Anda di halaman 1dari 33

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ayam petelur

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar

yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Pengembangan

usaha ternak unggas jenis ras layer (ayam petelur) di Indonesia masih memiliki

prospek yang bagus, terlebih lagi konsumsi protein hewani masih kecil. Ini dikaitkan

dengan perkembangan jumlah penduduk yang selalu meningkat dari tahun ke tahun

terus diimbangi dengan kesadaran akan arti penting peningkatan gizi dalam

kehidupan. Hal ini berimplikasi pada pola konsumsi makanan yang juga akan terus

meningkat. Disamping tujuan utama penggunaan makanan sebagai pemberi zat gizi

bagi tubuh yang berguna untuk mempertahankan hidup (Zulfikar, 2013).

Pada umumnya jenis-jenis ayam yang telah dikenal di Indonesia merupakan

“final stock” yang merupakan turunan terakhir hasil persilangan dari bangsa-bangsa

ayam yang dikenal mempunyai daya produktivitas yang tinggi. Amrullah (2003),

menyatakan bahwa petelur unggul dapat berproduksi sampai 70% atau 275 butir per

tahun. Produksi telur ayam lokal di Indonesia dengan makanan yang baik berkisar

antara 40-50%. Performa beberapa strain ayam petelur terdapat pada table di bawah

ini :

6
7

Tabel 1. Performa beberapa Strain Ayam Petelur (Rasyaf, 1995)., (Hendrix, 2007)

S t r a i n Umur awal produksi (minggu) Umur pada produksi 50% (minggu) Puncak produksi (%) F C R

1 9 - 2 0 2 2 9 2 - 9 3 2 , 3 - 2 , 4
Lohmann brown mf 402

Hisex brown 2 0 - 2 2 2 2 9 1 - 9 2 2 , 3 6

2 0 - 2 2 2 1 - 2 2 9 3 - 9 4
Bovans white 2 , 2

1 9 - 2 0 2 3 - 2 4 9 0 - 9 4 2 , 2 - 2 , 5
Hubbard golden comet

2 0 - 2 1 2 2 , 5 - 2 4 9 0 - 9 5 2 , 2 - 2 , 4
Dekalb warren
8

2 0 - 2 1 2 1 , 5 - 2 2 9 3 - 9 5 1 , 9
Bovans goldline

1 9 - 2 0 2 1 , 5 - 2 3 9 2 - 9 4 2 , 2 - 2 , 3
Brown nick

2 1 - 2 2 2 1 , 5 - 2 2 9 2 - 9 4 2 , 3 - 2 , 4
Bovans nera

2 1 - 2 2 2 1 - 2 3 9 3 - 9 5 2,25-2,3
Bovans Brown

Gambaran Umum Ayam Petelur Strain Isa Brown

Ayam isa brown merupakan strain ayam ras yang diciptakan di Inggris pada

1972. Strain ini diciptakan untuk memenuhi keunggulan standar yang diinginkan para

konsumen yang meliputi faktor-faktor: produktivitas dan bobot telur tinggi, konversi

ransum rendah, daya hidup tinggi, dan masa bertelur panjang. Namun, dari semua

kriteria tadi ayam isa brown dapat memproduksi telur yang cukup tinggi dan harga

afkirnya cukup tinggi (Hendrix, 2007).


9

Ayam petelur isa brown merupakan jenis ayam hasil persilangan antara ayam

rhode island whites dan rhode island reds. Isa brown termasuk ayam petelur yang

memiliki produktivitas yang cukup tinggi yaitu mampu menghasilkan telur sebanyak

351 butir per tahun. Isa brown komersial mempunyai daya hidup 98% sampai umur

18 minggu dan 93% sampai masa produksi 76 minggu. Ayam tersebut mulai produksi

telur pada umur 18 minggu, mencapai 50% hen–day pada umur 20 minggu dan

mencapai puncak pada umur 26 minggu. Puncak produksi mencapai 95% hen-day.

Rata-rata bobot telur mencapai 62,7 gr/butir pada umur 76 minggu. Ayam petelur

strain isa brown memiliki periode bertelur antara 18-80 minggu, liveability (daya

hidup) sebesar 93,2%, puncak produksi sebesar 95% pada umur 26 minggu. Rata-rata

bobot telur strain isa brown sebesar 63,2 gr dan mampu mencapai puncak produksi

sebesar 95% (Hendrix, 2007).

Fase pertumbuhan pada jenis ayam petelur yaitu antara umur 6-14 minggu

dan umur 14-20 minggu. Namun, pada umur 14-20 minggu pertumbuhannya sudah

menurun dan sering disebut dengan fase developer (perkembangan). Sehubungan

dengan hal ini maka pemindahan dari kandang starter ke kandang fase pertumbuhan

yaitu antara umur 6-8 minggu. Setelah ayam fase pertumbuhan mencapai umur 18

minggu, ayam ini sudah bisa dipindahkan ke kandang ayam petelur fase produksi

(Kartasudjana, et. al, 2006).

Strain isa brown memiliki bulu cokelat kemerahan. Isa brown mulai

berproduksi umur 18-19 minggu rata-rata berat telur 62,9 gr dan bobot badan 2,01 gr.
10

Periode produksi ayam petelur terdiri dari dua periode yaitu fase I dari umur 21-42

minggu dengan rata-rata produksi telur 78% dan berat telur 56 gr, fase II umur 42-72

minggu dengan rata-rata produksi telur 72% dan bobot telur 60 gr. DOC (day old

chick) adalah anak ayam umur 1 hari, sedangkan starter adalah anak ayam yang

berumur sampai 4 minggu. Saat ayam dewasa dan sedang menjalani masa bertelur

(berproduksi) disebut dengan periode layer (Hadi, 2010).

Bobot DOC ayam petelur berkisar antara 36–37 gr, selanjutnya akan tumbuh

dengan cepat dan mencapai berat badan yang tepat pada umur 4 minggu. Faktor

genetik yang terkandung di dalam semua strain ayam petelur baik isa brown, dan

yang lainnya telah dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan

produksi telur yang tinggi (hen-day) dengan FCR yang lebih rendah. Namun, untuk

memunculkan semua potensi tersebut dibutuhkan pullet yang berkualitas.

Ciri-ciri DOC layer yang berkualitas antara lain:

1. Bobot awal sesuai standar

2. Bulu bersih dan segar

3. Mata bersinar

4. Gerakan lincah

5. Kloaka dan pusar kering/bersih

6. Tidak cacat (jari kaki bengkok atau buta)


11

Awal kehidupan anak ayam adalah masa yang paling menentukan selama

siklus hidupnya, untuk itu memberikan perhatian khusus dalam bentuk pemberian

kondisi yang nyaman (tempat, suhu, ventilasi, kepadatan) serta kecukupan nutrisi

(pakan dan air) untuk pertumbuhan, di tambah fungsi kontrol dan koreksi dari

operator kandang akan membantu ayam beradaptasi dan bertumbuh dengan

baik.Periode dari umur1 hari sampai masa pertama kali bertelur merupakan masa

yang penting dari keseluruhan pemeliharaan betina layer. Hal tersebut dikarenakan

pada masa ini terjadi perkembangan fungsi fisiologis periode dari layer. Keberhasilan

pada periode grower akan berdampak pada kesuksesan saat layer dan kesemuanya

berawal dari saat kedatangan DOC. Bentuk keterlambatan apapun dalam

pertumbuhan saat umur 4-5 minggu akan berdampak pada rendahnya berat badan saat

usia 16 minggu kemudian akan berlanjut ke performa (Hendrix, 2007).

Selama periode 1 hari sampai 5 minggu, ayam belum mampu untuk

menyesuaikan pakan yang dikonsumsinya dengan tingkat energi. Untuk memacu

pertumbuhan yang baik, disarankan untuk memberi pakan dalam bentuk crumble

(butiran kasar), dengan kadar protein dan energi yang cukup dari umur 0 s.d 28 hari

pada kondisi iklim sedang dan pada iklim yang panas pada umur 0 s.d 35 hari (hingga

tercapai berat badan 290 gr pada kedua kondisi tersebut). Setelah mendapatkan awal

yang baik, tujuan dari pemeliharaan umur 4 s.d 16 minggu adalah mempersiapkan

ayam untuk masa produksi melalui pembentukan yang ideal dari; tubuh, berat badan,

uniformity (keseragaman), dan saluran pencernaan (Hendrix, 2007).


12

B. Managemen Perkandangan

Kandang merupakan bagian penting dari tatalaksana pemeliharaan, karena

merupakan tempat seluruh aktivitas ternak sehingga kenyamanan ternak terjamin agar

diperoleh ternak yang sehat dan produktif. Selain itu kandang juga berfungsi untuk

melindungi ternak dari gangguan luar seperti panas matahari, hujan dan hewan

lainnya sehingga ternak mampu berproduksi secara optimal sesuai dengan

potensinya. Fungsi lain dari kandang adalah pengawasan dan tatalaksana

pemeliharaan ternak agar diperoleh hasil yang terbaik dan efisien (Setiawan dkk.,

2011).

Kandang yang biasa digunakan pada peternakan ayam adalah sistem terbuka

(openhouse system) dan tertutup (closed house system):

1. Kandang Terbuka (Open House)

Kandang open house adalah kandang yang dindingnya dibuat dengan

sistem terbuka, yang biasa terbuat dari kawat burung atau bambu sehingga

menjamin hembusan angin yang masuk. Dinding kandang di tutup dengan tirai

yang berfungsi sebagai ventilasi. Dilapangan bentuk kandang yang umum

dijumpai adalah kandang sistem terbuka atau open house, baik sistem panggung

maupun sistem postal dengan lantai beralaskan sekam, serutan gergaji kayu dan
13

beberapa peternak pernah juga menggunakan jerami. Untuk kondisi dalam

kandang sangat dipengaruhi oleh kondisi luar kandang. Model kandang terbuka

memberikan kontribusi yang kurang bagus bila dibandingkan dengan model

kandang sistem tertutup (Sujana., 2008).

2. Kandang Tertutup (Closed House)

Kandang sistem tertutup atau closed house merupakan sistem kandang

yangharus sanggup mengeluarkan kelebihanpanas, kelebihan uap air, gas-gas

yangberbahaya seperti CO, CO dan NH yang adadalam kandang, tetapi disisi lain

dapatmenyediakan berbagai kebutuhan oksigenbagi ayam (Sujana dkk., 2008).

Prihandanu dkk. (2008) menambahkan bahwa kandang tipe tertutup (closed

house) merupakan kandang dengan dinding tertutup dan biasanya terbuat dari

bahan-bahan permanen dan dengan sentuhan teknologi tinggi. Kandang ini

menggunakan alat exhaust fan yang berfungsi untuk menarik atau menyedot

oksigen dan mengeluarkan karbondioksida, dan menggunakan alat cooling pad

system (Prihandanu dkk., 2008).

