Anda di halaman 1dari 50

PRAKTIKUM GIZI

SISTEM NEUROPSIKIATRI

Oleh:
Kelompok III
Andi Iffah Cahyaniputri Rezki
Nurul Aisyah Sudirman
Khairunnisa
Yaumil Nurul Safira
Shanun Shari Sakunti
ANGGOTA
A. Nurul Khaerizza Safitri
KELOMPOK
Tiara Putri Ramli
Nurul Jannah
Siti Aisyah Nurramadhani Amran
Auliyah Nurul Rahmi
Muthiaturrahmah Syafiuddin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syurkur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan
nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum gizi sistem neuropsikiatri. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan kita sebagai penerus hingga akhir zaman.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada fasilitator dan teman-teman yang
telah membimbing dan membantu kami dalam mempelajari, memahami, dan
menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari masih bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki kesalahan dikemudian hari.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih
dan semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 23 November 2019

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................... 2
D. Manfaat ......................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 3
A. Tinjaun Pustaka ............................................................................................................. 3
BAB III ...................................................................................................................................... 19
METODOLOGI PRAKTIKUM ..................................................................................................... 19
A. Tempat dan Waktu Praktikum .................................................................................... 19
B. Alat dan Bahan ............................................................................................................ 19
C. Cara Kerja ................................................................................................................... 19
BAB IV...................................................................................................................................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................................... 21
A. Hasil ............................................................................................................................ 21
B. Pembahasan................................................................................................................. 31
C. Aplikasi Biomedis ....................................................................................................... 40
D. Integrasi Keislaman .................................................................................................... 42
BAB V....................................................................................................................................... 44
PENUTUP ................................................................................................................................. 44
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 44
B. Saran ........................................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 47

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan
gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat
objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang
telah tersedia. Penilaian status gizi, dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Penilaian secara langsung meliputi antropometri, biokimia, klinis dan
biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak langsung meliputi survei konsumsi
makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Setiap penilaian status gizi tersebut
memiliki kelemahan dan kelebihan. Akan tetapi kita hanya akan membahas
penilaian status gizi secara tidak langsung (Fitri, 2017). Tingkat kesehatan
seseorang dapat dilihat melalui status gizinya. Status gizi seseorang dapat
ditentukan melalui rumus BMI (Body Mass Index). BMI (Body Mass Index)
merupakan suatu pengukuran yang menunjukkan hubungan antara berat badan
dan tinggi badan (Hermaduanti, 2018). BMI merupakan suatu rumus
matematika di mana berat badan seseorang (dalam kilogram) dibagi dengan
kuadrat dari tinggi badan dalam. Angka gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia
sendiri masih tinggi. Dari Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI
memberikan persentase tersebut menurut berat badan per umur (BB/U) pada
tahun 2010, untuk persentase gizi kurang 13.0% dan gizi buruk sebesar 4.9%
(Riskesdas, 2010) dan pada tahun 2013 persentase tersebut mengalami
kenaikan pada gizi kurang 13.9% dan gizi buruk 5.7 (Fitri, 2017).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pengukuran dan penentuan status gizi dengan
menggunakan indeks massa tubuh (IMT) dan LILA?

1
2. Bagaimana menentukan syarat dan indikasi berbagai jenis konsistensi diet
tubuh yang memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi nya
?

3. Bagaimana cara menentukan terapi gizi medis pada kasus neurologis?


4. Bagaimana cara menghitung keseimbangan nitrogen?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dan penentuan gizi dengan
menggunakan indeks massa tubuh (IMT).
2. Mahasiswa mampu menentukan syarat dan indikasi berbagai berbagai jenis
konsistensi diet tubuh yang memerlukan makanan untuk memenuhi
kebutuhan zat gizinya pada beberapa keadaan.
3. Mahasiswa mampu menentukan terapi gizi medis pada kasus layanan
neurologis.
4. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan keseimbangan nitrogen.

D. Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengukuran dan
menentukan status gizi seseorang dan nilai gizi makanannya, Agar kedepannya
mahasiswa sudah mampu menerapkanya ketika telah terjun terjun ke
masyarakat kelak.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Pustaka
1. Penilaian Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi
untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan
oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Status gizi
merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai perkembangan kesehatan
bayi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi status gizi seorang bayi,
diantaranya pemberian ASI ekslusif, tingkat pendidikan ibu dan status
ekonomi keluarga. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet (RI
K. K., 2014).
a. Penilaian Status Gizi
1) Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros.
Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi
antropometri adalah ukuran tubuh. Antropometri sebagai
indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia,
antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak
dibawah kulit. Ukuran tubuh manusia yang berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan
untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan

3
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh. Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi
badan dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling
sering dilakukan dalam survei gizi. Untuk keperluan perorangan
di keluarga, berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang
badan (PB) adalah yang paling dikenal (RI D. K., 2004).
2) Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status
gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status
gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering
muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka
yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu,
penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.
Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30
hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya
sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (RI D. K., 2004).
3) Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang
terpenting dan paling sering digunakan. Berat badan
menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada
tulang. Berat badan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan
keturunan. Berat badan merupakan salah satu ukuran
antropometri yang memberikan gambaran masa tubuh (otot dan
lemak) (Kementrian Kesehatan, 2004).
Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi
beberapa persyaratan (RI D. K., 2004):

4
a) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat
lain.
b) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
c) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
d) Skala mudah dibaca.
e) Cukup aman untuk menimbang anak balita.
4) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan
normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan
umur. Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam
waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan
baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Pengukuran tinggi
badan untuk balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan
alat pengukur tinggi “mikrotoa” (Microtoise) yang mempunyai
ketelitian 0,1 cm (RI D. K., 2004).
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan
yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi
badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama
yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan
kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam
bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga
indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang
dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan
biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini
pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan
yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang
menahun (RI D. K., 2004).

5
5) Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu
(Prasekolah), tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama
orang dewasa. Alat yang digunalan merupakan suatu pita
pengukur berupa fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis
plastik. LILA memberikan gambaran tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Kesalahan pengukuran LILA (ada berbagai tingkat
ketrampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan
tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang,
lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan. Perkiraan IMT
berdasarkan LLA (RI K. K., 2014):
LLA < 23,5 cm = perkiraan IMT < 20 kg/m2
LLA > 32 cm = perkiraan IMT > 30 kg/m2
Antopometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam
tubuh. Indeks antropometri yang umum digunakan untuk
menilai status gizi balita adalah berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), Berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) serta lingkar lengan atas menurut
umur (LILA/U) (RI D. K., 2004).
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh
dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai
Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan,
hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR).
Atau dengan menggunakan rumus (RI D. K., 2004):

6
Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

NIS : Nilai Induvidual Subjek


NMBR : Nilai Median Baku Rujukan
NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan
Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB
Standar Baku Antropometeri WHO-NCHS (RI D. K., 2004).
Indeks yang
No. Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi
Dipakai
1. BB/U < –3 SD Gizi Buruk
–3 s/d < –2 SD Gizi Kurang
–2 s/d +2 SD Gizi Baik
> +2 SD Gizi Lebih
2. TB/U < –3 SD Sangat Pendek
–3 s/d < –2 SD Pekdek
–2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3. BB/TB < –3 SD Sangat Kurus
–3 s/d < –2 SD Kurus
–2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang


sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur
diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak
remaja ibu hamil dan olahragawan. IMT juga tidak bisa
diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti

7
adanya edema, asites, dan hepatomegali. Rumus untuk
menghitung IMT yaitu (RI D. K., 2004):

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Setelah IMT dihitung, kemudian dikategorikan seperti


pada tabel berikut (RI D. K., 2004).
Tabel 2.3 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 – 18,5
> 18,5 –
Normal
25,0
> 25,0 –
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan
27,0
Kelebihan BB tingkat berat > 27,0

2. Jenis-jenis Konsistensi Diet


Diet sering di salah artikan sebagai usaha mengurangi makan untuk
mendapatkan berat tubuh yang ideal atau untuk mendapatkan bentuk tubuh
yang ideal. Padahal, berdasarkan asal serapan katanya, arti ini yang
sebenarnya adalah mengatur pola makan. Tentu saja, saat ini masih banyak
orang yang menyalah artikan arti berat badan sendiri. Oleh karena itu perlu
diluruskan mengenai arti menurunkan berat badan yang sebenarnya
(Almaitser, 2006).
Diet sangat akrab di kalangan kaum wanita, karena memang sebagian
besar wanita tentu saja menginginkan tubuh yang ideal. Cara ini dipercaya
dapat membantu mereka untuk mengkonsumsi makanan dengan porsi cukup

8
yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga berat badan mereka juga tetap
terkontrol dan terjaga Dalam kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga
2009 keluaran Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Diet memiliki arti
sebagai pengaturan pola dan konsumsi makanan serta minuman yang
dilarang, dibatasi jumlahnya, dimodifikasi, atau diperolehkan dengan jumlah
tertentu untuk tujuan terapi penyakit yang diderita, kesehatan, atau
penurunan berat badan (Almaitser, 2006).
Oleh karena itu, Diet dapat didefenisikan sebagai usaha seseorang
dalam mengatur pola makan dan mengurangi makan untuk mendapatkan
berat badan yang ideal. Sekarang diet memiliki banyak jenis dari diet rendah
kalori, diet rendah protein, diet jantung, diet rendah gula, diet rendah garam,
hingga diet rendah purin (untuk penderita gout atau asam urat). Adapun
demikian macam-macam diet dan definisinya akan dirangkum dibawah ini:
Diet berdasarkan asupan makanan / gizi (Almaitser, 2006) :
a. Diet rendah kalori rendah karbohidrat. Tidak berarti orang lantas
tidakmakan semua jenis karbohidrat. Asupan karbohidrat hanya
dikurangi. Konsumsilah beras merah atau roti gandum. Asupan protein
dan lemak tetap diperhatikan, namun tidak terlalu tinggi.
b. Diet rendah kalori tinggi protein. Bagi yang ingin melakukan diet ini,
dia harus benar-benar fit, terutama ginjal dan lever. Jika tidak, organ
tubuh akan makin terbebani dan kondisi tubuh justru melemah. Diet ini
banyak mengonsumsi protein, seperti daging atau telur (Almaitser,
2006).
c. Diet rendah kalori rendah lemak. Orang dengan diet seperti ini harus
pintar-pintar menghitung asupan kalori. Semua jenis makanan biasanya
dikonsumsi, hanya saja dikurangi kalori dan lemak. Perlu diingat, satu
gram lemak sama dengan sembilan kalori. Diet jenis ini memang tidak
bisa berlangsung dengan cepat, paling-paling dua kilogram sebulan.

9
Namun, hal ini sudah cukup jika dilakukan secara konsisten (Almaitser,
2006).
d. Diet rendah kalori tinggi lemak dan protein. Di sini yang dilakukan
adalah mengurangi asupan karbohidrat. Diet ini akan berlangsung lebih
lama lagi, itu pun jika orang yang berdiet mampu makan sedikit nasi
atau bahkan tidak sama sekali (Almaitser, 2006).
e. Food Combining dengan cara ini adalah mengatur pola makan yang
melibatkan teori asam dan basa, juga PH netral. Meskipun semua
makanan bisa dipilih, baik karbohidrat, protein, maupun lemak,
biasanya jenis makanannya tetap harus diatur. Misalnya, makan pagi
hanya dengan buah-buahan atau susu kedelai, lalu siang dengan nasi tiga
sendok dipadu sayur-mayur dan tempe-tahu. Makan malam, karbohidrat
juga dikurangi. Meski bisa menurunkan berat badan cukup lumayan,
sampai sekitar lima kilogram sebulan, namun cara ini cukup rumit
(Almaitser, 2006).
Adapun jenis jenis diet antara lain (Almaitser, 2006):
a. Perngertian diet makanan cair
Makanan cair adalah makanan yang memunyai konsistensi cair
hingga kental. Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami
gangguan mengunyah, menelan, dan mencernakan makanan yang
disebabkan oleh menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah,
pasca peradarahan saluran cerna, serta pra dan pasca bedah. Makanan
dapat diberikan secara oral atau parenteral. Menurut konsistensi
makanan, makanan cair terdiri atas tiga jenis yaitu makanan cair jernih,
makanan cair penuh, dan makanan cair kental (Almaitser, 2006).
1) Diet makanan cair jernih
Makanan cair jernih adalah makanan yang disajikan
dalam bentuk cairan jernih pada suhu ruangan dengan kandungan
sisa (residu) minimal dan tembus pandang yang diletakkan dalam

10
wadah bening. Jenis cairan yang diberikan tergantung pada keadaan
penyakit atau jenis operasi yang dijalani. Dengan tujuan diet
makanan cair jernih antara lain : memberikan makanan dalam
bentuk cair, yang memenuhi kebutuhan cairan tubuh yang udah
diserap dan hanya sedikit meninggalkan sisa (residu) dan mencegah
dehidrasi dan menghilangkan rasa haus (Almaitser, 2006).
Adapun syarat – syarat diet makanan cair jernih antara lain :
makanan diberikan dalam bentuk cair jernih yang tembus pandang,
bahan makanan hanya terdiri dari sumber kerbohidrat, tidak
merangsang saluran cerna dan mudah diserap, sangat rendah sisa
(residu), diberikan hanya selama 1 – 2 hari, porsi kecil dan
diberikan sering. Dengan indikasi pemberian makanan cair jernih
diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu,
keadaan mual dan muntah dan sebagai makanan tahap awal pasca
pendarahan saluran cerna. Nilai gizinya sangat rendah karena hanya
terdiri dari sumber karbohidrat. Bahan makanan yang boleh
diberikan antara lain the, sari buah, sirop, air gula, kaldu jernih,
serta cairan yang mudah dicerna seperti cairan yang mengandung
maltodekstrin. Makanan dapat ditambah dengan suplemen energy
tinggi dan rendah sisa (Almaitser, 2006).
2) Makanan cair penuh
Makanan cair penuh adalah makanan yang berbentuk cair atau
semicair pada suhu ruang dengan kandungan serat minimal dan
tidak “tembus pandang” bila diletakkan dalam wadah bening. Jenis
makanan yang diberikan bergantung pada keadaan pasien.
Makanan ini dapat langsung diberikan kepada pasien atau sebagai
perpindahan dari makanan cair jernih ke mkanan cair kental
(Almaitser, 2006).

11
Tujuan diet makanan cair penuh antara lain memberikan
makanan dalam bentuk cair dan setengah cair yang memenuhi
kebutuhan gizi dan meringankan kerja saluran cerna. Syarat – syarat
diet makanan cair penuh adalah sebagai berikut :tidak merangsang
saluran cerna,bila diberikan lebih dari 3 hari harus dapat memenuhi
kebutuhan energi dan protein, kandungan energy minimal 1
kkal/ml. konsentrasi cairan dapat diberikan secara bertahap dari
setengah, tiga perempat sampai penuh, beradasarkan masalah
pasien dapat diberikan formula rendah atau bebas laktosa, formula
dengan asam lemak rantai sedang (MCT), formula dengan protein
yang terhidrolisa, formula tanpa susu, formula dengan serat dan
sebagainya, untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dapat
diberikan tambahan ferosulfat, vitamin B kompleks dan vitamin C,
sebaiknya ismolaritas < 400 Mosml. Makanan cair penuh diberikan
kepada pasien yang mempunyai masalah untuk mengunyah,
menelan, atau mencernakan makanan padat, misalnya pada operasi
mulut atau tenggorokan dan/ atau pada kesadaran menurun.
Makanan ini dapat diberikan melalui oral, pipa, atau enteral (Naso
Gastric Tube = NGT), secara bolus atau drip (tetes) (Almaitser,
2006).
b. Diet Makanan Lunak
Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang
mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna dibandingkan makanan biasa.
Makanan ini mengandung cukup zat-zat gizi, asalkan pasien mampu
mengkonsumsi makanan dalam jumlah cukup. Menurut keadaan
penyakit, makanan lunak dapat diberikan langsung kepada pasien atau
sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa. Tujuan diet
makanan lunak adalah memberikan makanan dalam bentuk lunak yang

12
mudah ditelan dan dicerna sesuai kebutuhan gizi dan keadaan penyakit
(Almaitser, 2006).
Syarat-syarat diet makanan lunak adalah sebagai berikut antara
lain energi, protein, dan zat gizi lain cukup, makanan diberikan dalam
bentuk cincang atau lunak, sesuai dengan keadaan penyakit dan
kemampuan makan pasien, makanan diberikan dalam porsi sedang,
yaitu tiga kali makan lengkap dan dua kali selingan, makanan mudah
cerna, rendah serat, dan tidak mengandung bumbu yang tajam. Makanan
lunak diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu, pasien dengan
penyakit infeksi dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi, pasien
dengan kesulitan mengunyah dan menelan, serta sebagai perpindahan
dari makanan saring ke makanan biasa (Almaitser, 2006).

c. Diet Makanan Saring


Makanan saring adalah makanan semi padat yang mempunyai
tekstur lebih halus daripada makanan lunak, sehingga lebih mudah
ditelan dan dicerna. Menurut keadaan penyakit, makanan saring dapat
diberikan langsung kepada pasien atau merupakan perpindahan dari
makanan cair kental ke makanan lunak. Tujuan diet untuk makanan
saring adalah memberikan makanan dalam bentuk semi padat sejumlah
yang mendekati kebutuhan gizi pasien untuk jangka waktu pendek
sebagai proses adaptasi terhadap bentuk makanan yang lebih padat.
Syarat-syarat diet makanan saring antara lain hanya diberikan untuk
jangka waktu singkat selama 1-3 hari, karena kurang memenuhi
kebutuhan gizi terutama energi dan tiamin, rendah serat, diberikan
dalam bentuk disaring atau diblender, diberikan dalam porsi kecil dan
sering yaitu 6-8 kali sehari.Makanan saring diberikan kepada pasien
sesudah mengalami operasi tertentu, pada infeksi akut termasuk infeksi
saluran cerna, serta kepada pasien dengan kesulitan mengunyah dan

13
menelan, atau sebagai perpindahan dari makanan cair ke makanan
lunak. Karena makanan ini kurang serat dan vitamin C, maka sebaiknya
diberikan untuk jangka waktu pendek, yaitu selama 1-3 hari saja
(Almaitser, 2006).
d. Makanan biasa
Sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi
dengan bentuk, tekstur dan aroma yang normal. Susunan makanan
mengacu pada Pola Menu Seimbang dan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat. Makanan biasa diberikan
kepada pasien yang berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan
makanan khusus (diet). Walau tidak ada pantangan secara khusus,
makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan
tidak merangsang pada saluran cerna. Tujuan diet makanan biasa adalah
memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Syarat-syarat diet makanan biasa
antaenergi sesuai kebutuhan normal orang dewasa sehat dalam keadaan
istirahat, protein 10-15% dari kebutuhan energi total, lemak 10-25%
dari kebutuhan energi total, karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi
total, cukup mineral, vitamin dan kaya serat, makanan tidak merangsang
saluran cerna, makanan sehari-hari beraneka ragam dan bervariasi.
Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet makanan biasa adalah
makanan yang merangsang, seperti makanan yang berlemak tinggi,
terlalu manis, terlalu berbumbu, dan minuman yang mengandung
alkohol (Almaitser, 2006).
3. Kasus Neurologis Pada Layanan Primer
Neurologi adalah sebuah spesialisasi di bidang kedokteran yang
memiliki fokus pada otak dan sistem saraf. Dokter yang memiliki
spesialisasi pada diagnosis dan pengobatan dari gangguan otak dan sistem
saraf dikenal sebagai neurologis. Gangguan neurologi sangat beragam

14
bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak
mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit
neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien,
sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan
pasien (Deveber, 1999).
Secara garis besar kelumpuhan susunan saraf terbagi atas dua kelompok
kelumpuhan yaitu (1) tipe upper motor neuron (susunan saraf pusat) dan (2)
tipe lower motor neuron (susunan saraf tepi). Susunan saraf pusat dimulai
dari otak →batang otak→ medula spinalis →kornu anterior medula spinalis.
Susunan saraf tepi dimulai dari kornu anterior medula spinalis → saraf tepi
→ neuromuscular junction → otot. Adapun gejala kelumpuhan tipe upper
motor neuron adalah hipertoni atau spastis, refleks fisiologis meningkat,
adanya refleks patologis, tanpa fasikulasi dan atrofi otot. Pemeriksan
penunjang pencitraan diperlukan pada gangguan yang bersifat upper motor
neuron dengan manifestasi klinis kelumpuhan pada ekstremitas disertai
kelumpuhan saraf kranialis, maka kelainan diduga pada daerah otak dan
batang otak. Apabila kelumpuhan hanya mengenai ekstremitas saja maka
diduga kelainan terletak pada daerah medula spinalis. Pemeriksaan
pencitraan meliputi foto polos kepala atau tulang belakang, ultrasonografi
(USG) kepala, computed tomography scanning (CT scan) dan magnetic
resonance imaging (MRI). Kemampuan memvisualisasikan jaringan otak
secara langsung dengan USG, CT scan, dan MRI telah meningkatkan
kemampuan diagnostik ahli saraf anak. Pemeriksaan foto polos kepala dan
tulang belakang penggunaannya terbatas untuk mendeteksi dan
mengevaluasi beberapa anomali kongenital, peninggian tekanan intrakranial
serta trauma kepala dan spinal.1 USG kepala dapat digunakan untuk evaluasi
ensefalopati hipoksik iskemik meliputi komplikasi perdarahan pada matrik
germinal, ventrikel, atau parenkim otak; skrining malformasi
developmental, mengetahui penyebab pembesaran kepala, leukomalasi

15
periventrikular, resorpsi perdarahan, porensefali, sindrom Dandy-Walker
dan lain-lain. Pemeriksaan CT scan lebih ditujukan untuk mendeteksi
adanya kelainan yang bersifat akut, kalsifikasi intrakranial dan komplikasi
pasca operasi, edemotak, infark, neoplasma, leukodistrofi, dan lainlain.
Adapun MRI mempunyai kelebihan antara lain dalam hal mendeteksi
adanya lesi, lokalisasi lesi lebih akurat, gangguan fungsi pada daerah otak
dibandingkan USG dan CT scan, mesial temporal sklerosis, konseling
genetik dapat digabung dengan PET (positron emission tomography) scan
atau magnetic resonance spectroscopy (MRS) (Deveber, 1999).
4. Menghitung Keseimbangan Nitrogen
Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah
L-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Suatu molekul protein
disusun oleh sejumlah asam amino dengan susunan tertentu dan bersifat
turunan. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan
nitrogen. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein sebanyak 16% dari
berat protein. Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang, dan ada
jenis protein yang mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi. Suatu
asam amino lazimnya diklasifikasikan sebagai suatu molekul yang memiliki
gugusan α-karboksil maupun α-amino dan secara kimiawi suatu rantai
samping khas (gugusan R) yang melekat dengan α-karbon. Kualitas protein
dapat didefinisikan sebagai efisiensi penggunaan protein oleh tubuh.Kualitas
protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang dikandungnya.
Pada prinsipnya suatu protein yang dapat menyediakan asam amino esensial
dalam suatu perbandingan yang menyamai kebutuhan manusia, mempunyai
kualitas yang tinggi. Sebaliknya protein yang kekurangan satu atau lebih
asamasam amino esensial mempunyai kualitas yang rendah (Paulus, 2008).
Klasifikasi protein berdasarkan pada fungsi biloginya terdiri atas:
enzim, protein pembangun, protein kontraktil, protein pengangkut, protein
hormon, protein bersifat racun, protein pelindung, dan protein cadangan.

16
Klasifikasi protein terdapat dalam bentuk serabut (fibrosa), globular, dan
konjugasi. Protein bentuk serabut terdiri atas beberapa rantai peptida
berbentuk spiral yang terjalin satu sama lain sehingga menyerupai batang
yang kaku. Karakteristik protein bentuk serabut adalah memiliki daya larut
yang rendah, kekuatan mekanis yang tinggi, dan tahan terhadap enzim
pencernaan. Kolagen, elastin, keratin, dan miosin termasuk dalam protein
bentuk serabut. Protein globular berbentuk bola dan terdapat pada cairan
jaringan tubuh. Protein jenis ini larut dalam larutan garam dan asam, mudah
berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam serta mudah mengalami
denaturasi. Albumin, globulin, dan histon termasuk dalam protein globular.
Protein konjugasi adalah protein sederhana yang terikat dengan bahan-bahan
non asam amino. Gugus non asam amino ini dinamakan gugus prostetik.
Nukleoprotein, lipoprotein, fosfoprotein, metaloprotein, hemoprotein, dan
flavoprotein termasuk dalam protein konjugasi (Paulus, 2008).
Protein merupakan salah satu komponen nutrien pokok yang sangat
diperlukan. Pertambahan bobot badan yang tinggi hanya akan tercapai bila
kebutuhan protein dalam pakan terpenuhi. Meskipun demikian, efisiensi
penggunaan protein pakan untuk pembentukan jaringan tubuh sangat
dipengaruhi oleh kandungan energi. Bila energi pakan kurang tersedia, maka
pemanfaatkan protein untuk mencapai pertumbuhan yang optimal.
Keseimbangan nitrogen dan kadar urea darah merupakan indikator yang
sering digunakan untuk mengetahui efektifitas metabolisme protein pakan
yang dikonsumsi. Oleh karena itu keseimbangan nitrogen adalah suatu cara
untuk mengukur metabolisme protein di dalam tubuh, disamping merupakan
ukuran untuk mengetahui apakah protein tubuh bertambah atau berkurang
sehingga dapat memberikan gambaran ukuran kecernaan protein. Imbangan
nitrogen dapat dipakai untuk menentukan kebutuhan protein guna keperluan
pertumbuhan. Dimana takaran minimal protein yang memberi retensi

17
maksimal untuk pertumbuhan dalam prinsip imbangan nitrogen ini adalah
kebutuhan protein (Paulus, 2008).
Kadar urea darah dapat dipakai untuk mengetahui efisiensi penggunaan
protein dan kecukupan energi pakan. efisiensi pemanfaatan NH3 untuk
sintesis protein di dalam rumen tergantung pada ketersediaan energi.
Apabila terjadi kekurangan energi maka protein akan berlebihan dan tidak
dapat dimanfaatkan oleh mikroba rumen. Kelebihan konsumsi protein kasar
dapat meningkatkan konsentrasi urea di dalam plasma. bila kadar amonia di
dalam rumen tinggi, maka absorbsi amonia yang dibawah ke hati akan
berlebihan sehingga perombakan menjadi urea kalah cepat. Kadar urea dan
amonia di dalam peredaran darah perifer pada kondisi ini meningkat dan
memperlihatkan gejala keracunan yang akhirnya dapat menyebabkan
kematian. Dengan adanya VFA yang cukup dapat mencegah bentuk
amonium karbonat dan mencegah keracunan urea (Paulus, 2008).

18
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu Praktikum


Waktu : 07.30 – 11.00 WITA
Hari/Tanggal : Jumat/ 22 November 2019
Tempat : Laboratorium Terpadu Program Studi Pendidikan Dokter
UIN Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
1. Penentuan status gizi berdasarkan indek massa tubuh (IMT)
a) Tinggi Badan : Microtoice dan Meteran
b) Berat Badan: Spring balance scale dan Platform balance scale
2. Penentuan status gizi berasarkan lingkar lengan atas (LILA)
a) Pita pengukur
b) Insertion tape = suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau
jenis kertas tertentu berlapis plastik.
3. Menyusun diet pasein neurologis
a) Food model.
C. Cara Kerja
1. Penentuan status gizi berdasarkan indek massa tubuh (IMT) :
a) Ukurlah berat badan dan tinggi badan teman kelompokmu
menggunakan alat yang tersedia.
b) Catat dalam tabel berikut.
c) Tentukan indek massa tubuh masing masing kelompokmu.
d) entukan status gizi masing-masing anggota kelompokmu.
2. Penentuan status gizi berasarkan lingkar lengan atas (LILA).
a) Tetapkan posisi acromion dan olecranon.
b) Letakkan pengukur antara acromion dan olecranon.
c) Tentukan titik tengah lengan.

19
d) Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan sampai cukup terukur lingkar
lengan.
e) Pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.
f) Cara pembacaan skala yang benar.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Penilaian Satus Gizi
a. Penentuan Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

21
No. Nama BB TB (m) IMT Status Gizi
(kg) (kg/m2)
1. Nurul Aisyah Sudirman 61 1,53 26,05 Gemuk
2. Auliyah Nurul Rahmi 40 1,53 17,08 Kurus
3. St. Aisyah Nurramadhani 53 1,66 19,20 Normal
4. Andi Iffah Cahyaniputri 52 1,49 23,42 Normal
5. Tiara Putri Ramli 69 1,62 26,29 Gemuk
6. Yaumil Nurul Safira 58 1,64 21,56 Normal
7. Khairunnisa 41 1,54 17,28 Kurus
8. Muthiaturrahmah 45 1,55 18,73 Normal
9. A. Nurul Khaerizza 54 1,69 18,90 Normal
10. Nurul Janah 51 1,44 24,59 Normal
11. Shanun Shari Sakunti 50 1,52 21,64 Normal
b. Penentuan Status Gizi Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LLA)

22
No. Nama LILA Perkiraan IMT Status Gizi
(cm) (kg/m2)
1. Nurul Aisyah Sudirman 33 20-30 Normal
2. Auliyah Nurul Rahmi 24 20-30 Normal
3. St. Aisyah Nurramadhani 24 20-30 Normal
4. Andi Iffah Cahyaniputri 28 20-30 Normal
5. Tiara Putri Ramli 33 20-30 Normal
6. Yaumil Nurul Safira 28 20-30 Normal
7. Khairunnisa 23 < 20 Kurang Gizi
8. Muthiaturrahmah 25 20-30 Normal
9. A. Nurul Khaerizza 25 20-30 Normal
10. Nurul Janah 30 20-30 Normal
11. Shanun Shari Sakunti 27 Normal

2. Jenis-jenis Konsistensi Diet


Diet Syarat Indikasi
Makanan yang diberikan dalam bentuk Diberikan kepada pasien
cair jernih tembus pandang sebelum dan sesudah
operasi tertentu
Bahan makanan hanya terdiri dari sumber Keadaan mual dan muntah
karbohidrat
Diet cair
Tidak merangsang saluran cerna dan Makanan tahap awal pasca
jernih
mudah diserap pendarahan saluran cerna
Sangat rendah sisa (residu) Nilai gizinya sangat
Diberikam hanya selama 1-2 hari rendah karena hanya
Porsi kecil dan diberikan sering terdiri dari sumber
karbohidrat

23
Diet Syarat Indikasi
Bila diberikan >3 hari harus memenuhi Diberikan kepada pasien
kebutuhan energi dan protein yang mempunyai masalah
Kandungan energi minimal 1 kkal/ml. untuk mengunyah,
Konsentrasi cairan diberikan bertahap menelan / mencerna
Tidak merangsang saluran cerna makanan padat misalnya
pada operasi mulut /
tenggorokan dan
kesadaran menurun
Berdasarkan masalah pasien, diberikan Makanan diberikan
Diet cair
formula rendah/bebas laktosa, formula melalui oral, pipa/NGT
penuh
dengan asam lemak rantai sedang, secara bolus / drip tetes
formula dengan protein yang terhidrolisa,
formula bebas susu, formula dengan
serat, dan lain-lain
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan
mineral dapat diberikan tambahan
ferosulfat vitamin B kompleks dan
vitamin C
Sebaiknya osmolaritas < 400 mol/ml

Diet Syarat Indikasi

24
Hanya diberikan untuk jangka waktu Diberikan kepada pasien
singkat 1-3 hari, karena kurang yang mengalami operasi
memenuhi kebutuhan gizi, terutama tertentu
energi dan vitamin
Rendah serat diberikan dalam bentuk Pada infeksi akut termasuk
disaring atau diblender infeksi saluran cerna
Diet saring Karena makanan ini < serat dan vitamin Diberikan kepada pasien
C, maka diberikan hanya jangka pendek yang mempunyai masalah
1-3 hari untuk mengunyah dan
menelan
Porsi kecil dan diberikan sering yaitu 6-8 Perpindahan dari makanan
kali sehari cair kental ke makanan
lunak

Diet Syarat Indikasi


Makanan yang diberikan dalam bentuk Diberikan kepada pasien
cincang luank sesuai keadaan penyakit sesudah operasi tertentu
dan kemampuan makan pasien dan pada penyakit infeksi
dan kenaikan suhu badan
tidak terlalu tinggi
Energi, protein, dan zat gizi lain cukup Diberikan pada pasien
Diet lunak secara langsung atau
Makanan diberikan dalam porsi sedang merupakan perpindahan
yaitu 3 kali makan lengkap dan 2 kali dari makanan saring ke
selingan makanan biasa, tergantung
Makanan mudah dicerna, rendah serat keadaan penyakit pasien
dan tidak mengandung bumbu yang
tajam

25
Diet Syarat Indikasi
Energi sesuai dengan kebutuhan normal Diberikan kepada pasien
orang dewasa sehat dalam keadaan yang tidak memerlukan
istirahat makanan/ diet khusus
Protein 10-15% dari kebutuhan energi sehubung dengan
total penyakitnya
Lemak 10-25% dari kebutuhan energi
Diet padat total
Karbohidrat 60-75% dari kebutuhan
energi total
Cukup mineral, vitamin dan kaya serat
Makanan tidak merangsang saluran cerna
Makanan sehari-hari beraneka ragam dan
bervariasi

3. Kasus Neorologis Pada Layanan Primer


a. Hari 1

26
Berat
Kalori Protein Karbo Lemak
No. Menu Diet dalam
(gram) (gram) (gram) (gram)
gram
Pagi
Roti putih 70gr 175 4 40 0
Susu sapi 200gr 50 7 0 2
1. Alpukat 100gr 100 0 20 0
Telur bebek 55gr 150 7 0 13
Timun 100gr 12 0,7 2,7 0,1
TOTAL 487 18,7 62,7 15,1
Siang
Nasi tim 200gr 175 4 40 0
Ikan kembung 30gr 75 7 0 5
Apel 85gr 50 0 10 0
2.
Sawi 200gr 50 2 10 0
Telur Bebek 55gr 150 7 0 13
Jeruk manis 100gr 50 0 10 0
TOTAL 550 20 70 18
Malam
3. Tahu 100gr 80 6 8 3
Nasi jagung 100gr 175 4 40 0

27
Daging ayam 40gr 75 7 0 5
Papaya 220gr 100 0 24 0
Buncis 100gr 25 1 5 0
TOTAL 455 18 77 8

b. Hari 2

Berat
Kalori Protein Karbo Lemak
No. Menu Diet dalam
(gram) (gram) (gram) (gram)
gram
Pagi
Roti putih 70gr 175 4 40 0
1.
Ikan kembung 15gr 37,5 3,5 0 2,5
Tahu 25gr 20 1,5 2 0,75

28
Pisang Mas 60gr 75 0 15 0
Mangga 90gr 50 0 10 0
TOTAL 357,5 9 67 3,25
Siang
Nasi tim 200gr 175 4 40 0
Ikan segar 40gr 75 7 0 5
2. jagung 100gr 25 1 5 0
Apel merah 85gr 50 0 10 0
Telur Bebek 55gr 150 7 0 13
TOTAL 475 19 55 18
Malam
Kentang 80gr 100 2,6 26 0
Kacang panjang 100gr 25 1 5 0
3. Udang 21gr 45 4 0 3
Telur Bebek 55gr 150 7 0 13
Buncis 100gr 25 1 5 0
TOTAL 345 15,6 36 16

c. Hari 3

29
Berat
Kalori Protein Karbo Lemak
No. Menu Diet dalam
(gram) (gram) (gram) (gram)
gram
1. Pagi
Nasi jagung 200gr 350 8 80 0
Daging ayam 40gr 75 7 0 5
TOTAL 425 15 80 5
2. Siang
Bubur 200gr 144 2,6 32 0
Pisang mas 50gr 50 0 10 0
Ikan kembung 60gr 150 14 0 10
Kacang hijau 25gr 80 6 8 3
TOTAL 424 22,6 50 13
3. Malam
Nasi tim 200gr 175 4 40 0
Ikan segar 80gr 150 14 0 10
Udang segar 21gr 45 4 0 3
Alpukat 100gr 100 0 20 0
TOTAL 470 22 60 13

30
4. Menghitung Keseimbangan Nitrogen
Seorang wanita berusia 55 tahun dengan tinggi badan 150 cm
dan berat badan 80 kg post perawatan kejang et causa eklamsia,
mempunyai asupan protein 77,7 g/hari sekresi urin 500 mg/dl UUN
dalam 2000 ml urin.

UUN = 500 x 2000/100


= 10.000 mg atau 10 gr
Maka,
ΔN[g/hari] = [77,7/6.25] – [10+4]
= 12.432 – 14
= -1,568 (kesimbangan nitrogen negatif)
B. Pembahasan
1. Penilaian Status Gizi
a. Penentuan Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Status Gizi merupakan keadaan keseimbangan antara


asupan nutrisi dengan kebutuhan energi tubuh. Keseimbangan
tersebut dapat dilihat dari adanya pertumbuhan pada tubuh,
seperti Tinggi badan, Berat badan, Lingkar lengan, Lingkar
kepala dan Panjang tungkai. Nutrisi sangat berperan penting
untuk tubuh, yaitu: zat gizi dapat memberikan energi yang
sangat diperlukan untuk melakukan aktivitas, menumbuhkan
dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses dalam tubuh.
Namun, ada beberapa factor yang mempengaruhi status gizi,
diantaranya kuantitas konsumsi makanan, adanya penyakit
akibat infeksi, dll.

31
Dari percobaan yang dilakukan yaitu penentuan status
gizi berdasarkan IMT nya, diperoleh hasil:

1) 2 orang (18%) memiliki IMT > 25,0 – 27,0 yang termasuk


dalam kategori Gemuk (Overweight).

2) 2 orang (18%) memiliki IMT 17 - < 18,5, yang termasuk


dalam kategori Kurus.

3) 8 orang (73%) memiliki IMT antara 18,5 – 25,0 yang


termasuk dalam kategori Normal.

Dari data tersebut diketahui bahwa 2 orang yang


termasuk dalam kategori kegemukan, hal ini dapat terjadi
karena adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya,
contohnya konsumsi makanan yang berlebihan, ataupun
pola makan yang tidak seimbang dan sering mengonsumsi
makanan cepat saji yang memiliki jumlah kalori yang tinggi.
Adapun 2 orang yang termasuk dalam kategori status gizi
kurus, dapat disebabkan karena adanya pola makan yang
tidak teratur, malas makan, mengonsumsi makanan cepat
saji yang dapat memberikan efek mudah kenyang tetapi
tidak memberikan nutrisi yang cukup, ataupun sedang
menjaga postur tubuh agar tidak gemuk. Dari data juga
diperoleh 8 orang termasuk dalam kategori yang Normal,
hal ini dapat terjadi karena pemenuhan gizi dalam tubuhnya
telah tercukupi.

2. Jenis-jenis Konsistensi Diet


Ada beberapa jenis-jenis konsistensi diet yang diberikan pada
seseorang yang dalam kondisi tubuh sehat atau pun sakit. Untuk
memenuhi kebutuhan zat gizinya, pemberian makanan harus

32
diberikan konsistensi khusus seperti diet cair jernih, diet cair penuh,
diet saring, diet lunak, dan diet padat tergantung dengan kondisi
pasien. Pada pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu yang
memiliki keadaan mual dan muntah, atau pasca pendarahan saluran
cerna maka konsistensi diet yang cocok adalah diet cair jenrnih.
Makanan cair jernih adalah makanan yang disajikan dalam bentuk
cairan jernih pada suhu ruang dengan kandungan sisa (residu)
minimal dan tembus pandang bila ditekan dalam wadah bening. Diet
cair jernih ini memiliki beberapa syarat yaitu makanan yang
diberikan dalam bentuk cair jernih tembus pandang, bahan makanan
hanya terdiri dari sumber karbohidrat, tidak merangsang saluran
cerna dan mudah diserap. Diet ini diberikam hanya selama 1-2 hari
dalam porsi yang kecil dan diberikan sering dalam sehari.
Pada pasien yang mempunyai masalah untuk mengunyah,
menelan/mencerna makanan padat misalnya pada operasi
mulut/tenggorokan dan kesadaran menurun maka konsistensi diet
yang cocok adalah diet cair penuh yang diberikan melalui oral,
pipa/NGT secara bolus / drip. Makanan cair penuh merupakan
makanan yang berbentuk cair atau semicair pada suhu ruang dengan
kandungan serat minimal dan tidak tembus pandang bila diletakkan
dalam wadah bening. Syarat untuk diet ini berdasarkan masalah
pasien, diberikan formula rendah/bebas laktosa, formula dengan
asam lemak rantai sedang, formula dengan protein yang terhidrolisa,
formula bebas susu, formula dengan serat, dan lain-lain.
Pada pasien yang mengalami operasi tertentu atau mengalami
infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna, dan mempunyai masalah
untuk mengunyah dan menelan, konsistensi diet yang cocok adalah
diet saring. Makanan saring mempunyai tekstur lebih saring daripada
makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Sumber

33
makanan yang baik untuk diet saring adalah bahan makanan yang
mengandung serat dan tidak menimbulkan gas. Ada beberapa syarat
untuk diet ini yaitu hanya diberikan untuk jangka waktu singkat 1-3
hari, karena kurang memenuhi kebutuhan gizi, terutama energi dan
vitamin. Porsi kecil dan diberikan sering yaitu 6-8 kali sehari.
Rendah serat diberikan dalam bentuk disaring atau diblender.
Pada pasien sesudah operasi tertentu dan pada penyakit infeksi
dan kenaikan suhu badan tidak terlalu tinggi atau pada pasien secara
langsung atau merupakan perpindahan dari makanan saring ke
makanan biasa, tergantung keadaan penyakit pasien maka
konsistensi diet yang cocok adalah diet lunak. Makanan lunak
merupakan makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah,
ditelan, dan dicerna dibanding makanan biasa. Syarat untuk diet
lunak adalah makanan yang diberikan dalam bentuk cincang lunak
sesuai keadaan penyakit dan kemampuan makan pasien. Energi,
protein, dan zat gizi lain cukup serta makanan yang mudah dicerna,
rendah serat dan tidak mengandung bumbu yang tajam. Makanan
diberikan dalam porsi sedang yaitu 3 kali makan lengkap dan 2 kali
selingan
Pada pasien yang tidak memerlukan makanan/ diet khusus
sehubung dengan penyakitnya maka konsistensi diet yang cocok
adalah diet padat. Makanan padat atau makanan biasa sama halnya
dengan makanan sehari-hari atau makanan normal yang mengacu
pada keseimbangan gizi seperti protein 10-15% dari kebutuhan
energi total, lemak 10-25% dari kebutuhan energi total, karbohidrat
60-75% dari kebutuhan energi total yang cukup mineral, vitamin dan
kaya serat.
Berdasarkan skenario jenis diet yang cocok untuk pasien yang
mempunyai tinggi 150 cm dan berat badan 80 kg yang berarti

34
mempunyai IMT 35,6 yang termasuk dalam kategori obesitas dengan
riwayat hipertensi. Konsistensi yang sesuai adalah diet padat yang
cocok untuk pasien yang tidak memerlukan makanan/ diet khusus
sehubung dengan penyakitnya.
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160
/gram mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu
terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan
diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet
juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti berat
badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat
dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang
menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.
Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah makanan beraneka
ragam dan gizi seimbang, jenis dan komposisi makanan disesuaikan
dengan kondisi penderita, jumlah garam dibatasi sesuai dengan
kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet. Yang
dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat
dalam hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah
garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur
tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam
lain diluar natrium.
3. Kasus Neorologis Pada Layanan Primer
Dari praktikum yang dilakukan, didapat kasus sebagai berikut:
Seorang pasien perempuan usia 55 tahun dengan TB 150 cm, BB
80kg, post perawatan kejang-kejang et causa eclampsia. Buatkan
menu diet untuk 3 hari. Agar tubuh bisa bekerja optimal, dibutuhkan
gizi yang cukup. Salah satu cara menentukan kebutuhan zat gizi

35
seseorang adalah dengan menggunakan rumus benedict sesuai
skenario, yaitu:
BMR wanita = 665 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x Usia)

Namun pada scenario, IMT pasien :

𝐵𝐵 80
= 1,52 = 35,6 berarti status gizi >27 obesitas
𝑇𝐵2

Maka dari itu untuk menentukan BMR pasien, perlu digunakan BB


ideal, yaitu:
(TB-100) – 10% (TB - 100) = (150-100) – 10% (150-100)
= 50 – 5
= 45kg
BMR = 655 + (9,6 x 80) + (1,8 x 150) – (4,7 x 55)
= 655 + 432 + 270 – 258,5
= 1098,5
Energi = BMR x Faktor Aktifitas x faktor stress
= 1098,5 x 50% x 1
= 1648 kal
Kalori per satu kali makan = 1648 : 3 = 549 kalori permakan
Kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat dalam tubuh per satu kali
makan :

a) Protein = 549 x 15% = 82 : 4 = 20,5gr

b) Lemak = 549 x 25% = 137 : 9 = 15gr

c) Karbohidrat = 549 x 70% = 384 : 4 = 96gr

36
Kebutuhan kalori pasien disesuakan dengan kebutuhan
kalori berdasarkan BB ideal, karena dalam kasus ini status gizi
pasien adalah obesitas. Kalori disesuaikan dengan BB ideal, agar
pasien dapat sekaligus menurunkan BB. Pada scenario ini,
pasien post perawatan et causa eclampsia, yaitu peningkatan
tekanan darah. Peningkatan tekanan darah dapat dipengaruhi
oleh faktor risiko genetik dan lingkungan, yaitu asupan makanan
sehari-hari, aktivitas fisik, toksin, dan lain-lain. Seventh report
of the joint national committee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure (JNC 7)
merekomendasikan modifikasi gaya hidup sebagai terapi yang
penting pada hipertensi.

Modifikasi asupan makanan sehari-hari merupakan


salah satu bagian modifikasi gaya hidup yang mempunyai peran
yang besar dalam mencegah kenaikan tekanan darah pada
individu yang tidak menderita hipertensi, serta menurunkan
tekanan darah pada prehipertensi dan penderita hipertensi.

37
Sebagian penelitian menunjukkan faktor jumlah dan
bagian dari masing-masing jenis makronutrien juga berperan
terhadap terjadinya hipertensi. Penelitian pada manusia juga
telah membuktikan bahwa efek konsumsi fruktosa berbeda

dengan glukosa terhadap tekanan darah, di mana fruktosa dapat


meningkatkan tekanan darah, sedangkan glukosa tidak (Kumala,
2014).

Wang et al. mengemukakan dari hasil penelitiannya


bahwa asupan protein yang tinggi khususnya protein nabati
dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan, sedangkan
asupan protein hewani ataupun asupan protein total tidak
didapatkan hasil yang signifikan. Mekanisme pertama, asupan
tinggi protein akan meningkatkan konsentrasi asam amino
plasma yang dapat menstimulasi ekskresi natrium di ginjal,
sehingga tekanan darah menurun. Mekanisme lainnya adalah
kandungan asam amino tertentu, meliputi sistein, glutamat,
glutation, arginin, leusin, taurin, dan triptofan dari protein

38
mempunyai efek antihipertensi. Efek asam amino tersebut dalam
menurunkan tekanan darah dengan memperbaiki resistensi
insulin dan metabolism glukosa. Keadaan ini, selanjutnya akan
menurunkan pembentukan advanced glycation end product
(AGE), menurunkan stres oksidatif, menurunkan kalsium
intraseluler vaskular, meningkatkan produksi nitric oxide (NO)
yang semuanya ini akan memperbaiki fungsi endotel dan
menurunkan tahanan vaskular perifer mengakibatkan tekanan
darah menurun (Kumala, 2014).

4. Menghitung Keseimbangan Nitrogen


Keseimbangan nitrogen dapat digunakan untuk menegakkan
keefektifan terapi nutrisi. Nitrogen secara kontinyu terakumulasi dan
hilang melalui pertukaran yang bersifat homeostatik pada jaringan
protein tubuh. Keseimbangan nitrogen dapat dihitung dengan
menggunakan formula yang mempertimbangkan nitrogen urin 24
jam, dalam bentuk nitrogen urea urin (urine urea nitrogen/UUN), dan
nitrogen dari protein dalam makanan.

Umumnya protein mengandung 16% nitrogen, maka jumlah


nitrogen dalam makanan bisa dihitung dengan membagi jumlah
protein terukur dengan. Faktor koreksi ditambahkan untuk
mengkompensasi kehilangan nitrogen pada feses, air liur dan kulit.
Keseimbangan nitrogen positif adalah kondisi dimana asupan
nitrogen melebihi ekskresi nitrogen, dan menggambarkan bahwa
asupan nutrisi cukup untk terjadinya anabolisme dan dapat
mempertahankan lean body mass. Sebaliknya keseimbangan
nitrogen negatif ditandai dengan ekskresi nitrogen yang melebihi
asupan, yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan otot dan
jaringan-jaringan vital lainnya.

39
Keseimbangan nitrogen sangat dipengaruhi oleh asupan
kalori dan protein, derajat deplesi protein dimana adanya infeksi atau
inflamasi, bahkan pada derajat yang ringan dapat meningkatkan
katabolisme nitrogen dan mengalihkan protein untuk sintesis protein
imun, aktivitas fisik, dan stres fisiologi yang menyebabkan respon
metabolik sehingga dapat mempengaruhi metabolisme nitrogen.

C. Aplikasi Biomedis
1. Indeks Masa /tubuh
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan
resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang
dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. Ini bertujuan
memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk
mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan penerapan
hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang sehat.
Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan
timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan.
2. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lingkar lengan atas (LILA) merupakan gambaran keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. LILA mencerminkan
tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh
oleh cairan tubuh. Ukuran LILA digunakan untuk skrining
kekurangan energi kronis yang digunakan untuk mendeteksi ibu
hamil dengan risikomelahirkan BBLR. Pengukuran LILA ditujukan

40
untuk mengetahui apakah ibu hamil atau wanita usia subur (WUS)
menderita kurang energi kronis (KEK). Ambang batas LILA WUS
dengan risiko KEK adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23.5
cm, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). Cara
ukur pita LILA untuk mengukur lingkar lengan atas dilakukan pada
lengan kiri atau lengan yang tidak aktif. Pengukuran LILA dilakukan
pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan ujung siku dalam
ukuran cm (centi meter). Kelebihannya mudah dilakukan dan
waktunya cepat, alat sederhana, murah dan mudah dibawa.
3. Jenis – Jenis Konsisten Diet
a. Makanan Lunak
Indikasi pemberian makanan lunak ini diberikan kepada
pasien sesudah operasi tertentu, pasien dengan penyakit infeksi
dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi, pasien dengan
kesulitan mengunyah dan menelan, serta sebagai perpindahan
dan makanan saring ke makanan biasa.
b. Makanan Saring
Indikasi pemberian makanan saring adalah pada pasien
sesudah mengalami operasi tertentu, pada pasien infeksi akut
termasuk infeksi saluran cerna, serta kepada pasien dengan
kesulitan mengunyah dan menelan, atau sebagai perpindahan
dari Makanan Cair Kental ke Makanan Lunak. Karena makanan
ini kurang serat dan vitamin C, maka sebaiknya diberikan untuk
jangka waktu 1 – 3 hari saja.
c. Makanan Cair
Indikasi pemberian pada pasien yang mendapatkan jenis
makanan lunak misalnya : pasien stroke dengan hemiparese pada
syaraf fasialis, pasien dengan penurunan kesadaran yang

41
menggunakan naso gastrik tube (NGT). Indikasi pasien yang
diberikan Makanan Cair Penuh adalah pasien yang punya
masalah mengunyah, menelan, atau mencerna makanan padat,
misalnya pada operasi mulut atau tenggorokan, dan/atau pada
kesadaran menurun. Makanan ini dapat diberikan melalui oral,
pipa, atau enteral (melalui NGT/Naso Gastric Tube), secara
bolus atau drip.
d. Makanan Biasa
Indikasi pasien yang mendapatkan jenis makanan biasa
misalnya conjungtivitis tanpa demam, penyakit kulit yang bukan
alergi, low back pain, penyakit pada hidung telinga dan
tenggorokan (THT) yang tidak memerlukan operasi.
D. Integrasi Keislaman
Surah Thaha ayat 81 :
Terjemahnya:

“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan


kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang
menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa ditimpa
oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.”
(Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah kami berikan
kepada kalian) yakni nikmat yang telah dilimpahkan kepada kalian (dan
janganlah melampaui batas padanya) seumpamanya kalian mengingkari
nikmat-nikmat itu (yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpa kalian)
bila dibaca Yahilla artinya wajib kemurkaan-Ku menimpa kalian. Dan
jika dibaca Yahulla artinya, pasti kemurkaan-Ku menimpa kalian (Dan

42
barang siapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku) lafal Yahlil dapat pula dibaca
Yahlul (maka sungguh binasalah ia) terjerumuslah ia ke dalam neraka.
Dalam aspek dunia medis dan sesuai dengan apa yang Allah
SWT telah anjurkan kita diperintahkan untuk makan makanan dari cara
yang halal karena kandungan zat-zat gizi seperti karbohidrat, lemak,
protein, dsb yang terdapat di dalam sebuah makanan berguna sebagai
energi yang nantinya akan dapat digunakan sebagai bahan untuk
metabolisme di dalam tubuh kita, apabila kita tidak mengikuti sesuai
aturan yang Allah SWT telah tetapkan contohnya, kita memberikan
makanan kepada keluarga kita dari sumber yang tidak jelas maka
perbuatan kita kelak Allah SWT akan membalas perilaku kita di hari
kemudian, dan juga apabila kita tidak memberikan asupan nutrisi yang
kuat kepada anak kita maka anak tersebut kekurangan bahan untuk
metabolisme di dalam tubuh yang nantinya akan berdampak pada
kekurangan gizi.

43
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari data diketahui bahwa 2 orang yang termasuk dalam kategori
kegemukan, hal ini dapat terjadi karena adanya faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya, contohnya konsumsi makanan yang berlebihan,
ataupun pola makan yang tidak seimbang dan sering mengonsumsi
makanan cepat saji yang memiliki jumlah kalori yang tinggi. Adapun 2
orang yang termasuk dalam kategori status gizi kurus, dapat disebabkan
karena adanya pola makan yang tidak teratur, malas makan, mengonsumsi
makanan cepat saji yang dapat memberikan efek mudah kenyang tetapi
tidak memberikan nutrisi yang cukup, ataupun sedang menjaga postur
tubuh agar tidak gemuk. Dari data juga diperoleh 8 orang termasuk dalam
kategori yang Normal, hal ini dapat terjadi karena pemenuhan gizi dalam
tubuhnya telah tercukupi.

2. Adapun jenis –jenis konsisten diet antara lain :


a. Diet cair jernih
1) Diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah operasi tertentu.
2) Keadaan mual dan muntah.
3) Makanan tahap awal pasca pendarahan saluran cerna.
4) Nilai gizinya sangat rendah karena hanya terdiri dari sumber
karbohidrat

b. Diet cair penuh


1) Diberikan kepada pasien yang mempunyai masalah untuk
mengunyah, menelan / mencerna makanan padat misalnya pada
operasi mulut / tenggorokan dan kesadaran menurun.
2) Makanan diberikan melalui oral, pipa/NGT secara bolus / drip tetes
e. Diet saring

44
1) Diberikan kepada pasien yang mengalami operasi tertentu
2) Pada infeksi akut termasuk infeksi saluran cerna
3) Diberikan kepada pasien yang mempunyai masalah untuk
mengunyah dan menelan
4) Perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak.
d. Diet lunak
1) Diberikan kepada pasien sesudah operasi tertentu dan pada
penyakit infeksi dan kenaikan suhu badan tidak terlalu tinggi
2) Diberikan pada pasien secara langsung atau merupakan
perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa, tergantung
keadaan penyakit pasien
e. Diet padat
1) Diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan makanan/ diet
khusus sehubung dengan penyakitnya
3. Dari praktikum yang dilakukan, didapat kasus sebagai berikut : Seorang
pasien perempuan usia 55 tahun dengan TB 150 cm, BB 80kg, post
perawatan kejang-kejang et causa eclampsia. Buatkan menu diet untuk 3
hari. Agar tubuh bisa bekerja optimal, dibutuhkan gizi yang cukup. Salah
satu cara menentukan kebutuhan zat gizi seseorang adalah dengan
menggunakan rumus benedict sesuai skenario
4. Keseimbangan nitrogen sangat dipengaruhi oleh asupan kalori dan protein,
derajat deplesi protein dimana adanya infeksi atau inflamasi, bahkan pada
derajat yang ringan dapat meningkatkan katabolisme nitrogen dan
mengalihkan protein untuk sintesis protein imun, aktivitas fisik, dan stres
fisiologi yang menyebabkan respon metabolik sehingga dapat
mempengaruhi metabolisme nitrogen

45
B. Saran
1. Sebaiknya Alat yang digunakan untuk mengukur penilaian status gizi
seperti pita LILA lebih diperbanyak lagi sehingga pada saat praktikum
tidak menunggu lama untuk bergantian.
2. Waktu praktikum ditambah sehingga pada saat pelaksanaan tidak terburu
buru.

46
DAFTAR PUSTAKA
Almaitser, S. (2006). Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Deveber, G. (1999). Cerebrovascular disease in children. Pediatric Neurologic
Principal.
Fitri, M. O. (2017). Aplikasi Monotoring Perkembanmgan Status Gizi secara Digital.
jurnal Instek.
Hermaduanti, N. (2018). Sistem Pendukung Keputusan Berbasis SMS Untuk
Menentukan Status Gizi Dengan Metode K-Nearest Neighbor. Jurnal
Universitas Islam Indonesia.
Kumala, M. (2014). Peran diet dalam pencegahan dan terapi hipertensi. Damianus
Journal of Medicine.
Paulus, K. (2008). Keseimbangan Nitrogen Dan Kandungan Urea Darah Kambing
Bligon Pada Penggemukan Dengan Level Protein Pakan Berbeda.
RI, D. K. (2004). Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: DepKes
RI.
RI, K. K. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
KIA.

47

Anda mungkin juga menyukai