Anda di halaman 1dari 3

Mekanisme Kerja Obat Otonomik

1. Obat otonom mempengaruhi transmisi neurohumoral/transmitor dengan cara


menghambat atau mengintensifkannya.
2. Mekanisme kerja obat otonomik timbul akibat interaksi obat dengan reseptor pada sel
organisme.
3. Terjadi perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respon khas oleh obat
tersebut.

Pembagian Obat Otonomik


Menurut khasiatnya, obat otonomik dibagi menjadi :
Zat yang bekerja terhadap SSO, yaitu :
 Simpatomimetika ( adrenergika )
Obat ini disebut obat adrenergika karena efek yang ditimbulkannya mirip efek
neurotransmitter norepinefrin dan epinefrin (dikenal juga sebagai obat noradrenergik
dan adrenergik atau simpatik atau simpatomimetik). Kerja obat adrenergik dibagi dalam
6 jenis yaitu:
a) perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh darahn kulit dan mukosa,
kelenjar liur dan keringat
b) penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah
otot rangka
c) perangsangan jantung dengan akibat peningkatan denyut jantung dan kekuatan
kontrak
d) perangsangan SSP seperti peningkatan pernafasan, kewaspadaan, dan
pengurangan nafsu makan
e) efek metabolik mislnya peningkatan glikogenolisisdi hati dan otot, lipolisis
dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak
f) efek endokrin misalnya mempengaruhi sekresi insulin, renin dan hormon
hipofisis.

Contoh Obat Adrenergika : Epineprin,Norepineprin, Isoproterenol, Dopamin,


Dobutamin, Amfetamin, Metamfenamin, Efedrin, Metoksamin
 Simpatolitika ( adrenolitika )
Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang menghambat
perangsangan adrenergik.
Berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi :
1) Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker).
yaitu obat yang menduduki adrenoseptor baik alfa (a) maupun beta (b)
sehingga menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik.
Penghambat adrenoseptor ini dibagi menjadi dua yaitu :
 Antagonis adrenoseptor alfa (alfa bloker)
Obat yang termasuk alfa bloker adalah derivat haloalkilamin
(dibenamid dan fenoksibenzamin), derivat imidazolin (tolazolin,
fentolamin), prazosin dan alfa bloker lain misalnya derivat
alkaloid ergot dan yohimbin. Indikasi alfabloker adalah
hipertensi, feokromositoma, fenomen Raynaud dan syok.
 Antagonis adrenoseptor beta (beta bloker)
Obat yang termasuk beta bloker adalah isoproterenol, propanolol,
asetabutolol, timolol, atenolol, oksiprenolol dan sebagainya.
2) Penghambat saraf adrenergik
yaitu obat yang mengurangi respons sel efektor terhadap perangsangan
saraf adrenergik. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis,
penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Obat yang termasuk
penghambat saraf adrenergik adalah guanetidinbetanidin, guanadrel,
bretilium, dan reserpin. Semua obat golongan ini umumnya dipakai
sebagai antihipertensi.
3) Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral.
yaitu obat yang menghambat perangsangan adrenergik di SSP.Obat
penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral yaitu klonidin
dan metildopa yang dipakai sebagai obat antihipertensi.
 Parasimpatomimetika ( kolinergika )
Obat yang merangsang organ-organ yang dilayani saraf parasimpatik dan
meniru efek perangsangan dengan asetilkolin.
Penggolongan Kolinergik
a. Cholinester (asetil kolin, metakolin, karbakol, betanekol)
b. Cholinesterase inhibitor (eserin, prostigmin, dilsopropil fluorofosfat)
c. Alkaloid yang berkasiat seperti asetikolin (muskarin, pilokarpin,
arekolin)

 Parasimpatolitika ( antikolinergika )
Obat antikolinergik (dikenal juga sebagai obat antimuskatrinik,
parasimpatolitik, penghambat parasimpatis). Obat antikolinergik sintetik dibuat dengan
tujuan agar bekerja lebih selektif dan mengurangi efek sistemik yang tidak
menyenangkan. Beberapa jenis obat antikolinergik misalnya homatropin metilbromida
dipakai sebagai antispasmodik, propantelin bromida dipakai untuk menghambat ulkus
peptikum, karamifen digunakan untuk penyakit parkinson.
Contoh obat-obat antikolinergik adalah atropin, skopolamin, ekstrak beladona,
oksifenonium bromida dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai