Anda di halaman 1dari 7

Buletin Veteriner Udayana Volume 9 No.

2: 125-131
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2017
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.21531/bulvet.2017.9.2.125

Karakteristik Fisik Daging Sapi Bali dan Wagyu


(BEEF PHYSICAL CHARACTERISTICS OF BALI AND WAGYU CATTLE)
Ni Ketut Suwiti1*, Ni Nyoman Citra Susilawati2, Ida Bagus Ngurah Swacita3
1
Laboratorium Histologi Veteriner
2
Praktisi Dokter Hewan Di Klinik Hewan Taman Griya Badung
3
Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana
*E-mail: nk_suwiti@unud.ac.id
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik daya ikat air,
tingkat keasaman, dan susut masak daging sapi bali dan wagyu yang dijual di pasar swalayan yang
ada di Denpasar. Sampel yang digunakan adalah daging sapi bali dan wagyu pada bagian rib eye
masing-masing sebanyak 15 sampel. Sampel selanjutnya diuji parameter daya ikat air, tingkat
keasaman dan susut masak. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan, daging sapi bali memiliki daya ikat air (66,13%), tingkat keasaman (5,75)
dan susut masak (31,74%) sedangkan daging wagyu memiliki daya ikat air (63,84%) tingkat
keasaman (5,20) dan susut masak (32,29%).
Kata kunci: karakteristik fisik; daging sapi bali; daging sapi wagyu
ABSTRACT
A research has been done in order to determine a physical characteristics i.e water holding
capacity, acidity level (pH), and cooking loss of beef from bali and wagyu cattle which were sold in
supermarkets around Denpasar. The sampels used in this study were 15 rib eye part of bali and 15 of
the wagyu beef respectively, the sampels from both types were tested on the water holding capacity
parameter, the acidity level, and cooking loss. The data were analyzed by qualitative descriptive
analysis. The result showed that, the bali beef contained 66.13 % water holding capacity, 5.75 of
acidity level and 31.74 % of coking loss, whereas the wagyu beef contained 63.84 % water holding
capacity, 5.20 of acidity level and 32.29% of cooking loss.
Keywords: physical characteristic; bali beef; wagyu beef

Selain daging sapi bali, juga dikenal


PENDAHULUAN
daging wagyu produksi Kobe Jepang yang
Sapi bali memiliki keunggulan banyak dikonsumsi oleh wisatawan asing
diantaranya: memiliki tulang yang di Bali. Tingkat kesukaan wisatawan asing
terbilang kecil bila dibandingkan dengan di Bali terhadap kedua daging tersebut
sapi jenis lain, tetapi memiliki persentase sangat berbeda, wisatawan lebih menyukai
daging lebih tebal. Selain itu sapi bali daging wagyu bila dibandingkan dengan
memiliki daya adaptasi sangat baik daging sapi bali (Suwiti et al., 2013). Hal
terhadap lingkungan yang kurang baik. tersebut disebabkan karena adanya
Daging sapi bali dijual dalam keadaan perbedaan manajemen pemeliharaan,
segar karena biasanya setelah disembelih dimana wagyu dipotong pada umur muda
langsung dijual ke pasar, hal ini berbeda (6 bulan) sedangkan sapi bali yang
dengan daging sapi impor yang datang dipotong untuk produksi daging umumnya
dalam keadaan beku. Karakteristik karkas mencapai 4-5 tahun. Perbedaan genetik
sapi bali digolongkan sapi pedaging ideal antara sapi bali dan wagyu dapat
di Indonesia karena mempunyai bentuk berpengaruh terhadap kualitas daging,
badan yang kompak dan serasi (Masudana, adanya perbedaan dari kedua sapi tersebut
1990). dapat mempengaruhi sifat-sifat fisik
seperti daya ikat air, pH, dan susut masak

125
Buletin Veteriner Udayana Suwiti et al.

yang keseluruhannya merupakan sifat fisik pelunakan kolagen, sedangkan temperatur


yang mempengaruhi kualitas daging. pemasakan lebih mempengaruhi kealotan
Untuk mengetahui kualitas daging miofibrilar (Dwiloka et al., 2006).
dapat dilakukan pengujian karakteristik Besarnya susut masak dapat dipengaruhi
fisik dengan cara menentukan nilai daya oleh banyaknya kerusakan membran
ikat air, pH, serta susut masak. Berbagai seluler, banyaknya air yang keluar dari
perbedaan di dalam uji organoleptik daging, umur simpan daging, degradasi
ditemukan antara daging sapi bali dan protein, dan kemampuan daging mengikat
wagyu. Keadaan tersebut dapat disebabkan air (Shanks et al., 2002). Susut masak
adanya perbedaan dalam karakteristik fisik merupakan indikator nilai nutrisi daging
daging. Beberapa karakteristik kualitas yang berhubungan dengan kadar air
daging yang penting dalam pengujian dan daging, yaitu banyaknya air yang terikat di
mempengaruhi daya tarik konsumen yakni dalam dan diantara otot. Daya ikat air yang
pH, daya ikat air, warna dan keempukan rendah akan mengakibatkan nilai susut
(Purbowati et al., 2006). Daya ikat air masak yang tinggi. Water Holding
adalah kemampuan daging untuk Capacity (WHC) sangat dipengaruhi oleh
mempertahankan kandungan air selama nilai pH daging, menurut Soeparno (2005)
mengalami perlakuan dari luar seperti apabila nilai pH lebih tinggi atau lebih
pemotongan, pemanasan, penggilingan, rendah dari titik isoelektrik daging
dan pengolahan. Besar kecilnya daya ikat (5,0−5,1) maka nilai susut masak daging
air berpengaruh terhadap warna, tersebut akan rendah.
keempukan, kekenyalan, kesan jus, dan Daging sapi bali dan wagyu
tekstur daging (Suardana dan Swacita, mempunyai nilai uji organoleptik yang
2009). Daya ikat air daging sangat berbeda karena terdapat perbedaan dari
dipengaruhi oleh pH, spesies, umur dan breed sapi sehingga memberikan nilai
fungsi otot serta pakan, transportasi, hasil tingkat kesukaan yang berbeda pula.
temperatur kelembaban, penyimpanan, Perbedaan breed tersebut kemungkinan
jenis kelamin, kesehatan, perlakuan dapat berpengaruh terhadap karakteristik
sebelum pemotongan dan lemak fisik daging seperti nilai daya ikat air
intramuskuler (Soeparno, 2005). (DIA), tingkat keasaman (pH), dan susut
Nilai pH merupakan salah satu masak daging. Sampai saat ini belum ada
kriteria dalam penentuan kualitas daging penelitian tentang karakteristik fisik
sapi. Nilai pH daging pada ternak sapi daging dari kedua sapi tersebut. Oleh
yang masih hidup sekitar 7,0-7,2 (pH karena itu, pada penelitian ini akan
netral). Penurunan nilai pH akan terjadi dilakukan pengujian sifat fisik daging sapi
setelah hewan ternak sapi disembelih bali dan wagyu.
(post-mortem) yaitu pada saat jantung
berhenti memompa darah, sehingga MATERI DAN METODE
jaringan otot dan jaringan lainnya tidak Materi Penelitian
mendapat suplai darah. Faktor yang
berpengaruh terhadap pH daging Sampel yang digunakan adalah
diantaranya: stres sebelum pemotongan, daging sapi bali dan wagyu bagian rib eye
injeksi hormon/obat-obatan, spesies, yang dibeli di pasar swalayan. Sampel
individu ternak dan macam otot, stimulasi yang digunakan masing-masing uji
listrik, aktivitas enzim, dan terjadinya sebanyak 30 gram untuk setiap ulangan.
glikolosis. Metode penelitian
Susut masak (cooking loss) Prosedur penelitian yang akan
merupakan fungsi dari suhu dan lama dilakukan dalam penelitian ini masing-
pemasakan (Hartono et al., 2013). Lama masing untuk mengukur daya ikat air
waktu pemasakan mempengaruhi

126
Buletin Veteriner Udayana Volume 9 No. 2: 125-131
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2017
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.21531/bulvet.2017.9.2.125

