Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

RADIOLOGI PADA DOMBA

Disusun oleh :
Kelompok XXIII

Abyan Nadzir Ihsani PT/07581


Muhammad Dicky Mandiri Nasution PT/07631
Muhammad Maulana Sadid PT/07727
Renata Angganararas Cantyadati Daneswari PT/07755
Rifan Jordan Silitonga PT/07760
Friza Ayu Friscyandari PT/07820

Asisten: Tanti Ariyanti

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK


DEPARTEMEN PEMULIAAN DAN REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setelah terjadinya pertemuan antara sperma dengan sel telur dalam


perkawinan, maka terjadilah kebuntingan. Kebuntingan yaitu
perkembangan embrio pasca fertilisasi menjadi fetus sampai dengan
kelahiran anak hewan atau ternak. Terjadinya kebuntingan dapat
didiagnosa dengan melihat tanda-tanda kebuntingan pada ternak yang
ditandai dengan perubahan organ reproduksi selama kebuntingan.
Diagnosa merupakan proses menentukan dan mengamati perubahan
melalui tanda-tanda yangterlihat sehingga suatu penyakit dapat diketahui
penyebabnya. Diagnosa kebuntingan pada ternak dilakukan saat setelah
dikawinkan. Diagnosa kebuntingan dilakukan dengan waktu yang singkat.
Diagnosa kebuntingan dilakukan dengan tujuan untuk evaluasi reproduksi
pada ternak (Frastantie et al., 2019).
Tanda-tanda terjadi kebuntingan awal pada domba biasanya susah
diketahui dengan pasti. Domba betina umumnya memperlihatkan sikap
yang lebih tenang, tidak gelisah, tidak agresif dan nafsu makan sedikit
meningkat. Kadang-kadang domba betina menjilat-jilat pintu kandang atau
lantai. Tanda-tanda lain yang biasa digunakan untuk mendeteksi
kebuntingan aantara lain domba tidak timbul berahi lagi setelah masa
berahi berikutnya, perut sebelah kanan semakin besar, ambing mulai
membesar, ternak terlihat tenang, suka menyendiri, dan tidak mau didekati
ternak lain. Diagnosa kebuntingan juga dapat dilakukan dengan radiologi.
Diagnosa kebuntingan dengan menggunakan bantuan radiologi (X-ray)
untuk membantu keakuratan suatu diagnosis (Sayuti et al., 2012).

Manfaat
Makalah ini dibuat bermanfaat untuk memahami lebih lanjut
mengenai radiologi domba. Mahasiswa juga dapat mengetahui prinsip pada
radiologi domba. Selain itu, mahasiswa juga dapat mengetahui keklebihan
dan kekurangan penggunaan metode radiologi pada domba.

Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah radiologi pada domba yaitu untuk
menambah wawasan mengenai radiologi domba. Mengetahui kelebihan
dan kekurangan radiologi domba. Mengetahui prinsip pada metode
radiologi domba.
BAB II
ISI

Kebuntingan dini adalah kebuntingan yang dimulai sejak periode


ovum sampai periode embrio, dan kebuntingan yang terjadi kurang dari 60
hari. Biasanya para peternak mendeteksi kebuntingan dengan
memperhatikan tingkah laku ternak tersebut, apabila ternak telah
dikawinkan tidak terlihat gejala estrus berikutnya maka peternak
menyimpulkan bahwa ternak tersebut bunting dan sebaliknya. Namun, cara
tersebut tidaklah sempurna dan sering terjadi kesalahan deteksi
kebuntingan. Tidak adanya gejala estrus bisa saja karena adanya corpus
luteum persisten atau gangguan hormonal lainnya, hingga siklus berahi
hewan tersebut menjadi terganggu. Pencarian dan pengembangan metode
pemeriksaan kebuntingan secara dini masih terus dilakukan. Metode
diagnosis kebuntingan secara klinik yang digunakan selama ini meliputi
metode palpasi rektal, radiologi, ultrasonografi (USG), dan hormonal.
Pemeriksaan kebuntingan dengan cara eksplorasi rektal pada sapi dapat
dilakukan pada umur kebuntingan 35 hari, tetapi diagnosis semakin akurat
setelah 45 sampai 60 hari kebuntingan. Akan tetapi, teknik eksplorasi rektal
ini tidak dapat diterapkan pada domba atau ruminansia kecil lainnya (Sayuti
et al., 2016).
Salah satu metode diagnosa pregnansi yaitu radiologi. Radiologi
adalah cabang keilmuwan yang menggunakan radiasi sinar X untuk
diagnosis keadaan tertentu seperti kebuntingan atau penyakit. Diagnosa
pregnansi dapat dilakukan pada ternak kambing, domba, sapi, kelinci, dan
kuda. Metode radiologi dapat dilakukan pada domba sekitar 60 hari
kebuntingan.
Pemeriksaan radiodiagnostik adalah salah satu pemanfaatan dari
radiasi pengion untuk penegasan hasil diagnosis yang dibutuhkan oleh
pasien dalam rangka mengindentifikasikan abnormalitas dari seorang
pasien, dengan paparan radiasi seminim mungkin namun memberikan
kualitas pencitraan medis yang baik. Sinar-X merupakan sumber radiasi
pengion yang paling banyak digunakan untuk pemeriksaan diagnostik
dalam aplikasi klinik (Maslebu et al., 2017). Radiologi ini tidak dianggap
kuno walau sekarang telah terdapat banyak perangkat pencitraan
berteknologi tinggi, karena sampai saat ini teknologi radiologi masih
digunakan dalam sebagian besar studi pencitraan diagnostik. Sinar X
ditimbulkan dari penghentian tiba-tiba suatu gerakan elektron dari katoda
ke anoda dalam ruangan hampa udara. Katoda dipanaskan hingga suhunya
mencapai sekitar 2000°C oleh filamen pemanas khusus. Elektron
diemisikan oleh katoda, dipercepat oleh medan listrik di antara katoda dan
anoda, lalu menumbuk anoda dengan energi yang cukup besar,
terbentuklah radiasi elektromagnetik jenis sinar X di tempat ini (Prestiana,
2016).
Prinsip dari radiografi digital adalah memanfaatkan perbedaan
penyerapan sinar X pada bagian-bagian tulang dan jaringan lainnya. Pada
tulang padat, sinar X yang diserap lebih banyak sehingga sinar yang datang
ke intensifying screen menjadi berkurang mengakibatkan gambaran tulang
menjadi lebih putih disbanding dengan jaringan tulang lainnya. Oleh karena
itu gambaran jaringan tulang yang densitasnya berbeda dengan tulang
normal ditampilkan berbeda pula pada layar tampilan gambar (Susilo et al.,
2012).

Gambar 1. Prinsip kerja radiografi.


(Susilo et al., 2012)
Diagnosa pregnansi dengan metode radiologi memiliki kelebihan dan
kekurangan apabila diaplikasikan pada ternak. Kelebihan metode radiologi
yaitu memiliki nilai keakuratan yang tinggi bisa mencapai 95%, dapat
melihat langsung embrio, dan hasil dapat diketahui secara langsung.
Kekurangan diagnosa pregnansi metode radiologi yaitu diperlukan biaya
yang mahal, diperlukan staf ahli, dan radiasi sinar X yang dapat
mengganggu pertumbuhan fetus.

Gambar 2. Radiologi
Beberapa metode diagnosa kebuntingan yang dapat digunakan
seperti pengamatan gejala estrus pada siklus berikutnya. Teknik radiologi
memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemeriksaan kebuntingan pada
domba mengguanakan teknik radiografi dapat memeriksa kebuntingan
setelah 90 hari IB (Prawigit, 2009). Kelebihan dari metode radiologi dapat
menghasilkan suatu output berupa modalitas sistem radiografi
konvensional yang dimodifikasi menjadi sistem radiografi digital, tanpa film,
yang hasilnya dapat dilihat langsung melalui layar monitor komputer dalam
sistem RD. Keunggulan sistem ini antara lain citra digital hasil dapat
diproses lebih lanjut, misalnya dengan teknik pengolahan citra (image
processing, pattern recognition dan image archieving), disimpan dalam
harddisk dan lainnya (Susilo et al., 2012). Kekurangan dari metode radiologi
yaitu paparan radiasi memiliki resiko yang berbahaya sehingga proteksi
radiasi terhadap ternak dan embrio di sekitar daerah sumber radiasi perlu
diperhatikan. Ternak yang bunting adalah termasuk dalam kelompok ternak
yang sangat beresiko jika mendapat paparan radiasi diatas nilai batas dosis
(Maslebu et al., 2017).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan uraian makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa
diagnosa pregnansi dengan metode radiologi merupakan usaha diagnosa
kebuntingan pada ternak yang menggunakan radiasi sinar X. Prinsip dari
radiografi digital adalah memanfaatkan perbedaan penyerapan sinar X
pada bagian-bagian tulang dan jaringan lainnya. Sinar X pada tulang padat
akan diserap lebih banyak sehingga sinar yang datang ke intensifying
screen menjadi berkurang mengakibatkan gambaran tulang menjadi lebih
putih disbanding dengan jaringan tulang lainnya. Kelebihan metode
radiologi yaitu memiliki nilai keakuratan yang tinggi bisa mencapai 95%,
dapat melihat langsung embrio, dan hasil dapat diketahui secara langsung.
Kekurangan diagnosa pregnansi metode radiologi yaitu diperlukan biaya
yang mahal, diperlukan staf ahli, dan radiasi sinar X yang dapat
mengganggu pertumbuhan fetus.
DAFTAR PUSTAKA

Frastantie, D., M. Agil, dan L. I. Tumbelaka. 2019. Deteksi kebuntingan din


i pada sapi perah dengan pemeriksaan ultrasnography (USG) dan
analisis hormon steroid. Acta Veterinaria Indonesiana. 7(2): 9-16.
Maslebu, G., J. Muninggar., dan S. A. Hapsara. 2017. Estimasi resiko
radiasi janin pada pemeriksaan radiografi pelvis. Jurnal Fisika Flux.
14(1): 1-7.
Prawigit, W. 2009. Inseminasi Buatan dan Diagnosa Kebuntingan Melalui
Teknik Ultrasonografi dan Analisa Metabolit Hormon Progesteron
pada Rusa Timor (Cervus timorensis) Hasil Sinkronisasi. Tesis.
Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prestiana, D. I. 2016. Insidensi Piometra Melalui Pemeriksaan Radiologi
pada Anjing di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.
Sayuti, A., J. Melia., I. K. Marpaung., T. N. Siregar., Syafruddin.,
Amiruddin., dan B. Panjaitan. 2016. Diagnosis kebuntingan dini
pada kambing kacang (capra sp.) menggunakan ultrasonografi
transkutaneus. Jurnal Kedokteran Hewan. 10(6): 63-67.
Susilo ., Sunarno., E. Setiowati, dan L. Lestari. 2012. Aplikasi alat radiografi
digital dalam pengembangan layanan foto rontgen. Jurnal MIPA.
35(2):145-150.

Anda mungkin juga menyukai