Irvan Triansyah
D24160115
Kelompok 1 Siang
Latar Belakang
Tujuan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet mohr, bulb, pipet
volumetrik, mikropipet, gelas erlenmeyer, buret asam, statif, corong, magnetic
stirrer, magnet silinder, cawan Conway, dan gelas piala. Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah larutan cairan rumen, larutan Na2CO3, H2SO4, HgCL2,
Asam borat, dan Formaldehide.
Metode
𝑛𝐻2𝑆𝑂4𝑥100
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎 (𝑚𝑀) = 𝑚𝑙 𝐻2𝑆𝑂4𝑥
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝐵𝐾 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Hasil
Protein di dalam rumen akan dirombak oleh enzim protease yang dihasilkan
oleh mikroba proteolitik menjadi oligopeptida. Oligopeptida yang terbentuk ini ada
yang dimanfaatkan oleh mikroba rumen untuk pertumbuhannya, ada yang langsung
masuk ke usus, sebagian lagi ada yang dihidrolisa menjadi asam amino, sebagian
asam amino yang dihasilkan ada yang diserap dalam dinding rumen, ada yang
masuk ke dalam usus halus, ada yang langsung dimanfaatkan oleh mikroba rumen,
dan ada yang mengalami deaminasi menjadi asam alfa keto yang menghasilkan
amonia dan CO2. Protein yang masuk ke dalam rumen akan didegradasi oleh
mikrobia rumen memberikan hasil akhir NH3, dan gas berbentuk CO2 dan CH4.
Sebagian NH3 akan digunakan mikrobia sebagai sumber nitrogen sedangkan
sebagian lagi akan dikeluarkan melalui dinding rumen, selanjutnya melalui
pembuluh darah akan dibawa ke hati. Sebagian urea akan menuju ginjal yang akan
dikeluarkan sebagi urine sedangkan lainnya akan didaur ulang menuju saliva atau
dikembalikan ke dalam rumen (Cahyani et al. 2012)
Konsentrasi amonia (NH3) cairan rumen untuk pertumbuhan optimal
mikroorganisme pada sapi adalah sebesar 2-5 mg/dl dan proses fermentasi akan
berjalan optimal pada konsentrasi 3.8-8,8 mg/dl (Purbowati et al. 2014). Faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi amonia (NH3) antara lain adalah kelarutan
bahan pakan, jumlah protein dalam ransum, sumber nitrogen dalam ransum dan
waktu pemberian pakan. Produksi amonia dipengaruhi oleh waktu setelah makan
dan umumnya produksi maksimum dicapai pada saat 2-4 jam setelah pemberian
pakan, sehingga besaran konsentrasi amonia dalam rumen bisa menjadi ukuran
seberapa efisien proses pencernaan protein yang ada di dalam rumen (Sairullah et
al. 2016).
Fungsi HgCl2 dalam pembuatan supernatant yaitu untuk membunuh
mikroba agar unsur nitrogen didalam tubuh mikroba dapat mudah terurai (Amri dan
Yurleni 2014). H2SO4 diperlukaan untuk merubah warna biru menjadi warna merah
pada asam borat. H2SO4 merupakan asam kuat, larutan ini bertindak sebagai
pengubah warna pada indikator yang bersifat asam. Indikator asam akan berubah
warna pada lingkungan yang bersifat asam.Titrasi dilakukan untuk menentukan
seberapa besar H2SO4 mengubah asam borat berubah warna menjadi merah (Tutik
2013). Formaldehyde memilik fungsi untuk melindungi protein dalam rumen
(Purwati 2010). Asam borat yang digunakan berfungsi untuk menangkap N
sehingga pada saat dilakukannya destilasi akan berubah warna menjadi kehijauan
apabila cairan rumen mengandung NH3. Asam borat merupakan jenis asam lemah.
Di dalam penentuan kandungan amonia dalam rumen digunakan asam borat sebagai
indikator asam Hal ini karena penentuan kandungan ammonia dilakukan dengan
titrasi menggunakan asam kuat (H2SO4). Pada saat titrasi asam borat akan berubah
warna menjadi merah yang menggambarkan proses penetralan larutan saat
dicampur dengan asam kuat (Muko 2014). Na2CO3 ditambahkan sebagai larutan
standarisasi dari supernatant yang akan digunakan. Larutan Na2CO3 bertindak
sebagai larutan baku karena kepekaannya telah diketahui dalam molaritas (Fariani
dan Akhadiarto 2009).
Semakin banyak kandungan amonia dalam cairan rumen maka hal itu
menandakan bahwa pakan yang diberikan pada sapi banyak mengandung protein.
Kandungan NH3 dalam rumen dipengaruhi akibat aktivitas mikroba. Konsentrasi
amonia merupakan suatu besaran yang sangat penting untuk dikendalikan karena
sangat menentukan laju pertumbuhan mikroba rumen. Amonia merupakan salah
satu bahan penyusun dalam pembentukan protein bagi ternak. konsentrasi amonia
ditentukan oleh tingkat protein pakan yang dikonsumsi, derajat degradibilitasnya,
lama pakan di dalam rumen dan tingkat keasaman (pH), rumen.tingkat hidrolisis
protein bergantung kepada daya larutnya yang akan mempengaruhi kadar NH3 di
mana gula terlarut yang tersedia di dalam rumen dipergunakan oleh mikroba untuk
menghabiskan amonia kandungan protein pakan yang tinggi dan proteinnya mudah
didegradasi akan menghasilkan peningkatan konsentrasi NH3 di dalam rumen.
Hasil yang didapatkan yaitu kandungan ammonia tertinggi terdapat dalam larutan
rumen yang diberi H2SO4 sebanyak 25.025 mM. Kadar ammonia pada cairan rumen
yang ditambahkan formaldehyde yaitu 21.45 mM. Kadar ammonia pada cairan
rumen yang ditambahkan 21.725 mM. Semua hal tersebut sesuai dengan McDonald
et al. (2002) bahwa besaran optimum konsentrasi NH3 dalam rumen berkisar antara
85-300 mg/l atau 6-21 mM. Kadar ammonia pada penambahan H2SO4 tinggi
dikarenakan, sifat H2SO4 asam dengan pH sangat rendah yang dapat menguraikan
mikroba sehingga unsur N dalam tubuhnya berpisah.
SIMPULAN
Kadar ammonia terbesar yaitu pada cairan rumen yang diberi H2SO4. Hal
tersebut dikarenakan H2SO4 mampu memecah mikroba rumen agar N yang
terdapat didalam tubuh mikroba bisa terurai dan mudah ditangkap oleh asam borat.
DAFTAR PUSTAKA