(DIA), tingkat keasaman (pH), dan susut Analisis data


masak yaitu: Data hasil penelitian karakteristik
Pengujian daya ikat air (DIA) fisik daging sapi bali dan wagyu ditinjau
Mengukur daya ikat air dapat dari daya ikat air (DIA), tingkat keasaman
dilakukan dengan metode Joo et al. (2013) (pH), dan susut masak dianalisis secara
dengan cara sebagai berikut: daging deskriptif kualitatif.
ditimbang sebanyak lima gram, kemudian
potongan daging ditempatkan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
lipatan kertas saring yang menyerap air di Hasil Penelitian
atas lempengan kaca. Lempengan kaca
yang lain diletakkan di sebelah atas, Hasil penelitian karakterisasi fisik
kemudian ditekan dengan beban seberat 35 dengan uji daya ikat air (DIA) antara
kg. Biarkan selama 10 menit. Setelah 10 daging sapi bali dengan wagyu disajikan
menit, daging dilepas dari lempengan kaca pada Tabel 1.
dan kertas saring tersebut, kemudian Tabel 1. Karakter fisik dengan uji daya
daging ditimbang kembali. Menghitung ikat air (DIA) antara daging sapi bali
daya ikat air dengan rumus: dengan wagyu
DIA
No Sapi Bali Wagyu
Pengujian Tingkat Keasaman 1 66 % 60,4 %
Pada penelitian ini menggunakan 2 68,2 % 59,6 %
alat pH meter dalam menentukan nilai pH. 3 69,2 % 58,8 %
Daging dipotong dan ditimbang sebanyak 4 73,6 % 60 %
lima gram kemudian dilumatkan 5 71 % 61 %
menggunakan mortir. Setelah daging 6 67,4 % 61,8 %
hancur, ditambahkan 5 ml aquades dan 7 63 % 63 %
dihomogenkan. Kemudian elektroda pH 8 59,6 % 64,4 %
meter (yang sebelumnya telah dikalibrasi 9 65,6 % 75,2 %
dengan buffer pH 4,0 dan pH 7,0) 10 63,8 % 66,2 %
dimasukkan ke dalam campuran tersebut 11 64,6 % 66,2 %
dan baca angka yang ditunjukkan oleh pH 12 65,8 % 62,8 %
meter. 13 65,8 % 66,6 %
Pengujian Susut Masak 14 64,8 % 66 %
Pada pengujian susut masak 15 63,6 % 65,6 %
merupakan salah satu indikator nilai nutrisi Jumlah 992% 957,6%
daging yang berhubungan dengan kadar Rerata 66,13 63,84
jus daging yaitu banyaknya air yang terikat
di dalam dan diantara serabut otot. Hasil penelitian karakterisasi fisik
Menurut Joo et al., (2013) sampel daging dengan tingkat keasaman (pH) antara
dipotong berbentuk balok kemudian daging sapi bali dengan wagyu disajikan
ditimbang seberat 20 gram dan dibungkus pada Tabel 2. Sementara hasil penelitian
plastik polietilen. Kemudian dipanaskan karakterisasi susut masak daging sapi bali
menggunakan waterbath pada temperatur dengan wagyu disajikan pada Tabel 3.
800C selama 60 menit. Menghitung susut Tabel 4 menunjukkan daya ikat air daging
masak dengan rumus: sapi bali 66,13 %, tingkat keasaman (pH)
5,75 dan susut masak 31,74, sedangkan
daging wagyu memiliki daya ikat air
Keterangan: 63,84%, tingkat keasaman (pH) 5,20 dan
BSD: berat sampel sebelum dimasak susut masak 32,29.
BST: berat sampel setelah dimasak

127
Buletin Veteriner Udayana Suwiti et al.

Tabel 2. Karakter fisik dengan tingkat Pembahasan


keasaman (pH) antara daging sapi bali Kualitas daging dapat dinilai dari:
dengan wagyu sifat fisik, kimia, dan uji organoleptik
pH daging. Karakteristik fisik daging dapat
No Sapi Bali Wagyu dilakukan dengan pengamatan nilai: daya
1 5,92 5,14 ikat air (DIA), tingkat keasaman (pH), dan
2 5,77 5,19 susut masak. Hasil dari uji daya ikat air
3 5,81 5,20 daging sapi bali 66,13% dan wagyu
4 5,84 5,05 63,84%. Hasil penelitian menunjukkan
5 5,65 5,00
bahwa daging sapi bali dan wagyu
6 5,70 5,07
7 5,68 5,13 memiliki nilai daya ikat air lebih tinggi
8 5,60 5,09 daripada kisaran normal. Menurut
9 5,58 5,05 Soeparno (2005) nilai daya ikat air (DIA)
10 5,54 5,39 berkisar diantara 20% – 60% . Daya ikat air
11 5,67 5,38 (DIA) / water holding capacity merupakan
12 5,81 5,38 suatu indikator untuk mengukur kemampuan
13 6,02 5,32 daging mengikat air maupun air yang
14 5,98 5,42 ditambahkan selama ada pengaruh kekuatan
15 5,79 5,31 dari luar. Ada tiga bentuk ikatan air di
Jumlah 86,36 78,12 dalam otot yakni air yang terikat secara
Rerata 5,75 5,20 kimiawi oleh protein otot sebesar 4–5%
Tabel 3. Karakter fisik dengan susut masak sebagai lapisan monomolekuler pertama,
antara daging sapi bali dengan wagyu kedua air terikat agak lemah sebagai
lapisan kedua dari molekul air terhadap
Susut Masak
No Sapi Bali Wagyu
grup hidrofilik, sebesar kira-kira 4%,
1 35,95 % 27,65 % dimana lapisan kedua ini akan terikat oleh
2 30,05 % 33,1 % protein bila tekanan uap air meningkat.
3 29,25 % 27,3 % Ketiga adalah lapisan molekul-molekul air
4 32,9 % 32,95 % bebas diantara molekul protein, besarnya
5 29,45 % 35 % kira-kira 10%.
6 30,04 % 34,35 % Beberapa faktor yang dapat
7 35,75 % 29,15 % mempengaruhi daya ikat air protein daging
8 36,3 % 30 % yakni pH, stress, bangsa, pembentukan
9 38,15 % 33,35 % akto-myosin (rigormortis), temperatur dan
10 31 % 33,7 % kelembaban, pelayuan karkas, tipe otot dan
11 31,9 % 30,95 %
lokasi otot, spesies, umur, fungsi otot,
12 31,8 % 31,45 %
13 31,05 % 34,1 % pakan, dan lemak intramuskuler
14 27,85 % 36,6 % (Soeparno, 2005). Otot dengan kandungan
15 24,7 344,75 lemak intramuskuler tinggi, cenderung
Jumlah 476,14% 484,40% memperlihatkan DIA yang tinggi.
Rerata 31,74 32,29 Hubungan antara lemak intramuskuler
dengan DIA adalah kompleks. Lemak
Tabel 4. Hasil pengujian daya ikat air intramuskuler akan melonggarkan
(DIA), tingkat keasaman (pH), dan susut mikrostruktur daging, sehingga memberi
masak. lebih banyak kesempatan kepada protein
DIA pH Susut daging untuk mengikat air (Joo et al.,
Daging
(%) Masak (%) 2013).
Sapi bali 66,13 5,75 31,74 Hasil terhadap uji tingkat keasaman
Sapi wagyu 63,84 5,20 32,29 (pH) daging sapi bali 5,75 dan daging
wagyu 5,20. Hasil penelitian menunjukan

128
Buletin Veteriner Udayana Volume 9 No. 2: 125-131
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2017
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.21531/bulvet.2017.9.2.125

bahwa pH daging sapi bali memiliki pH Penimbunan asam laktat akan berhenti
normal dan daging wagyu memiliki pH setelah cadangan glikogen otot menjadi
lebih rendah 5,20 dari normal. Menurut habis atau setelah kondisi yang tercapai
Suardana dan Swacita (2009) pH normal yaitu pH cukup rendah untuk
daging adalah 5,4-5,8. Tingkat keasaman menghentikan enzim-enzim glikolitik
(pH) adalah indikator untuk menentukan dalam proses glikolisis anaerobik.
kadar keasaman atau kebasaan dari daging Komariah (2004) menyebutkan bahwa
segar ataupun produk yang dihasilkan. penimbunan asam laktat dalam daging
Menurut Lawrie (2003), penurunan pH menyebabkan turunnya pH pada jaringan
otot pada ternak bervariasi, hal ini dapat otot. Muchtadi dan Sugiyono (1992),
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu menambahkan bahwa daging yang
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. dipasarkan di luar negeri pada umumnya
Faktor intrinsik antara lain adalah spesies, telah mengalami pelayuan (aging) terlebih
tipe otot, glikogen otot, dan variabilitas dahulu sehingga diperoleh mutu terbaik.
diantara ternak, sedangkan faktor Pelayuan daging bertujuan antara lain
ekstrinsik antara lain adalah temperatur yakni agar proses pembentukan asam
lingkungan, perlakuan adanya bahan laktat dapat berlangsung sempurna, terjadi
tambahan sebelum pemotongan dan stres penurunan pH daging sehingga dapat
sebelum pemotongan. Adanya perbedaan menghambat pertumbuhan bakteri,
pH tersebut dimungkinkan karena faktor kemudian pengeluaran darah secara lebih
suhu dan lingkungan, dimana suhu sempurna sehingga pertumbuhan bakteri
pelayuan daging sapi wagyu lebih tinggi terhambat karena darah merupakan
dari daging sapi bali. Kedua faktor tersebut medium yang baik bagi pertumbuhan
berpengaruh terhadap kecepatan dan mikroba, kemudian pada lapisan luar
besarnya penurunan pH daging (Lawrie daging menjadi lebih kering dan akan
2003). Kualitas karkas dan daging juga mencegah kontaminasi mikroba
dapat dipengaruhi oleh faktor sebelum dan membusuk, serta memperoleh tingkat
sesudah pemotongan. Faktor sebelum keempukan optimum dan cita rasa yang
pemotongan yang dapat mempengaruhi khas.
kualitas daging antara lain adalah genetik, Hasil susut masak daging sapi bali
spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, dan wagyu yakni daging sapi bali (31,74
umur, pakan termasuk bahan aditif %) dan wagyu (32,29 %), ). Hasil
(hormon, antibiotik dan mineral). Faktor penelitian menunjukan daging sapi bali
setelah pemotongan yang mempengaruhi dan wagyu memiliki nilai susut masak
kualitas daging antara lain meliputi metode yang normal. Susut masak merupakan
pelayuan, stimulasi listrik, metode salah satu indikator nilai nutrisi daging
pemasakan, pH karkas dan daging, bahan yang berhubungan dengan kadar jus
tambahan termasuk enzim pengempuk daging yaitu banyaknya air yang terikat di
daging, hormon dan antibiotika, lemak dalam dan diantara serabut otot. Susut
intramuskular atau marbling, metode masak dipengaruhi oleh temperatur dan
penyimpanan dan preservasi, macam otot lama pemasakan. Besarnya susut masak
daging dan lokasi otot daging. dapat dipergunakan untuk
Soeparno (2005) menyatakan bahwa, mengestimasikan jumlah jus dalam daging
pada suhu tinggi, terjadi proses glikolisis masak, jika susut masak rendah maka
di dalam daging yang sangat cepat mempunyai kualitas yang relatif lebih baik
sehingga pH cepat menurun karena dari pada susut masak yang lebih besar,
meningkatnya asam laktat, kemudian karena kehilangan nutrisi selama
disebabkan juga oleh kadar glikogen pemasakan (Sunarlim, 1992).
dalam jaringan otot, yang berimbas pada Menurut Soeparno (2005), rataan
penimbunan asam laktat dalam daging. nilai susut masak daging berkisar antara

129
Buletin Veteriner Udayana Suwiti et al.

15%-40%. Adanya perbedaan dari nilai Universitas Udayana atas fasilitas yang
susut masak dapat dipengaruhi oleh laju diberikan selama penelitian.
dan besarnya nilai pH. Semakin rendah pH
maka semakin meningkat susut masak dari DAFTAR PUSTAKA
daging. Lawrie (2003) menyatakan bahwa Dwiloka B, Rianto E, Ekawati R. 2006.
akumulasi asam laktat akan merusak Perbandingan Kualitas “Blade” Sapi
protein miofibril yang diikuti oleh Lokal dan Sapi Impor yang diolah
kehilangan kemampuan protein untuk dengan Metode “Pan
mengikat air, sehingga berpengaruh pada Frying”.Universitas Diponegoro. J
susut masak daging. Daya ikat air dapat Sains Teknologi Ternak 2(1): 8-22
mempengaruhi jumlah bobot yang hilang
selama pemasakan, semakin rendah daya Hartono E, Iriyanti N, Santosa R, Sugeng
ikat air maka semakin tinggi susut masak S. 2013. Penggunaan Pakan
dari daging tersebut. Hal ini sejalan Fungsional Terhadap Daya Ikat Air,
dengan pendapat Shen dan Swartz (2010) Susut Masak, dan Keempukan
yang menyatakan bahwa setelah ternak Daging Ayam Broiler. Purwokerto. J
mati dan daging mengalami rigormortis, Ilmiah Peternakan 1(1):10-19
ikatan struktur miofibril dilonggarkan oleh Joo ST, Kim GD, Hwang YH, Ryu YC.
enzim proteolitik, rusaknya komponen 2013. Control of fresh meat quality
protein dari miofibril akan menurunkan through manipulation of muscle fiber
daya ikat air daging dan hal ini berdampak characteristics. Review. Meat Sci
pada meningkatnya susut masak. 95(4): 828-836
SIMPULAN DAN SARAN Komariah I, Arief I, Wiguna Y. 2004.
Simpulan Kualitas Fisik dan Mikroba Daging
Sapi. Fakultas Peternakan, Institut
Berdasarkan hasil penelitian yang Pertanian Bogor. Media Peternakan.
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa 27(2): 46-54.
daging sapi bali memiliki daya ikat air
(DIA) (66,13%), tingkat keasaman (pH) Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Edisi 5
(5,75) dan susut masak (31,74%) Penerjemah Aminuddin Parakkasi.
sedangkan hasil daging wagyu memiliki Penerbit Universitas Indonesia,
daya ikat air (DIA) (63,84%) tingkat Jakarta.
keasaman (pH) (5,20) dan susut masak Masudana, IW. 1990. Pengembangan sapi
(32,29%), ditinjau dari parameter tersebut Bali di Bali dalam sepuluh tahun
kedua daging masih termasuk kategori terakhir (1980-1990). Proceeding
normal. Seminar Nasional sapi Bali.
Saran Denpasar, 20-22 September 1990.
Fakultas Peternakan Universitas
Perlu dilakukan penelitian lebih Udayana Denpasar. : A11-A30
lanjut tentang karakteristik fisik lainnya
yang menentukan kualitas dari daging Muchtadi TR, Sugiyono. 1992. Petunjuk
meliputi warna, bau dan rasa daging, Laboratorium Ilmu Pengetahuan
keempukan dan tekstur dari daging. Bahan Pangan. PAU Pangan dan
Gizi, IPB, Bogor.
UCAPAN TERIMAKASIH
Purbowati E, Sutrisno CI, Baliarti E,
Penulis mengucapkan terimakasih Budhi SPS, Lestariana W. 2006.
kepada Pusat Kajian Sapi Bali Universitas Karakteristik Fisik otot Longissimus
Udayana dan Bapak Kepala Laboratorium dorsi dan Biceps femoris domba
Kesehatan Masyarakat Veteriner lokal jantan yang dipelihara di

130
Buletin Veteriner Udayana Volume 9 No. 2: 125-131
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2017
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.21531/bulvet.2017.9.2.125

pedesaan pada bobot potong yang Suardana IW, Swacita IBN. 2009. Higiene
berbeda. J Protein 33 (2): 147-153. Makanan. Udayana University Press,
Denpasar, Bali
Shanks BC, Wolf DM, Maddock RJ. 2002.
Technical note : The effect of Sunarlim, R. 1992. Karakteristik Mutu
freezing on Warner Bratzler shear Bakso Daging Sapi dan Pengaruh
force values of beef longissimuss Penambahan Natrium Klorida dan
steak across several postmortem Natrium Tripolifosfat Terhadap
aging periods. J Anim Sci 80 : 2122- Perbaikan Mutu. Disertasi. Prog
2125. Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor,Bogor.
Shen QW, Swartz DR. 2010. Influence of
salt and pyrophosphate on bovine Suwiti NK, Suastika P, Swacita IBN,
fast and slow myosin S1 dissociation Piraksa W. 2013.: Tingkat Kesukaan
from actin. Meat Sci. 84(3): 364. Wisatawan Asing di Bali Terhadap
Daging Sapi Bali dan Wagyu.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi
Prosiding Seminar Nasional Sapi
Daging. Cetakan keempat. Gajah
Bali Hal 42.
Mada University Press, Yogyakarta.

131

Anda mungkin juga menyukai