Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIOKIMIA NUTRISI

Kandungan Asam Fitat pada Pakan Ternak





Disusun oleh:
Nama : Nia Rakhmayanti Nurdin
NIM : M0411045




FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tingginya harga pakan telah mengakibatkan biaya produksi ternak tinggi
khususnya ternak unggas, untuk itu diperlukan upaya agar penggunaan pakan yang ada
lebih efektif dan efisien. Bahan pakan yang biasa digunakan adalah jagung dan dedak
sebagai bahan penyusun ransum, sumber energi dan sebagai sumber karbohidrat serta
dapat tersedia sepanjang tahun. Jagung dan dedak padi merupakan pakan utama yang
digunakan untuk ayam broiler.
Jagung menempati urutan pertama dalam jajaran bahan makanan asal nabati,
sebab jagung adalah bahan makanan yang paling digemari unggas. (Rasyaf,1992)
menyatakan bahwa jagung dan dedak padi adalah bahan pakan yang mudah didapat
sepanjang tahun dengan harga yang relatif murah sehingga jagung dapat digunakan
sebagai bahan pakan untuk ternak khususnya ayam broiler. Penggunaan jagung terbatas
karena jagung mengandung asam fitat 0,29% (Anggorodi, 1995), sehingga dapat
menghalangi proses pembentukan energi dan metabolisme yang menyebabkan zat-zat
lainya kurang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak.
Rendahnya produksi telur ayam yang diberikan dedak padi sebanyak 81,5%
dalam ransum, dikarenakan dedak padi mengandung asam fitat dan serat kasar yang
cukup tinggi yang dapat menurunkan produksi dan efisiensi penggunaan pakan serta
kandungan asam fitat dari dedak padi sangat mengikat beberapa mineral yang ada dalam
pakan.
Adanya senyawa anti nutrisi dalam bahan pakan dapat menjadi pembatas
dalam penggunaannya dalam ransum, karena senyawa antinutrisi ini akan menimbulkan
pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tergantung dosis yang masuk
ke dalam tubuh. Penggunaan bahan pakan yang mengandung antinutrisi harus diolah
dulu untuk menurunkan atau menginaktifkan senyawa ini, tetapi perlu dipertimbangkan
nilai ekonomis dari pengolahan ini. Beberapa senyawa dapat menghambat penyerapan
mineral, seperti konsumsi serat yang berlebih, asam phytat yang terdapat dalam biji-
bijian, serta asam oksalat yang terdapat dalam bayam dapat menghambat penyerapan
kalsium.
Asam fitat merupakan zat anti gizi karena mempunyai kemampuan untuk
berikatan dengan mineral yang mengakibatkan kelarutan mineral tersebut menurun,
sehingga ketersediaan mineral menjadi rendah.
Penambahan enzim fitase merupakan salah satu cara untuk mengatasi
tingginya asam fitat dalam ransum, karena enzim fitase mempunyai kemampuan
menghidrolisa asam fitat yang terkandung pada bahan pakan menjadi senyawa inositol
dan glukosa serta senyawa fosfor organik. Senyawa-senyawa ini sangat berperan dalam
proses respirasi untuk pembentukan ATP.
Tingginya asam fitat dalam jagung dan dedak akan memyebabkan terganggu
proses metabolisme zat makanan dalam organ-organ pencernaan sehingga organ
pencernaan harus bekerja keras untuk melaksanakan fungsinya dalam proses pencernaan
dan metabolisme makanan (West et al. 1996).
Zat anti nutrisi termasuk asam fitat, akan menyebabkan organ-organ ini akan
bekerja lebih lama dan akan menyebabkan gangguan fisiologi termasuk berat dari organ
pencernaan ini (Handayani, 2004).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari zat antinutrisi yang berupa asam fitat?
2. Bagaimanakah asam fitat dapat berpengaruh terhadap pakan?
3. Apa definisi dari enzim fitase?
4. Bagaimanakah mekanisme rekasi fitase memecah asam fitat?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi dari zat antinutrisi yang berupa asam fitat
2. Mengetahui bagaimana asam fitat dapat berpengaruh terhadap pakan
3. Mengetahui definisi dari enzim fitase
4. Mengetahui bagaimanakah mekanisme reaksi fitase memecah asam fitat






BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Asam Fitat
Asam fitat merupakan senyawa organik yang terdiri enam senyawa fosfat.
Fosfat ini tidak tersedia secara luas pada ternak non ruminansia. Pada ternak ruminansia,
bakteri fitase membebaskan ikatan fosfat. Asam phytat dapat membentuk chelate dengan
bermacam-macam mineral dan memperoduksi phytat (Widodo, 2005).







Phytat merupakan salah satu non polysaccharida dari dinding tanaman seperti
silakat dan oksalat. Asam phytat termasuk chelat (senyawa pengikat mineral) yang kuat
yang bisa mengikat ion metal divalent membentuk phytat komplek sehingga mineral
tidak bisa diserap oleh tubuh. Mineral tersebut yaitu Ca, Zn, Cu, Mg dan Fe.
Pada sebagian besar cereal, 60-70 % phosphor terdapat sebagai asam phytat,
kecernaan molekul phytat sangat bervariasi dari 0-50 % tergantung bahan pakan dan
umur ternak. Ternak muda lebih rendah kemampuan mencerna phytat, tetapi pada ternak
dewasa 50%. Kecernaan phytat terjadi karena adanya phytase tanaman atau sintetis
phytase dari mikroba usus.
Tabel 1. Kandungan asam asam phytat pada beberapa bahan pakan.


Sumber : Widodo, 2005.
B. Asam Fitat Pada Pakan
Adanya senyawa anti nutrisi dalam bahan pakan dapat menjadi pembatas
dalam penggunaannya dalam ransum, karena senyawa asam fitat ini akan menimbulkan
pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tergantung dosis yang masuk
ke dalam tubuh. Penggunaan bahan pakan yang mengandung antinutrisi harus diolah
dulu untuk menurunkan atau menginaktifkan senyawa ini, tetapi perlu dipertimbangkan
nilai ekonomis dari pengolahan ini.
Bagi hewan-hewan yang tergolong monogastric (unggas dan ikan), fitat
merupakan senyawa fosfat-komplek yang sulit dicerna, karena tidak adanya bakteri
penghasil fitase dalam saluran pencernaannya. Selain itu dengan kemampuan sifat
pengkelat dari fitat maka akan mengurangi ketersediaan fosfat, mineral dan elemen-
elemen serta protein penting dalam tubuh hewan (Rimbach et al., 1994).
Asam fitat juga dapat berikatan dengan protein membentuk senyawa tidak
larutsehingga mengurangi nilai gizi protein. Fosfor terikat fitat tidak dapat dimanfaatkan
ternak dan terbuang dalam feses sehingga akan meningkatkan kandungan fosfor dalam
tanah dan air. Fitat merupakan kation multivalent tidak larut pada pH netral. Bentuk
kompleks ini resisten dalam proses absorbsi dalam saluran pencernaan dan berpengaruh
pada ketersediaan mineral.
Dalam konsentrasi tinggi dapat menurunkan bioavailability mineral dan
protein. Asam fitat juga berpengaruh terhadap pemanfaatan kandungan nutrisi pakan.
Ikatan Chelat fitat meningkatkan kebutuhan mineral dalam pakan. Mekanisme dari
persaingan chelation dapat disebabkan oleh pengaruh chelators dalam mempengaruhi
bioavailability mineral. Bentuk chelat fitat mineral akan menurunkan ketersediaan
mineral karena terbentuknya fitat kompleks yang tidak larut. Kompleks mineral chelat
adalah merupakan bentuk yang larut dan kerapkali diabsorbsi secara utuh atau dapat
melepaskan mineral dari ikatan fitat di dalam brush border pada epitel usus (Makkar,
1994).
Aktivitas enzim protease dalam saluran pencernaan akan rendah dengan
adanya protein terikat fitat. Fitat mengikat protein dan mineral di dalam digesta, sangat
potensial untuk menghambat aktivitas enzim-enzim pencernaan. Fitat menghambat
aktivitas enzim tripsin. Metabolisme ini melibatkan chelat mineral dan menghilangkan
kofaktor serta membutuhkan aktivitas enzim secara optimum akibat terbentuknya reaksi
kompleks fitat-enzim. Fitat memepengaruhi daya cerna protein dan asam amino pakan
asal tumbuhan dan status mineral ransum (Anggorodi, 1995).
C. Deskripsi Enzim Fitase
Fitase merupakan salah satu enzim yang tergolong dalam kelompok Fosfatase
yang mampu menghidrolisis senyawa fitat (myo-Inositol (1,2,3,4,5,6) hexakisfosfat.
Enzim fitase dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 3-fitase dan 6-fitase. Pengelompokan ini
didasarkan pada kemampuan enzim fitase untuk melepas molekul phosphor (H2PO4)
pada atom C dari gugus benzena Inositol. Enzim 3-fitase umumnya dijumpai pada
mikrobia dan memulai menghidrolisis molekul phosphor pada atom C nomor 3 dari
gugus benzena Inositol. Pada beberapa tahun terakhir, enzim fitase sangat intensif diteliti
dan menjadi enzim yang mempunyai nilai komersial tinggi. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan mereduksi senyawa fitat dalam rangsum makanan ternak. Fitase dapat
dijumpai pada mikroorganisme seperti jamur dan bakteria, baik fitase ekstraseluler
maupun intraseluler. Sampai saat ini aktifitas spesifik fitase tertinggi ditemukan dari
isolasi nativ protein bakteri E. coli (Greiner et al, 1993).
Degradasi fitat dalam saluran pencernaan unggas berhubungan dengan aksi
fitase dari satu atau tiga sumber enzim. Fitase dalam saluran pencernaan berasal dari :
1. Fitase usus yang terdapat dalam saluran pencernaan,
2. Fitase berasal tumbuhan
3. Fitase berasal mikroba.
Mikroorganisme penghasil enzim fitase :
Bakteri, misalnya spesies Pseudomonas
Yeast seperti Saccharomyces cereviceae, dan spesies aspergillus seperti Aspergillus
niger dan Aspergillus ficuum.
Penggunaan fitase dari Aspergillus selain dapat memperbaiki kecernaan Ca,
Cu dan Zn, juga dapat memperbaiki mineralisasi tulang dan mereduksi kandungan P
dalam feses ayam broiler. Pemanfaatan fitase pada pakan ternak dapt mengoptomalkan
pemanfaatan unsur P pada hewan monogastrik (unggas dan ikan), serta dapat mereduksi
polisi P di lingkungan, (Shin et al., 2001).
Hal senada juga dinyatakan bahwa pemanfaatan enzim fitase terutama sebagai
campuran makanan ternak guna mengoptimalkan pemanfaatan unsur phosphor dalam
tubuh hewan ternak monogastric (non ruminantia) seperti unggas dan ikan, serta guna
mereduksi polusi unsur Phosphor di lingkungan, sehingga eutrofikasi dipermukaan
perairan (waduk dan sungai) dapat dicegah (Pen et al., 1993).
D. Mekanisme reaksi fitase memecah asam fitat
Fitase adalah merupakan heterologous group dari enzim, memiliki kemampuan
untuk menghidrolisis ester fosfat dan optimal pada pH rendah. Urutan dari fitase dari
prokaryotes dan eukaryotes, bersama-sama terdapat pada dua bagian dari rangkaian yang
sama, semuanya melindungi residu histidin (di dalam darah).
Asam fosfatase atau fitase mengandung tangan aktif yang merupakan group
histidin asam fosfatase. Semua tangan aktif ini seluruhnya dilindungi didalam fitase asal
fungi dan selalu ada didalam fitase asal coli. Rantai aligment dari fungi dan fitase E. Coli
tampak dilindungi oleh motif HD dekat terminal C (mengikuti kesepakatan terdahulu).
Data dasar protein dapat diketahui dari motif rantai RHG dan HD di dalam urutan nomor
asam fosfatase. Secara umum, terdapat dua kelas asam fosfatase yang dapat
diidentifikasikan di dalam massa molekul. Molekul dengan berat molekul rendah
merupakan bentuk yang paling rendah dari kedua motif. Molekul dengan berat molekul
tinggi yang dibagi ke dalam dua subklas. Yang pertama adalah menghambat salah satu
motif RHG atau motif HD, yang kedua adalah menghambat kedua-duanya. Fitase model
ini dikatakan sebagai fitase sub-famili dari berat molekul tinggi histidin asam fosfatase.
Dengan menggunakan residu asam amino spesifik yang merupakan reagent hasil
modifikasi untuk menyelidiki tangan aktif pada fitase asal fungi. perputaran dari residu
histidin dan arginin sangat penting untuk aktifitas fitase. Kebanyakan residu triptofan
seringkali meningkat di dalam fosfohidrolitik memecah ikatan asam fitat (Ausgspurger,
2004).










BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asam fitat merupakan senyawa organik yang dapat mengikat fosfor pada suatu
tumbuh-tumbuhan diantaranya jagung, dedak dan lain-lain. Sehingga dapat
mempengaruhi ketersediaan fosfor dalam suatau bahan pakan. Fitase merupakan salah
satu enzim yang tergolong dalam kelompok Fosfatase yang mampu menghidrolisis
senyawa fitat (myo-Inositol (1,2,3,4,5,6) hexakisfosfat. Suplementasi enzim fitase dalam
ransum secara nyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan, pertumbuhan dan
efisiensi penggunaan ransum.

B. SARAN
Beberapa senyawa antinutrisi yang berada didalam pakan ternak masih perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimanakah dampak yang
ditimbulkan senyawa tersebut terhadap organisme yang memakannya.












DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi,R 1995. Nutrisi aneka ternak unggas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ausgspurger N. R and Baker .2004. High Dietry Phytase do nit Protein Utilizition in chicks
fed phosphorus or Amino Acid-Deficien Diets. Poults .Sci. 82:1100-1107
Greiner, R and Sajidan, 2008, Production of D-myoinositol (1,2,4,5,6) Pentakis-phosphate
Using Alginate-entrapped recombinant Pantoea aglomerans Glicose-1-phosphatse ,
Brazilian Archives of Biology and Biotechnolog, an International Journal, Vol 51,
n.2, pp 235-246.
Makkar, H.P.S., 1994. Anti Nutritional Factors in Food Livestock. In Occasional Publication.
British Society of Animal Production.
Pen, J., T. C. Verwoerd, P. A. VanParidon, R. F. Beudeker, P. J. M. Van den Elzen, K.
Geerse, J. D. Van der Klis, H. A. J. Versteegh, A. J. J. Van Ooyen, and A. Hoekema,
1993. Phytase-containing transgenic seeds as novel feed additive for improved
fosforous utilization. Bio. Tech. 11:811 814.
Rimbach, G and G. Pallauf. 1999. Effect of dietary fitate on magnesium bioavailability and
liver oxidant status in growing rats. Food Chem. Toxicol. 37: 37-45
Shin, S., N.C. Ha, B.C. Oh, T.K. Oh, and B.H. Oh. 2001. Enzyme mechanism and catalytic
property of propeller phytase. Structure. 9:851-858.
Wahyu, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetak keempat. Gadjah Mada University Press.
Widodo, Wahyu, 2005. Tanaman Beracun dalam Kehidupan Ternak. Universitas
Muhammadyah Malang Press, Malang.








DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 2
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 3
C. TUJUAN PENULISAN ........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Asam Fitat ................................................................................................. 4
B. Asam Fitat pada Pakan ........................................................................................... 5
C. Definisi Enzim Fitase ............................................................................................. 6
D. Mekanisme Enzim Fitase memecah Asam Fitat ...................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 8
B. SARAN .................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 9

Anda mungkin juga menyukai