Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU NUTRISI TERNAK RUMINANSIA

FEED ADDITIVE DAN FEED SUPPLEMENT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

M. IRVAN EFENDI 1810611009

ANJELINA YANDRA 1910611002

AFRI HAIKIL 1910611061

ELGA ARIF WINATA 1910611104

AYU SRI WAHYUNI 1910611135

RIFKI DELFIAN NOFID 1910612013

REINALDI ARJUN 1910612053

VINA PERMATA SARI 1910613019

NUR RAMADHANA SYARIF 1910613038

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Ir. FAUZIA AGUSTIN. MS

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2021

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peranan Dan
Metabolisme Protein Pada Ternak Ruminansia” ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas mata kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah
ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini
masih banyak terdapat kekurangannya.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
I. PENDAHULUAN 3
II. PEMBAHASAN 4
I.FEED ADDITIVE 4
Pengertian dan peranan feed additive 4
Macam-macam feed additive 6

Pemberian feed additive 7

II. FEED SUPPLEMENT 7

Pengertian dan peranan feed supplement 7

Macam-macam feed supplement 8

Pemberian feed supplement 10

Perbedaan feed additive dan feed supplement 10

III. KESIMPULAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

2
I.PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bahan pakan yang diberikan kepada hewan merupakan zat nutrisi utama yang
akan digunakan oleh tubuh hewan untuk tumbuh dan berkembang serta melakukan
proses metabolisme yang berlangsung di dalam tubuh. Ketersediaannya di dalam
tubuh hewan baik jumlah maupun kualitasnya haruslah mencukupi kebutuhan hewan
tersebut.

Ketidaktersediaan salah satu zat nutrisi di dalam tubuh akan direspon tubuh
dengan cara menurunkan atau bahkan menghentikan metabolisme maupun
produktivitas tergantung tingkat atau berapa lamanya difisiensi nutrisi tersebut di
dalam tubuh. Ketidaktersediaan zat nutrisi ini dapat disebabkan oleh ketidaktepatan
dalam manajemen pemberian pakan, pemilihan pakan yang kurang tepat atau
penyimpanan pakan yang kurang baik sehingga menurunkan kadar nutrisi yang ada
dalam makanan tersebut. Oleh karena pemberian sumplemen sangat diperlukan untuk
melengkapi atau memenuhi kandungan zat nutrisi yang berkurang akibat penanganan
dan penyimpanan pakan yang kurang tepat.

Suplementasi pada pakan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu  feed


supplement dan feed additive. Dua macam suplementasi tersebut dapat memenuhi
kekeurangan nutrisi di dalam tubuh hewan sehingga hewan tidak mengalami
difisiensi nutrisi. Menurut Cullison (1979) tujuan pemberian feed
supplement dan feed additive yaitu :

 Melengkapi kandungan nutrisi mikro, terutama vitamin yang kemungkinan


berkurang karena proses penanganan dan penyimpanan ransum yang kurang
baik
 Meningkatkan kualitas fisik ransum, terutama penambahan feed additive
 Meningkatkan ketersediaan nutrisi maupun proses pencernaan dan penyerapan
zat nutrisi dalam ransum.

3
II, PEMBAHASAN

1. FEED ADDITIVE

Additive adalah suatu bahan atau kombinasi bahan yang ditambahkan dalam
kuantitas yang kecil, kedalam campuran makanan dasar untuk memenuhi kebutuhan
khusus, contoh additive yaitu bahan konsentrat, additive bahan suplemen, additive
bahan premix, additive bahan makanan (Hartadi et. al., 1991).

Additive adalah susunan bahan atau kombinasi bahan tertentu yang umum
digunakan dalam meramu pakan ternak yang sengaja ditambahkan ke dalam ransum
pakan ternak untuk menaikkan nilai gizi pakan guna memenuhi kebutuhan khusus
pada ternak. Sedangkan menurut Murtidjo (1993), additive adalah tambahan pakan
yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. Penambahan bahan biasanya
hanya dalam jumlah yang sedikit. Maksud dari penambahan adalah untuk
merangsang pertumbuhan atau merangsang produksi. Macam-macam additive antara
lain antibiotika, hormon, arsenikal, sulfaktan, dan transquilizer.

