Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

VARIASI SPASIAL FAKTOR ABIOTIK DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA


Oleh :
Kelompok 3.3
Nida Aulia (215090100111056)
Meutia Ratna Widyarani (215090101111002)
Haya Alifra Setiany (215090101111006)
Laboratorium Ekologi dan Diversitas Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya, Malang

HALAMAN PERNYATAAN DAN DESKRIPSI TUGAS


Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
Laporan yang berjudul Variasi Spasial Faktor Abiotik di Universitas Brawijaya ini adalah hasil kerja kelompok 3 dan tidak mengandung
sedikitpun unsur plagiarism (menyalin dari kelompok lain).

Dengan pembagian tugas sebagai berikut:


Nida Aulia : Pendahuluan, Sampul, Hasil dan Pembahasan, Saran
Meutia Ratna Widyarani : Halaman Pernyataan, Rumusan Masalah, Hasil dan Pembahasan, Daftar Pustaka
Haya Alifra Setiany : Abstrak, Tujuan, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan

Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, tidak terpaksa namun dengan kesadaran anggota kelompok:
Nida Aulia, Meutia Ratna Widyarani, Haya Alifra Setiany
Malang, 18 September 2022

ABSTRAK
Praktikum yang dilakukan bertujuan untuk menentukan faktor abiotic terrestrial di provinsi Jawa Timur. Praktikum ini dilaksanakan
pada hari Sabtu, 3 Oktober 2020 pada pukul 06.15 hingga 16.15 WIB. Pengambilan data bertempat di beberapa lokasi di Jawa Timur yaitu
Purwantono, Blimbing, Lowokwaru, Bakalan Krajan (Kota Malang), Dampit (Kab. Malang), Blitar, Gresik dan Bojonegoro. Data diambil dengan
melakukan pengukuran dan pengamatan faktor iklim mikro, faktor gegrafis, faktor edafis dan faktor pencemaran menggunakan data primer dan
sekunder. Data faktor iklim mikro berupa intensitas cahaya, temperatur, kelembaban relatif, arah angina, kecepatan angin, dan curah hujan
bulanan yang diukur menggunakan aplikasi luxmeter, dan data sekunder pada aplikasi Weather Forecast. Pengukuran data geografis berupa
topografi, ketinggian dan kemiringan tanah, serta garis lintang dan bujur menggunakan visual dan aplikasi GPS Essentials. Pengukuran faktor
edafis berupa jenis, warna, tekstur, struktur tanah, ketebalan serasah dan ketebalan humus dilakukan secara visual dan pengukuran
menggunakan meteran. Kemudian, faktor pencemaran dilakukan dengan pengukuran tingkat kebisingan menggunakan aplikasi Sound Meter.
Data hasil praktikum kemudian dianalisis menggunakan data statistic deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Praktikum ini
menghasilkan data yang menunjukkan bahwa adanya variasi spasial pada faktor abiotic ekologi terrestrial pada beberapa daerah di Jawa
Timur. Faktor iklim memiliiki variasi pada intensitas cahaya, suhu, kelembaban, kecepatan angina, dan curah hujan . Faktor geografi memiliki
beberapa kesamaan pada jenis topografi, namun terdapat variasi pada ketinggian dan kemiringan tanah. Pada faktor edafis, terdapat beberapa
variasi spasial pada jenis dan karakter tanah, serta variasi ketebalan serasah dan humus. Sedangkan, faktor pencemaran juga memiliki variasi
spasial pada factor kebisingan yang berkisar antara 34,3 hingga 57,8 dB. Interaksi antar dua faktor abiotik antara intensitas cahaya dan suhu
saling mempengaruhi satu sama lain dan saling berbanding lurus.

Kata kunci : variasi spasial, abiotik, terrestrial, iklim mikro, edafis, geografis, pencemaran
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
VARIASI SPASIAL FAKTOR ABIOTIK DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Oleh :
Kelompok 3.3
Nida Aulia (215090100111056)
Meutia Ratna Widyarani (215090101111002)
Haya Alifra Setiany (215090101111006)
Laboratorium Ekologi dan Diversitas Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya, Malang

1. PENDAHULUAN bujur timur dengan aplikasi Angle Meter dan GPS Essentials.
Latar Belakang Kemudian, penentuan faktor edafis berupa jenis dan karakteristik
Ekosistem merupakan suatu lingkungan dengan kesatuan tanah serta pengukuran ketebalan serasah dan humus. Data hasil
ruang beserta semua benda, keadaan, daya, makhluk hidup, serta pengukuran dilakukan perhitungan pada Ms. Excel lalu dianalisis
perilaku yang dapat mempengaruhi kesejahteraan serta dan dinterpretasikan.
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Ekosistem
tersusun dari dua komponen yaitu komponen biotik atau komponen HASIL DAN PEMBAHASAN
makhluk hidup dan komponen abiotik (De Caceres & Legendre, Variasi iklim mikro di Jawa Timur
2009). Suhu dan hujan dapat menggambarkan variasi lokal suatu
Komponen abiotik merupakan segala sesuatu selain makhluk wilayah. Namun, dalam sekala lebih kecil lagi terdapat variasi iklim
hidup. Komponen abiotik dapat berupa air, temperatur, kelembaban, mikro,yang merupakan tempat tumbuhan dan hewan hidup. Pada
cahaya, topografi, tanah, dan lain sebagainya. Komponen abiotik ekosistem iklim sedang tanah bertindak sebagai panas siang hari
dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kelimpahan spesies di untuk malam hari, kemudian ada suhu, kelembapan relatif yang
daerah tertentu. Contohnya yaitu ketika terjadi penurunan merupakan variasi iklim mikro (Mackenzie, dkk. 2020).
kelimpahan serangga sawah pada siang hari yang diakibatkan oleh
suhu atau temperatur yang tinggi (Reece dkk., 2017).
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ditemukan pada topik ini antara lain
a) b)
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menentukan variasi spasial beberapa faktor
lingkungan yang termasuk iklim mikro, faktor geografis, faktor
edafis, dan faktor pencemaran?
2. Bagaimana cara menentukan interaksi antar faktor abiotik
yang diamati? c) d)
Tujuan
Tujuan dari praktikum mengenai topik “Perubahan Faktor Abiotik
Lingkungan Terestrial” antara lain :
1. Menentukan variasi spasial beberapa faktor lingkungan
termasuk iklim mikro, faktor geografis, faktor edafis, dan faktor e)
pencemaran. Gambar 1. Variasi spasial faktor iklim mikro di Jawa Timur: a)
2. Menentukan interaksi antar faktor abiotik yang diamati. Intensitas cahaya, b) Suhu, c) Kelembaban relatif, d) Kecepatan
angin, e) Curah hujan
Manfaat Dari hasil pengamatan, grafik a) menunjukan adanya
Manfaat dari pengamatan ini adalah mahasiswa dapat perbe-daan intensitas cahaya yang signifikan antara lokasi 1
menganalisis faktor abiotic sehingga dapat menentukan potensi- dengan lokasi 2 yang merupakan satu kota, hal ini bisa terjadi
potensi wilayah manakah yang cocok untuk kegiatan produktif. karena suatu faktor lain seperti matahari yang terhalang oleh awan,
begitu pula lokasi 3. Sedangkan lokasi 4,6,7 dan 8 hanya berbeda
2. METODE sedikit. Suhu antar lokasi tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Waktu dan Tempat Daerah Jawa Timur didominasi dengan cuaca cerah dan berawan.
Praktikum ekologi dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 08 Variasi iklim mikro yang lain yaitu kelembapan relatif, dan
September 2022 pukul 07.30 – 10.10 WIB bertempat di lapangan kecepatan angin.
rektorat Universitas Brawijaya dan Laboratorium Ekologi Jurusan Kelembapan relatif pada 8 lokasi ini memiliki perbedaan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang tidak jauh, dan untuk kecepatan angin pada lokasi 1, 2,4 dan
Universitas Brawijaya. 5 memiliki nilai yang hampir sama yaitu antara 6-8 km/jam, dan
untuk lokasi sisanya memiliki kecepatan yang bervariasi namun
Cara Kerja tidak berbeda jauh juga. Curah hujan di Jawa timur terlihat pada
Praktikum ini diawali dengan penentuan lokasi yang akan grafik e), perbedaan curah hujan signifikan terlihat pada lokasi 3, 7,
ditentukan variasi faktor abiotic terestrialnya. Penentuan faktor iklim dan 8 yang merupakan lokasi dengan kota berbeda. Sementara itu
mikro berupa intensitas cahaya, temperatur, kelembapan relative, pada lokasi sisanya memiliki curah hujan yang relatif sama. Standart
arah angin, kecepatan angin, dan curah hujan bulanan deviasi variasi iklim mikro antar lokasi tidak memiliki berbedaan
menggunakan aplikasi luxmeter dan Weather Forecast. Faktor yang signifikan kecuali pada lokasi satu.
kebisingan diamati dengan menggunakan aplikasi Sound Meter.
Pengukuran faktor iklim mikro dan pencemaran dilakukan pada tiga Variasi faktor geografi di Jawa Timur
waktu yang berbeda dengan pengulangan berjeda waktu 15 menit. Berdasarkan data pada grafik, sebagian besar lokasi di Kota
Selanjutnya, dilakukan pengukuran faktor geografis berupa Malang dan Kabupaten Malang memiliki ketinggian yang berkisar
topografi, kemiringan tanah ketinggian, lintang selatan utara, dan antara 455 hingga 502 mdpl, sedangkan lokasi lain berupa dataran
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
VARIASI SPASIAL FAKTOR ABIOTIK DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Oleh :
Kelompok 3.3
Nida Aulia (215090100111056)
Meutia Ratna Widyarani (215090101111002)
Haya Alifra Setiany (215090101111006)
Laboratorium Ekologi dan Diversitas Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya, Malang

rendah dengan ketinggian 45 hingga 134 mdpl yang terletak di Berdasarkan grafik, lokasi sekitar perkotaan (ramai lalu
Gresik, Bojonegoro dan Blitar. Variasi kemiringan berkisar antara 0- lalang kendaraan) yaitu lokasi 1, 2, 3, 5 dan 6 memiliki tingkat
2 dengan tipe topografi datar, dan bergelombang pada lokasi 7 kebisingan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi 4,7 dan 8.
yaitu di Kab. Malang. Sementara itu lokasi yang memilki tingkat kebisingan paling
bervariasi yaitu lokasi 5 dan 7, dengan nilai standart deviasi
tertinggi. Untuk lokasi sekitar perkotaan memiliki nilai kebisingan
yang hampir mirip. Sementara lokasi lainnya memiliki nilai relatif
sama dan cukup berbeda dari lokasi sekitar perkotaan.
a) b)
Interaksi antar faktor abiotik
Hubungan antara suhu dan intensitas cahaya bisa dilihat
pada grafik, jika saat intensitas cahaya tinggi pada suatu wilayah
maka wilayah tersebut memiliki temperatur suhunya juga tinggi,
begitu pula sebaliknya. Ini menunjukan adanya interaksi antara
c) variasi iklim mikro tertentu
Gambar 2. Variasi faktor geografis di daerah Jawa Timur: a)
Ketinggian, b) Kemiringan, c) Topografi
Populasi manusia umumnya menurun seiring dengan
bertambahnya ketinggian suatu lokasi, dan air pada dataran tinggi
memiliki kualitas air yang lebih baik daripada dataran rendah
(Dudgeon,2008). Selain itu, tingkat kemiringan tanah yang tinggi Gambar 4. Interaksi antar faktor suhu dan intensitas cahaya
dapat mempengaruhi kekuatan tanar. Faktor geologi lain yang
kompleks juga dapat meningkatkan risiko terjadinya keruntuhan KESIMPULAN DAN SARAN
lereng yang dapat mengurangi keberadaab populasi tertentu Kesimpulan
(Sharma dkk., 2017). Berdasarakan data yang sudah disajikan, secara keselu-
ruhan pada wilayah yang ada di Jawa Timur yang memiliki latar
Variasi faktor edafis di Jawa Timur belakang geografis dan edafis yang bervariasi rata-rata memiliki
Variasi factor edafis menunjukkan adanya diversitas variasi iklim mikro yang hampir sama, perbedaan bisa dilihat antara
pengaruh perkembangan tanah pada organisme. Salah satunya daerah kota Malang, dengan kota lain, namun tidak begitu jauh.
adalah komposisi dan persebaran vegetasi yang sangat dipengaruhi Kemudian ada juga beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
oleh faktor edafis (Fath, 2019). faktor lain, sehingga menyebabkan variasi suatu faktor baik iklim
Tabel 1. Karakteristik tanah di Jawa Timur mikro, geografis, kebisingan dan edafis pada tiap-tiap lokasi
walaupun ada yang masih dalam satu kota. Dari pengamatan juga
didapat bahwa suatu faktor baik dari biotic dan abiotic terjadi
interaksi yang saling berpengaruh.
Saran
Praktikan hendaknya melakukan pengamatan pada waktu
yang sama dengan semua anggota kelompok, dengan tempat
Berdasarkan data variasi faktor edafis pada masing-masing
yang identik, dan juga akan lebih baik jika saat praktikum dilakukan
lokasi anggota. Terdapat 3 jenis tanah seperti tanah berpasir, tanah
dokumentasi data berupa SS mengantisipasi jika ada kesalahan
liat, dan tanah humus. Ketebalan humus lebih tebal daripada
tulis ataupun lupa.
serasah pada lapisan tanah. Serta pada serasah lebih banyak
ditemukan pada jenis tanah berpasir daripada tanah liat maupun
DAFTAR PUSTAKA
tanah humus.
Dudgeon, David. 2008. Tropical stream ecology. Elsevier.
Amsterdam.
Variasi intensitas kebisingan di Jawa Timur
Fath, Brian D. 2019. Encyclopedia of ecology, vol 1. Elsevier.
Faktor kebisingan memerlukan pengambilan rasio dua
Amsterdam
angka yang hampir sama dengan resistensi sumber yang sama.
Hui, D., Wang, J., Le, X., Shen, W. and Ren, H. 2012. Influences of
Pendekatan ini agar dapat diketahui nilai ketidak akuratan suatu
biotic and abiotic factors on the relationship between tree
pengamatan (Ott. 20011). Data berupa sampel dua kali dalam satu
productivity and biomass in China. Forest Ecolody and
waktu pada setiap lokasi. Rata -rata nilai relatif kebisingan pada
Management. Vol 264: 72-80.
setiap lokasi seperti grafik dibawah ini.
Mackenzie, A., Andy, B., and Sonia, V. 2020. BIOS Instant Notes in
Ecology second edition. Taylor & Francis. New York.
Newsome, D., Susan, A.M., Ross, K.D. 2017. Natural Area Tourism
Ecology, Impacts and Management. Channel View
Publications. Clevedon.
Gambar 3. Variasi spasial faktor pencemaran suara di Jawa Timur
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
VARIASI SPASIAL FAKTOR ABIOTIK DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Oleh :
Kelompok 3.3
Nida Aulia (215090100111056)
Meutia Ratna Widyarani (215090101111002)
Haya Alifra Setiany (215090101111006)
Laboratorium Ekologi dan Diversitas Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya, Malang

Ott, H. W. 2011. Electromagnetic Compatibility Engineering. John


Wiley & Sons. Canada.
Sharma, L.K., Umrao, R.K., Singh, R., Ahmad, M. and Singh, T.N.,
2017. Stability investigation of hill cut soil slopes along
National highway 222 at Malshej Ghat,
Maharashtra. Journal of the Geological Society of
India, 89(2), pp.165-17

Anda mungkin juga menyukai