GENETIKA
Oleh
Aufaa Luthfi B
185090100111052
Kelompok 6
(Degefa, 2017).
Gambar. 1 Contoh Epistasis (A) Epistasis dominan pada warna labu. (B) Epistasis resesif
pada pigmentasi rambut tikus
(Miglani, 2010).
Gambar. 4
(Bassett, 2010).
Gambar. 6 Testcross
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini antara lain:
1. Mengetahui prinsip epistasis
2. Mengetahui cara membuat uji silang (testcross) untuk mengidentifikasi genotipe induk dan
menentukan keterkaitannya
BAB II
METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dengan materi “Genetic Analysis of Flower Colour in Snapdragon”
dilakukan pada hari Selasa, 14 April 2020 pukul 15.00–17.30. Praktikum ini dilakukan di
Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Brawijaya, Malang.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Hasil
Genus Antirrhinum (umumnya dikenal sebagai snapdragons) mengandung lebih dari
dua puluh lima spesies yang dikenal. Genus telah dibagi menjadi tiga subbagian morfologis:
Antirrhinum, Streptosepalum dan Kickxiella. Salah satu karakteristik utama yang
membedakan ketiga subbagian adalah warna bunga. Antirrhinum memiliki bunga berwarna
merah muda gelap atau kuning, spesies Kickxiella berwarna putih atau merah muda pucat dan
spesies Streptosepalum memiliki bunga kuning atau merah muda pucat. Pada snapdragon
terjadi interaksi alel dominan tidak sempurna, dimana alel dominan tidak dapat menutupi alel
resesif sepenuhnya (epistasis hipostasis). Akibatnya, individu yang heterozigot memiliki sifat
yang setengah dominan dan setengah resesif (intermediet) (Geissman dkk., 2009).
Pigmen yang berperan dalam warna bunga snapdragon adalah antosianin dan
flavonoid. Flavanoid merupakan metabolit sekunder yang larut dalam air, umumnya memiliki
struktur backbone C6-C3-C6 dan tersebar luas pada kingdom plantae. Pola warna bunga
merupakan sifat yang berkontribusi pada isolasi dan spasiasi reproduksi. Warna bunga
snapdragon antara lain, albino, ivory, krem, kuning, merah muda, jingga, hingga magenta
yang dipengaruhi oleh gen-gen berikut, diantaranya Nivea (Niv), Incolorata (Inc), Enosinea
(Eos), dan sulf. Kecuali, pada albino yang merupakan efek dari genotipe homozigot resesif
sulf sulf atau karena mutan resesif niv, sehingga ketiga alel tidak terekspresi jika semua alel
sulf adalah resesif. Gen niv mengandung alel niv+ dan niv, dimana alel Niv+ dominan
terhadap alel Niv dan menyebabkan pigmen memproduksi warna kuning sehingga dihasilkan
bunga warna kuning. Studi baru menunjukkan bahwa, glukosida chalcone berfungsi sebagai
perkusor auron yang bertanggung jawab untuk menghasilkan warna bunga kuning pada
Snapdragon (Antirrhinum majus). Alel niv bersifat resesif sehingga tidak menghasilkan warna
pada bunga Snapdragon (albino atau putih). Alel sulf+ dominan terhadap alel sulf. Tumbuhan
dengan genotipe sulf+- akan memiliki warna bunga selain putih. Sedangkan, tumbuhan
bergenotipe sulf sulf akan menghasilkan warna bunga putih. Gen inc terdiri dari alel inc+ dan
inc. Gen eos terdiri dari alel eos+ dan eos. Alel inc+ bersifat dominan terhadap alel inc dan
alel eos+ bersifat dominan terhadap alel eos. Interaksi diantara gen inc dan eos akan
mempengaruhi biosintesis pigmen senyawa flavonoid. Warna ungu pada bunga snapdragon
dihasilakn dari genotipe inc+-, eos+-. Fenotipe bunga coklat mengandung genotipe inc inc.
Sifat alel ini mengikuti prinsip epistasis hipostasis, dimana gen inc bersifat epistasis terhadap
gen eos, atau gen eos bersifat hipostasis terhadap gen inc. Sintesis pigmen warna bunga ini
melibatkan enzim-enzim dari gen niv, inc, eos dan sulf. Fungsi enzim adalah untuk sintesis
pigmen warna bunga. Wild type alel dari gen sulf menekan pembentukan auron pada bunga
Snapdragon. Gen inc mengontrol aktivitas flavananon 3-hidroksilase yang mengkatalis
hidrolsilasi flavanon menjadi dihidroflavanol. Gen eos menyangkut hidroksilasi flavonoid
dalam posisi 3 yang dikatalis oleh enzim flavonoid 3-hidroksilase (Ono dkk., 2016).
Epistasis resesif ganda terjadi apabila gen tertentu dalam keadaan tertentu, misalnya A
akan menutupi kspresi gen lainnya misalnya B, sebaliknya gen B dalam keadaan resesif
menutupi ekspresi gen A sheingga fenotipe yang tereskpresi adalah yang tidak mengandung
alel resesif. Contohnya, pada bunga Snapdragon, gen A dalam keadaan dominan mengontrol
warna merah dan gen B dalam keadaan dominan juga menghasilkan warna merah, sedangkan
jika dalam keadaan reesif baik gen A maupun gen B tidak menghasilkan warna. Rasio
fenotipe nya adalah 9:7. Mendel melakukan persilangan antara Snapdragon berbunga merah
dan putih. Semua tanaman keturunan F1 memiliki bunga berwarna merah muda. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua sifat induk mempengaruhi keturunan. Ketika tanaman F1
dibiarkan menyerbuk sendiri, maka didapatkan tanaman F2 yang memisah dengan
perbandingan 1/4 merah : 1/2 merah muda : 1/4 putih. Berdasarkan perbandingan tersebut
dapat diketahui bahwa bunga berwarna merah dan putih merupakan homozigot, sedangkan
bunga berwarna merah muda merupakan heterozigot. Jika tanaman F2 homozigot berbunga
merah (MM) dibiarkan menyerbuk sendiri, maka keturunannya akan selalu berwarna merah.
Hal ini juga berlaku pada tanaman F2 homozigot berbunga putih pada keturunannya. Individu
homozot yang selalu menghasilkan keturunan tetap dinamakan galur murni. Ketika tanaman
F2 heterozigot berbunga merah muda dibiarkan menyerbuk sendiri, maka akan selalu
menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1 (Almeida, 2012).
(Arumingtyas, 2016).
Gambar 8. Jalur biosintesis ntosianin yang memerlukan dua produk fungsiolnal dua gen yang
mengontrolnya
(Arumingtyas, 2016).
Gambar 9. Pola keanekaragaman warna pada bunga snapdragon
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai analisis genetik warna bunga snapdragon, dapat
disimpulkan bahwa, Epistasis adalah gen yang dominan yang menutupi ekspresi gen gen lain
yang bukan sealel. Hipostasis adalah gen yang tertutupi oleh gen dominan tersebut. Pada
snapdragon terjadi interaksi alel dominan tidak sempurna, dimana alel dominan tidak dapat
menutupi alel resesif sepenuhnya (epistasis hipostasis). Akibatnya, individu yang heterozigot
memiliki sifat yang setengah dominan dan setengah resesif (intermediet). Karakteristik
dominansi tidak sempurna diantaranya, efek salah satu dari dua alel lebih mencolok. Ini
menghasilkan campuran dari ekspresi dua alel. Efek dalam hibrida adalah intermediate dari
ekspresi kedua alel. Pigmen yang berperan dalam warna bunga snapdragon adalah antosianin
dan flavonoid. Warna bunga snapdragon antara lain, albino, ivory, krem, kuning, merah
muda, jingga, hingga magenta yang dipengaruhi oleh gen-gen berikut, diantaranya Nivea
(Niv), Incolorata (Inc), Enosinea (Eos), dan sulf. Gen niv menghasilkan warna bunga kuning.
Gen sulf sulf menghasilkan fenotipe bunga putih. Gen sulf+- menghasilkan fenotipe bunga
selain putih. Fenotipe bunga coklat dihasilkan dari gen inc inc. Enzim terlibat da;am sintesis
pigmen warna bunga. Testcross adalah persilangan anatara individu hasil hibrida (F1) dengan
salah satu induknya yang homozigot resesif.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk memperbaiki praktikum selanjutnya adalah,
diharapkan praktikan dapat membaca lebih banyak jurnal mengenai pola warna bunga
snapdragon berdasarkan analisis genetik untuk menambah wawasan sekaligus
memaksimalkan hasil laporan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN