Anda di halaman 1dari 59

Aplikasi Bioteknologi pada

pemuliaan Ternak unggas


Rifki Delfian Nofid
1910612013
TPPTU 07
INSEMINASI BUATAN PADA UNGGAS

 Inseminasi Buatan (Artificial Insemination) dan lebih sering disebut kawin suntik adalah


suatu metode pembuahan yang dilakukan diluar perkawinan alam dengan istilah lain
mengawinkan secara buatan dengan menyuntikkan semen ke dalam saluran reproduksi
betina yang sedang birahi.
 Teknologi Inseminasi (IB) pada unggas khususnya ayam merupakan teknologi sederhana
karena dilakukan dan dikerjakan dengan mudah oleh peternak, peralatan IB sederhana, mudah
diperoleh dan harganya murah.  Pada ayam kampung dengan sistem IB dapat mengupayakan
pengadaan Day Old Chick (DOC)  dalam jumlah banyak dan berumur sama. 
Keuntungan Inseminasi Buatan
Keuntungan lnseminasi Buatan dibandingkan perkawinan secara alami dalam pengadaan DOC
adalah:
 Penggunaan pejantan relatif lebih sedikit (efisien).
 Memungkinkan dilakukannya seleksi dan persilangan antar induk yang memiliki mutu genetik
unggul, sehingga dapat dihasilkan DOC unggul untuk tujuan tertentu (telur,daging atau
keduanya).
 Memungkinkan dilakukannya persilangan bagi ayam jantan unggul yang sulit melakukan
perkawinan secara alami.
 Dapat menghasilkan DOC dalam jumlah banyak, seragam dan dengan waktu relatif singkat.
 Memungkinkan dilakukannya persilangan dengan ayam jenis lain.
Persiapan materi
1. Pemilihan Induk dan Pejantan b. Pemilihan Pejantan
a. Pemilihan Induk (ayam betina) Pejantann yang baik untuk Inseminasi Buatan
Induk yang baik untuk Inseminasi Buatan, harus memiliki syarat antara lain :
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:  Sehat, tidak cacat dan memiliki nafsu kawin
 Sehat dan tidak cacat yang, balk.
 Berproduksi tinggi  Berumur 1,5 sampai 3 tahun

 Berumur 7 hingga 12 bulan  Memiliki mutu genetik yang balk

 Minimal sudah mengalami periode peneluran Sudah terlatih diambil spermanya


pertama Mempunyai hubungan keluarga yang jauh
 Induk tersebut harus sedang berproduksi dengan induk yang akan di inseminasii.
 Pemeliharaan induk sebaiknya dalam kandang Pemeliharaan pejantan tidak dicampur dengan
batere individu. induk.
Persiapan materi
2. Persiapan Induk dan Pejanta
Ayamm yang sudah terpilih sesuai dengan persyaratan tersebut di atas, diatu dalamkandang
sistem batere tunggal yang nyaman. Untuk menghilangkan stres padaa ayam karena perubahan
suasana kandang maka dapat diberikan vitamin anti stress.
3. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah : alat suntik (spuit), tabung penampung
sperma, tabung pengencer, NaCl Fisiologis 0,9% (pengencer sperma) dan kain lap.
Ala( dan bahan ini dapat diperoleh di apotik dan setiap kali digunakan dalam
keadaan steril (dicuci dengan air mendidih).
Pengambilan Sperma (Semen)
Pengambilan sperma dilakukan oleh 2 orang (satu orang memegang dan mengurut ayam sementara
yang lain menampung sperma dengan tabung penampung sperma). Pengambilan sperma dapat
dilakukan 3-5 kali seminggu pada sore hari diatas pukul 15.00.
Pengambilan sperma dilaksanakan dalam berbagai tahapan sebagai berikut:
1. Bersihkan kotoran yang menempel pada anus dan sekitarnya.
2. Ayam jantan diapit diantara lengan dan badan, kemudian dilakukan rangsangan dengan cara
mengurut berulangkali pada bagian punggung yaitu dari bagia pangkall leher sampai pangkal
ekor.
3. Dengan rangsangan tersebut ayam akan reaksi, ditandai dengan meregangny bulu ekor ke atas dan
pada saat yang bersamaan tekan bagian bawah ekor maka Alat kelamin akan mengeluarkan
sperma berwarna putih agak kental, selanjutnya. Ditampung dengan tabung penampung.
4. Encerkan sperma dengan larutan infuse atau NaCl Fisiologis 0,9% dengan perbandingan 1 : 6-10.
Caranya sedot NaCl Fisiologis dengan spuit sesuai derajat pengencerannya, masukkan kedalam
tabung yang sudah berisi sperma, goyangkan secara perlahan hingga bercampur dan siap untuk
dimasukkan kedalam saluran reproduksi betina. Umur sperma yang telah diencerkan kurang lebih
30 menit.
Pelaksanaan Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan pada ayam buras dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:
1. Metode intra vaginal artinya sperma disuntikkan ke dalam vagina dengan
kedalaman ± 3 cm.
2. Metode intra uterin artinya sperma dimasukkan ke bagian uterus dengan
kedalaman ± 7-8 cm.
Pengumpulan Telur
Setelah dilakukan inseminasi buatan maka telur yang dapat digunakan sebagai telur tetas adalah
telur-telur yang dihasilkan 2 hingga 7 had setelah inseminasi. Telur tetas yang baik memiliki
persyaratan antara lain: berbentuk oval, tidak cacat, memiliki kerabang yang tidak terlalu tebal
atau tipis. Telur tersebut disusun pada rak penampung telur dengan posisi bagian tumpul berada
di atas. Lama penyimpanan telur tidak boleh lebih dari 4 hari karena apabila disimpan terlalu
lama akan menurunkan daya tetas.
Metode Penetasan
Rangkaian yang tidak kalah penting dalam tata laksana IB adalah penetasan telur hasil
inseminasi. Penetasan secara massal dilakukan dengan menggunakan mesin tetas. Suhu mesin
tetas diatur pada kisaran 100-105O dengan kelembaban 60-70%. Telur yang ditetaskan diberi
tanda untuk memudahkan pembalikan telur supaya merata, banyaknya pembalikan minimal 3
kali dalam 24 jam, kecuali pada hari ke 19 hingga menetas tidak diperlukan pembalikan lagi,
yang penting pemeriksaan air dalam mesin tetas jangan sampai kering karena bisa menyulitkan
pecahnya kulit telur dan akhirnya bibit akan mati. Setiap hari hingga hari ke 19 telur diangin-
anginkan dengan cara membuka pintu mesin tetas selama ±30 menit. Pemeriksaan telur
dilakukan sebanyak 3 kali selama proses penetasan yaitu pada hari ke 4, 14 dan 18, untuk
mengetahui apakah telur tersebut fertil atau tidak. Yang perlu diingat pada proses penetasan
dengan menggunakan mesin tetas adalah kecermatan dan kesabaran sehingga kegagalan dapat
dihindari.
TEKNOLOGI
KLONING
Kloning berasal dari kata Yunani kuno, clone yang berarti
ranting atau cangkokan. Dalam bahasa Inggris, clone (klona)
digunakan untuk menyebut sekelompok makhluk hidup yang
dilahirkan tanpa proses seksual.

Istilah clone (klona) pertama diusulkan oleh Herbert Webber


pada tahun 1903. Kloning dapat dilakukan dengan transfer
gen, transfer embrio dan transfer inti.
SEJARAH KLONING

Sejarah kloning muncul pertama kali pada tahun 1960 oleh Gurdon, percobaan Gurdon yang pertama

kali dilakukanya  terhadap berudu, yaitu dengan menaruh gen ke dalam sel berudu tersebut.

Percobaan ini berhasil melahirkan berudu baru namun berudu tersebut tidak bisa tumbuh menjadi

katak dewasa dan akhirnya mati terurai oleh air.

Pada tahun 1980 percobaan dilanjutkan oleh para ilmuwan di Granada yang melakukan transfer
nukleus pada sapi ternak untuk memperbanyak produksi daging pada sapi miliknya. Steen
Willadsen memiliki reputasi brilian untuk memasuki bidang baru yaitu pada tahun 1980, dia
berhasil di pusat riset hewan Cambridge, ia menerapkan teknik kloning gurdon pada katak
dipeternaka.
Dr. Ian Willmut seorang ilmuwan Skotlandia pada 23
Februari 1997, untuk pertama kali membuktikan bahwa
kloning dapat dilakukan pada hewan mamalia
dewasa yaitu domba. Domba itu diberi nama domba
Dolly. Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting
dalam sejarah kloning.
MACAM-MACAM KLONING

1. Kloning  DNA 1. Kloning  DNA
Rekombinan Rekombinan
2. Kloning Kesehatan
(Terapeutic Cloning)
KLONING DNA REKOMBINAN

 Kloning ini dilakukan


dengan cara menggabungkan
gen yang akan diklon dengan
sebuah vektor.

 Vektornya  plasmid,
bakteriophag, YAC.
KLONING EMBRIO
Kloning ini dilakukan dengan
menyisipkan potongan gen yang
dikehendaki dari suatu spesies lain
sehingga spesies yang di klon tadi
akan memiliki sifat tambahan sesuai
dengan gen yang telah di sisipkan ke
dalam sel tubuhnya.
TRANSFER INTI
Transfer inti merupakan proses pemindahan inti
sel tubuh ke dalam sel telur tanpa inti, sehingga
sel telur tersebut akan membelah diri dan
menjadi embrio.
TRANSFER INTI
Transfer inti pertama kali dilakukan oleh John Guardon yang
dicobakan pada katak. Pada mulanya ovum pada katak dirusak
intinya dengan radiasi, kemudian dimasukkan sel inti tubuh
lainnya, yaitu sel somatik usus katak lainnya, maka akan tumbuh
zigot baru dan akan tumbuh menjadi katak. Proses ini
merupakan reproduksi paraseksual karena bukan merupakan
reproduksi seksual dan aseksual.
PROSES TERJADINYA
KLONING

1. Kloning Pada Hewan

Kloning hewan adalah suatu proses dimana keseluruhan organisme hewan


dibentuk dari satu sel yang diambil dari organisme induknya dan secara
genetika membentuk individu baru yang identik sama. Artinya, hewan
kloning ini adalah duplikat yang persis sama baik dari segi sifat dan
penampilannya seperti induknya, dikarenakan adanya kesamaan DNA.
• KLONING KATAK

(1) Sepotong jaringan kulit diambil dari seekor katak.


(2) Sel-sel jaringan itu dibiakkan.
(3) Inti salah satu itu ditransplantasikan ke sel telur penerima
(inti sel telur ini sudah dikeluarkan).

(4) Telur itu berkembang menjadi embrio.


(5) Sel-sel embrio dipisah-pisahkan.
(6) Inti sebuah sel embrio ditransplantasikan ke dalam sel telur
penerima lainnya. Telur itu berkembang menjadi suatu klon
katak semula.
• KLONING Domba
 Mengambil inti sel somatis dari objek
biologis yang sudah dewasa.
 Menanamkan dalam sel telur yang sudah

dibuang inti selnya.


 Ditumbuhkan dalam sebuah medium dibantu

dengan aliran listrik untuk merangsang


pertumbuhan sel itu.
 Embrio dimasukkan kedalam rahim betina

yang sudah dipersiapkan secara biologis


untuk dapat menerima dan mengembangkan
embrio kloning tersebut sebagaimana
kehamilan biasa.
Teknik cloning yang
dilakukan untuk
menghasilkan domba Dolly
Tahapan Kloning dengan Transfer Inti pada domba Dolly
 Dari percobaan Ian wilmut
yang menghasilkan domba
doly, ia telah menggunakan
434 ovum, tapi 257 dari
semuanya gagal berfusi
dengan sel donornya. Ia
berhasil mengklon 227 dan
hanya 29 embrio yang
terbentuk, selanjutnya yang
mampu bertahan beberapa
saat di dalam rahim hanya 13
ekor. Dari semua itu hanya 3
yang bertahan sebelum
kelahiran dan akhirnya hanya
ada satu yang lahir sebagai
individu baru.
JENIS ATAU TIPE
TEKNOLOGI TRANSFER
INTI SEL

Teknologi Transfer Inti Sel teknologi Transfer Inti Sel


Reproduktif Therapeutic
Teknologi Transfer Inti Sel Reproduktif

bertujuan menghasilkan suatu duplikat hewan atau manusia dari suatu hewan
(manusia) yang ada.

Pada tipe reproduktif, DNA yang berasal dari sel telur manusia atau hewan dihilangkan dan
diganti dengan DNA yang berasal dari sel somatik (kulit, rambut, dan lain-lain) hewan atau
menusia dewasa yang lain. Dengan suatu loncatan listrik, inti sel hewan atau manusia yang
telah diinjeksikan pada sel somatik tersebut selanjutnya akan berkembang dan membelah.
Selanjutnya, embrio hasil teknik ini dimasukkan (diimlantasikan) dalam rahim hewan atau
manusia yang memungkinkan embrio berkembang menjadi hewan atau manusia baru.

Meskipun teknologi ini berpotesi menghasilkan individu hewan atau manusia yang identik dengan
hewan atau manusia pendonor DNA, teknologi ini juga berpotensi besar menghasilkan kelainan
genetik yang berat pada individu hasil kloning.
Tujuan teknologi tipe ini ialah
menghasilkan suatu Stem cell yang
memiliki potensi besar untuk
berkembang menjadi organ-organ
Teknologi tubuh atau jarningan untuk

Transfer Inti kepentingan penggantian organ atau

Sel jaringan yang rusak pada manusia


akibat suatu penyakit tertentu
Therapeutic (penyakit degeneratif) tanpa adanya
penolakan respon kekebalan tubuh
penerima (Robinson, 2001).
METODE TEKNOLOGI
TRANSFER INTI SEL
Pembentukkan Sel Stem Embrionik

Pengkulturan Sel Tipe Spesifik

Uji Fisiolagis (Uji Efikasi dan Uji


Keamanan)
Pembentukkan Sel Stem Embrionik Pengkulturan Sel Tipe Spesifik

Pada pembentukkan sel stem embrionik, langkah


pertama yang dilakukan ialah pengambilan inti Setelah diperoleh sel stem
sel dari sel telur. Hal yang sama juga dilakukan embrionik, setiap stem sel yang
pada sel somatik. DNA yang berasal dari sel tumbuh dalam cawan petri yang
somatik selanjutnya ditransfer ke dalam sel telur
mengandung medium tertentu
yang sudah tidak memiliki inti sel. Melalui
kejutan arus listrik, sel ini dirangsang untuk
diambil dan di letakkan pada cawan
membentuk pra-embrio. Dalam suatu persentase petri yang baru yang mengandung
kasus yang kecil, pra-embrio ini akan terbentuk. medium spesifik. Medium spesifik
Selanjutnya, zona pelusida (lapisan tebal yang ini mengandung suatu zat tertentu
mengelilingi blastosit) di hilangkan dengan yang dapat merangsang sel stem
menambahkan suatu zat kimia tertentu. Massa tumbuh menjadi jaringan atau organ
sel bagian dalam dari blastosit selanjutnya di tertentu.
letakkan pada medium khusus yang selanjutnya
akan berkembang dan menghasilkan banyak sel
stem (Robinson, 2003).
PRODUK
KLONING
Kloning
Berhasil
PRODUK
KLONING
Kloning
Berhasil
DAMPAK
KLONING
Dampak Positif
Membantu pasangan yang kesulitan mendapatkan anak dengan jalan
pintas yaitu bayi tabung.
Menciptakan manusia unggul.
Seleksi jenis kelamin.
Menyediakan bahan riset.
Bisnis (Jual beli embrio dan sel) yang digunakan dalam pembelajaran
dan penelitian.
DAMPAK
KLONING
Dampak Negatif
Anak hasil kloning di dapat dengan cara yang tidak alami

Anak hasil kloning dari perempuan saja tidak akan memiliki ayah dan jika kloning dari pemindahan sel
telur dengan sel tubuh ke dalam rahim wanita yang bukan pemilik sel telur, maka anaknya tidak akan
memiliki ibu.
Kloning dapat mempermiskin faktor keturunan.

kloning juga menyebabkan ketidakadilan sosial.

Banyak menimbulkan kecacatan

Rentan terhadap penyakit

Penurunan fungsi sel sperma

Umur relatif pendek

Membatasi variasi dan keunikan.


MARKER
ASISTED
SELECTION
Rifki Delfian Nofid
1910612013
DEFINISI
 Marker assisted selection (MAS): merupakan metode seleksi yang mengacu pada
pemanfaatan marka DNA yang berpautan dengan lokus target, sebagai alat
untuk menduga dan membantu seleksi penotipe sifat yang menjadi target
pemuliaan.
Jenis Marka:
 Marka dominan (dominant marker) dapat menandai adanya lokus target, tetapi tidak bisa
membedakan homozigot dengan heterozigot.
 Marka ko-dominan (co-dominant marker) dapat menandai adanya lokus target homozigot
atau lokus target heterozigot
KRITERIA MARKA GENETIK
 Marka harus mampu membedakan kedua tetua.
 Ciri marka diwariskan secara sama dan akurat dari tetua
ke turunannya.
Asumsi: Marka DNA mampu menduga secara akurat keberadaan
suatu penotipe.
TIPE-TIPE MARKA DNA
1. Marka Situs Acak :
 Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD)
 Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
 Amplified Fragment Length Polymorphism (AFLP)
 Simple Sequence Repeat (SSR)/ Microsatellites
2. Marka Situs Spesifik
 Sequence Characterized Amplification Region (SCAR)
 Expressed Sequence Tags (EST)
 Single Nucleotide Polymorphism
KEUNTUNGAN MAS
 Lebih sederhana dibandingkan seleksi fenotifik
 Terutama untuk sifat yang membutuhkan banyak tenaga dan langkahnya rumit
 Dapat menghemat waktu dan sumberdaya
 Dapat dilakukan pada fase awal perkembangan
 Penting untuk sifat kualitas hasil
 Dapat dilakukan seleksi pada tahap bibit
 Meningkatkan akurasi
 Tidak dipengaruhi lingkungan
 Dapat memisahkan homozigot dan heterozigot
PERTIMBANGAN
PENGGUNAAN MARKA DNA
 Metode teknis
 sederhana atau rumit
 Akurasi
 Tipe polimorfisme
 tinggi atau rendah
 Tipe dominansi
 dominan atau ko-dominan
 Kualitas dan kuantitas DNA yang dibutuhkan
 Biaya**
 Ketersediaan sumberdaya
 peralatan, kemampuan tenaga pelaksana
PAUTAN MARKA
DNA DENGAN
LOKUS TARGET
TAHAP APLIKASI MAS
1. Marker-assisted backcrossing 2. Piramidanisasi
(MAB) Digunakan untuk mengkombinasikan
 Marka DNA digunakan untuk banyak gen tahan yang bersifat vertikal
(bersifat spesifik untuk suatu ras),
seleksi lokus target dari penotipe
misalnya ketahanan terhadap Blast
tanaman yang paling sesuai dikendalikan banyak gen yang sepisifik
dengan tetua donor. untuk satu ras.
 Keuntungan MAB dibandingkan Piramidanisasi sangat sulit dilakukan
backcross biasa: dengan metode konvensional
 Seleksi lokus target lebih akurat  Harus diperhitungkan kesulitan
 Minimalisasi pautan negatif seleksi penotipik terhadap sifat
ketahanan yang dikendalikan oleh
 Mempercepat recovery tetua ~30 gen seperti pada kasus ketahanan
donor terhadap Blast.
TAHAP APLIKASI MAS

3. Seleksi generasi awal 4. Pendekatan Kombinasi dengan


 MAS dilakukan pada tahap F2 atau Seleksi Fenotipik
F3 Pada beberapa kasus kombinasi
 Individu yang membawa lokus target pemilahan fenotifik dengan MAS
dipilih yang memiliki alel homozigot lebih efektif:
 Individu yang tidak terpilih dapat Untuk memaksimalkan genetic gain
segera di pisahkan, sehingga hanya (bila QTL belum diperoleh dari
mengelola tanaman yang membawa pemetaan QTL)
lokus target
Tingkat akurasi marka DNA kurang
 Karena pemilihan akurat pada tahap
tinggi (Jarak genetik lebih dari 5 cm).
awal memungkinkan penghematan
sumber daya karena jumlah galur Untuk mengurangi ukuran populasi
yang dikelola lebih sedikit apabila aplikasi marka DNA lebih
murah daripada pemilahan penotifik.
HAMBATAN APLIKASI MAS
BAGI PEMULIAAN
 Sumberdaya (peralatan) tidak tersedia
 Marka tidak efektif dari segi biaya
 Akurasi hasal pemetaan QTL (quantitative traits loci)
 Pengaruh QTL tergantung latar belakang genetik (genetic background), atau masih
dipengaruhi lingkungan
 Terbatasnya marka DNA yang polimorfis
 Kurang terintegrasinya pendekatan genetika molekular dengan pemuliaan konvensional
DNA
FINGERPRINT
DNA FINGERPRINT
- Sidik jari (1930)----- Sidik DNA (1989)
- - Sidik jari dapat diubah dengan di operasi
- Sidik DNA: - Ada pada semua jaringan
- - Tidak dapat diubah

Struktur DNA:
1. Struktur molekul: C (cytosin)
G (guanin)
A (adenin)
T (thymin)

2. Bangunan dasar nukleotida:


- gula/sugar
- desoksiribosa
- kelompok phosphat
- 4 nitrogen dasar berpasangan:

A-T; C-G; G-C; T-A;


DETERMINASI

@ Segmen DNA dideterminasi dari pasangan gula phosphat


@ DNA membedakan :
- Karakter
- Organisme
- Individu
NUCLEOTIDA (ASAM AMINO)
CHROMOSOME
CHROMOSOME
3
KROMOSOM
Diagram of a
replicated and
condensed metaphase
eukaryotic
chromosome. (1) 2
Chromatid – one of 4
the two identical
parts of the
chromosome after
S phase. (2)
Centromere – the
point where the two
chromatids touch,
and where the
microtubules attach.
(3) Short arm. (4) 1
Long arm.
KROMOSOM

An image of the 46 chromosomes,


making up the diploid genome of
human male.
ANALISIS DNA
1. Isolasi DNA: darah, rambut, kulit, sperma dsb

2. Memotong mengukur dan mensortir (restriksi):


dengan enzim restriksi asal bakteri:
mis Eco RIpada sequen GAATTC

3.- Elektroforesis gel


- Transfer DNA ke nylon

4. Probing: -dengan radioaktif- DNA.FP


- Pewarna probDNA.FP

5. DNA. FP dengan pewarna prob lagi


SIDIK DNA

Setelah proses elektroporesis, kemudian


diwarnai:
Dengan methylen blue untuk pewarnaan
gel Konvensional

Pewarnaan khusus untuk


peningkatan penampilan dan
memudahkan pembacaan,
dapat diwarnai :
Dengan: - Carolina blue, atau
- Quikviem DNA

Kedua jenis pewarnaan ini


dapat mengurangi
back ground dan meningkatkan
sensitiviti
POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

Reaksi penggandaan DNA:

Diperlukan: - DNA original


- dua molekul primer nukleotida utuh
- larutan buffer
- Taq DNA polimerases (enzim):

Fungsi/kegunaanya: - Melipatgandakan DNA dengan cara


mengkopi(copy)
- Diagnosis untuk mengkonformasi DNA
APLIKASI DNA FP

1. Mendiagnosis Kelainan keturunan (genetik)


- pada janin yang belum dilahirkan
- Bayi yang baru dilahirkan

• Penelitian mengenai kelainan genetik


Normalbandingkan --Kelainan

• Bukti biologik: untuk laboratorium forensik


PENYAKIT GENETIK

Gen Ling-
makhluk kungan
hidup
KLASIFIKASI PENYAKIT GENETIK

Penyakit
Genetik

Autosomal Autosomal Multi-


X-Y-link Mitokondri
dominan resesif factorial
a

*Cystic – X-link
*Achondro- X-link *Autisme
fibrosis Dominant:
plasia Resesif: *Leber *Hipertensi
*Sickle cel – *Aicardi Y-link:
*Huntington *Hemophilia hereditary *Cancer
anemia *Klinefelter *Infertility
-disease *Buta warna optic *Mental –
*Spinal- *Hipo- pria
*Marfan – *Muscular neurophaty dis.
muscular phospatemi
disease destrofi dsb
atrophy a
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai