METODE PRAKTIKUM
PEMBAHASAN
Diteksi birahi dilakukan untuk memilih betina yang paling potensial sebagai akseptor
inseminasi buatan yang tepat, guna memaksimalkan hasil reproduksi ternak yang diinseminasi
(Saili et al. 2016). Tanpa melakukan diteksi birahi, dikhawatirkan hasil inseminasi tidak
membuahkan hasil yang optimal, sebab betina akseptor tidak berada dalam fase estrus. Pada
ternak domba, ada beberapa metode yang umum diterapkan dalam menditeksi estrus, yaitu
metode pengamatan terhadap tingkah laku domba dan keadaan alat kelamin, metode jantan
pengusik, serta menggunakan alat bantu diteksi estrus.
Peternakan domba di Indonesia pada umumnya merupakan peternakan konvensional
yang dikelola peternak warga maupun pemerintah daerah. Metode yang dianjurkan untuk
mendeteksi estrus domba pada peternakan lokal adalah metode pengamatan dan metode jantan
pengusik. Metode diteksi estrus menggunakan alat bantu diteksi estrus memang sangat valid
dalam menentukan fase estrus betina. Namun, biaya yang dibutuhkan tentu sangat besar dan
kurang proporsional untuk diterapkan di peternakan lokal, mengingat bahwa banyak biaya
operasional ternak yang lebih diprioritaskan.
Metode pengamatan dilakukan dengan mengamati perilaku betina dilakukan sebanyak
2-3 kali dalam sehari untuk melihat apakah terdapat tanda-tanda estrus pada hewan tersebut,
yaitu gelisah, sering mengembik (vokalisasi), mengalami penurunan nafsu makan, sering
urinasi dan menggerakkan ekor. Selain perilaku, keadaan alat kelamin juga perlu diperhatikan
dalam diteksi estrus. Vulva domba yang estrus dicirikan dengan warna yang memerah, ukuran
yang membengkak, serta produksi cairan semacam lendir di sekitar vulva (Wijayanti dan
Ardigurnita 2020). Ciri lain yang dapat diamati dalam menditeksi estrus adalah kemauan betina
untuk dinaiki pejantan. Hal ini dapat diamati dengan memasukkan jantan pengusik yang sudah
dikenakan apron ke dalam kandang betina yang hendak diditeksi birahinya. Pengamatan ini
dapat dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam sehari.
Betina yang terditeksi berada dalam fase estrus kemudian dipilih sebagai akseptor
inseminasi buatan. Prosedur penyiapan semen dan inseminasi buatan semen dilakukan dengan
prosedur spesifik berdasarkan metode penyimpanan semen. Inseminasi buatan semen cair
dilakukan dengan menyiapkan alat suntik 3-5 ml yang dipasangkan karet konektor pada bagian
ujung. Udara diambil sebanyak 1-2 ml, dilanjutkan dengan pengambilan semen cair sebanyak
dosis IB yang dianjurkan. Prosedur inseminasi buatan dapat dilakukan dengan rute intra
cervical. Adapun inseminasi semen beku, diawali dengan menyiapkan alat IB yang meliputi
gun dan pelapis plastik. Semen yang sudah dithawing dimasukkan ke dalam IB gun. Segel
pabrik pada bagian bawah digunting. Melalui spekulum, alat IB dimasukkan dan semen
disemprotkan secara intra vaginal.
Menurut Supriyanto (2016), keberhasilan fertilisasi pada inseminasi buatan dapat
dipengaruhi opeh beberapa faktor, yaitu kondisi fisiologis ternak (jantan dan betina),
keterampilan peternak, ketrampilan inseminator, dan kualitas semen. Faktor-faktor tersebut
saling memengaruhi satu sama lain, sehingga semua faktor tersebut harus diimbangkan untuk
mendukung optimalisasi teknologi reproduksi. Menurut Susilawati (2011), tingkat
keberhasilan IB dapat dilambangkan dengan melihat data service per conception (S/C),
conception rate (CR), dan non-return rate (NRR).
SIMPULAN
Domba betina yang memiliki ciri-ciri kemerahan, pembengkakan, dan lendir pada alat
kelaminnya, diidentifikasi sebagai betina yang sedang estrus. Betina ini akan dipilih sebagai
akseptor inseminasi buatan. Prosedur inseminasi buatan dapat dilakukan dengan rute intra
cervical dan intra vaginal. Kualitas semen, kondisi fisiologis ternak, serta keterampilan
peternak dan inseminator merupakan faktor yang memengaruhi keberhasilan dalam tindakan
inseminasi buatan.
DAFTAR PUSTAKA
Saili T, Baa LO, Sani LDO, Rahadi S, Sura IW, Lopulalan F. 2016. Sinkronisasi estrus dan
inseminasi buatan menggunakan semen cair hasil sexing pada sapi bali induk yang
dipelihara dengan sistem yang berbeda. Jurnal Ilmu Peternakan. 16 (2) : 49-55.
Supriyanto. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program inseminasi buatan
(IB) pada ternak sapi potong. Jurnal Triton. 7 (2) : 69-84.
Susilawati. 2011. Spermatology. Malang (ID) : UB Press.
Wijayanti D, Ardigurnita F. 2020. Kualitas tampilan vulva dan tanda-tanda birahi pada
kambing peranakan etawah yang diberi ekstrak buah parijoto (Medinilla speciosa). Sains
Peternakan. 18 (1) : 31-37.