Menurut Lesson dan Summers (2001), feed additive dapat berupa flavoring
agent, antibiotik, enzim, antioksidan, hormon, probiotik dan antikoksidial. Fungsi
feed additive adalah untuk menambah vitamin-vitamin, mineral dan antibiotika dalam
ransum, menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan penyakit
dan pengaruh stress, merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan daging menjadi
baik) dan menambah nafsu makan, meningkatkan produksi daging maupun telur
(Anggorodi,1985).

Selain bertujuan untuk menaikkan gizi suatu pakan feed additive juga
memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas simpan produk dan penerimaan
konsumen. Bahan tambahan yang mengandung nutrisi sengaja ditambahkan untuk
keperluan teknologi prosesing dan penyimpanan. Penggunaan feed additive hanya

4
boleh ditambahkan pada makanan bila memenuhi persyaratan dan tidak
membahayakan kesehatan.

Macam-Macam Feed Additive

Feed additive yang diberikan pada ransum ternak diharapkan dapat


menghasilkan pertumbuhan yang diinginkan, oleh karena itu, ada berbagai macam
jenis feed additive yang diberikan memiliki tujuan pertumbuhan tertentu. Beberapa
feed additve yang diberikan antara lain :

1. Flavoring agent, pemberi bau untuk meningkatkan palatabilitas pakan contoh


cairan sukrosa
2.    Enzim merupakan katalisator yang berperan mempercepat suatu reaksi kimiawi.
Enzim phytase mulai banyak digunakan peternak yang berperan memecah ikatan
phytate pada bahan ransum nabati, seperti jagung sehingga ketersediaan fosfor
bisa meningkat. Kerja enzim ini akan optimal apabila jenis enzim sesuai dengan
substratnya, kondisi lingkungan dan kesesuaian dosisnya. Enzim untuk
memperbaiki daya cerna
3.    Antibiotik, Antibiotik dalam dosis rendah diketahui efektif terhadap
pengontrolan infeksi subklinis dan merangsang pertumbuhan hewan bila
ditambahkan dalam air minum atau kedalam pakan. Zinc bacitrasin yang terdapat
dalam Top Mix mampu bekerja secara selektif menekan pertumbuhan bakteri
usus yang menghambat proses pencernaan dan penyerapan ransum.
Suplementasi antibiotik dalam ransum juga mengatasi penyakit yang timbul di
saluran pencernaan.
4.    Sumber-sumber karotenid ditambahkan kedalam ransum untuk memperbaiki
pigmentasi dari broiler dan kuning telur.
5.    Hormon atau zat lain yang digunakan untuk memperbaiki proses metabolisme
dari ayam.  Estrogen dipergunakan untuk memperbaiki pertumbuhan dan
memperbaiki karkas ayam.

5
 Senyawa thyroaktif (seperti casein yang mengandung iodium) kadang
digunakan untuk memperbaiki produksi telur, kualitas telur, dan mencegah
degenerasi lemak dibawah kondisi tertentu. Beberapa macam obat( termasuk
hormon) dipergunakan untuk menghentikan jatuh bulu (molting) atau untuk
mempercepat molting ayam yang sudah berproduksi lama.
6. Probiotik merupakan bahan pakan tambahan berupa mikrobia hidup yang
berperan membantu proses pencernaan dan penyerapan zat nutrisi di saluran
pencernaan. Probiotik juga berperan meningkatkan keseimbangan mikrobia di
dalam saluran pencernaan. Mikrobia yang terkandung dalam probiotik antara
lain Saccharomyces cerevisiae yang kaya vitamin, enzim maupun nutrien
lainnya dan Aspergillus oryzaeyang memiliki enzim pencerna serat.
7. Mold inhibitor dan toxin binder diperlukan melihat kondisi lingkungan Indonesia
yang beriklim tropis terbukti mendukung pertumbuhan jamur, terlebih lagi jika
kadar air ransum melebihi standar (> 14%). Oleh karena itu penambahan mold
inhibitor yang berperan menghambat pertumbuhan jamur diperlukan, terutama
saat musim penghujan. Asam propionat merupakan contoh mold inhibitor yang
sering digunakan.
Saat jamur telah mengkontaminasi maka bisa dipastikan bahan baku ransum
telah tercemar racun jamur. Jamur yang mencemari ransum bisa dengan mudah
dimatikan namun tidak demikian dengan racun jamur yang tidak sulit
dihilangkan baik melalui perlakuan fisik (pemanasan), kimia atau biologi. Oleh
karena itu untuk menekan atau menghilangkan pengaruh negatif dari racun jamur
ini perlu ditambahkan toxin binder (pengikat toksin). Contoh toxin binder ialah
zeolit, hydrate sodium calcium aluminosilicate (HSCAS) atau serat dari kulit
gandum
8. Koksidiostat seperti sulfaquinoxalin, amprolium, dan oxytetrasiklin merupakan
contoh zat koksidiostat yang sering dicampurkan dalam ransum jadi. Tujuannya
ialah untuk menekan pertumbuhan koksidia yang terdapat dalam ransum. Kita
hendaknya mengetahui jenis koksidiostat yang ditambahkan dalam ransum

