Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DASAR

ACARA IV
PENCERNAAN

Nama :
1. Anas Dien Katon Prayoga (PT/08404)
2. Nazwa Luqyana Putri (PT/08450)
3. Salsabila Mahadevi Al Ahnan (PT/08460)
4. Ulinuha Farda Qonita Thufaillah (PT/08466)
5. Hastomo Nur Hidayatulloh (PT/08520)
6. Bayu Rhamadhan Nuriyansyah (PT/08596)
Kelompok : XXXIV
Asisten pendamping : SHINTA JUNI DWI LASTITI
Tanggal Praktikum : Kamis, 4 Maret 2021

Pendahuluan
Pencernaan merupakan proses penguraian dan pencampuran
berbagai jenis senyawa kompleks (karbohidrat, protein, dan lipid) yang
berasal dari bahan pakan yang dikonsumsi menjadi molekul-molekul
berupa nutrient sehingga dapat diserap oleh dinding usus dan
dimanfaatkan oleh makhluk hidup. Proses pencernaan dalam tubuh dibagi
menjadi 3 jenis yaitu pencernaan mekanis, kimiawi/enzimatis, dan biologi.
Pencernaan mekanis merupak jenis pencernaanya yang dalam prosesnya
terjadi penggilingan dan penghalusan makanan secara fisik menggunakan
organ-organ pencernaan menjadi bentuk makanan yang lebih kecil dari
ukuran semula. Pencernaan enzimatis atau kimaiwi merupakan jenis
pencernaan yang menyerap partikel-partikel nutrien bahan pakan yang
digiling dengan bantuan enzim pencernaan yang telah disekresi oleh
organ pencernaan. Pencernaan biologis merupakan jenis pencernaan
yang melibatkan mikroorganisme dalam proses penyerapan sari-sari
makanan.
Proses pencernaan pada umumnya dimulai dari mulut, ke
esophagus, lambung, usus halus, usus besar, kemudian rectum. Proses
pencernaan pada hewan ternak berbeda bagi hewan ternak monogastrik
dan poligastrik. Pencernaa monogastrik terjadi pada hewan ternak yang
memiliki perut sederhana berupa 1 bilik pada 1 lambung dan 1 sekum.
Pencernaan poligastrik merupakan jenis pencernaan dimana dalam 1 kali
proses pencernaan terjadi 2 kali fase pencernaan. Hewan poligastrik
memiliki 4 lambung dan mengalami 2 kali proses pencernaan.

Tujuan Praktikum
Praktikum acara pencernaan bertujuan untuk mengetahui
kemampuan hidrolisis enzim-enzim yang bekerja selama proses
pencernaan berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan dengan melakukan uji
terhadap enzim protease dalam mengihidrolisis protein, mengetahui uji
terhadap enzim amilase pankreas dalam menghidrolisis amilum,
mengetahui kemampuan enzim lipase dalam menghidrolisis lemak.
Praktikum pencernaan ini juga bertujuan untuk membuktikan keberadaan
garam kholat dan tegangan permukaan oleh garam kholat, serta
mengetahui pigmen empedu dengan metode Fouchet dan Gmelin.

