PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi pengolahan pakan merupakan dasar teknologi untuk mengolah limbah
pertanian, perkebunan maupun agroindustri dalam pemanfaatannya sebagai pakan.
Pengolahan pakan bertujuan untuk meningkatkan kualitas, utamanya efektifitas cerna ternak
serta peningkatan kandungan protein bahan.
Potensi jerami padi, khususnya di Indonesia sangat besar. Meskipun jerami ini dapat di
makan oleh ternak sapi, namun sebagian besar tidak dapat tercerna bagi ternaknya. Hal ini
dikarenakan jerami padi mempunyai serat kasar yang tinggi (35 – 40%) dan protein yang
rendah (3 – 4%). Dengan produksi lebih dari 26 juta ton pertahun di Indonesia, maka
sangatlah sayang kalau potensi jerami ini diabaikan.
Alternatif pengolahan jerami padi untuk meningkatkan kualitas nutrisinya dapat
dilakukan secara kimia dengan amoniasi. Amoniasi dirasa merupakan cara yang paling tepat
dalam pengolahan pakan karena mudah dilakukan, murah, tidak mencemari lingkungan dan
sangat efisien. Oleh karena itu, disusunlah makalah ini untuk mengetahui bagaimana
melakukan amoniasi pada jerami dan manfaat apa saja yang dapat diperoleh dari pengolahan
amoniasi jerami terhadap produktifitas ternak
Ternak sapi merupakan ternak yang makanan utamanya rumput, biasanya ketersediaan
pakan hijauan ini cukup berlimpah pada musim hujan akan tetapi ketersediaannya cukup sulit
diperoleh terutama pada musim kemarau. Untuk mengatasi permasalahan ini perlu upaya
untuk mencari sumber pakan alternatif yang murah, ekonomis, mudah didapat dan tidak
bersaing dengan kebutuhan manusia, pemanfaatan limbah hasil pertanian dan perkebunan
merupakan pilihan yang tepat untuk mengatasi permasalah tersebut. Sehingga,diharapkan
dapat dijadikan sumber pakan alternatif sebagai pakan ternak.
Potensi limbah hasil pertanian dan perkebunan sangat berlimpah, pada umumnya limbah
hasil pertanian dan perkebunan belum dimanfaatkan secara maksimal, biasanya hasil limbah
tersebut dibuang percuma dan dibakar untuk dijadikan pupuk. Hal ini disebabkan tingkat
pengetahuan petani peternak dalam teknologi pemanfaatan limbah hasil pertanian dan
pekebunan masih rendah, sehingga pada kondisi musim kemarau ternak kekurangan pakan
dan berakibat pada penurunan produksi dan populasi ternak sapi. Untuk mengatasi masalah
tersebut maka perbaikan pakan dengan memanfaatkan limbah pertanian terutama rumput
kering melalui teknologi amonia fermentasi sebagai pakan ternak sapi merupakan alternatif
terbaik untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani ternak.
Rumput kering merupakan bahan pakan ruminansia yang tergolong bahan pakan yang
berkualitas rendah, karena rumput kering tersusun oleh selulosa, hemiselulosa, silika dan
lignin. Maynard et al. (1979) menyatakan bahwa lignin yang terdapat pada dinding sel
merupakan penghalang bagi kerja enzim yang mencerna selulosa dan hemiselulosa.
Karakteristik rumput kering adalah tingginya kandungan serat yang tidak dapat dicerna
karena lignifikasi selulosa yang tinggi sehingga kecernaannya juga menurun (Nisa et al.,
2004). Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas rumput kering, salah
satu upaya yang murah, praktis dan hasilnya disukai ternak adalah teknik amoniasi. Amoniasi
rumput kering menggunakan urea dapat meningkatkan kandungan nitrogen (McDonald et al.,
2002), palatabilitas, konsumsi dan kecernaan pakan (Ahmed et al., 2002). Dosis urea yang
ditambahkan ke dalam rumput kering jumlahnya sekitar 4 – 6 persen dari berat rumput
kering. Dosis urea yang ditaburkan ke dalam rumput kering jika terlalu banyak tidak akan
memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi padarumput kering.
Penggunaan urea pada rumput kering akan meningkatkan pH rumput kering amoniasi dan
peningkatan ini tidak hanya menyebabkan Nitrogen (N) lepas ke lingkungan tetapi juga
menyebabkan ketidakseimbangan antara ketersediaan N dan energi pada rumen sekitar 60 –
70 persen NH3 yang berasal dari amoniasi menuju ke atmosfer yang nantinya akan
menyebabkan penipisan lapisan ozon.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu agar dapat mengetahui:
1. Teknik pengolahan jerami padi dengan cara amoniasi
2. Perubahan kandungan nutrisi dengan dilakukannya amoniasi jerami padi
3. Respon ternak yang mengkonsumsi jerami padi amoniasi
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
D. HASIL
Berat hasil jerami yang sudah di potong : 5,6 Kg =5600 gr
3
Berat urea yang digunakan : 100 𝑥 5600 𝑔𝑟 = 168 𝑔𝑟
Urea
BAB III
PEMBAHASAN
Tabel 1. Perbandingan kandungan nutrisi jerami padi tanpa dan dengan amoniasi.
Jerami Padi
Kandungan Jerami Padi Tanpa Amoniasi
Teramoniasi
Protein Kasar (%) 3,45 6,66
Lemak (%) 1,20 1,21
Serat Kasar (%) 33,02 35,19
BETN 37,27 31,76
ABU 25,06 25,18
NDF (%) 79,80 75,09
Energi Bruto (Kcal/kg) 3539,48 3927,36
Sumber: Chuzaemi, S. dan Soejono, M. (1987) dalam Rahadi (2008).
Perlakuan amoniasi dengan urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang baik untuk pakan. Proses
amoniasi lebih lanjut juga akan memberikan keuntungan yaitu meningkatkan kecernaan pakan.
Setelah terurai menjadi NH3 dan CO2 dengan molekul air NH3 akan mengalami hidrolisis. Dengan
demikian amoniasi akan serupa dengan perlakuan alkali. Amoniasi dapat menurunkan kadar zat
makanan yang sukar bahkan tidak dicerna oleh ternak yang berakibat meningkatkan kecernaan pakan
lebih baik. Selain meningkatkan kecernaan, penggunaan jerami padi amoniasi juga menunjukan
respon yang posiif terhadap ternak yang mengkonsumsinya (Tabel 3).
Nitrogen yang berasal dari urea yang meresap dalam jerami mampu meningkatkan kadar amonia di
dalam rumen sehingga tersedia substrat untuk memperbaiki tingkat dan efisiensi sintesis protein oleh
mikroba (Sutrisno et all, 2006).
Penggunaan jerami padi amoniasi akan meningkatkan konsumsi ternak, kecernaan dan memberikan
respon yang baik, sehingga pertambahan bobot badan juga akan lebih tinggi jika menggunakan jerami
padi yang diamoniasi terlebih dahulu (Tabel 4).
Tabel 4. Pengaruh penggunaan jerami padi amoniasi terhadap konsumsi bahan kering dan
pertambahan bobot tubuh pada kerbau dan sapi.
Ternak Urea/kg Konsumsi Jerami Padi Pertambahan Bobot Badan (kg)
(BB) Jerami (Kg BK/hari)
Padi Tanpa Amoniasi Peningkatan Tanpa Amoniasi Peningkatan
Amoniasi Amoniasi
Kerbau
200 kg 5 4,21 4,75 0,55 -182 79 261
290 kg 3 5,87 6,42 0,54 -130 -50 180
Sapi
60 kg 5 1,70 1,90 0,20 35 110 75
130 kg 5 2,93 3,68 0,75 125 310 185
170 kg 4 2,09 2,84 0,75 73 346 273
285 kg 5 2,69 4,82 2,13 -312 75 387
65 kg 5 2,00 2,20 0,20 107 295 188
125 kg 5 2,40 4,80 2,40 114 227 113
165 kg 4 3,39 3,94 0,55 141 336 195
Rataan 4,71 2,46 3,45 1,00 40,43 242,71 202,29
Sdev 0,90 103,16
Kartadisastra, H.R. 2011. Penyedian & Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Nista, D., H. Natalia dan A. Taufik. 2010. Teknologi Pengolahan Pakan. Direktorat Jendral Bina
Produksi Peternakan. Palembang.
Suyatno., Yani, A., Zailzar, L., dan Sujono. Peningkatan kualitas dan ketersediaan pakan untuk
mengatasi kesulitan di musim kemarau pada kelompok peternak sapi perah. Fakultas Peternakan dan
Pertanian. Universitas Gajah Mada. Journal Dedikasi. Vol. 8. Yogyakarta.
Wisnu, A. F., dan Ariharti, M. A, 2012. Manfaat UMMB Pada Sapi Perah Laktasi Berpengaruh
Terhadap Produksi Susu. Direktorat Pakan TernaK. BBPTU Sapi Perah Baturraden.