Berdasarkan ini, kandang dengan model sistem tertutup ini diyakini mampu

meminimalkan pengaruh-pengaruh buruk lingkungan dengan mengedepankan

produktivitas yang dimiliki ayam. Tujuan penggunaan kandang tertutup (clouse

house) adalah menciptakan iklim mikro terkendali di dalam kandang, meningkatkan

produktivitas, efisiensi lahan dan tenaga kerja serta menciptakan usaha peternakan
14

yang ramah lingkungan.Kebanyakan peternak di Indonesia sudah terbiasa

menggunakan kandang openhouse system. Namun kandang sistem terbuka

menimbulkan respon kurang baik ketika kondisi cuaca tidak mendukung atau terjadi

perubahan cuaca yang sangat drastis. Pemeliharaan ayamdengan menggunakan closed

housesystem merupakan salah satu upaya inovasi teknologi untuk menghadapi

perubahan cuaca cukup ekstrim, sehingga diharapkan dapat meminimalisasi pengaruh

buruk dari kondisi lingkungan atau perubahan iklim di luar kandang. Tujuan

penggunaan kandang closedhouse system adalah menciptakan iklim mikro terkendali

di dalam kandang, meningkatkan produktivitas, efisiensi lahan dan tenaga kerja serta

menciptakan usaha peternakan yang ramah lingkungan (Setiawan dkk., 2011).

Secara konstruksi, kandang sistem tertutup dibedakan atas dua sistem yakni

pertama sistem tunnel dengan beberapa kelebihan yang dimilikinya seperti

mengandalkan aliran angin untuk mengeluarkan gas sisa, panas, uap air dan

menyediakan oksigen untuk kebutuhan ayam. Sistem tunnel ini lebih cocok untuk

area dengan temperatur maksimal tidak lebih dari 300 C. Sistem kedua adalah

evaporative cooling system (ECS). Sistem ini memberikanmanfaat pada peternak

sepertimengandalkan aliran angin dan prosesevaporasi dengan bantuan angin.

Sistemkandang tertutup ini hanya cocok untukdaerah panas dengan suhu udara di

atas350 C. berpendapat bahwa jenis kandang semi closed house system merupakan

kandang tertutup yang dilengkapi dengan kipas/exhaustfan, cooling pad, temptron


15

yang berfungsi sebagai pengontrol utama, panel kontrol listrik, tirai dan listrik

(Sujana dkk.2008).

C.Manajemen Pakan dan Pencahayaan dalam Kandang

1. Pakan

Secara umum konsumsi pakan dihitung sebagai jumlah makanan yang

dimakan ternak dengan kandungan nutrisi makanan yang digunakan untuk

mencukupi kebutuhan hidup dan keperluan produksi. Tiga pilar utama usaha

peternakan adalah bibit, manajemen, dan pakan ternak. Pakan ternak merupakan

pangsa biaya terbesar dalam usaha peternakan unggas. Oleh karena itu, pakan harus

dicampur dari berbagai bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak unggas

(Ketaren, 2010).

Pakan (feed) merupakan campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang

sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan

mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan

sesuai dengan jenis ternaknya (BSN, 2006). Pakan yang baik adalah, pakan yang

mengandung gizi yang dibutuhkan oleh ternak unggas sesuai dengan jenis dan bangsa

unggas, umur, bobot badan, jenis kelamin, dan fase produksi (Ketaren, 2010).
16

Persyaratan mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) pakan ayam petelur (starter –

grower – layer) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Persyaratan Mutu Pakan Ayam Petelur Berdasarkan SNI

No P a r a m e t e r S a t u a n S t a r t e r G r o w e r L a y e r

1 Kadar Air (maks) % 1 4 1 4 1 4

2 Protein Kasar (min) % 1 8 1 5 1 6

3 Lemak Kasar (maks) % 7 7 7

4 S e ra t Ka s ar ( m a ks ) % 6 , 5 7 7

5 A b u ( m a k s ) % 8 8 1 4

6 Kalsium (Ca) % 0,90 – 1,20 0,90 – 1,20 3,25 – 4,25

7 Fosfor (P) total % 0,60 – 1,00 0,60 – 1,00 0,60 – 1,00

8 Fosfor tersedia % 0 , 3 5 0 , 3 5 0 , 3 2

9 Energi Metabolis (min) k k a l / k g 2 7 0 0 2 6 0 0 2 6 5 0

1 0 Total Aflatoksin µ g / k g 5 0 5 0 5 0
17

1 1 Asam Amino:

- Lisin % 0,90 0,65 0,80

- Metionin
% 0,40 0,30 0,35
- Metionin + Lisin

% 0,60 0,50 0,60

a. Kebutuhan Energi

Sebagian besar kebutuhan energi digunakan untuk kebutuhan hidup pokok.

Kebutuhan energi untuk hidup pokok harus terpenuhi dahulu sebelum unggas

menggunakan energi untuk pertumbuhan. Ayam yang mengkonsumsi pakan dengan

energi tinggi akan memperlihatkan lemak karkas dalam jumlah yang lebih tinggi,

dibandingkan dengan pakan yang mengandung energi rendah (Widodo, 2002).

b. Kebutuhan Protein

Unggas muda lebih cepat pertumbuhannya bila dibandingkan dengan unggas

yang lebih tua, dengan demikian kebutuhan akan protein dan asam aminonya akan

berbeda. Unggas muda memerlukan protein yang lebih banyak dibanding unggas
18

yang lebih tua (Widodo, 2002). Pada minggu ke 17 – 24, konsumsi pakan harus

meningkat sekitar 40%. Asupan pakan maksimum harus dicapai selama beberapa

minggu puncak produksi (Hendrix-ISA, 2015).

c. Kebutuhan Mineral

Proses kalsifikasi kerabang telur umumnya berlangsung sekitar 12 jam.

Kualitas kerabang sangat ditentukan oleh kecukupan jumlah kalsium selama proses

pembentukan kerabang. Waktu pemberian pakan yang tepat, dan penambaha

pencahayaan. Sekitar 70% dari total kalsium yang diberikan harus disediakan dalam

bentuk granular. Ini berarti bahwa 65 kg kalsium karbonat granular harus dimasukkan

per ton pakan. Untuk ditahan di rempela partikel ini harus berukuran 2 dan 4 mm.

Sisanya 30% harus diberikan dalam bentuk bubuk yang akan digunakan untuk

mengisi cadangan kalsium tulang. Berat kerabang telur meningkat seturut dengan

umur ayam. Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan konsentrasi kalsium

dalam pakan sepanjang siklus bertelur. Dimulai dengan 4,0-4,1% Ca dan finishing

dengan 4,5% Ca pada akhir peletakan siklus. Defisiensi fosfor menyebabkan

demineralisasi pada rangka, sehingga dapat menyebabkan fraktur dalam jangka waktu

panjang hingga kematian, sementara kelebihan fosfor dapat menyebabkan penurunan

kualitas kerabang telur (Hendrix-ISA, 2015). Jumlah konsumsi pakan beserta target

berat badan ayam petelur jenis ISA Brown pada berbagai tingkat umur dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :


19

Tabel 3. Jumlah Konsumsi Pakan dan Target Berat Badan Ayam Petelur Jenis ISA
Brown

Umur Ayam Umur Ayam


Jumlah Konsumsi Pakan (g/hari) Target Berat Badan (g/hari)
(Minggu) (Hari)

1 0 – 7 1 1 6 0

2 8 – 1 4 1 7 1 2 0

3 15 – 21 2 5 1 9 0

4 22 – 28 3 2 2 7 5

5 29 – 35 3 7 3 6 0

6 36 – 42 4 2 4 5 0

7 43 – 49 4 6 5 4 0

8 50 – 56 5 0 6 3 0

9 57 – 63 5 4 7 2 0

1 0 64 – 70 5 8 8 1 0

1 1 71 – 77 6 1 9 0 0
20

1 2 78 – 84 6 4 1 0 0 0

1 3 85 – 91 6 7 1 0 9 5

1 4 92 – 98 7 0 1 1 8 0

1 5 99 – 105 7 3 1 2 6 5

1 6 106 – 112 7 6 1 3 5 0

1 7 113 – 119 8 0 1 4 2 5

1 8 120-126 8 7 1475- 1500

2. Pencahayaan dalam kandang

Pencahayaan dalam Kandang Tatalaksana penyinaran merupakan faktor yang

tidak dapat dipisahkan dari manajemen usaha peternakan unggas, bahkan merupakan

salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh peternak. Mekanisme dari

pengaruh sinar terhadap proses dewasa kelamin ternak unggas khususnya petelur,

sinar yang diterima oleh seekor ayam akan diterima oleh bagian otak yang disebut

hypothalamus (Sunarti, 2004).


21

Adanya pencahayaan, baik pencahayaan alami (sinar matahari) maupun

cahaya buatan (lampu) akan menstimulasi hipotalamus di otak. Selanjutnya, sinyal

cahaya akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar tubuh, seperti hipofisa, tiroid dan

paratiroid untuk menstimulasi disekresikannya hormon. Cahaya melalui retina mata

akan diteruskan melalui saraf mata menuju hipotalamus anterior, kemudian merespon

dengan melepaskan substansi yang menstimulir kelenjar hipofise untuk memproduksi

hormon gonadotropin. Hormon ini akan bersama aliran darah merangsang ovarium

serta organ reproduksi lain. Di samping itu juga akan membantu proses pematangan

folikel telur di gonad, perkembangan bulu dan jengger pada ayam petelur (Sunarti,

2004).

Intensitas cahaya mempengaruhi aktivitas fisiologis unggas. Cahaya dapat

menstimulir sistem reproduksi dan efisiensi penggunaan pakan. Nalbandov (1990) 2

dalam Sunarti (2004), menjelaskan bahwa cahaya melalui retina mata akan diteruskan

melalui saraf mata menuju hipotalamus anterior, kemudian merespon dengan

melepaskan substansi yang menstimulir kelenjar hipofise untuk memproduksi

hormon gonadotropin. Hormon ini akan bersama aliran darah merangsang ovarium

serta organ reproduksi lain. Di sisi lain cahaya juga akan menggertak kelenjar tiroid

untuk menghasilkan hormon pertumbuhan untuk mengatur proses metabolisme.

Lama pencahayaan untuk aktivasi hormon yang ideal adalah 11-12 jam dan

intensitas cahaya yang diberikan kepada unggas, pada umumnya berkisar antara 5-20
22

lux (Prayitno dkk., 1994). Sunarti (2004) bahwa pada tingkat pencapaian produksi

yang sama maka dapat dipilih program 12 jam terang : 12 jam gelap.

Temperatur dan kelembaban lingkungan berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan. Bahwa temperatur dan kelembaban lingkungan merupakan salah satu

faktor penting untuk diperhatikan, karena tingginya temperatur dan kelembaban di

daerah tropis merupakan suatu masalah dalam pertumbuhan ayam.

Tingginya kelembaban udara dikombinasi dengan tingginya suhu udara akan

bersifat “sangat destruktif” terhadap performa ayam dengan menggerogoti sistem

pertahanan tubuh dan berat badan ayam, sehingga ayam jadi lebih mudah

ngorok/mengalami gangguan pernapasan, menurunkan berat badan dan meningkatkan

kematian. Seperti diketahui ayam tidak mempunyai kelenjar keringat, sehingga bila

ayam merasa kepanasan, maka ayam akan membuka paruh secara terus menerus

untuk mengeluarkan kelebihan panas tubuhnya. Mekanisme penting, saat ayam

terbuka paruhnya, dan di saat bersamaan kandungan uap air udara di dalam kandang

tinggi (kelembaban udara tinggi - jumlah uap air tinggi), maka ayam akan mengalami

kesulitan besar dalam melepaskan panas tubuhnya (tekanan udara di luar tubuh ayam

lebih besar dibanding tekanan udara dalam tubuh ayam) (Sunarti,2004).

Tatalaksana penyinaran kandang memiliki peran penting untuk memperoleh

ayam dengan masa dewasa kelamin yang tepat atau sesuai dengan 7 umur dan bobot

badannya. Apabila pertumbuhan ayam terlihat lambat, sebaiknya kita memperlambat


23

pencapaian dewasa kelamin dengan cara mengurangi intensitas sinar yang masuk

kedalam kandang. Ini dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi kejadian

prolapsus (keluarnya saluran telur dari rongga badan melalui anus pada waktu

bertelur). Manfaat lain dari cara ini adalah untuk mencegah atau mengurangi

penurunan produksi yang terlalu cepat sesudah puncak produksi tercapai. Jika

pertumbuhan terlalu cepat sebaiknya kita juga mengurangi intensitas cahaya yang

masuk ke kandang, untuk mendapatkan produksi yang tinggi dalam usaha peternakan

ayam petelur, masalah tatalaksana penyinaran terutama dalam hal penambahan sinar

di dalam kandang harus mendapat perhatian serius, dimana kebutuhan sinar yang

optimal untuk produksi yang baik harus terpenuhi. Untuk semua keadaan, rangsangan

pemberian sinar sebaiknya jangan diberikan sebelum bobot badan ayam mencapai

1350 gram (Amrullah, 2003).

Hal yang sangat penting untuk diperhatikan, pada masa remaja jangan

menambah jumlah sinar pada malam hari 8 karena dapat mengakibatkan dewasa

kelamin yang lebih cepat tetapi bobot badan belum mencapai standar. Patokan

program penyinaran dalam pemeliharaan ayam petelur adalah sebagai berikut pada

masa remaja (grower), lampu penyinaran ke dalam kandang adalah 12 jam. Jadi

cukup dari sinar matahari saja tanpa penambahan sinar lampu pada malam hari. Pada

awal produksi, yaitu ketika ayam mulai bertelur satu butir, berikan sinar selama 15

jam. Penambahan sinarnya adalah pada malam hari, selama 3 jam. Ketika produksi

telur telah mencapai 75-80%, tambahkan lagi sinar selam satu jam pada malam hari
24

menjadi 4 jam. Sehingga total penyinaran dalam sehari adalah 16 jam. Ayam yang

diberi pencahayaan selama 8 jam pada masa grower dan 14 jam pada masa layer

mampu menghasilkan telur dalam jumlah lebih banyak (berbeda signifikan)

meskipun berat telurnya sedikit lebih ringan (Amrullah, 2003).

Pada waktu puncak produksi berlangsung dapat ditambahkan sinar lampu

selama satu jam lagi pada pagi hari, hanya jika nafsu makan menurun. Bila

uniformity/keseragaman ayam kurang baik (kurang dari 80% pada umur 18 minggu),

penambahan sinar lebih baik diperlambat mencapai dewasa kelamin, dan begitu

dewasa kelamin tercapai program penyinaran sama dengan di atas. Penggunaan sinar

yang berlebihan tidak akan menghasilkan keadaan yang menguntungkan, bahkan

mungkin dapat merugikan karena akan terjadi pemborosan energi. Untuk mengetahui

cukup atau tidaknya sinar yang masuk ke dalam kandang atau untuk mengetahui

berapa banyak kebutuhan lampu untuk penyinaran di malam hari, terlebih dahulu kita

harus mengetahui ukuran atau dimensi kandang, yaitu panjang, lebar dan tinggi

kandang.

D. Biosecurity

Asal biosekuritas adalah darai kata asing biosecurity yaitu Bio artinya hidup

dan dan sercurity artinya perlindungan atau pengamanan. Jadi biosercurity

merupakan sejenis program yang dirancang untuk melindungi kehidupan. Dalam arti
25

yang sederhana kalau untuk peternakan ayam adalah membuat kuman atau agen

penyakit yang jauh dari tubuh ayam dan menjaga ayam jauh dari kuman (Hadi, 2010).

Menurut Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah

penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan

produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan

hewan (animal welfare). Pada awalnya konsep biosekuritas diterapkan untuk

menghasilkan unggas yang bebas penyakit tertentu (spesific patogen free) untuk

keperluan penelitian secara eksperimental.

Menurut Hadi (2010), adapun program biosecurity adalah sebagai berikut.

1. Kontrol lalu lintas

Biosekuritas ini secara umum memberlakukan kontrol tehadap lalu lintas

orang, seperti mengunci pintu dan melarang semua pengunjung, atau mengizinkan

masuk orang tertentu dan personil yang dibutuhkan (profesional) setelah mereka

didesinfeksi, mandi semprot, lalu memakai sepatu khusus, baju penutup, dan topi

khusus yang telah didesinfeksi. Tangan orang bisa juga menyebabkan infeksi dan

harus didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang atau meninggalkannya. Pada

peternakan yang harus menjalankan biosekuritas dengan ketat (Grand parent stock)

akan menerapkan prosedur dengan sangat ketat misalnya tamu yang akan masuk

sebelumnya tidak boleh mengunjungi farm pada level dibawahnya (Parent stock,

komersial, prosesing dll) paling sedikit tiga hari setelah kunjungan tersebut.
26

Kebersihan halaman dan teras dinding harus teratur. Konstruksi kandang dan

ruang penyimpan pakan dibuat yang tidak memungkinkan binatang-binatang seperti

tikus, burung, kumbang dan lainnya secara leluasa dapat memasukinya (rodent

proof). Program pengendalian tikus dapat dibuat secara berkesinambungan, dengan

menempatkan kotak pengumpan di pinggir kandang dengan selang 15-20 meter.

Umpan tikus perlu dimonitor dalam jangka waktu tetrtentu misalnya setiap 5 hari

sekali dengan umpan yang disukai tikus. Limbah kotoran ayam dan sekam basah,

harus segera disingkirkan agar tidak mengundang lalat berkembang biak . Pada saat

musim lalat dilakukan pengendalian baik dengan insektisida untuk membunuh lalat

dewasa atau larva.

Lalu lintas kendaraan yang memasuki areal peternakan juga harus dimonitor

secara ketat. Kendaraan yang memasuki farm harus melewati kolam desinfeksi yang

terdapat di belakang gerbang. Kendaraan yang bisa masuk ke areal peternakan adalah

kendaraan pengangkut makanan, doc, ataupun peralatan kandang lainnya. Pada

peternakan pembibitan yang memerlukan biosekuritas lebih ketat, begitu masuk

kolam desinfeksi kendaraan harus berhenti, lalu seluruh bagian mobil bagian bawah,

sekitar ban disemprot desinfektan dengan sprayer tekanan tinggi. Sementara itu

penumpangnya harus berjalan kaki lewat pintu khusus untuk lalu lintas orang. Di

tempat ini ia harus mandi semprot untuk didesinfeksi. Di peternakan yang

memerlukan biosekuritas sangat ketat terdapat pemisahan dan batas yang jelas

mengenai daerah sanitasi kotor dengan atau daerah sanitasi semi bersih atau bersih.
27

Dengan demikian akan selalu ada kontrol lalu lintas baik barang, bahan ataupun

manusia.

2. Sanitasi

Sanitasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencegah penyakit, melalui

pemeliharaan kebersihan kandang dan sekitarnya, peralatan kandang dan pengelola

kandang (Suprijatna dkk.,2008). Sanitasi kandang dan lingkungan kandang harus

dilakukan secara rutin, seperti 2-3 hari sekali. Sanitasi lingkungan kandang.

E. Pemeriksaan Kesehatan Ayam

Proses pemeriksaan kesehatan hewan di PT. Mabar Feed Indonesia Divisi

Layer terdiri dari analisa manajemen, pemeriksaan serologi, nekropsi unggas, jadwal

kegiatan vaksinasi dan terapi obat. Analisa manajemen meliputi pakan, keadaan

kandang, angka morbiditas serta mortalitas unggas. Pemeriksaan serologis dilakukan

untuk melihat titer antibodi unggas. Sedangkan nekropsi dilakukan untuk

mendiagnosa penyakit dengan melihat perubahan patologi anatomi dari unggas yang

mati. Jadwal kegiatan vaksinasi sangat penting dilakukan untuk mengetahui

kekebalan tubuh hewan dengan demikian dapat mencegah unggas terpapar suatu

penyakit. Terapi dilakukan untuk mengobati unggas yang telah terpapar penyakit.
28

1. Laboratorium

Laboratorium adalah tempat bekerja untuk mengadakan percobaan atau

penyelidikan dalam bidang ilmu tertentu seperti fisika, kimia, biologi dan sebagainya

(Rahmiyati, 2008). Dalam pengertian terbatas laboratorium adalah suatu ruangan

tertutup dimana percobaan dan penelitian dilakukan, tempat ini dapat merupakan

suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka. Pengelolaan laboratorium ini

meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi serta

beberapa persyaratan tata letak, kelengkapan sarana dan administrasi yang harus

dipenuhi (Rahmiyati, 2008).

Laboratorium merupakan tempat untuk Tim Keswan dalam satu perusahaaan

bekerja, banyak hal yang dapat dilakukan dilaboraturium yang nantinya dapat

digunakan untuk membantu mendiagnosa kesehatan hewan. PT Mabar Feed

Indonesia Divisi Layer memiliki fasilitas laboratorium untuk melaksanakan

pemeriksaan dan pengujian terhadap ternak (ayam petelur) yang dipimpin oleh dokter

hewan penanggungjawab dan dibantu oleh laboran dan staf ahli. Peran laboraturium

juga tidak kalah penting dalam melakukan manajemen kesehatan hewan, beberapa

tindakan yang dilakukan dibawah pengawasan laboratorium diantaranya adalah

program vaksinasi ayam layer dari DOC sampai finisher, program sanitasi ayam,

kandang serta lingkungan, program pemberian suplemen dan vitamin untuk ayam,

tindakan pemberian antibiotik pada ayam yang terserang penyakit, uji serologis, uji

HA dan HI, serta melakukan pemeriksaan post mortem.


29

a. Pemeriksaan Serologi

Salah satu penentu keberhasilan vaksinasi adalah ketepatan program atau

jadwal vaksinasi. Dengan melakukan uji serologi (HA test, HI test atau ELISA) akan

membantu peternak dalam menentukan waktu vaksinasi/revaksinasi secara optimal.

Uji serologi juga dapat digunakan untuk mengukur dan memntau keberhasilan

vaksinasi dengan melihat pembentukan titer protektif. Selain itu juga dengan

memonitoring titer antibody terhadap vaksinasi yang rutin dilakukan usaha

peternakan dimasa produksi seperti ND, AI, dan IB yang dapat menjadi peringatan

dini kondisi ayam jika suatu saat terjadi penyimbangan dari titer tersebut.

Haemagglutination Test (HA Test) merupakan uji yang dipakai untuk

mengidentifikasi virus yang mampu menghemaglutinasi eritrosit ayam. Prinsip kerja

pengujian dari HA (Haemaglutination) merupakan salah satu uji untuk mengetahui

kemampuan (nilai 1 unit) dari virus ND atau AI untuk mengaglutinasi sel darah

merah ayam secara optimal.

Hemagglutination Inhibition Test (HI Test) merupakan uji penghambatan

aglutinasi sel darah merah (SDM) karena terjadi penghambatan kemampuan untuk

menggumpalkan dari virus oleh antibody yang sejenis. Tujuan dari uji ini adalah

untuk mengidentifikasi jenis antigen tertentu (dengan mereaksikannya dengan

antibody yang diketahui), dan mengetahui jenis antibodi dan titernya. Prinsip kerja uji

ini adalah untuk mengetahui nilai titer antibodi dari serum yang uji. End point (batas
30

akhir) aktivitas penghambatan adalah pengenceran tertinggi dari serum tersebut yang

masih dapat menghambat secara sempurna penggumpalan dari SDM (Siregar, 1988).

Pengujian penyakit AI (Avian Influenza) dan ND (Newcastle Disease)

menggunakan HA dan HI Test dilakukan untuk melihat titer antibodi ayam terhadap

stabil atau tidaknya kinerja vaksin. Pemeriksaan serologi merupakan bagian dari

dilaksanakannya tindakan vaksinasi untuk melihat keberhasilan vaksinasi pada

unggas.Uji HA dan HI tes yang mudah dan murah sangat efisien digunakan dalam

perusahaan komersial, namun uji ini juga masih sangat memungkinkan terjadinya

human error sangat tergantung dari kualitas pengerjaannya.

b. Nekropsi

Nekropsi adalah suatu upaya mengoleksi data dari perubahan organ dalam

ayam untuk membuat sebuah diagnosa. Fungsi dari nekropsi adalah mengamati

beberapa organ dalam yang mengalami perubahan atau kelainan sehingga dapat

dijadikan sumber dugaan atau diagnosa bahwa ayam tersebut terserang suatu penyakit

dengan melakukan pembedahan

Pemeriksaan nekropsi dilakukan pada ayam yang diduga sakit. Terlebih

dahulu ayam yang diduga sakit dikeluarkan dari kandang dan dibawa

kelaboratorium. Selanjutnya dilakukan embolisasi udara ke dalam vena brachialis

atau melalui jantung. Setelah unggas mati, dilakukan nekropsi pada ayam tersebut.

Beberapa perubahan patologi anatomi yang terlihat pada saat dilakukan nekropsi
31

yaitu mucus pada hidung, sinusitis, perkejuan pada larynx, kantung udara keruh,

gizzard erosi, hemoragi pada usus, hati hancur, limpa mengecil, hiperemi.

Nekropsi dilakukan bukan hanya saat ada ayam mati saja, namun pada saat

ayam DOC datang dapat juga dilakukan nekropsi. Tujuan ini untuk mengantisipasi

terjangkitnya wabah penyakit serta untuk melihat perubahan patologi organ pada

DOC.Perubahan anatomi organ DOC merupakan kunci penegak diagnosa.Adapun

yang dilihat dari perubahannya seperti jantung, hati, gizard, dan yolk sack.

Perubahan organ tersebutlah yang dilihat, misalnya gizzard rusak/erosi dapat

disebabkan dari breeding yang kotor dan yolk sack yang ukurannya besar

menandakan bahwa proses penyerapannya bagus.

c. Ruang obat

Ruang obat merupakan tempat penyediaan obat-obatan untuk mencegah dan

mengobati wabah penyakit. Segala jenis penyakit yang ditemukan di setiap kandang

maupun hasil dari pemeriksaan laboratorium dan nekropsi dapat dilakukan.

F. Vaksinasi

Program vaksinasi merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan

dikalangan peternakan ayam petelur. Ayam petelur mempunyai jangka waktu hidup

yang lebih lama dibandingkan dengan ayam pedaging yang notabane hanya 2-3 bulan
32

dan langsung dipanen. Berbeda dengann ayam ras petelur termasuk ayam petelur

yang akan di afkir setelah 2 tahun. Oleh karena itu wajib melakukan vaksinasi serta

pemberian antibiotik untuk menjaga kesehatan ayam sehingga mendapatkan ayam

layer yang sehat, mampu bertelur dalam rentang waktu sekitar 1 ½ tahun dan

menghasilkan telur yang berkualitas selama ayam dalam masa produktif (Sauvana,

2009).

Vaksin virus yang ideal terbuat dari suatu virus yang tidak menimbulkan

penyakit, tetapi virus yang sangat tinggi imunogenesitasnya. Kombinasi ini agak

jarang oleh karena itu virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekali

dan menyebabkan kekebalan yang tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi

faktor-faktor yang terbaik terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.

Tabel 4. Vaksinasi yang diberikan pada ayam layer


33

1. Antibiotik

Antibiotik adalah sejenis obat berupa senyawa, ada yang alami dan ada pula

pula yang buatan, yang mampu menghambat proses biokimia pada suatu organism

seperti bakteri yang menyebabkan infeksi penyakit. Antibiotik dapat digunakan untuk

membunuh bakteri penyebab penyakit tanpa merusak atau menyakiti bagian tubuh

tempat bakteri tersebut bersarang dimana antibiotik memutus satu matarantai

metabolism bakteri tersebut. Pengguna nantibiotik yang umum digunakan yaitu

Limoxin mengandung Oxytetracycline. Oxytetracycline merupakan antibiotika

spectrum luas yang bekerja menghambat sintesis protein bakteri. Efektif terhadap

Mycoplasma, bakteri gram positif dan gram negative E-coli, Staphylococcus,

Pasteurella, Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus , Campylobacter, Chlamydia,

Rickettsia, Anaplasma spp dan protozoa pada ayam. Adapun dosis lymoxin yang

digunakan pada ayam petelur yaitu dengan komposisi setiap ml mengandung

Oxytetracycline base 50 mg dengan dosis 0,5- 1 ml per kg berat badan (Murdiati,

1991).

Antibiotik digunakan untuk pengobatan dan sebagai imbuhan pakan agar

hewan ternak tersebut bebas dari penyakit sehingga pertumbuhan badannya tidak

terhambat. Pemakaian antibiotic yang tidak beraturan dapat menyebabkan residu

dalam jaringan organ yang dapat menyebabkan reaksi alergi, resistensi dan mungkin

keracunan sehingga cukup berbahaya bagi kesehatan manusia (Yuningsih, 2004).


34

G. Telur

Telur merupakan sumber protein hewani yang murah dan mudah untuk

didapatkan oleh masyarakat Indonesia. Telur memiliki kandungan gizi yang lengkap

mulai dari protein, lemak, vitamin, dan mineral (Romanoff dan Romanoff, 1963).

Pengelompokan telur dapat berdasarkan kualitas telur yang di golongkan menjadi

dua, yaitu kualitas telur internal (bagian dalam) dan eksternal (bagian luar). Kualitas

telur internal meliputi kekentalan putih telur, warna dan posisi telur, serta ada

tidaknya noda-noda pada putih dan kuning telur. Sedangkan kualitas ekternal

meliputi bentuk, warna, tekstur, keutuhan, dan kebersihan kulit cangkang.

Tabel 5. Kualitas Telur Berdasarkan Tingkatan Mutu


No F a k t o r M u t u T i n g k a t a n M u t u
M u t u I Mutu II Mutu III

1 . K o n d i s i K e r a b a n g

a. B e n t u kN o r m a l N o r m a l Abnormal

b. Kehalusan
Halus Halus Sedikit
c. Ketebalan

d. Keutuhan Tebal Sedang Tipis

e. Kebersihan
Utuh Utuh Utuh

bersih Sedikit noda kotor


Banyak
(stain)
noda dan sedikit kotor
35

2 . Kondisi Kantung Udara (dilihat dengan peneropongan )

a. Kedalaman kantung udara< 0 , 5 cm 0,5cm – 0,9cm > 0 , 9 c m

b. Kebebasan bergerak Bebas bergerak


Tetap ditempat Bebas bergerak dan dapat terbentuk

3 . K o n d i s i P u t i h T e l u r

a. K e b e r s i h a nBebas bercak darah, atau benda asing lainnya Bebas bercak darah atau benda asing lainnya Ada sedikit bercak darah, tidak ada benda asing lainnya.

Kental Sedikit encer Encer, kuning telur belum tercampur

0,050-0,091

b. Kekentalan

0,134-0,175 0,092-0,133

c. Indeks

4 . K o n d i s i k u n i n g t e l u r
36

a. B e n t u k B u l a t Agak pipih P i p i h

b. posisi
Di tengah Sedikit bergeserAgak
dari tengah
kepinggir

c. penampakan batas
agak jelas
d. kebersihan tidak jelas
Jelas
\ Bersih
bersih
0,394-0,457 Ada sedikit bercak darah
e. indeks

0,330-0,393

0,458-0,521

5 . B a u K h a s k h a s K h a s

Menurut Stadelman dan Cotteril (1973), komposisi dari kerabang adalah

98,2% kalsium, 0,9 % magnesium dan 0,9 % fosfor. Mutijo et al., (1985) (dalam

Haryono, 2000) menambahkan bahwa penurunan kualitas telur antara lain disebabkan

masuknya mikroba-mikroba perusak ke dalam isi telur melalui pori-pori kerabang

telur, menguapnya air dan gas karena pengaruh suhu lingkungan, serta ruang

penyimpan yang lembab akan menyebabkan kerabang beijamur. Salah satu yang

mempengaruhi kualitas kerabang telur adalah umur ayam, semakin meningkat umur

ayam kualitas kerabang semakin menurun, kerabang telur semakin tipis, warna

kerabang semakin memudar, dan berat telur semakin besar (Yuwanta, 2010).
37

Kualitas pakan yang baik seperti kandungan protein, asam amino dan asam

linoleat akan mempengaruhi bobot telur, karena pakan dengan kualitas yang baik

akan menghasilkan telur yang besar. Kualitas merupakan ciri-ciri dari suatu produk

yang menentukan derajat kesempurnaan yang akan mempengaruhi penerimaan

konsumen, nilai massa telur ditentukan dari presentase produksi telur dan produksi

telur harian dan juga berat telur itu sendiri (Kartasudjana 2006).

Grading telur adalah pengelompokan telur ke dalam kelompok yang memiliki

karakteristik yang sama untuk kualitas dan berat. Grading umumnya melibatkan

penyortiran produk sesuai dengan kualitas, ukuran, berat, dan faktor-faktor lain yang

menentukan nilai relatif dari produk. Menurut Winarno (1993) (dalam Syamsuarini,

2012), Klasifikasi telur dibagi atas empat kualitas, yaitu :

a. Kualitas AA

Kulit telur untuk kualitas ini harus bersih, tidak retak atau berkerut, bentuk kulit

normal dan halus. Rongga udara di dalam telur sepanjang 0,32 cm. Rongga udara

berada di bagian tumpul dan tidak bergerak-gerak. Putih telur harus bersih dan

encer. Kuning telurnya dan tanpa kotoran.

b. Kualitas A
38

Kulit telur juga harus bersih, tidak retak atau berkerut, mulus dan normal. Rongga

udara 0,48 cm dan terdapat bagian tumpul dari telur. Putih telur bersih dan agak

encer. Kuning telur normal dan bersih.

c. Kualitas B

Kulit telur bersih, tidak pecah/retak dan agak tidak normal, misalnya sedikit

lonjong. Rongga udara sebesar 0,95 cm. Putih telur bersih dan lebih encer.

Kuning telur normal tetapi ada bercak yang normal.

d. Kualitas C

Kulit telur bersih dan sedikit kotor, kulit tidak normal. Rongga udara sebesar 0,95

cm. Putih telur sudah encer, ada telur yang berbentuk tidak normal. Kuning telur

sudah mengandung bercak-bercak, bentuk telur tidak normal atau pipih.dapat

dilakukan dengan cara membersihkan semak yang terdapat disekitar kandang

(Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

Anda mungkin juga menyukai