Materi dan Metode


Alat. Alat yang digunakan dalam praktikuj penceranaan yaitu
corong, penjepit, Bunsen, pipet ukut, kertas saring, erlenmayer, tabung
reaksi, penangas, dan pipet tetes.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum acara pencernaan
adalah NaCl 0,89%, HCl encer, benedict, HCl 0,4%, pepsin, Na 2CO3 2%,
susu, fenol red, MgSO 4, larutan Fouchet, saliva, iod, amilum 1%, fibrin
karmen, ekstrak pancreas, empedu, kongo merah fibrin, serbuk belerang,
BaCl2 10%, dan akuades.
Metode
Uji Daya Amilolitik Saliva
Sebanyak tiga buah tabun reaksi diisi dengan 2,5 ml saliva encer.
Tabung pertama dididihkan lalu dinginkan segera dan ditambahkan ke
dalamnya 5 ml HCl encer kemudian 2,5 ml 1 % amilum. Tabung kedua
diberi 2,5 ml HCl encer kemudian 2,5 ml 1 % amilum. Tabung ketiga
ketiga ditambahkan 2,5 ml 1 % amilum. Ketiga tabung diinkubasi pada
suhu 37° C secara bersamaan. Ketiga tabung diuji dengan setetes larutan
yod tiap menit sekali. Jika pengujian di atas tidak lagi menunjukkan reaksi
positif, perlakuan di atas dihentikan dan diteruskan dengan Uji Benedict.
Bila positif, Uji Osazon dilakukan terhadap ketiga tabung di atas.
Uji Hidrolisis Protein oleh Pepsin
Tiga buah tabung reaksi diisi masing-masing dengan 1 ml larutan
pepsin, tabung II dengan 1 ml air, dan tabung III dengan 1 ml larutan
pepsin dengan pemanasan dan pendinginan. Sebanyak 1 ml 0,4 % HCl
dan 2 potong fibrin karmen ditambahkan ke masing-masing tabung. Ketiga
tabung diinkubasi pada suhu 37°C selama 10 menit, kemudian hasilnya
dicatat.
Uji Hidrolisis Protein
Ketiga tabung reaksi masing-masing diberi: tabung no. 1 1 ml
extrak pankreas netral, 2 tetes 2 % Na2CO3 dan 1 potong kongo-merah-
fibrin; tabung no.2 sama dengan (1) namun diberikan perlakuan
pemanasan; tabung no. 3 diisi dengan 1 ml air, 2 tetes Na2CO3 dan 2
potong kongo-merah- fibrin. Ketiga tabung dipanaskan dengan penangas
air pada suhu 37°C selama 10 menit. Selanjutnya, perubahan warna yang
terjadi diamati dan dicatat.
Uji Hidrolisis Amilum
Dua buah tabung masing-masing diisi dengan ketentuan: tabung 1
diisi dengan 1 ml ekstrak pankreas, tabung 2 diisi dengan 1 ml aquades,
tabung 1 dan tabung 2 ditambahkan 2 tetes Na2CO3 2% dan 5 ml
amilum. Sebanyak 5 ml larutan amilum dengan 1 ml ekstrak pankreas
netral, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C. Perubahannya diuji dengan
yod dan benedict.
Uji Hidrolisis Lemak
Tiga buah tabung masing-masing diisi dengan ketentuan: tabung
no.1 diisikan 2 ml air susu dan 1 ml ekstrak pankreas netral, tabung no.2
seperti pada (1) ditambah 2 tetes empedu; tabung no.3 diisikan 2 ml air
susu dan 1 ml air. Masing-masing tabung ditetesi 2 tetes fenol merah dan
n 2 % Na2CO3 sampai warna larutan menjadi merah muda. Ketiga tabung
diinkubasi dan diamati perubahannya.
Penurunan Tegangan Permukaan
Dua buah tabung reaksi masing-masing diisi dengan air dan larutan
empedu encer. Isi tabung kemudian diberi taburan belerang. Perubahan
yang terjadi diamati dan dicatat.
Uji Oliver
Dua buah tabung reaksi disiapkan dan diisi dengan ketentuan:
tabung no.1 diisi 3 ml larutan empedu yang sebelumnya telah diasamkan
dengan 2 tetes asetat glasial yang selanjutnya disaring hingga jernih dan
tabung no.2 diisi larutan pepton 3 ml yang sebelumnya telah diasamkan
dengan asam asetat dan disaring sampai jernih. Kedua tabung dicampur
dan diamati kekeruhannya.
Uji Pigmen Empedu (Fouchet)
Sebanyak 15 ml larutan empedu dimasukkan ke erlenmeyer dan
dipanaskan. Sebanyak 2 tetes larutan MgSO4 jenuh dan 5 ml 10 % BaCl2
ditambahkan, kemudian dipanaskan lagi dan biarkan terbentuknya
endapan. Larutan tersebut disaring. Endapan pada kertas saring ditetesi
dengan 1 – 2 tetes pereaksi Fouchet, kemudian diamati perubahannya.
Uji Pigmen Empedu (Gmelin)
Tabung reaksi yang telah terisi dengan 3 ml HNO3 pekat diberi 1
ml larutan empedu encer hingga membentuk dua lapisan. Batas yang
timbul antarlapisan diamati dan dicatat.
Hasil dan Pembahasan
Daya Amilolitik Saliva
Preparasi sampel. Percobaan daya amilolitik saliva sampel yang
digunakan adalah saliva atau air ludah. Hal yang dilakukan adalah dengan
berkumur dengan larutan NaCl, saliva yang didapat adalah putih keruh.
Berkumur dengan NaCl bertujuan untuk merangsang keluarnya enzim
amilase yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar yang berada disekitar
mulut. Enzim amilase ini mengubah amilum atau pati menjadi maltosa dan
dextrin. Sumbono (2016) menyatakan bahwa rongga mulut mengandung
saliva yang disekresikan oleh tiga pasang kelenjar saliva, yaitu kelenjar
parotis, kelenjar submaksillaris, dan kelejar sublingualis. Saliva yang
disekresikan oleh glandula salivarius (kelenjar liur) mengandung air sekitar
99,5%.
Gibson (2002) menyatakan bahwa saliva berfungsi sebagai
pelumas pada waktu mengunyah dan menelan makanan. Penambahan air
pada makanan yang kering akan memberikan media untuk melarutkan
molekul makanan dan di dalam media ini, enzim-enzim hidrolase dapat
memulai proses pencernaan. Saliva mengandung amilase dan lipase.
Amilase salivarius mampu menghidrolisis pati dan glikogen menjadi
maltosa. Namun demikian, kemampuan ini tidak begitu penting di dalam
tubuh karena waktu kontak enzim tersebut dengan makanan sangat
singkat. Enzim amilase salivarius dapat dihilangkan keaktifannya dengan
cepat pada pH 4 atau kurang dari 4, sehingga kerja enzim tersebut untuk
mencernakan makanan dalam mulut segera akan berhenti dalam suasana
lambung yang asam.
Uji daya amilolitik saliva. Uji daya amilolitik saliva bertujuan untuk
mengetahui kemampuan hidrolisis enzim amilase saliva terhadap amilum.
Prinsip kerja dari uji ini yaitu endapan merah bata terbentuk di dalam
larutan saliva yang telah dipanaskan. Adanya warna merah bata di dalam
amilum karena amilum mereduksi seyawa CuO yang terdapat di dalam
reagen Benedict menjadi senyawa Cu 2O yang berwarna merah bata.
Pengujian ini menggunakan beberapa reagen dan bahan, di antaranya
reagen Benedict yang berfungsi mendeteksi adanya gugus reduksi pada
karbohidrat, amilum berfungsi sebagai substrat, saliva yang berfungsi
sebagai sumber enzim (mengandung enzim amilase), dan HCl encer
berfungsi untuk menurunkan pH sehingga mengahmbat kerja enzim.
Selain itu, terdapat beberapa perlakuan yaitu pemanasan dan
pendinginan. Tillman (1998) menyatakan bahwa enzim adalah katalisator
organik yang dihasilkan oleh sel yang hidup, sedangkan jika temperatur
naik terlalu tinggi atau diturunkan akan terjadi denaturasi sehingga
kecepatan reaksi turun bahkan dapat merusak enzim. Dan, dilakukan
inkubasi 37°C yang berfungsi untuk mempercepat reaksi. Adapun hasil
dari pengamatan kemampuan hidrolisis enzim amilase saliva terhadap
amilum dapat terlihat berdasarkan tabel berikut.
Tabel 1. Uji daya amolitik saliva
Tabung Perlakuan Hasil
Tabung I 2,5 ml saliva dididihkan, kemudian Tidak terdapat
didinginkan + 2,5 ml amilum 1%, dan endapan, warna
diletakkan dalam penangas 37oC tetap
selama 10 menit, lalu diuji Benedict

Tabung II 2,5 ml saliva + 2,5 ml amilum 1% + Terdapat sedikit


2,5 ml HCL encer dan diletakkan endapan, warna
dalam penangas 37oC selama 10 menjadi biru
menit, lalu diuji Benedict kehijauan

Tabung III 2,5 ml saliva + 2,5 ml amilum 1%, dan Terdapat banyak
diletakkan dalam penangas 37oC endapan, wrna
selama 10 menit, lalu diuji iod dan diuji
berubah menjadi
Benedict biru pekat, uji
Benedict positif
Berdasarkan tabel diatas, didapat hasil uji Benedict tabung I tidak
terdapat endapan merah bata dan warna tetap, karena pemanasan dan
pendinginan dapat menyebabkan enzim menjadi rusak (denaturasi).
Enzim mengalami denaturasi selama saliva dididihkan. Prastika (2019)
menyatakan bahwa perlakuan dengan cara pemanasan dengan suhu
tinggi akan menyebabkan kerusakan konformasi gugus aktif enzim
(denaturasi) yang mengakibatkan enzim mengalami hambatan dalam
berinteraksi dengan substrat dan aktivitas katalitik enzim berhenti. Hasil
yang didapatkan sesuai dengan literatur.
Pada tabung II terdapat sedikit endapan dan warna menjadi biru
kehijauan. Hal ini disebabkan karena hasil hidrolisis amilum menjadi
monosakarida secara tidak sempurna akibat penambahan HCl. Enzim
hanya dapat bekerja optimal pada pH tertentu, sehingga ketika diberi
penambahan HCl menyebabkan pH larutan menjadi turun karena HCl
bersifat asam. Poedjiadi (2009) menyatakan bahwa perubahan pH
lingkungan akan berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim
dalam membentuk kompleks enzim substrat. Disamping itu, pH rendah
atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan
mengakibatkan penurunan aktivitas enzim. Hasil yang didapatkan sesuai
dengan literatur.
Kemudian, pada tabung III terdapat banyak endapan, warna
berubah biaru pekat, dan uji Benedict menunjukkan hasil positif. Sumardjo
(2009) menyatakan bahwa enzim adalah suatu protein yang bekerja
secara spesifik dimana hanya dapat menghidrolisis substrat yang cocok
saja. Substrat mengalami perubahan konformasi sehingga sisi aktif subtrat
tidak dapat mengalami hambatan dalam memasuki sisi aktif enzim.
Berdasarkan praktikum hasil nya positif karena sesuai dengan literatur
dan endapan merah bata terbentuk pada enzim yang bekerja optimal
menghidrolisis amilum menjadi maltose atau glukosa.

Hidrolisis Protein oleh Pepsin


Hidrolisis protein oleh pepsin bertujuan untuk mengetahui
kemampuan hidrolisis pepsin pada protein. Prinsip kerja hidrolisis protein
oleh pepsin adalah hidrolisis protein pada fibrin karmen oleh pepsin yang
diaktifkan oleh HCl menjadi molekul lebih sederhana yang akan membuat
larutan berwarna merah serta fibrin karmen menjadi mengembang.
Pengujian ini menggunakan beberapa reagen dan bahan, yaitu larutan
pepsin sebagai sumber enzim, potongan fibrin karmen sebagai substrat,
dan HCl 0,4 % yang berfungsi untuk mengaktifkan pepsin. Selain itu,
terdapat beberapa perlakuan yaitu pemanasan dan inkubasi 37°C.
Tillman (1998) menyatakan bahwa enzim adalah katalisator organik yang
dihasilkan oleh sel yang hidup, sedangkan jika temperatur naik terlalu
tinggi atau diturunkan akan terjadi denaturasi sehingga kecepatan reaksi
turun bahkan dapat merusak enzim. Dan, dilakukan inkubasi 37°C yang
berfungsi untuk mempercepat reaksi. Adapun hasil dari pengamatan
kemampuan hidrolisis enzim amilase saliva terhadap amilum dapat terlihat
berdasarkan tabel berikut.
Tabel 2. Hasil uji Hidrolisis Protein Oleh Pepsin
Tabung Perlakuan Hasil Uji
Tabung I 1 ml pepsin + 1 ml HCl 0,4%, + 1 Warna larutan
potong fibrin karmen, kemudian berubah merah,
diletakkan dalam penangas 37oC fibrin karmen
selama 10 menit mengecil

Tabung II 1 ml air + 1 HCL 0,4% + 1 potong fibrin Warna larutan


karmen, kemudian diletakkan dalam tidak berubah
penangas 37oC selama 10 menit

Tabung III 1 ml pepsin dididihkan lalu didinginkan Warna larutan


+ 1 ml HCL 0,4%, + 1 potong fibrin tidak berubah
karmen, kemudian diletakkan dalam
penangas 37oC selama 10 menit
Berdasarkan tabel di atas, didapat hasil pada tabung I warna
larutan berubah merah dan fibrin karmen mengecil. Tabung II warna
larutan tidak berubah. Tabung III warna larutan tidak berubah.
Berdasarkan tabel di atas, tabung I terbentuk warna merah dan fibrin
karmen mengecil, menandakan terjadi hidrolisis protein. Suranto (2011)
menyatakan bahwa HCl ditambahkan ke dalam pepsin untuk membantu
kerja pepsin dalam memecah protein menjadi asam amino yang lebih
sederhana. Hasil pada tabung I sesuai dengan literatur dimana suasana
asam dengan adanya penambahan HCL pepsin menjadi aktif dan fibrin
karmen terhidrolisis.
Berdasarkan tabel diatas, tabung II tidak terjadi perubahan warna
dan fibrin karmen utuh, menandakan tidak terjadi hidrolisis protein. Fibrin
karmen sebagai sumber protein tidak mengalami hidrolisis karena tidak
adanya enzim pepsin yang dapat menghidrolisis, sedangkan penambahan
air tidak dapat membantu proses hidrolisis karena air bukanlah enzim.
Muslim (2004) menyatakan bahwa air merupakan molekul netral dan
sebagai pelarut yang efektif untuk senyawa-senyawa ionic atau pelarut
polar. Hasil praktikum sesuai dengan literatur.
Berdasarkan tabel diatas, tabung III tidak terjadi perubahan warna
dan fibrin karmen utuh, menandakan tidak terjadi hidrolisis protein, karena
pepsin (sebagai enzim) rusak akibat perlakuan pemanasan dan
pendinginan. Tillman (1998) menyatakan bahwa enzim adalah katalisator
organik yang dihasilkan oleh sel yang hidup, sedangkan jika temperatur
naik terlalu tinggi atau diturunkan akan terjadi denaturasi sehingga
kecepatan reaksi turun bahkan dapat merusak enzim Hasil pada tabung III
sesuai dengan literatur karena pepsin terdenaturasi jika dipanaskan
terlebih dahulu, lalu didinginkan.
Pencernaan oleh Pankreas
Hidrolisis protein. Uji hidrolisis protein oleh enzim getah pankreas
bertujuan untuk mengetahui kemampuan enzim protease pankreas dalam
menghidrolisis protein. Prinsip kerja dari uji ini yaitu enzim protease dapat
menghidrolisis protein dengan ditandainya perubahan warna pada larutan
dan kongo merah fibrin mengembang. Witono et al. (2014) menyatakan
bahwa enzim protease sendiri dapat menghidrolisis ikatan peptida pada
protein. Ekstrak pankreas berfungsi sebagai sumber enzim tripsin dalam
percobaan. Kongo merah fibrin digunakan sebagai substrat. Penambahan
Na2CO3 berfungsi untuk pemberi suasana basa karena enzim tripsin dan
kimotripsin bisa bekerja secara optimal dalam suasana basa dengan
rentang pH sekitar 8,0-9,0. Enzim tripsin dan kimotripsin adalah jenis
enzim yang dihasilkan cairan pankreas (Saputra, 2014). Perlakuan
pemanasan dilakukan untuk memecah atau merusak enzim yang ada
pada ekstrak pankreas sehingga menjadi tidak bekerja. Perlakuan
inkubasi pada suhu 37°C berguna untuk mempercepat reaksi. Menurut
Saputra (2014), kondisi inkubasi tersebut disesuaikan dengan kondisi
lambung dimana suhu 37°C merupakan suhu normal pada tubuh manusia
dan perlakuan inkubasi dapat menyebabkan terjadinya hidrolisis protein
oleh enzim tripsin, kimotripsin, dan pankreatin. Hasil uji hidrolisis protein
oleh enzim getah pankreas dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hidrolisis protein
No. Tabung Perlakuan Hasil
1 Ekstrak pankreas Kemerahan keruh,
netral + 2 tetes kongo merah fibrin
Na2CO3 2% + mengembang dan
potongan kongo mengendap
merah fibrin +
inkubasi 37°C
2 Ekstrak pankreas Bening, kongo merah
netral + 2 tetes fibrin utuh
Na2CO3 2% +
potongan kongo
merah fibrin + 2 tetes
larutan empedu +
dididihkan + inkubasi
37°C
3 Air + 2 tetes Na2CO3 Bening kekuningan,
2% + potongan kongo kongo merah fibrin utuh
merah fibrin +
inkubasi 37°C
Berdasarkan data hasil uji, pada tabung pertama terjadi perubahan
warna menjadi kemerahan keruh serta kongo merah fibrin sebagai
substrat menjadi mengembang lalu mengendap. Hal tersebut
menandakan adanya enzim tripsin dan kimotripsin dalam larutan pankreas
yang dapat menghidrolisis protein. Enzim protease dapat menghidrolisis
ikatan peptida pada protein (Witono et al., 2014). Pada tabung kedua,
larutan berwarna bening dan kongo merah fibrin utuh menandakan bahwa
tidak terjadi proses hidrolisis protein karena enzim telah rusak setelah
pemanasan. Pada tabung ketiga, larutan berwarna bening kekuningan
dan kongo merah fibrin tetap utuh. Hal itu terjadi karena tidak ada ekstrak
pankreas dalam tabung ketiga sehingga tidak terdapat enzim yang dapat
menghidrolisis protein. Warna bening kekuningan pada larutan ada
setelah penambahan Na2CO3 dalam larutan tersebut. Dengan ketiga hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil telah sesuai dengan literatur
dimana enzim dalam pankreas dapat menghidrolisis protein. Faktor yang
mempengaruhi yaitu adanya enzim dalam getah pankreas.
Hidrolisis amilum. Uji hidrolisis amilum dengan getah pankreas
bertujuan untuk mengetahui kemampuan enzim amilase pankreas dalam
menghidrolisis amilum. Prinsip kerja dari uji ini yaitu yaitu enzim amilase
dapat menghidrolisis amilum dengan ditandainya perubahan warna pada
larutan. Menurut Sari et al. (2017), enzim amilase memiliki peran dalam
menghidrolisis zat pati atau amilum untuk mengakumulasi hexose dalam
buah naga. Ekstrak pankreas berfungsi sumber enzim amilase yang
digunakan dalam pengujian. Amilum berguna sebagai substrat dalam uji
ini. Penambahan Na2CO3 berfungsi untuk pemberi suasana basa karena
enzim tripsin dan kimotripsin bisa bekerja secara optimal dalam suasana
basa dengan rentang pH sekitar 8,0-9,0. Enzim tripsin dan kimotripsin
adalah jenis enzim yang dihasilkan cairan pankreas (Saputra, 2014).
Perlakuan inkubasi pada suhu 37°C berguna untuk mempercepat reaksi.
Saputra (2014) menyatakan bahwa perlakuan inkubasi dapat
menyebabkan terjadinya hidrolisis protein oleh enzim tripsin, kimotripsin,
dan pankreatin. Uji Iod dengan reagen Iod dilakukan untuk mengetahui
tahap hidrolisis amilum. Uji Benedict dengan reagen Benedict dilakukan
untuk mendeteksi adanya gugus reduksi. Hasil uji hidrolisis amilum
dengan getah pankreas dapat diamati pada tabel 4.
Tabel 4. Hidrolisis amilum
No. Tabung Perlakuan Hasil
1 Ekstrak pankreas Hijau kemerahan
netral + 2 tetes
Na2CO3 2% + amilum
1% + inkubasi 37°C +
uji Benedict
2 Ekstrak pankreas Hijau kemerahan
netral + 2 tetes
Na2CO3 2% + amilum
1% + 2 tetes larutan
empedu + inkubasi
37°C + uji Benedict
3 Air + 2 tetes Na2CO3 Tetap biru (warna
2% + amilum 1% + awal)
inkubasi 37°C + uji Iod
+ uji Benedict
Berdasarkan data hasil di atas, terlihat bahwa pada tabung 1 dan
tabung 2 memiliki hasil yang sama yaitu berwarna hijau kemerahan.
Sedangkan pada tabung 3 terlihat warna yang tetap seperti warna mula-
mula yaitu biru. Dengan uji Benedict menggunakan reagen Benedict,
didapat bahwa pada tabung 1 dan tabung 2 menunjukkan hasil positif
yang ditandai dengan larutan berwarna kehijauan atau terbentuk endapan
merah bata (perpaduan menjadi warna hijau kemerahan). Jika hasil positif
maka larutan berada pada tahap maltosa atau glukosa. Iryani (2013)
menyatakan bahwa perbandingan suspensi pati dan waktu reaksi yang
tepat dapat menyebabkan dekstrin yang terbentuk akan terhidrolisis
menjadi glukosa. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi proses hidrolisis
amilum oleh enzim amilase dari getah pankreas pada kedua tabung
tersebut. Sedangkan pada tabung 3, uji Iod yang dilakukan dengan
menggunakan reagen Iod menunjukkan hasil negatif dimana tahap
hidrolisis amilum telah mencapai tahap akrodekstrin, maltosa, atau
glukosa. Hasil uji Benedict yang didapat yaitu negatif dengan warna
larutan tetap berwarna biru (warna reagen Benedict itu sendiri). Hasil
negatif menandakan bahwa hidrolisis amilum berada pada tahap
akrodekstrin. Sampel akuades tidak mengandung enzim amilase sehingga
tidak terjadi proses hidrolisis amilum dan membuat warna larutan tetap
biru. Dari ketiga hasil tersebut, disimpulkan bahwa hasil telah sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bahwa pankreas menghasilkan enzim
amilase yang berguna untuk menghidrolisis amilum. Faktor yang
mempengaruhi yaitu adanya enzim dalam getah pankreas.
Uji Hidrolisis Lemak.
Uji hidrolisis lemak dengan getah pankreas bertujuan untuk
mengetahui kemampuan enzim lipase pankreas dalam menghidrolisis
lemak. Hidrolisis lemak dilakukan oleh enzim lipase dalam pankreas
menjadi asam lemak dan gliserol. Pada uji hidrolisis lemak digunakan
susu sebagai substrat, ekstrak pankreas sebagai sumber enzim, larutan
empedu yang berfungsi sebagai emulsifier, Na 2CO3 sebagai pemberi
suasana basa, Phenol red sebagai indikator warna (trayek pH 6,4 – 8,2
kuning – merah), dan inkubasi 37˚C untuk mempercepat reaksi. Santika
(2016) menyebutkan bahwa empedu memiliki kandungan garam empedu
yang berperan penting dalam mengemulsikan lemak. Terdapat tiga tabung
reaksi, masing-masing tabung diberi 2 ml susu. Tabung 1 ditambah 1ml
ekstrak pankreas, tabung 2 ditambah 1 ml ekstrak pankreas dan 2 tetes
larutan empedu, sedangkan tabung 3 ditambah air. Ketiga tabung
kemudian ditambah 2 tetes Na 2CO3 2% dan 2 tetes phenol red, kemudian
diletakkan pada penangas 37˚C selama 10 menit. Hasil dari uji hidrolisis
lemak dengan getah pankreas disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5. Hasl Hidrolisis Lemak
Tabung Perlakuan Hasil
1. 2 ml susu +1 ml Larutan berwarna kuning
ekstrak pankreas
2. 2 ml susu + 1 ml Larutan berwarna kuning
pankreas + 2 tetes pekat
larutan empedu
3. 2 ml susu + air Larutan berwarna merah
Berdasarkan hasil uji tersebut diperoleh hasil pada tabung 1 larutan
berwarna kuning, tabung 2 larutan berwarna kuning pekat, dan larutan 3
berwarna merah. Terjadi perubahan warna dari warna merah menjadi
warna kuning. Hal ini menunjukkan pada tabung 1 dan 2 terjadi hidrolisis
lemak oleh enzim lipase pankreas. Tetapi lebih spesifik pada tabung 2
menunjukkan warna kuning pekat, hal ini dikarenakan kerja pankreas
terbantu oleh adanya larutan empedu. Pada tabung ketiga tidak terjadi
perubahan warna dikarenakan larutan tersebut tidak terdapat enzim lipase
sehingga tidak menunjukkan adanya hidrolisis lemak. Sesuai dengan
literatur, Pearce (2009) menyatakan bahwa garam empedu mengemulsi
lemak, dengan demikian membantu kerja lipase. Lipase bertugas
memecah lemak menjadi gliserin dan asam lemak, lipase bekerja paling
kuat bersama empedu.

Fungsi Garam Empedu


Uji penurunan tegangan permukaan oleh garam kholat. Uji ini
dapat menunjukkan salah satu fungsi garam empedu yaitu untuk
menurunkan tegangan permukaan. Pada prinsipnya, empedu mampu
menurunkan tegangan permukaan. Mula-mula, disiapkan dua tabung,
tabung 1 diisi 2 ml akuades, sedangkan tabung 2 diisi 2 ml empedu.
Kedua tabung kemudian ditambah serbuk belerang, dan diamati
perubahan yang terjadi. Hasil uji penurunan tegangan permukaan
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 6. Hasil Uji Penurunan Tegangan Permukaan
Tabung Perlakuan Hasil
1. 2 ml akuades + serbuk Serbuk belerang di atas
belerang permukaan
2. 2 ml empedu + serbuk Serbuk belerang turun
belerang dan mengendap
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, tabung 1 dengan perlakuan
akuades ditambah serbuk belerang menunjukkan hasil serbuk belerang di
atas permukaan. Tabung 2 dengan perlakuan larutan empedu ditambah
serbuk belerang menunjukkan hasil serbuk belerang yang turun dan
mengendap. Serbuk belerang mengendap dikarenakan empedu
mengandung garam kholat yang mampu menurunkan tegangan.
Sebagaimana literatur, Pearce (2009) menyebutkan bahwa garam
empedu mampu mengurangi permukaan tegangan.
Uji Gmelin. Tujuan uji Gmelin adalah untuk mengetahui pigmen empedu
pada cairan empedu. Prinsip kerja yang terjadi yaitu penambahan cairan
empedu pada asam pekat akan terbentuk cincin warna yang terdiri dari
warna hijau, kuning, biru, ungu, merah, dan kuning kemerahan, cincin
terbentuk karena HNO3 pekat mengoksidasi pigmen empedu. HNO3
pekat mengoksidasi pigmen empedu sehingga terbentuk cincin warna
tersebut. Penambahan HNO3 berfungsi sebagai pengoksidator pigmen
empedu salah satunya bilirubin (Oman, 1995). Pemberian larutan empedu
melalui dinding tabung agar cincin warnanya terlihat, jika pemberian
larutan empedu tidak dilakukan dengan hati-hati maka cincin warna yang
terbentuk akan tercampur dengan larutan sehingga tidak akan terlihat.

Tabung diisi dengan empedu lalu ditambahkan dengan HNO3


pekat melalui dinding tabung. Hasil yang di dapat bahwa larutan empedu
terdapat cincin yang berwarna hijau, ungu, merah, dan kuning kemerahan.
Cincin tersebut merupakan pigmen empedu yang dihidrolisis oleh HNO3
pekat. Wahyono (2002) menyatakan bahwa pengeluaran asam empedu
dari usus yang meningkat dalam merangsang organ hati untuk
mensintesis kolesterol dan hasilnya akan disalurkan kesaluran
pencernaan sehingga kolesterol dalam darah akan menurun dan
digunakan untuk mobilisasi sintesis lemak hati.

Uji Fouchet. Tujuan uji Fouchet adalah untuk mengetahui adanya


pigmen empedu pada cairan empedu. Prinsip kerja yang terjadi yaitu
bilirubin dioksidasi menjadi billiverdin sehingga warna yang terbentuk
adalah hijau kebiruan. Tabung diisi dengan larutan empedu lalu dimasak
dan ditambahkan dengan MgSO 4 serta BaCl2 10% lalu dimasak lagi dan
disaring. Hasil yang didapat adalah adanya endapan BaSO 4 dengan
warna putih kebiruan. BaSO4 merupakan endapan putih yang mengikat
pigmen biliverdin yang berwarna hijau. Endapan ini kemudian
ditambahkan pereaksi Fouchet sehingga berubah warna menjadi hijau
kebiruan. 
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil, yaitu terbentuk endapan
BaSO4 yang berwarna putih kebiruan setelah adanya penambahan
aquades, MgSO4, BaCl2 dan pemanasan. Larutan tersebut berubah warna
menjadi hijau kebiruan setelah ditambah dengan satu tetes reagen
Fouchet. Perubahan warna tersebut disebabkan oleh adanya reaksi
antara MgSO4 dan BaCl2. Reaksi tersebut sebagai berikut.
MgSO4 + BaCl2 MgCl2 + BaSO4

Hasil praktikum, menunjukkan perubahan warna dari putih kebiruan


berubah menjadi hijau kebiruan. Perubahan warna tersebut menunjukkan
bahwa empedu mengandung bilirubin yang di ubah menjadi biliverdin.
Oman (1995) menyatakan bahwa empedu memiliki kandungan garam-
garam organik, garam-garam mineral, kholesterol dan zat warna bilirubin
dan biliverdin.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa saliva memiliki daya amilolitik yang dapat diuji. Kemampuan
hidrolisis enzim amilase saliva terhadap amilum terbukti benar adanya.
Kemampuan hidrolisis pepsin pada protein dapat diketahui dengan
mereaksikan pepsin dengan potongan fibrin karmen. Selain itu, protein
juga dapat dihidrolisis oleh enzim protease pankreas.
Getah pankreas juga dapat menghidrolisis amilum dengan enzim
amilase pankreas. Pun lemak juga dapat dihidrolisis menjadi asam lemak
dan gliserol oleh enzim lipaase yang disekresi pankreas.

Salah satu organ yang juga berperan dalam pencernaan ternak


adalah empedu. Empedu menghasilkan getah yang dapat menurunkan
tegangan permukaan. Empedu juga memiliki pigmen warna berupa
bilirubin dan biliverdin.
Daftar Pustaka

Gibson, J. 2002. Fisiologi Dan Anatomi Modern Untuk Perawat.


Kedokteran EGC. Jakarta.
Iryani, A. S. 2013. Pengaruh jenis katalis asam terhadap studi kinetika
proses hidrolisis pati dalam ubi kayu. ILTEK. 8(15): 1078-1081.

Muslim, G., J. E. Sihombing., S. Fauziah., A. Abrar., A. Fariani. 2014.


Aktivitas proporsi berbagai cairan rumen dalam mengatasi tanin
dengan teknik invitro. Jurnal Peternakan Sriwijaya. 3(1): 25-36.
Oman, K. 1995. Biologi Umum. Ganeca Exact: Bandung.
Pearce, Evalyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis.
Gramedia. Jakarta
Poedjiadi, A. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Prastika, H. H., Ratnayani, K., Puspawati, N. M., dan Laksmiwati, A. A. I.
A. M. 2019. Penggunaan Enzim Pepsin Untuk Produksi Hidrolisat
Protein Kacang Gude (Cajanus cajan (L.) Millsp.) yang Aktif
Antioksidan. Cakra Kimia. 7(2): 180-188.
Santika, I Gusti Putu Ngurah Adi. 2016. Pengukuran tingkat kadar lemak
tubuh melalui jogging selama 30 menit mahasiswa putra semester
IV FPOK IKIP PGRI Bali tahun 2016. Jurnal Pendidikan Kesehatan
Rekreasi, 1:89-98.
Saputra, D. 2014. Penentuan daya cerna protein in vitro ikan bawal
(Colossoma macropomum) pada umur panen berbeda. ComTech.
5(2): 1127-1133.

Sari, S. G., Susi, dan Nurlely. 2017. Komposisi kandungan gula buah
naga Hylocereus costaricensis yang tumbuh di perkebunan
anorganik Banjarbaru Kalimantan Selatan. Borneo Journal
Pharmascientech. 1(2): 1-8.

Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. EGC.
Jakarta.
Sumbono, A. 2016. Biokimia Pangan Dasar. Deepublish. Yogyakarta.
Suranto, A. 2011. Terapi Enzim. Penebar Plus. Jakarta.
Tillman, A. D.1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University 
Press. Yogyakarta.
Wahyono, F. G. 2002. Teknologi pengaruh probiotik terhadap tingkat
konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan kolesterol darah
ayam broiler yang diberi pakan tinggi lemak jenuh atau tak jernuh.
J. Pengembangan Peternakan Tropis.27: (1). 36-43.
Witono, Y., I. Taruna, W. S. Widrati, dan A. Ratna. 2014. Hidrolisis ikan
bernilai ekonomi rendah secara enzimatis menggunakan protease
biduri. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 25(2): 140-145.
Lampiran

Tabel 1. Uji daya amolitik saliva


Tabung I 2,5 ml saliva dididihkan, kemudian Tidak terdapat
didinginkan + 2,5 ml amilum 1%, dan endapan, warna
diletakkan dalam penangas 37oC tetap
selama 10 menit, lalu diuji Benedict

Tabung II 2,5 ml saliva + 2,5 ml amilum 1% + Terdapat sedikit


2,5 ml HCL encer dan diletakkan endapan, warna
dalam penangas 37oC selama 10 menjadi biru
menit, lalu diuji Benedict kehijauan

Tabung III 2,5 ml saliva + 2,5 ml amilum 1%, dan Terdapat banyak
diletakkan dalam penangas 37oC endapan, wrna
selama 10 menit, lalu diuji iod dan diuji berubah menjadi
Benedict biru pekat, uji
Benedict positif
Tabel 2. Hasil uji Hidrolisis Protein Oleh Pepsin
Tabung Perlakuan Hasil Uji
Tabung I 1 ml pepsin + 1 ml HCl 0,4%, + 1 Warna larutan
potong fibrin karmen, kemudian berubah merah,
diletakkan dalam penangas 37oC fibrin karmen
selama 10 menit mengecil

Tabung II 1 ml air + 1 HCL 0,4% + 1 potong fibrin Warna larutan


karmen, kemudian diletakkan dalam tidak berubah
penangas 37oC selama 10 menit

Tabung III 1 ml pepsin dididihkan lalu didinginkan Warna larutan


+ 1 ml HCL 0,4%, + 1 potong fibrin tidak berubah
karmen, kemudian diletakkan dalam
penangas 37oC selama 10 menit

Tabel 3. Hidrolisis protein


No. Tabung Perlakuan Hasil
1 Ekstrak pankreas Kemerahan keruh,
netral + 2 tetes kongo merah fibrin
Na2CO3 2% + mengembang dan
potongan kongo mengendap
merah fibrin +
inkubasi 37°C
2 Ekstrak pankreas Bening, kongo merah
netral + 2 tetes fibrin utuh
Na2CO3 2% +
potongan kongo
merah fibrin + 2 tetes
larutan empedu +
dididihkan + inkubasi
37°C
3 Air + 2 tetes Na2CO3 Bening kekuningan,
2% + potongan kongo kongo merah fibrin utuh
merah fibrin +
inkubasi 37°C

Tabel 4. Hidrolisis amilum


No. Tabung Perlakuan Hasil
1 Ekstrak pankreas Hijau kemerahan
netral + 2 tetes
Na2CO3 2% + amilum
1% + inkubasi 37°C +
uji Benedict
2 Ekstrak pankreas Hijau kemerahan
netral + 2 tetes
Na2CO3 2% + amilum
1% + 2 tetes larutan
empedu + inkubasi
37°C + uji Benedict
3 Air + 2 tetes Na2CO3 Tetap biru (warna
2% + amilum 1% + awal)
inkubasi 37°C + uji Iod
+ uji Benedict

Tabel 5. Hasl Hidrolisis Lemak


Tabung Perlakuan Hasil
1. 2 ml susu +1 ml Larutan berwarna kuning
ekstrak pankreas
2. 2 ml susu + 1 ml Larutan berwarna kuning
pankreas + 2 tetes pekat
larutan empedu
3. 2 ml susu + air Larutan berwarna merah

Tabel 6. Hasil Uji Penurunan Tegangan Permukaan


Tabung Perlakuan Hasil
1. 2 ml akuades + serbuk Serbuk belerang di atas
belerang permukaan
2. 2 ml empedu + serbuk Serbuk belerang turun
belerang dan mengendap

Anda mungkin juga menyukai