Latar Belakang
Pencernaan pada ruminansia adalah proses perubahan fisik dan kimia yang
dialami bahan makanan di dalam alat pencenaan yang dilakukan oleh mikroba
rumen. Proses pencernaan makananya relatif lebih kompleks bila dibandingkan
dengan proses pencernaan pada jenis ternak non ruminansia. Menurut Sutardi
(1979), proses pencernaan ternak ruminansia terjadi secara mekanis (di dalam
mulut), secara fermentatif (oleh enzim-enzim pencernaan). Mikroba rumen
mengubah zat-zat yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih
sederhana, sehingga dapat diserap tubuh dan dapat digunakan sebagai energi
membentuk senyawa-senyawa baru. Ternak ruminansia merupakan ternak yang
memiliki empat perut yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum.
Pencernaan fermentatif pada ruminansia terjadi di dalam rumen (retikulo rumen)
berupa perubahan senyawa-senyawa tertentu menjadi senyawa lain, yang sama
sekali berbeda dari molekul zat makanan asalnya (Church 1979). Rumen dan
retikulum merupakan alat pencernaan fermentatif yang di dalamnya terdapat
mikroorganisme seperti bakteri, protozoa, dan fungi. Rumen merupakan bagian
perut terbesar disebut perut handuk atau perut beludru karena di dalamnya
terdapat papil (penjuluran) untuk memperluas permukaan. Rumen merupakan
struktur terbesar yang tersusun dari 1/7 sampai 1/10 massa ternak. Bagian ini
merupakan tempat berlangsungnya proses fermentasi terbesar. Kondisi dalam
rumen adalah anaerobik dengan suhu 38-42 0C. Tekanan osmosis pada rumen
mirip dengan tekanan aliran darah, pH dipertahankan oleh buffer karbonat dari
saliva karena adanya VFA dan amonia.
Amonia merupakan sumber nitrogen utama bagi mikroba rumen karena
amonia yang dibebaskan dalam rumen sebagian dimanfaatkan oleh mikroba untuk
sintesis protein mikroba (Arora 1995). Amonia dibebaskan selama proses
fermentasi di dalam rumen dalam bentuk ion NH4 maupun dalam bentuk tak
terion sebagai NH3. Apabila amonia dibebaskan dengan cepat maka amonia
diabsorbsi melalui dinding rumen dan sangat sedikit yang dipakai oleh bakteri.
Sintesis protein mikroba bergantung pada kecepatan pemecahan nitrogen
makanan, kecepatan absorbsi amonia dan asam-asam amino, kecepatan alir bahan
keluar dari rumen, kebutuhan asam amino dan jenis fermentasi rumen berdasarkan
jenis makanan (kualitas sumber protein). Sekitar 3,5-14 mM amonia digunakan
oleh mikroba rumen sebagai sumber N untuk proses sintesis selnya. Enzim
proteolitik mikroba rumen akan menghidrolisis protein menjadi oligopeptida yang
kemudian menjadi asam amino dan diserap melalui dinding rumen yang secara
cepat mengalami deaminasi menjadi amonia, metan dan CO2 (Sutardi 1979).
Konsentrasi amonia juga berbeda-beda diantara jenis ternak ruminansia
tergantung kemampuan mikroba rumennya, karena konsentrasi yang berbeda-beda
tersebutlah maka dilakukan analisis amonia untuk mengetahui konsentrasi amonia
pada ternak tersebut.
Tujuan
Materi
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, cawan conway,
labu erlenmeyer, tissue, pipet mikro, buret, cairan rumen yang telah disentrifugasi,
larutan Na2CO3, larutan HgCl2, formaldehide, larutan asam borat berindikator,
cairan H2SO4 dan vaselin.
Metode
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.
Selanjutnya cawan conway pada sisi atas dibersihkan dengan tisu, kemudian
dilapisi dengan vaselin, dengan posisi cawan conway agak miring. Cairan rumen
yang sebelumnya telah disiapkan diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan
mikropipet, diletakan pada cawan conway sisi yang diinginkan misalnya sisi
kanan. Larutan Na2CO3 diambil sebanyak 1 ml dengan mikropipet dan diletakkan
pada sisi yang kiri cawan conway. Lalu dilakukan hal yang sama pada larutan
asam borat berindikator dan diletakan pada sisi tengah cawan conway. Cawan
conway ditutup. Setelah ditutup kencang, cawan digoyangkan secaran perlahan
agar cairan rumen dan Na2CO3 tercampur merata. Kemudian cawan conway
didiamkan pada suhu ruang selama 24 jam. Setelah 24 jam, larutan asam borat
yang berada di sisi tengah cawan conway diambil dan diletakkan pada erlemeyer
dan dititrasi dengan H2SO4. Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari
larutan warna biru berubah menjadi kemerahan. Setelah larutan berubah warna,
volume pada buret dicatat dan dihitung kadar NH3 dalam cairan rumen. Rumus
perhitungan kadar NH3 dalam cairan rumen yaitu kadar NH3 =
ml H2SO4 x N H2SO4 𝑥 1000.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anshory. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
Arora S P. 1995. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Yogyakarta(ID) :
Gadjah Mada University Press.
Astuti DA, Sastradipradja B, Kiranadi dan Budiarti E. 1993. Pengaruh perlakuan
jerami jagung dengan asam asetat terhadap metabolisme in vitro dan in vivo
pada kambing laktasi. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Hewan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Cahyani RD, Nuswantara LK, Subrata A. 2012. Pengaruh Proteksi Protein
Tepung Kedelai Dengan Tanin Daun Bakau Terhadap Konsentrasi Amonia,
Undegraded Protein Dan Protein Total Secara In Vitro. Animal Agricultural
Journal. 1(1): 159 – 166.
Church DC and WG Pond. 1976. Digestive Physiology and Nutrition of
Ruminants. Vol 1, 2nd. Edition. USA.
Daintith J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. [Edisi keempat]. Alih Bahasa : Suminar
Achmadi, phD. Jakarta(ID): Erlangga.
Doreau M, Ferlay A. 2007. Digestion and utilization of fatty acids by ruminant. J.
Anim Feed Sci Technol. 45: 379-396.
Handito D, Yasa IWS, Alamsyah A. 2014. Petunjuk Praktikum Biokimia Umum.
Mataram (ID): Universitas Mataram.
Hindratiningrum N, Bata M, Santosa SA. 2011. Produk Fermentasi Rumen dan
Produksi Protein Mikroba Sapi Lokal yang Diberi Pakan Jerami Amoniasi
dan Beberapa Bahan Pakan Sumber Energi. Agripet. 11(2): 29-34.
K Rao, Purushotham, Khaliq K, Kharat S S, Sagare P, dan Patil S K, 2010.
Preparation And Evaluation O/W Cream For Skin
Psoriasis. International Journal of Pharma and Bio Sciences. 3(1) ISSN:
0975 – 6299, India.
Mc Donald P R, A Edwards, J F D Greenhalg, C A Morgan. 2002. Animal
Nutrition 6th Edition. Longman Scientific and Technical Co. Published in The
United States with John Willey and Sons Inc, New York.
Purbowati E, E Baliarti dan SPS Budhi. 2014. Kinerja sapi yang digemukkan
secara feedlot dengan aras konsentrat dan pakan dasar berbeda. BPPS-UGM.
9 (3B) : 359-371.
Rahmadi, Sunarso D, Achmadi J, Pangestu E, Muktiani A, Christiyanto M,
Surono, Surahmanto. 2010. Ruminologi Dasar. Semarang (ID): Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.
Sunarso. 1984. Mutu Protein Limbah Argo Industri Ditinjau dari Kinetika
Perombakannya oleh Mikroba Rumen dan Potensinya dalam Menyediakan
Protein Bagi Pencernaan Pasca Rumen [tesis]. Bogor (ID): Fakultas Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Sutardi T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh
mikroba rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak.Di
dalam : Prosiding Seminar Penelitian dan Penunjang Peternakan. Bogor (ID):
LPP IPB.
LAMPIRAN