Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ARIKA CANDRA WIJAYA

NIM : D1A017187
KELAS : A 2017
MATA KULIAH : PAKAN DAN NUTRISI RUMINANSIA

Penyebab Terjadinya Overflow NH3

Mikroba di dalam rumen sangat penting dalam menentukan produksi ternak ruminansia,
karena memungkinkan ternak ruminansia memanfaatkan pakan serat, pakan limbah yang tidak
bermanfaat bagi manusia menjadi bahan makanan yang bermutu tinggi. Amonia adalah sumber
nitrogen utama dan sangat penting untuk sintesis protein mikroba rumen. Amonia hasil perombakan
protein pakan di dalam rumen akan digunakan sebagai sumber nitrogen utama untuk sintesis protein
mikroba.
Fermentasi protein menghasilkan produk akhir NH3 yang sangat penting untuk sintesis
protein di dalam rumen. Amonia dalam rumen sebagian dimanfaatkan oleh mikroba untuk sintesis
protein mikroba. Sumber amonia selain dari protein juga berasal dari NPN dan garam-garam
amonium dapat digunakan untuk sintesis protein mikroba (Arora, 1995) dan kondisi tersebut
tergantung pada kecepatan pemecahan nitrogen makanan, kecepatan absorbsi amonia dan asam-asam
amino, kecepatan aliran bahan keluar dari rumen, kebutuhan mikroba akan asam-asam amino dan
jenis fermentasi rumen berdasarkan jenis makanan.
Ketersediaan nitrogen yang tidak sejalan dengan ketersediaan sumber energi dan kerangka
karbon untuk sintesis mikroba akan menyebabkan tingginya konsentrasi amonia di dalam rumen. Pada
kondisi normal, kelebihan amonia akan diabsorbsi oleh dinding rumen, masuk ke pembuluh darah dan
dibawa ke hati untuk diubah menjadi urea dan dibuang melalui urin. Namun dalam kondisi kadar
amonia tinggi, kadar amonia yang dibawa ke hati juga menjadi tinggi, mengakibatkan kadar amonia
dalam pembuluh darah perifer menjadi naik sehingga terjadi keracunan (Kamal, 1994)
Uji beda nyata jujur menunjukkan bahwa produksi N-NH3 pada R4 (jagung) paling tinggi
(P0.05). Faktor yang menyebabkan naiknya konsentrasi N-NH3 pada R4 (jagung) adalah sumber
protein dalam ransum yang mudah terdegradasi oleh mikroba rumen, tingginya energi pakan serta
tingginya pertumbuhan mikroba rumen. Konsentrasi pada R3 (onggok kering) menurun dikarenakan
meningkatnya sintesis protein mikroba sehingga sisa N-NH3 yang tidak digunakan semakin kecil
(Hindratiningrum et al, 2011). Menurut Pamungkas (2008), di dalam rumen, protein akan mengalami
hidrolisis oleh aktifitas enzim mikroba menjadi peptida. Sebagian peptida kemudian digunakan untuk
membentuk protein sel mikroba dan asam amino. Selanjutnya asam amino terdeaminasi menjadi NH3
oleh aktivitas mikroba sehingga kadar NH3 dalam rumen tergantung dari kandungan protein pakan.
Menurut Cahyani et al. (2012) tanin merupakan senyawa yang dapat digunakan untuk
melindungi protein dari degradasi mikroba rumen, karena tanin mampu mengikat protein dengan
membentuk senyawa kompleks yang resisten terhadap protease sehingga degradasi protein di dalam
rumen menurun. Hasil penelitian Cahyani et al. (2012) menyatakan bahwa konsentrasi NH3 menurun
seiring peningkatan aras tanin, dimana pemberian tepung kedelai + 0,5% tanin menghasilkan NH3
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian tepung kedelai + 0,75% tanin. Ditambahkan oleh
Yulistiani et al. (2011) bahwa tanin mempunyai kemampuan untuk mengikat protein pada pH netral
sehingga mampu meningkatkan protein lolos degradasi rumen, namun jika kondisi pH asam dan basa
tanin tidak mampu mengikat protein sehingga pada abomasum dan usus kecil protein dapat di cerna.
Hasil penelitian Syamsi (2017) menyatakan bahwa penurunan kadar N-NH3 dari indeks SPE
rendah (0,4) sampai indeks SPE tinggi (0,6) disebabkan oleh peningkatan sintesis protein mikroba
(SPM) rumen. Peningkatan SPM dapat diikuti dengan penurunan kadar amonia di dalam cairan
rumen. Penurunan kadar amonia rumen bukan disebabkan karena produksinya yang menurun, tetapi
karena amonia telah digunakan oleh mikroorganisme dalam sintesis proteinnya. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Puastuti dan Mathius (2005) bahwa menurunnya konsentrasi NH3 dalam cairan
rumen diiringi dengan meningkatnya sintesis protein mikroba.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S.P., 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Cahyani, R.D., Nuswantoro, L.K. dan Subrata, A., 2012 Pengaruh proteksi protein tepung kedelai
dengan tannin daun bakau terhadap konsentrasi amonia, undergraded protein dan protein total
secara in Vitro. J. Anim. Agric. 1(1):159- 166.
Hindratiningrum, Novita,. Muhammad Bata., dan Setya Agus Santosa. 2011. Produk Fermentasi
Rumen dan Produksi Protein Mikroba Sapi Lokal yang Diberi Pakan Jerami Amoniasi dan
Beberapa Bahan Pakan Sumber Energi. Agripet. Vol (11) No. 2: 29-34.
Kamal, M., 1994. Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pamungkas, D., Y.N. Anggraeni, Kusmartono dan N.H. Krishna. 2008. Produksi Asam Lemak
Terbang dan Amonia Rumen Sapi Bali pada Imbangan Daun Lamtoro (L. leucocephala) dan
Pakan Lengkap yang Berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Universitas Brawijaya. Malang.
Puastuti, W. dan I.W. Mathius. 2005. Pengaruh Substitusi Bungkil Kedelai Terproteksi Getah Pisang
Sebagai Sumber Protein Tahan Degradasi Terhadap Fermentasi Rumen. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Syamsi, Afduha Nurus., Fransisca, M. S., dan Wardhana Suryapratama. 2017. Pengaruh Daun Turi
(Sesbania grandiflora) Dan Lamtoro (Leucaena leucocephala) Dalam Ransum Sapi Berbasis
Indeks Sinkronisasi Protein - Energi Terhadap Sintesis Protein Mikroba Rumen. Pastura.
Vol. 6 No. 2 : 47 – 52.
Yulistiani, D., J.W. Mathius dan W. Puastuti. 2011. Bungkil kedelai terproteksi tanin cairan batang
pisang dalam pakan domba sedang tumbuh. JITV. 16 (4) : 33-40.

Anda mungkin juga menyukai