Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit yang sering terjadi pada kucing selain jamur adalah radang telinga atauotitis.
Otitis merupakan inflamasi telinga yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya pendengaran,
tinitus dan vertigo. Inflamasi dapat terjadi di saluran telinga luar (otitis eksterna), telinga tengah
(otitis media), dan telinga dalam (otitis interna). Otitis pada telinga luar sering terjadi karena
telinga bagian luar lebih sering kontak dengan benda asing, bakteri, jamur, ear mites dan air yang
kotor. Otitis dapat ditemukan pada hewan kecil dan hewan besar domestik seperti anjing, kucing,
kelinci, ruminansia, kuda, babi, dan unta. Penyakit ini dapat menyerang segala usia. terdapat
berbagai macam kondisi dan sebab yang dapat mengakibatkan terjadinya radang telinga (otitis)
pada kucing. Mulai dari tungau telinga ( ear mite ), bakteri, jamur, kanker, alergi, gangguan
system kekebalan tubuh, luka, dll. "ecara umum telinga terbagi menjadi tiga bagian, bagian luar
(eksternal ), tengah (media) dan dalam (internal). Otitis dapat terjadi pada salah satu atau ketiga
bagian telinga tersebut (Bluestones, 2003).
Otitis yang terjadi pada telinga bagian dalam biasanya bersifat parah dan fatal, dapat
mengakibatkan hilangnya kemampuan mendengar secara permanen. Otitis yang tidak ditangani
secara cepat dan tepat dapat menyebabkan radang berlangsung lama'kronis. Pada beberapa
kondisi radang kronis ini dapat menyebabkan tumbuhnya polip. Lebih lanjut lagi polip ini dapat
berkembang menjadi tumor atau kanker dan menutup saluran telinga, akibatnya kucing tidak
dapat mendengar suara dengan baik lagi (Healy and Rosbe, 2003).
Penting bagi mahasiswa kedokteran hewan untuk mengetahui diagnosa klinik pada kasus
penyakit hewan kecil salah satunya yaitu penyakit otitis media pada kucing.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana etiologi dari penyakit Otitis media ?
2. Bagaimana patofisiologi dari p enyakit Otitis media ?
3. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit Otitis media ?
4. Apa terapi yang digunakan untuk penyakit Otitis media ?
5. Apa prognosa untuk penyakit Otitis media ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui etiologi dari penyakit Otitis media.
2. Mengetahui patofisiologi dari penyakit Otitis media.
3. Mengetahui cara mendiagnosa penyakit Otitis media.
4. Mengetahui terapi yang digunakan untuk penyakit Otitis media.
5. Mengetahui prognosa untuk penyakit Otitis media.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definsi Otitis Media


Otitis merupakan inflamasi telinga yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya
pendengaran, tinitus dan vertigo. Inflamasi dapat terjadi di saluran telinga luar (otitis eksterna),
telinga tengah (otitis media), dan telinga dalam (otitis interna) ( Bluestones, 2003).
Otitis eksterna adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan adanya peradangan dari
liang telinga luar. Liang telinga luar dimulai dari gendang telinga sampai ke telinga bagian luar.
Otitis eksterna umumnya dikenal sebagai "wimmer’s ear. Otitis eksterna pada hewan dibedakan
berdasarkan kausanya yaitu otitis eksterna parasitik dan otitis eksterna non parasitik. Otitis media
adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada telinga tengah. Otitis media
adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustacheus, antrum
mastoid, dan sel-sel mastoid. Telinga tengah adalah bagian sebelah dalam dari telinga yang
terletak antara gendang telinga dan telinga dalam (Linsk et al, 2002).
Otitis media dibagi menjadi dua kelas yakni otitis media akut dan kronis. Otitis media
akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh perioste um telinga tengah dan terjadi dalam
waktu kurang dari 3 minggu yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga atau gangguan
pendengaran, serta gejala penyerta lainnya. Sedangkan, Otitis media kronis adalah infeksi
menahun pada telinga tengah. kondisi patologi jaringan irreversible yang disebabkan oleh
episode berulang otitis media akut yang tak tertangani (Healy and Rosbe, 2003).

2.2 Etiologi Otitis Media


Penyebab terjadinya otitis media antara lain dapat disebabkan karena adanya kotoran,
bakteri dan jamur, ear mite, alergi, gangguan hormon, tumor dan karena bentuk telinga (
Bluestones, 2003).
1. Kotoran
Sebagian besar kasus infeksi pada telinga berawal dari kotornya telinga. Kotoran yang
terdapat dalam telinga bisa berasal dari luar (debu, tanah, dll) atau dari dalam telinga sendiri.
seperti juga manusia, secara normal telinga kucing memproduksi semacam cairan berwarna
kuning kecoklatan seperti lilin (wax), yang berfungsi menjaga kelembaban dan kondisi
mikroorganisame di dalam telinga. Lilin ini sering disebut sebagai cerumen. Penumpukan
cerumen yang berlebihan bisa menjadi tempat yang cocok untuk tumbuhnya bakteri atau
jamur, selain itu juga menimbulkan rasa tidak nyaman yang memancing kucing
menggaruk/mencakar- cakar telinga. Garukkan ini menyebabkan luka kecil yang kemudian
dapat berkembang menjadi infeksi.

2. Bakteri dan Jamur


Bakteri dan jamur adalah salah satu agen utama penyebab infeksi pada telinga.
Jamur/kapang yang secara normal hidup dalam telinga adalah malassezia pachydermatis.
Karena sesuatu hal bisa saja terjadi populasi berlebihan dari jamur ini dan menyebabkan
terjadinya otitis. Disisi yang berbeda, infeksi telinga pada kucing akibat bakteri biasanya
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus intermedius dan Pseudomonas aeruginosa.

3. Ear Mite/Tungau Telinga


Tungau/kutu berukuran kecil yang sering menyebabkan otitis pada kucing adalah dari
spesies Otedectes cynotis. Tungau spesies lain yang juga bisa menyebabkan otitis adalah
sarcoptes,demodex dan notoedres. Tungau yang menyerang telinga kucing dalam jangka
waktu lama (kronis), dapat menyebabkan gangguan telinga yang serius pada kucing. Ear mite
bergerak dan hidup di dalam saluran telinga. Tungau ini hidup dengan memakan jaringan
yang mati dan cairan seperti lilin yang dikeluarkan oleh telinga. Tungau ini dapat
menyebabkan iritasi dan berlanjt menjadi infeksi. Iritasi dan infeksi yang berlangsung terus
menerus dan berulang1ulang dapat menyebabkan kuit di saluran teinga menebal. kibatnya
saluran teinga menyempit sehingga fungsi pendengaran sedikit terganggu. #iasanya tungau
telinga tidak menyebabkan rusaknya gendang telinga. Tetapi adanya infeksi sekunder yang
disebabkan bakteri atau jamur dapat menyebabkan kerusakan selaput gendang telinga. bila
ini terjadi, infeksi telinga bagian tengah yang parah dapat juga terjadi.
Akibatnya hewan kehilangan keseimbangan, disorientasi dan gangguan syaraf
lainnya. ear mite dalam telinga sangat mengganggu, terasa gatal dan mengiritasi telinga.
Lebih lanjut dapat terjadi infeksi. Infeksi telinga yang tidak segera ditangani dapat berlanjut
menjadi berbagai penyakit serius, bahkan hilangnya kemampuan pendengaran. Ear mite juga
kadang dapat hidup di bagian tubuh lain selain telinga dan menyebabkan penyakit kulit.
4. Alergi
Alergi terhadap serbuk sari, makanan atau obat-obatan juga dapat menyebabkan otitis.
Kucing alergi biasanya menunjukkan gejala penyakit lain seperti kulit gatal ,dll. tetapi bisa
saja gejala alergi yang muncul hanya berupa otitis saja. Makanan hipoalergenik bisa
membantu dalam menentukan dan mengendalikan alergi.

5. Gangguan hormon
Penyakit penyakit yang menyebabkan gangguan hormon dapat menekan sistem
kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh yang berkurang menyebabkan berbagai penyakit mudah
muncul salah satunya adalah infeksi telinga. Pemeriksaan darah di laboratorium kadang-
kadang diperlukan untuk mendiagnosa otitis yang disebabkan gangguan hormon.

6. Tumor/Polip
Tumor dapat saja tumbuh di telinga atau saluran telinga. Tumor/polip ini bisa muncul
sebagai akibat infeksi telinga yang berkepanjangan.

7. Bentuk telinga
Bentuk telinga yang terlipat/menutup seperti pada ras kucing scottish fold mempertinggi
resiko terkena otitis. Bulu yang tumbuh berlebihan dalam telinga juga meningkatkan resiko
terkena otitis. Oleh karena itu kucing-kucing dengan bentuk telinga atau bulu panjang dan
berlebihan yang tumbuh di telinga, memerlukan perhatian dan perawatan lebih dibanding
kucing lainnya.

2.3 Diagnosa Otitis Media


2.3.1 Cara Diagosa
 Sinyalemen
Termasuk didalamnya yaitu :
- Nama hewan
- Jenis hewan
- Jenis kelamin
- Warna bulu
- Umur

Semua hal tersebut sangat penting untuk diketahui lebih dulu guna mengambil tindakan lebih
lanjut hal ini dikarenakan dapat memudahkan dalam penanganannya, agar tepat sasaran,misalnya
tiap jenis hewan, jenis kelamin, umur dan ras mempunyai kelemahan yang berbeda-beda pada
masing-masing hewan.

 Anamnesa
Anamnesa adalah menggali informasi yang berkaitan dengan penyakit hewan
tersebut pada pemilik atau orang yang membawanya. Anamnesis dibagi 3, yaitu :
anamnesis saat itu, anamnesis masa lalu, dan anamnesis umum serta tinjauan lingkungan.
Pertanyaan yang umum diajukan saat anamnesa meliputi :
- • nafsu makan
- • apakah sudah pernah di beri obat cacing atau vaksin sebelumnya
- • gejala yang timbul
 Pemeriksaan Umum
Pemeriksaa umum adalah pemeriksaan secara visual dan manual, pemeriksaan
antara lain diusahakan untuk tenang, posisi hewan diusahakan sedapat mungkin berdiri.
beberapa metode pemeriksaan pada pemeriksaan umum, yaitu :
1. Inspeksi
Merupakan metode pemeriksa an pasien dengan melihat langsung seluruh tubuh pasien
atau hanya bagian tertentu yang diperlukan. Metode ini berupaya melihat kondisi klien
dengan menggunakan Csense of signD baik melalui mata telanjang atau alat bantu
penerangan (lampu). Inspeksi adalah kegiatan aktif, proses ketika perawatan harus
mengetahui apa yang dilihatnya dan dimana lokasinya. Metode inspeksi ini digunakan
untuk mengkaji warna kulit, bentuk, posisi, ukuran dan lainnya dari tubuh pasien. Pesan
yang dapat diperoleh pada waktu inspeksi dicata, misalkan punggung kiposis atau
lordosis, telinga kiri jatuh, kaki depan adductio, dan lain-lain (Setyo Widodo, 2011).

2. Palpasi
Bertujuan untuk mendeteksi perubahan1perubahan patologik organ/jaringan yaitupada
ukuran, bentuk, konsistensi dan temperatur. Ada 2 macam palpasi, yaitu palpasi secara
langsung (menggunakan jari1jar i, satu atau dua tangan) dan palpasi secara tidak
langsung (menggunakan bantuan sonde/probe).

3. Perkusi
Bertujuan untuk memeriksa kelainan-kelainan pada torak (paru dan jantung), rongga
abdominal, sinus paranasal, emfisema subkutan. Pada hewan besar dilakukan dengan
bantuan pleksimeter dan palu perkusi, pada hewan kecil dilakukan dengan jari tengah
yang satu sebagai pleksimeter dan jari tengah yang lain sebagai palu (Setyo Widodo,
2011).

4. Auskultasi
Bertujuan untuk mendengarkan suara yang dihasilakan oleh aktivitas fungsional suatu
organ tubuh (pemeriksaan paru1paru, trakhea, jantung, dan bagian1bagian dari saluran
digesti). Prinsip penggunaan alat auskultasi adalah mendengarkan suara yang ditimbulkan
oleh aktifitas organ yang kemudian dievaluasi untuk mendapatkan keterangan kejadian
pada organ-organ yang mengeluarkan suara tersebut. Auskultasi biasa dilakukan dengan
memakai stethoscope (Setyo Widodo, 2011).

5. Metoda diagnosa lain


Pemeriksaanlaboratorium klinik dapat dilakukan atas sampel asal pasien untuk tujuan
pemeriksaan-pemeriksaan seperti histology/patologis, bakteriologis, parasitologis,
serologis-immunologis, mikologis, dan hematologis. Sampel atau contoh yang dapat
dikirim ke laboratorium klinik berasal dari jaringan, darah, serum, sekretaekskreta,
sampel, fungsi pembuktian sampel biopsi, fungsi liquor cerebri, potongan organ, feses,
dan urin sertarambut (Setyo Widodo, 2011).
Pada bidang kedokteran klinis banyak dikembangkan penggunaan alat endoskopi
(laringoskopi, bronchoskopi, rektoskopi ), ultrasonografi, X-ray, Elektrocardiografi,
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Gomputed Tomography "canning (CT Scan).
Untuk mendapatkan kualitas organ-organ yang lebih lembut digunakan pelacak
pembuluh dalam organ atau system tubuh seperti misalnya : angiografi, bronkhosgrafi,
urografi,dan sebagainya (Setyo Widodo, 2011).

2.4 Terapi Otitis Media


Terapi yang dapat diberikan untuk mengobati otitis media yaitu Antihistamin,
Antibiotik, Tolfen, tetes telinga, pakan diet, salep mata, dan otoline.

2. 5 Prognosis Otitis Media


Prognosis adalah istilah kesehatan untuk menggambarkan kemungkinan akibat dari suatu
penyakit. Ada 8 macam prognosis :
a. Prognosis bona = ramalan baik
b. Prognosis mala = ramalan jelek
c. Prognosis pessima = ramalan jelek sekali
d. Prognosis dubia ad bonam = ramalan ragu-ragu condong kepada yang baik
e. Prognosis dubia ad malam = ramalan ragu-ragu condong kepada yang buruk
f. Prognosis fausta = ramalan baik ada memberi harapan
g. Prognosis infausta = ramalan nahas tidak memberi harapan
h. Prognosis letalis = ramalan mengatakan akan mati
Prognosis pada kasus otitis media yaitu Fausta.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otitis merupakan inflamasi telinga yang ditandai dengan nyeri, demam, hilangnya
pendengaran, dan vertigo. Otitis media dibagi menjadi dua kelas yakni otitis media akut dan
kronis. Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah dan terjadi dalam waktu kurang dari & minggu yang ditentukan oleh adanya cairan di
telinga atau gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnya. Otitis media kronis adalah infeksi
menahun pada telinga tengah. Penyebab terjadinya otitis media antara lain dapat disebabkan
karena adanya kotoran, bakteri dan jamur, ear mite, alergi, gangguan hormon, tumor dan karena
bentuk telinga. Kasus yang ada di klinik pada saat praktikum adalah otitis media pada pasien
kucing bernama singo. Terapi yang diberikan untuk mengobati otitis media yaitu Antihistamin,
Antibiotik, Tolfen, tetes telinga, pakan diet, salep mata, dan otoline . Prognosis otitis media yang
diderita yaitu fausta.
DAFTAR PUSTAKA

Bluestone, CD.2003. Definition, terminology, and classification. In : Rosenfeld RM,


Bluestone CD,eds. Evidence-based otitis media. 2nd edition. Ontario:BC Decker Inc
p.120-135.
Healy GB, Rosbe KW. 2003. Otitis media and middle ear effusions . In Snow JB, Ballenger
JJ,eds. Balle nger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 16 edition. New
York : Bc ecker. p. 249-259.
Linsk R, Blackwood A, Cooke J, Harrison M, Lesperance M, Hildebrandt M. 2002. Otitis
media. Guidelines for clinical care. UMHS" otitis media guideline. 1-12.
Widodo, S. dkk . 2011. Diagnosa Kilinik Hewan Kecil.IPB Press : Bogor.

Anda mungkin juga menyukai