6
sehingga saat ayam kita terserang koksidiosis kita bisa memberikan obat yang
sesuai, yang tidak memicu terjadinya resistensi
9. Antioksidant diperlukan untuk mencegah ketingikan yang ditimbulkan oleh
lemak.Lemak yang terkandung dalam ransum dapat mengalami reaksi oksidatif
sehingga menimbulkan ketengikan. Akibatnya palatabilitas ransum menurun.
Selain itu reaksi oksidatif ini juga dapat mengakibatkan kerusakan vitamin larut
lemak (A, D, E dan K). Guna mencegah ketengikan tersebut bisa ditambahkan
antioksidan, seperti butylated hydrosi toluen (BHT) atau ethoxyquin.

 Pemberian Feed Additive

Feed additive bukanlah zat makanan atau makanan dasar untuk meningkatkan
nutrisi hewan melainkan hanya sebagai zat tambahan oleh karena itu perlu
diperhatikan manajemen pemberian feed additive yang benar agar hasil yang
didapatkan optimal. Pemberiaan feed additive harus memperhatikan syarat sebagai
berikut :

 Meskipun rentang dosis pemberian feed additive relatif lebar, namun hendaknya
disesuaikan dengan dosis dan aturan pakai yang tercantum pada produk
 Pencampuran bahan tambahan dalam ransum hendaknya perlu dipastikan
tercampur secara homogen. Jika kita memakai mixer untuk mencampur suplemen
maka sebaiknya digunakan mixer horizontal dan suplemen tersebut dicampur
dengan sejumlah kecil ransum dulu baru setelah itu dicampur dengan ransum
dalam jumlah yang lebih banyak. Teknik pencampuran ini juga digunakan jika
kita melakukannya secara manual

Untuk menjamin zat-zat makanan tersebut ditelan, dicerna, dilindungi dari


kerusakan, diserap dan diangkut dari sel-sel tubuh, maka pelengkap makanan tak
bergizi tertentu atau yang disebut additive dimasukkan ke dalam ransum sebagai
tambahan sampai terjadi suatu konsentrasi optimum dan keseimbangan zat-zat
makanan (Rasyaf, 1994).

7
2. FEED SUPPLEMENT
Feed supplement merupakan bahan pakan tambahan yang berupa zat-zat nutrisi,
terutama zat nutrisi mikro seperti vitamin, mineral atau asam amino. Penambahan
feed supplement dalam ransum berfungsi untuk melengkapi atau meningkatkan
ketersedian zat nutrisi mikro yang seringkali kandungannya dalam ransum kurang
atau tidak sesuai standar. Terlebih lagi pada ransum hasil self mixing yang biasanya
mengalami keterbatasan untuk membuat formulasi yang memperhitungkan sampai
komponen nutrisi mikronya.

Macam-Macam Feed Supplement


Kandungan zat nutrisi yang sering terdapat dalam sediaan feed supplement antara
lain vitamin, mineral dan asam amino. Menurut Misriadi (2013) Ketiga komponen
nutrisi inilah yang seringkali mengalami defisiensi, ketiga komponen tersebut antara
lain:
1. Vitamin
Vitamin merupakan komponen nutrisi yang relatif labil terhadap cahaya,
kelembaban, suhu maupun suasana asam dan basa . Selain itu stabilitas sebagian
besar vitamin juga dipengaruhi oleh jangka waktu penyimpanan ransum.
Ketidakstabilan vitamin dan fungsi penting dari masing-masing vitamin inilah yang
mendasari perlu dilakukannya suplementasi vitamin dalam pakan ternak..
Vitamin-vitamin yang paling sering ditambahkan dalam pakan ternak antara lain
vitamin A, B12, D3, K, riboflavin, asam pantotenat, kholin dan niasin. Vitamin C juga
sering ditambahkan dalam ransum atau air minum. Sebagai sumber vitamin A dapat
digunakan Vit. A palmitat, Vit. A acetat dan minyak ikan.
Sumber vitamin D2 digunakan Vit. D pada semua tanaman yaitu hasil aktivasi sterol
dalam tanaman oleh sinar ultraviolet. Sumber vitamin D3 digunakan Vit. D pada
hewan yang merupakan hasil aktivasi sterol pada hewan oleh sinar ultraviolet
misalnya minyak ikan. Sumber vitamin E digunakan senyawa vit. E aktif, misalnya dl
alpha tokoferil asetat. Sumber vitamin K dapat menggunakan MCBC dan MPB.

8
Pemberian vitamin juga perlu diperhatikan, mengingat peranan vitamin yang
sangat penting. Kelebihan kadar vitamin tidak akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap produktivitas ternak. Alasannya rentang dosis vitamin relatif besar dan
kelebihan vitamin akan dibuang oleh tubuh. Hanya saja untuk vitamin larut lemak (A,
D, E dan K) rentang pemberian yang terlalu lebar (berlebih) dan dalam jangka waktu
yang lama dapat mengganggu kerja hati karena vitamin ini disimpan di dalam hati.
Selain itu kelebihan vitamin D juga dapat mengakibatkan gangguan deposisi kalsium
pada tulang.

2. Mineral
Mineral ialah suatu senyawa an-organik terkecil yang menyusun tubuh makhluk
hidup termasuk hewan. Ketersediaannya harus disuplai dari luar, misalnya melalui
pakan karena tubuh hewan tidak bisa memproduksinya. Dalam perkembangannya,
ketersediaan mineral dapat berupa mineral organik, yaitu mineral yang digabungkan
dengan senyawa organik seperti asam amino, asam organik atau polisakarida. Contoh
sediaan mineral organik ini antara lain metal specific amino acids complex, metal
amino acid complex, metal organic acid dan metal polysaccharide. Selain metal
(besi, red) mineral yang telah tersedia dalam bentuk organik antara lain zinc, ma-
ngan dll.
Ternak seperti ayam membutuhkan dua macam mineral yaitu makro dan mikro
mineral. Kalsium, fosfor, kalium, natrium, klor, sulfur dan magnesium termasuk
kelompok makro mineral, sedang mineral yang lainnya, seperti besi, seng, mangan dll
tergolong sebagai mineral mikro. Kalsium dan fosfor merupakan mineral yang
memerlukan suplai pa-ling besar dibandingkan mineral lainnya. Sumber mineral
dapat ditemukan pada Tepung tulang, Tepung kerang (CaCo3) , Garam (NaCl).

3. Asam amino  
Asam amino adalah monomer dari protein. Sebagai bahan pakan tunggal asam
amino tidak tersedia di alam, namun tersedia secara buatan. Metionin, lisin, treonin
dan tripthopan merupakan beberapa asam amino yang sering diberikan suplementasi.

9
Keempat asam amino tersebut termasuk asam amino essensial, yaitu asam amino
yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh hewan sehingga harus disuplai melalui pakan.
Selain keempat asam amino itu yang termasuk asam amino essensial antara lain
arginin, histidin, isoleusin, leusin, valin dan penilalanin. Keenam asam amino ini
relatif bisa terpenuhi dari pakan yang diberikan.
Pakan pada hewan misalnya ayam sebagian besar tersusun atas bahan baku
ransum berupa biji-bijian, seperti jagung dan bungkil kedelai yang notabene kadar
asam aminonya kurang ideal, terutama metionin. Hal inilah yang mendasari
diperlukannya suplementasi asam amino. Oleh karena itu, di pasaran sudah tersedia
asam amino seperti DL- metionin dan L-lisin yang mempunyai kemurnian 99%.

Pemberian Feed Supplement


Pemberian feed suplement intinya sama dengan dengan feed additive karena
keduanya bukan merupakan pakan dasar melainkan hanya pakan tambahan.
Pemberiannya harus selalu memperhatikan dosis yang sesuai, serta proses
pencampuran yang tepat selain itu manajemen pemberian juga selalu diperhatikan
agar tidak terjadi pemberian yang berlebihan kepada ternak.

Perbedaan Feed Additive dan Feed Supplement


Pada umunya feed additive dan feed supplement itu sama yaitu merupakan
pakan tambahan untukmemenuhi kebutuhan nutrisi ternak perbedaannya adalah feed
additive merupakan  zat tambahan yang bersifat non-nutritif (bukan termasuk zat
nutrisi), contohnya ialah enzim, hormon, zat perwarna ransum dll. Sedangkan feed
supplement merupakan zat tambahan yang bersifat nutrisi, terutama nutrisi mikro
seperti vitamin, mineral atau asam amino. Penambahan feed supplement dalam
ransum berfungsi untuk melengkapi atau meningkatkan ketersedian zat nutrisi mikro
yang seringkali kandungannya dalam ransum kurang atau tidak sesuai standar

Manfaat lain pemberian feed additive dan feed supplement

10
Menurut PT Biotech Inti Organik (2007) manfaat umum pada ternak setelah
pemberian feed additive antara lain:
• Meningkatkan daya serap protein ternak
• Terhindarnya dari defisiensi vitamin dan mineral
• Terhindarnya dari malnutrisi, akibat bahan pakan yang rusk atau berkurang
• Nafsu makan ternak meningkat, sehingga memacu pertambahan bobot badan
dalam waktu relatif singkat,
• Meningkatkan volume produksi ternak,
• Meningkatkan kualitas daging, susu dan telur,
• Menjadikan rasa daging lebih enak, karena perbaikan struktur serat daging
pada ternak,
• Menjaga stamina ternak tetap fit, tahan terhadap stres dan penyakit

11
III. KESIMPULAN

Kebutuhan nutrisi pada hewan tidak akan terpenuhi jika hanya mengkonsumsi
bahan pakan dasar saja. Pemberian feed additive dan feed supplement merupakan zat
pakan tambahan yang diberikan pada hewan untuk memenuhi kekurangan nutrisi
tersebut. Namun dalam pemberian zat tambahan harus diperhatikan dosis agar
penggunaannya tidak berlebihan sehingga tidak menimbulkan gangguan lain.
Penambahan feed additive adalah untuk merangsang pertumbuhan atau
merangsang produksi. Macam-macam additive antara lain antibiotika, hormon,
arsenikal, sulfaktan, dan transquilizer. Sedangkan penambahan feed supplement
dalam ransum berfungsi untuk melengkapi atau meningkatkan ketersedian zat nutrisi
mikro yang seringkali kandungannya dalam ransum kurang atau tidak sesuai standar.
Macam-macam feed supplement antara lain vitamin, mineral, dan asam amino.
Pemberian feed suplement dengan feed additive sama karena keduanya
bukan merupakan pakan dasar melainkan hanya pakan tambahan. Pemberiannya
harus selalu memperhatikan dosis yang sesuai, serta proses pencampuran yang tepat
selain itu manajemen pemberian juga selalu diperhatikan agar tidak terjadi pemberian
yang berlebihan kepada ternak.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas.PT. Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

PT. Biotech Inti Organik. 2007. Indikasi additive-supplement “RI.1”, Jakarta.

Cullison. A. E. 1979. Feeds and Feeding. 2nd Ed. Reston Publishing Co. Inc. Reston,


Virginia.

Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A.D. Tillman. 1991. Tabel Komposisi Bahan
Makanan Ternak Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Lesson, S and J. D. Summers. 2000. Broiler Breeder Production. University Books.


Guelph, Ontario, Canada.

Masriadi.2010.Suplemen Pakan Mencetak Ayam Sehat. Dalam artikel Info Budidaya dan
Peternakan. http://masriadi-coll.com/2011/10/suplemen-pakan-mencetak-ayam-
sehat.html [28 Maret 2013]

Murtidjo, A. G. 2003. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1996. Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius. Yogakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai