Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum pewaris Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat

pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam

karyanya ‘Percobaan mengenai Persilangan Tanaman’. Hukum ini terdiri

dari dua bagian Hukum pemisahan ( segregation ) dari Mendel, juga

dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara

bebas ( independent assortment ) dari Mendel, juga dikenal sebagai

Hukum Kedua Mendel (Cahyono, 2010).

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat

pada organisme, yang kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum

asortasi bebas, yang telah di jabarkan oleh Gregor Johann Mendel.

Mengatakan bahwa pada pembentukan gamet ( sel kelamin ), kedua gen

induk ( parent ) yang merupakan pasangan alel akan memisah hingga tiap

– tiap gamet menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum

mendel I, dan bunyi hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua

individu mempunyai dua pasangan atau lebih sifat, maka diturunkannya

sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang

lain (Cahyono, 2010).

Di dalam Hukum Mendel terdapat suatu pola pewarisan sifat yang

biasa disebut sebagai pola-pola pewarisan hereditas. Pewarisan sifat ini

merupakan suatu sifat yang diturunkan dari induk kepada

turunannya,Percobaan pertama yang dilakukan oleh Gregor Mendel ialah


pada tanaman ercis (pisum sativum). Dari percobaan tersebut Mendel

merumuskan suatu hipotesis bahwa sifat pada organisme yang akan

diturunkan.

2.1 Tujuan dan kegunaan

Tujuan dari pratikum Hukum Mendel ini adalah untuk Memahami angka-

angka perbandingan dalam hukum Mendel melalui hukum kebetulan serta

mengetahui persilangan dalam hukum mendel.

Kegunaan dari pratikum ini adalah untuk mengetahui proses persilangan

dalam hukum mendel.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hukum Mendel

Hukum Mendel merupakan sebuah hukum hereditas yang mana

memaparkan tentang prinsip-prinsip penurunan sifat pada organisme.Hukum

Mendel ini pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan yang bernama Gregor

Johann Mendel. Gregor awalnya membuat sebuah percobaan pada sebuah

tanaman dan membuktikan bahwa adanya suatu penurunan warisan sifat pada

organisme (Apandi, 2012).

Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad

ke-19 oleh mendel Hukum mendel disebut juga hukum segregasi atau pemisahan

gen-gen yang sealel. Menurut hukum mendel I, tiap organisme memiliki dua alel

untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua alel terseut terpisah sehingga

masing-masing gamet hanya mengandung satu alel untuk satu sifat. Jika dua

gamet bertemu pada saat fertilisasi, keturunan yang terbentuk mengandung dua

alel yang mengendalikan sati sifat. Hukum mendel I tersebut sesuai dengan teori

pewarisan sifat karena alel-alel individu diturunkan dari generasi ke generasi

(Campbell, 2011 ).

Sebelum Mendel melakukan percobaan penyilangan pada tanaman kapri

(Pisum sativum) para ahli telah mempunyai pemikiran tentang adanya kehidupan

yang berkesinambungan, yang membawa faktor keturunan dari generasi ke


generasi. Tetapi mereka tidak melakukan percobaan seperti yang dilakukan oleh

mendel dan disamping itu peralatan ilmiah yang dapat dipakai untuk

membuktikan pemikiran mereka belum ada (Cahyono, 2010).

Konsep tentang gen sebenarnya telah digambarkan secara implisit oleh

mendel sebagai faktor dasar yang berperan dalam perkembangan sifat. Ia sendiri

belim mengetahui bentuk maupun susunan faktor keturunan tersebut dan hanya

menyebutkan sebagai factor penentu, istilah gen dipakai oleh W.L Johannsen

(1857-1927) yang berasal dari suku terakhir pangen yaitu istilah yang di

kemukakan oleh Darwin (Pratiwi, 2014).

Hasil penelitian dikemukakan pada pertemuan ilmiah yang diselenggarakan

oleh perhimpunan pengetahuan alam di Brunn. Karyanya kemudian dicetak dan

disebarluaskan oleh perhimpunan tersebut keberbagai perpustakaan di Eropa dan

Amerika. Di dalam genetika di kenal istilah persilangan, peristiwa persilangan

memberikan hasil rasio genotip maupun fenotif yang dapat diramalkan melalui

perhitungan menurut teori kemungkinan (Pratiwi, 2014).

Penurunan sifat dari induk kepada keturunannya dikenal pula sebagai

pewarisan sifat atau dikenal juga dengan sebuatan hereditas dalam percobaannya,

Mendel menyilangkan berbagai kacang kapri yang memiliki sifat beda. Misalnya,

menyilangkan berbagai kacang kapri yang kulit bijinya hijau dengan yang kulit

bijinya putih (Winarmi, 2011).

Dari hasil penelitiannya tersebut Mendel menemukan prinsip dasar genetika

yang dikenal dengan Hukum Mendel. Hukum Mendel I disebut juga hukum

segregasi menyatakan bahwa “pada pembentukan gamet kedua gen yang


merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak”. Hukum ini berlaku

untuk persilangan monohibrid dengan dominansi. Hukum Mendel II dikenal

dengan hukum Independent Assortment menyatakan bila dua individu berbeda

satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat

yang sepasang itu tidak tergantung pada sifat pasangan yang lainnya. Hukum ini

berlaku untuk persilangan dihibrid (Ishahi, 2010).

Alasan Mendel menggunakan kacang kapri dalam percobaannya karena

dapat melakukan penyerbukan sendiri (autogami). Tumbuhan yang melakukan

penyerbukan sendiri cenderung mmiliki sifat yang tetap (konstan), sedangkan

yang melakukan penyerbukan silang memiliki banyak variasi, mudah dilakukan

penyerbukan silang, dengan jalan mengambil serbuk sari dari tumbuhan yang satu

diletakkan di kepala putik tumbuhan kacang kapri lain. Cepat menghasilkan

keturunan. Mempunyai keturunan yang banyak. Antar varietas kacang kapri

memiliki pasangan sifat beda yang kontras. Proses pewarisan sifat dari induk

kepada keturunannya berlangsung menurut aturan tertentu. Aturan itu dikenal

sebagai prinsip pewarisan sifat atau prinsip hereditas. Prinsip-prinsip hereditas

disebut pula Hukum Mendel (Winarmi, 2011).

Dalam hukum pemisahan mendel mengemukakann bahwa pasangan alel-alel

yang menentukan suatu tertentu ternyata dipindahkan secara terpisah. Dengan

pengecualian yang jarang terjadi dalam alam, tidak ada pasangan alel-alel yang

secara normal dipindahkan bersama-sama dari satu generasi ke generasi lain.

Fenomena ini yang disebut hukum segregasi atau ukum pemisahan, digambarkan

oleh persilangan F1 x F1. Hanya jika kedua gen , T dan t, dari setiap tanaman F1
berpisah dalam gamet yang berbeda dan dipindahkan secara terpisah pada waktu

reproduksi saja, maka dimungkunkan untuk diperoleh kombinasi seperti (Pai,

2013).
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Adapun praktikum ini dilaksanakan pada tanggal , 09 Oktober 2019 pukul

13.00-Selesai. Bertempat di Laboratorium Ilmu-Ilmu Kehutanan, Fakultas

Kehutanan, Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat Dan Bahan

Ada pun alat yang digunakan dalam pratikum hukum mendel adalah toples.

Ada pun bahan yang digunakan dalam pratikum hukum mendel adalah kancing

baju merah 20 butir dan kancing baju warna putih 20 butir.

3.3 Prosedur Kerja

Ditempatkan dalam sebuah kotak masing-masing 20 butir kancing baju warna

merah dan 20 butir kancing baju warna putih.

Diandaikan kotak-kotak itu masing-masing kotak (A) induk jantan dan kotak (B)

induk betina.Dikocoklah kotak-kotak itu agar isinya bercampur.

Dibuatlah pasangan gen-gen dari induk jantan dengan gen-gen dari induk betina.

Dengan cara menutup mata setiap kali mengambil setiap butir gen dari kotak

jantan dan sebutir dari kotak betina.

Didaftarlah hasil pengamatan yang diperoleh kedalam tabel.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Data Distribusi

Macam Pasangan Frekuensi muncul


Merah-putih 2
Putih-putih 1

4.1.2 Analisis Data

Merah-putih = XY (dominan)

Putih-putih = xy (resesif)

P1 XXYY >< xxyy


G1 XY xy
F1 G1 >< G1
XxYy

P2 F1 >< F1
G2 XxYy XxYy
XY XY
Xy Xy
xY xY
xy xy
F2
Gam XY Xy xY xy
et
1 XY 1. XXY 2. XXY 3. XxYy 4. Xxyy
Y y
2 Xy 5. XXY 6. XXY 7. XxYy 8. Xxyy
y y
3 xY 9. XxY 10. XxYy 11. xxY 12. xxY
Y Y y
4 Xy 13. XxYy 14. Xxyy 15. xxYy 16. xxyy

Genotipe :

XY : 1,2,3,5,6,7,9,10,13

Xy : 4,8,14

xY :11,12,15

xy :16

Fenotipe:

Dominan merah : merah : merah-putih : putih

9 : 3 : 3 : 1
4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan kancing

genetkc dengan dua perbedaan pada warna yaitu kancing gen yang berwarna

merah dan kancing gen berwarna putih . Setelah dilakukan pemilihan secara acak

dari dalam stoples mulai dari pengambilan pertama mendapatkan kancing

berwarnah merah putih pengambilan kedua juga mendapatkan kancing merah-

putih , dan pengambilan ketiga mendapatkan kancing berwarna putih-putih.

Untuk perbandingan genotipe dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan

hasil, yaitu dominan merah: merah : merah-putih : putih adalah 9:3:3:1 Dengan

demikian dari hasil percobaan yang telah dilakukan terbukti bahwa untuk

persilangan ini diperoleh perbandingan fenotipe sempurna.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulakan bahwa gen

memiliki bentuk alternative yang mengatur variasi pada karakter keturunannya.

Setiap individu membawa sepasang gen, baik dari tetua jantan maupun betina.

Sepasang gen yang memiliki dua alel yang berbeda, alel dominan akan selalu

nampak dari luarnya secara visual, sedangkan alel resesif tidak Nampak tetapi

akan diwariskan pada gamet yang dibentuknya. Genotip adalahkomposisi atau

sifat yang tak tampak. Fenotiope adalah sifat yang tampak pada keturunan. Sifat

dominan ditemukan pada fenotipe Merah-putih dan sifat resesif ditemukan pada

putih-putih. Perbandingan pengambilan 3X secarah acak pada praktikum hukum

Mendel.

5.2 Saran

Saran saya untuk pratikan agar membawa alat dan bahan yang lengkap agar

lancarnya proses pratikum dan dapat nilai yang bagus,dan juga untuk alat-alat

yang ada di dalam lab agar di lengkapi dan di sediakan sebelum pratikan memulai

pratikum.
DAFTAR PUSTAKA

Apandi (2012). Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University.diakses

pada tanggal 13 oktober 2019 pukul 14:49 WITA,palu

Cahyono (2010). Kombinatorial Dalam Hukum Pewarisan Mendel.Jurnal

Probabilitas dan Statistik. Yogyakarta: Kanisisus diakses pada tanggal 13

oktober 2019.pukul14:50 WITA,palu

Campbell (2013). Hukum Mandel. Jakarta: Erlangga diakses pada tanggal 13

Oktober 2019.pukul 14:52 WITA,palu

Ishahi (2010). Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Universitas

Muhammadiyah Bengkulu diakses pada tanggal 13 Oktober 2019 pukul

15:58 WITA,palu

Pai (2013). Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada diakses

pada tanggal 13 Oktober 2019 pukul 15:01 WITA,palu

Pratiwi (2014). Biologi. Jakarta: Erlangga.diakses pada tanggal 13 oktober 2019

pukul 15:02 WITA,palu

Wirnarmi (2013). Genetika. Bandung: Tarsito diakses pada tanggal 13 oktober

2019 pukul 15:05 WITA,palu

Zaifbio (2010). Biologi Online Blog Pendidikan Biologi: Pewarisan Sifat Biologi

Online. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.diakses pada

tangal 13 oktober 2019 Pukul 15:06 WITA,palu


LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM BIOLOGI
HUKUM MENDEL

Oleh

KHT B

KELOMPOK IV

RISKIYANI
L131 19 132

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

Anda mungkin juga menyukai