing wuluh AgNO3 2%
Air liur HCL 10%, BaCL2
NaOH 10% Urea 10%
CuSO4 0,1 % Pereaksi molibdat
Perekasi Millon Ferosulfat
Pereaksi Molisch Asam asetat encer
HNO3 10% Akuades
1 mL AgNO3 2 % ditambahkan ke
dalam campuran.
1 mL BaCL2 ditambahkan
kedalam campuran
4.2 Pembahasan
1. Uji PH
Berdasarkan pratikum yang telah dilaksanakan, didapatkan pH sebelum memakan
belimbing adalah 8 dan setelah memakan belimbing menjadi 7. Sesudah memakan atau
menghisap belimbing didapatkan penurunan pH karena belimbing mengandung banyak
vitamin c sehingga memiliki pH asam dan menyebabkan aliran saliva menjadi lebih cepat.
Derajat keasaman pH ditentukan oleh susunan kuantitatif dan kualitatif elektron didalam
saliva terutama ditentukan oleh susunan bikarbonat, karena susunan bikarbonat sangat
konstan dalam saliva dan berasal dari kelenjar saliva. Derajat keasaman saliva dalam keadaan
normal antara 5,6 – 7,0 dengan rata-rata pH 6,7. Beberapa faktor yang menyebabkan
terjadiya perubahan pada pH saliva antara lain rata-rata kecepatan aliran saliva,
mikroorganisme rongga mulut, dan kapasitas bufer saliva.
2. Uji Klorida
Berdasarkan pratikum yang telah dilaksanakan, saliva (air ludah) yang sudah
diasamkan mengandung khlorida yang di buktian dengan terbentuknya endapan putih pada
air ludah yang yang diasamkan dengan 1 mL HNO3 10% DAN 1 mL AgNO3 2%.
Khlorida termasuk komponen anorganik saliva, Ion Khlorida merupakan unsur
penting untuk aktifitas enzimatik α-amilase. Komponen-komponen saliva, yang dalam
keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva,dapat dibedakan atas komponen organik dan
anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan
serum karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99.5%. Komponen
anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium,Kalium, Magnesium, Bikarbonat, Khlorida,
Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat,Potassium dan Nitrat. Sedangkan komponen organik
pada saliva meliputi protein yang berupaenzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat,
kretinin, musin, vitamin C, beberapa asamamino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon
seperti testosteron dan kortisol.
3. Uji Sulfat
Berdasarkan pratikum yang telah dilaksanakan, pada uji sulfat diperoleh hasil reaksi
antara pereaksi BaCl2 dengan 1 mL air liur atau saliva yamg di asamkan dengan 1 mL HCL
10% terbentuk endapan putih. Hal ini membuktika bahwa air liur atau saliva yang di uji kan
mengandung ion sulfat.
4. Uji Biuret
Berdasarkan pratikum yang telah dilaksanakan, pada uji biuret diperoleh hasil reaksi
antara 1 mL air liur atau salliva dengan 1 mL NaOH 10% ditambahkan larutan CuSO4
0,1% terbentuk perubahan wana menjadi warna ungu. Hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa perubahan warna menjadi ungu membuktikan bahwa air liur atau
saliva mengandung protein.
5. Uji Millon
Berdasarkan pratikum yang telah dilaksanakan, pada uji millon diperoleh hasil reaksi
antara 3 tetes pereaksi millon kedalam 1 mL saliva atau air liur kemudian campuran
tersebut dipanaskan terjadi perubahan positif menjadi warna kuning.
Uji milon adalah pembenukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin
merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R nya yang akan
membentuk garam mekuri dengan pereaksi millon. Pereaksi millon berisi merkuri dan ion
merkuro dalam asam nirat dan asam nitrit. Uji millon pada saliva menunjukkan hasil
positif yaitu terbentuk warna kuning.
6. Uji Molisch
Berdasarkan pratikum yang telah dilaksanakan, pada uji molisch diperoleh hasil
reaksi antara pereaksi molisch dengan air liur atau saliva berupa warna ungu, namun tidak
berbentuk cincin, hasil ini kurang sesuai dengan literatur namun perubahan warna menjadi
ungu. Hal ini mungkin dikarenakan praktikan kurang tepat dalam melakukan pencampuran
pereaksi pada saliva. Pada literatur uji molisch bertujuan untuk membuktikan kandungan
karbohidrat pada saliva dengan terbentuknya warna ungu berbentuk cincin.
7. Uji Musin
Berdasarkan pratikum yang telah dilaksanakan, saliva mengandung musin dibuktikan
dengan 2 mL air liur yang ditambahkan dengan asam asetat encer kemudian terbentuklah
endapan putih yang amorfous.
Musin merupakan sekelompok protein yang memberikan konsistensi mukus pada
saliva. Musin juga berperan sebagai glikoprotein karena terdiri dari rangkaian protein yang
panjang dengan ikatan rantai karbohidrat yang lebih pendek.
BAB V
PENUTUP
5.1 Keimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohartono,S dan Hidayati,S. 2013. Sains Biologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta:
Bumi Aksara
Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan;edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika