Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI HEWAN


TERMOREGULASI

oleh :

Nuris Shobah Maulidiyah


185090100111043
Kelompok 7

Asisten PJ : Wirian Febry Arisda

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGTEHAUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PERNYATAAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suhu tubuh adalah suatu kemampuan tubuh untuk
menghilangkan dan menyebabkan panas. Suhu dapat di ukur pada
beberapa tempat yaitu antara lain, mulut, telinga, ketiak, rectum dan
yang paling umum adalah pada dahi. Suhu tubuh di ukur dengan
menggunakan termometer yang dapat menunjukkan suhu tubuh dalam
derajat Fahrenheit (oF) atau dengan derajat celcius (oC). Suhu tubuh
terdapat beberapa macam antara lain, hipotermi, normal, febris dan
hipertermi (Pearce, 2009).
Termoregulasi merupakan sebuah proses dalam
mempertahankan dan mengatur suhu tubuh dalam suatu kondisi tertentu
untuk berada pada nilai konstan dan tidak ada perubahan. Termogulasi
pada manusia terdapat dua cara, yakni secara regulasi prilaku dan
regulasi fisiologis yang terjadi pada cuaca panas, tubuh akan
mengeluarkan keringat dan menyebabkan suhu tubuh menjadi dalam
kondisi menurun. Termoregulasi dilakukan untuk proses homeostatis
(Hanna & Peter, 2015).
Berdasarkan pernyataan diatas, praktkum “Termoregulasi” penting
untuk dilakukan supaya praktikan dapat mengetahui mekanisme
terjadinya perubahan suhu tubuh panas dan dingin dan factor-faktor
yang dapat mempengaruhi perubahan suhu tubuh pada manusia

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum ini adalah :
1. Bagaimana cara dapat mempelaajari termoregulasi?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh?

1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mempelajari termoregulasi
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
1.4 Manfaat
Manfaat pada praktikum “termoregulasi” yaitu dapat mengetahui
mekanisme termoregulasi secara anatomi, dapat mengetahui penyebab
adanya suhu tubuh yang berubah-ubah dan membantu adanya
pemmbuatan alat untuk menyeimbangkan suhu tubuh pada musim
tertentu yang menyebabkan suhu tubuh berubah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Termoregulasi


Termoregulasi merupakan kemampuan makhluk hidup untuk
menjaga suhu tubuh agar tetap berada pada nilai konstan pada kondisi
panas dan dingin. Termoregulasi memiliki duacara yaitu regulasi secara
fisiologis dan regulasi prilaku. Suhu tubuh manusia dibagi menjadi 2
bagian yaitu suhu inti dan suhu pada permukaan kulit. Suhu inti terdiri
dari bagian abdomen sementara suhu permukaan kulit terdiri dari kulit
dengan lingkungan sekitarnya. Termogulasi berperan sebagai
keseimbangan antara penghasil panas dan penghilang panas yang telah
diatur pada neurologis dan kariovaskuler. Termoregulasi dapat
mengalami gangguan yang disebabkan oleh beberapa factor yaitu antara
lain, hipertemia atau peningkatan suhu tubuh yang tidak dapat
menurunkan panas yang di produksi oleh tubuh, hipotermia atau
pengeluaran suhu panas yang disebabkan oleh kondisi dingin sehingga
tubuh kesulitan dalam memproduksi panas, radang beku dapat
disebabkan oleh tubuh yang terpapar oleh suhu dingin atau suhu
dibawah normal secara terus-menerus., heatstroke merupakan factor
penyebab kerusakan termoregulasi karena tubuh yang terlalu lama
terpapar panas matahari sehingga dapat menghambat pengeluaran panas
pada tubuh dan kepanasan yang akan menyebabkan tubuh kehilangan
cairan atau dehidrasi secara berlebihan. Sistem yang mengatur suhu
tubuh dan turut dalam proses termoregulasi antara lain adalah,
hipotalamus, inti tubuh dan sistem efektor (Chiras, 2012).

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


Perubahan suhu tubuh manusia dapat terjadi karena di
pengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi suhu
tubuh antara lain yaitu usia individu, suhu tubuh makhluk hidup yang
memiliki usia ssemakin dewasa akan lebih peka terhadap adanya
perubahan suhu pada lingkungannya, produksi panas akan meningkat
seiring bertambahnya usia individu. Jenis kelamin merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi suhu tubuh, perempuan akan mengalami
fluktuasi yang lebih besar disbanding dengan pria karena perempuan
memiliki fluktuasi yang bervariasi yang ditimbulkan oleh hormon
reproduksi pada saat masa ovulasi yang mengakibatkan suhu akan
meningkat. Aktivitas merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi suhu tubuh karena adanya aktivitas tubuh akan
menghasilkan laju metabolisme meningkat dan komponen tubuh seperti
otot dan organ-organ tertentu menghasilkan suatu energi, aktivitas
tersebut biasanya melibatkan hormon tiroksin. Gizi menjadi faktor
pengaruh suhu tubuh karena makhluk hidup yang tidak memiliki gizi
yang mencukupi nutrisi akan menyebabkan tubuh tidak dapat
melakukan metabolism sehingaga tubuh akan mengalami penurunan
suhu. Demam merupakan kondisi tubuh mengalami peradangan dan
meningkatkan suhu panas pada tubuh. Rangsangan saraf simpatis yang
mengandung lemak dan dapat menghasilkan panas dan dapat
meningkatkan laju metaolisme. Kecepatan metabolisme dapat
mempengaruhi suhu tubuh, karena kecepatan laju metabolism berkaitan
dengan produksi panas pada di dalam tubuh (Houdas & ring, 2013).

2.3 Organ yang Mengatur Suhu Tubuh


Termoregulasi merupakan mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu tubuh. Termoregulasi pada manusia terdapat
hypothalamus anterior yang tersusun atas tiga bagian yaitu
termoreseptor, hipotalamus dan saraf eferen yang berperan untuk
menjaga suhu tubuh tetap berada pada nilai konstan yaitu kondisi suhu
tubuh yang tinggi disbanding lingkungan. Mekanisme pengatur suhu
tubuh yaitu suatu gabungan fungsi untuk saling berhubungan. Terdapat
sensor pengatur suhu pada tubuh yaitu sensor panas dan sensor dingin.
Rangsangan yang diterima oleh kedua sensor tersebut akan disalurkan
ke sistem saraf pusat dan diteruskan pada sistem saraf motorik yang
akan mengatur produksi dan pengeluaran panas ke organ jantung dan
seluruh tubuh. Kemudian akan terjadi proses umpan balik, yaitu
rangsangan akan diterima kedua sensor melalui peredaran darah.
Permukaan kulit terjadi bentuk modifikasi sistem sirkulasi yang akan
mengurangi adanya panas yang hilang dalam jumlah banyak (Baradero
dkk., 2009).
2.4 Mekanisme Termoregulasi
Mekanisme termoregulasi pada makhluk hidup mempengaruhi
laju metabolism. Suhu yang tinggi akan menyebabkan energy semakin
besar karena metabolism diatur oleh suatu enzim, suhu lingkungan yang
meningkat ataupn mengalami penurunan enzim tersebut akan
kehilangan fungsi karena terjadinya denaturasi. Mekanisme pengaturan
suhu tubuh akan dimulai dari indera peraba yaitu kulit, kemudian
diteruskan menuju reseptor perifer dan memasuki daerah hipotalamus,
suhu yang telah masuk akan di terima oleh preoptika hipotalamus dan
akan diteruskan menuju nervus efferent yang dapat menghasilkan panas
atau proses hilangnya panas. Kondisi panas, tubuh akan mengeluarkan
keringat, arteri akan melebar karena dalam kondisi relaksasi dan tubuh
akan melakukan upaya untuk menurunkan panas serta rambut menyerap
panas. Sementara dalam kondisi dingin, tubuh akan mengalami
kekeringan sehingga dapat menyebabkan adanya kontraksi otot kulit dan
rambut dipermukaan kulit menjadi tegak. Otot akan mendapatkan
perintah menggigil dari hipotalamus dan usaha untuk meningkatkan
panas yaitu dengan menggunakan benda yang memiliki potensi untuk
menghangatkan tubuh (Sherwood, 2011).

2.5 Cara Melepas Panas Tubuh


Pengaturan temperature adalah suatu pengaturan yang terjadi
secara kompleks pada proses fisiologis yang adanya peristiwa
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas sehingga
suhu tubuh dapat berada kondisi tetap. Organism homotermal umumnya
memiliki suhu tubuh tetap pada kondisi lingkungannya yang berubah,
hal ini terjadi karena adanya interaksi antara kedua produksi dan
kehilangan panas yang telah diatur oleh saraf pusat yang juga mengatur
dalam metabolisme, peredaran darah, penguapan dan perintah pada
efektor (otot). Pelepasan panas pada tubuh dilakukan dengan beberapa
cara dalam ilmu fisika antara lain, konduksi, radiasi, konveksi, dan
evaporasi. Konduksi merupakan suatu cara untuk menjalarkan panas
dari suhu tinggi ke suhu rendah. Radiasi adalah suatu proses yang akan
terjadi secara tidak langsung atau tanpa menggunakan suatu objek
tertentu, poses tersebut dapat diamati pada benda-benda berwarna hitam
yang mampu menyerap panas dengan baik. Konveksi merupakan
kondisi suhu lingkungan rendah sementara suhu tubuh berada diatas
suhu lingkungan dan evaporasi merupakan bentuk penguapan suatu
panas yang berubah bentuk menjadi suatu gas atau cairan. Kehilangan
panas melalui cara evaporasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan
uap yang terjadi pada keringat, suhu lingkungan rendah, kelembaban
(Andiyani dkk., 2015).
BAB III
METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Anatomi Fisiologi Hewan pada topik
“Termoregulasi” dilaksanakan pada hari Selasa, 24 September 2019
pada pukul 13.00-14.00 WIB di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Brawijaya, Malang.

3.2 Termoregulasi
Langkah pertama pada praktikum ini adalah suhu pada daerah
mulut, axial dan skrotum di ukur sebelum dan setelah melakukan
aktifitas (lari ditempat selama 5 menit dan merokok/bila ada) serta
setelah beristirahat (15 menit setelah aktifitas). Suhu tubuh sebelum dan
sesudah aktifitas dibandingkan serta dibandingkan juga berdasarkan
jenis kelamin dan perokok.
DAFTAR PUSTAKA

Andiyani, R., A Triana., W.Juliarti.2015.Biologi Reproduksi dan


Perkembangan.Deepublish.Yogyakarta.

Baradero,M., M.W.Dayrit., Y.Siswandi.2009.Gangguan Endokrin:


Seri Asuhan Keperawatan.IKAPI.Jakarta.

Chiras, L.2012.Human Biology.Jones & Bartlett Learning.USA.

Hanna, E.G & W.T.Peter.2015.Limitation to Thermoregulation and


Acclimatizing Challenge Human adaptation to Global
Warming. International Journal of Environmental Research
and Publik Health. 12:8034-8074.

Houdas, Y., & Ring.2013.Human Body Temperature:its


Measurement and Regulation.Spinger.USA.

Pearce, E.C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Gramedia


Pustaka.Jakarta.

Sherwood, L.2011.Fundamentals of Human Physiology.Cengange


Learning. USA.

Anda mungkin juga menyukai