Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

TOPIK VI GENETIC ANALYSIS OF FLOWER COLOUR IN


SNAPDRAGON

Disusun Oleh :

NAMA : Haikal Ageng Maulana

NIM : 205090100111045

ASISTEN PJ : Ahmad Hanif Naufal

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Haikal Ageng Maulana
NIM : 205090100111045
Jurusan : Biologi
Topik : VII

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Laporan praktikum ini adalah benar-benar karya saya sendiri


dan bukan hasil plagiat dari karya orang lain. Karya-karya
yang tercantum dalam daftar pustaka semata-mata digunakan
sebagai acuan/refrensi.
2. Apabila kemudian hari diketahui bahwa isi Laporan
praktikum saya merupakan hasil plagiat, maka saya bersedia
menanggung akibat hukum dari keadaan tersebut.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran.

Malang, 22 Oktober 2021


Yang menyatakan,

(Haikal Ageng Maulana)


NIM. 205090100111045
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Epistasis dan hipostatis merupakan salah satu bentuk
interaksi antara gen dominan yang mana gen dominan mengalahkan
gen dominan lainya. Epistasis didefinisikan sebagai menutupi dan
hipostatis berarti tertutupi. Pada kondisi epistasis, gen yang bersifat
epistasis tidak akan menutupi gen yang menjadi pasangannya, namun
akan menutupi gen lain yang bukan pasangannya. Peristiwa epistasis
terdiri dari epistasis dominan dan epistasis resesif (Effendi, 2018).
Fenomena epistasis merupakan ekspresi dari satu gen atau pasangan
gen menutupi atau memodifikasi ekspresi gen atau pasangan gen
lain. Biasanya, gen yang terlibat mengontrol ekspresi karakter
fenotipik umum yang sama secara antagonistik. Pada kasus lain, gen
yang terlibat memberikan pengaruhnya satu sama lain dengan cara
yang saling melengkapi atau secara kooperatif. Misalnya, kehadiran
homozigot dari resesif alel mencegah ekspresi alel lain di lokus
kedua Dalam hal ini, alel pada lokus pertama dikatakan epistatik
terhadap alel yang berada di lokus kedua, dan alel pada lokus kedua
adalah hipostatis dengan lokus pertama (Gambar 1.) (Klug dkk.,
2017).

(Pierce, 2016)
Gambar 1. Fenomena epistasis dominan ada persilangan labu
Pada persilangan tersebut perbandingan yang dihasilkan
yaitu 12 : 3 : 1 (putih : kuning : hijau). Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa sifat warna kulit buah labu ditentukan oleh 2
alel berbeda yakni seperti pada pesilangan dihibrid hukum Mendel.
Akan tetapi, perbandingan fenotip keturunanan F2 tidak lagi 9 : 3 : 3
: 1 (Effendi, 2018).
Snapdragon (Antirrhinum majus) di Indonesia dikenal
dengan nama Mulut Naga karena bunganya menyerupai kepala naga.
Bunga Snapdragon mempunyai aneka warna putih, kuning, orange,
pink, merah tua. yang cantik pada saat mekar. Akan tetapi, kondisi
ini berbeda ketika bunga Snapdragon telah mati yang mana bunga ini
akan berubah bentuk seperti tulang kepala manusia (Widyastuti,
2018). Peristiwa epistasis juga terjadi pada warna penyusun mahkota
bunga. Alel dorninan B pada gen kedua rnengakibatkan pH
sitoplasrna basa sementara alel resesif b dari gen tersebut
rnengakibatkan pH sitoplasrna asam. Antosianin memiliki warna
ungu pada pH basa dan rnerah pada pH asarn. Bunga baru akan
berwarna pada saat antosianin terbentuk yakni ketika turnbuhan
rnernpunyai alel dorninan A pada gen pertarna. Jika tanarnan
hornozigot resesif (aa) pada gen pertama rnaka turnbuhan tidak bisa
rnensintesis antosianin oleh karenanya, bunga akan berwarna putih.
Pewarisan warna bunga ini rnenampilkan adanya peristiwa epistasis
resesif, sebab pada fenotip aaB- bunga berwarna putih yang berarti
aiel resesif dari gen pertarna rnenutupi ekspresi aiel dorninan dari
gen kedua (Gambar 2.) (Artadana & Safitri, 2018).

(Artadana & Safitri, 2018)


Gambar 2. Proses terbentuknya warna pada bunga.
Pada situasi dominan tidak sempurna, peran dari alel A >
satu unit tertentu sehingga pengaruh dua alel tidak sama dengan 2 x
pengaruh dari alel tunggal. Apabila AA aditif maka kombinasi Aa
mendekati AA. Misalnya, gen untuk warna bunga, R = bunga merah,
dan r = bunga putih, sehingga RR = bunga merah, Rr = bunga pink,
dan rr = bunga putih, yang mana warna pink adalah warna diantara
merah dan putih (Gambar 3.) (Hayati, 2015).
(Hayati, 2015)
Gambar 3. Pewarisan Warna Bunga Snapdragon yang
memperlihatkan dominan tidak Sempurna
Test cross merupakan pemuliaan fenotipe dominan dengan
fenotipe resesif. Zigositas dari fenotip dominan dapat diketahui
dengan uji silang (test cross). Zigositas adalah derajat kemiripan
antara dua alel yang menentukan sifat tertentu. Zigositas
diidentifikasi oleh proporsi fenotipe yang terjadi pada keturunannya.
Dia dapat berupa homozigot atau heterozigot. Individu homozigot
terdiri dari dua alel dominan atau dua alel resesif. Individu
heterozigot mengandung alel gen yang dominan dan resesif (Gambar
4.) (Panawala, 2017).

(Panawala, 2017)
Gambar 4. Punnet square test cross
Diagram di atas menggambarkan Punnett Square dari uji
silang yang dilakukan untuk warna polong tanaman kacang polong.
Alel dominan untuk warna polong didominasi oleh Y sedangkan
resesif didominasi oleh y. Di sini, kuning adalah warna dominan
polong sedangkan hijau adalah warna polong resesif. Kombinasi alel
dari homolog dominan adalah YY, menunjukkan polong warna
kuning. Yy adalah kombinasi alel heterozigot, menunjukkan polong
warna kuning. Kombinasi alel resesif homozigot adalah yy,
menunjukkan polong berwarna hijau (Panawala, 2017).

1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum genetika yang berjudul
“Genetic Analysis Of Flower Colour In Snapdragon” ini yaitu
sebagai berikut.
1. Memahami prinsip epistasis dan hipostasis
2. Mengetahui strategi membuat uji silang untuk
mengidentifikasi genotipe dan fenotipe parental
3. Mengetahui cara menentukan keterkaitan antar genotipe

1.3 Manfaat
Manfaat dari dilakukannya praktikum genetika yang berjudul
“Genetic Analysis Of Flower Colour In Snapdragon” ini adalah agar
praktikan mengetahui adanya epistasis dan hipostasis yang terjadi
pada hewan dan tumbuhan yang mana menyimpang dari hukum
pewarisan Mendel. Selain itu, praktikum ini juga bermanfaat agar uji
silang dapat dilakukan dengan baik oleh praktikan sehingga dapat
diketahui genotip dari parental dan F1 sesama persilangannya.
BAB II
METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum genetika yang berjudul “Genetic Analysis Of
Flower Colour In Snapdragon” dilaksanakan pada hari Jum’at, 22
Oktober 2021 pada pukul 15.00-selesai. Tempat dilaksanakannya
praktikum yaitu di Laboratorium Biologi Dasar Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Brawijaya, Malang.

3.2 Cara Kerja


Langkah kerja pada praktikum kali ini adalah diawali dengan
diberikannya soal pada praktikan terkait genotype dari bunga
snapdragon. Selanjutnya, praktikan menentukan fenotipe dari bunga
snapdragon. Kemudian, dilakukan uji silang (test cross) diantara
tetua snapdragon serta keturunannya yang ditentukan oleh praktikan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Penentuan Fenotip dari Genotip Snapdragon


Analisa hasil pada praktikum yang telah dilakukan, diperoleh
data yang menunjukkan fenotipe dan genotipe dari warna bunga
Snapdragon dalam bentuk tabel sebagai berikut (Tabel 1.).
Tabel 1. Data Praktikum Fenotipe dan Genotipe Bunga Snapdragon

Genotipe Fenotipe
Inc+ inc+ eos+ eos+ sulf+ sulf+ Magenta
Inc+ inc+ eos+ eos+sulf sulf Carmine
Inc+ inc+ eos eos sulf+ sulf+ Pink
Inc+ inc+ eos eos sulf sulf Bronze
Inc inc eos+ eos+ sulf+ sulf+ Ivory
Inc inc eos eos sulf+ sulf+ Ivory
Inc inc eos+ eos+ sulf sulf Yellow
Inc inc eos eos sulf sulf Yellow

Berdasarkan data praktikum yang diperoleh, diketahui


fenotipe dan genotipe warna bunga dari Snapdragon yang bervariasi.
Genotipe warna bunga magenta diperoleh dari gen pengkode inc,
eos, dan sulf dominan. Sementara itu, genotipe warna carmine
diperoleh dari gen pengkode inc dan eos dominan serta sulf resesif.
Sulf resesif menyebabkan warna bunga snapdragon menjadi lebih
pekat sehingga warna yang dihasilkan adalah warna carmine.
Selanjutnya, genotipe warna bunga pink diperoleh dari inc, sulf
dominan dan eos resesif. Adanya eos resesif menyebabkan warna
lain seperti magenta dan carmine tidak terekspresi. Sementara itu,
sulf resesif memekatkan warna bunga snapdragon yaitu pada
genotipe inc dominan dan sulf, eos, resesif sehingga warna yang
terekspresi adalah warna bronze. Warna bunga snapdragon ivory
diperoleh dari dua genotipe yaitu inc, resesif dan eos, sulf dominan
atau inc, eos resesif, dan sulf dominan. Adanya inc resesif
menyebabkan warna lainnya tidak terekspresi yaitu bronze, pink,
carmine dan magenta dan dengan sulf dominan maka warna yang
terekspresi adalah ivory. Jika pada warna ivory gen sulf merupakan
gen dominan, maka pada warna yellow gen sulf berupa gen resesif
sehinnga warna yellow merupakan warna yang terekspresi karena
sulf resesif memekatkan warna ivory menjadi warna yellow.
Warna yang dimiliki oleh bunga snapdragon bermacam-
macam disebabkan adanya gen yang mengkodekan warna dari bunga
tersebut. Gen-gen yang mengkodekan warna bunga snapdragon ini
yaitu Nivea (Niv), Incolorata (Inc), Enosiena (Eos), Pallida (Pal) dan
Sulfurea (Sulf). Pada gen-gen yang mengkodekan warna bunga
snapdragon tersebut diantaranya terdapat gen yang bersifat resesif
yang akan menjadi epistasisi terhadap gen lainnya. Gen sulf pada
bunga ini adalah lokus utama yang memiliki pengaruh pada
penyebaran pigmen warna kuning aurone. Selain itu, adanya gen niv
ini berfungsi sebagai penghasil dan pendistribusian pigmen warna
putih. Gen Incolorata (inc) menghasilkan pigmen warna pink.
Sementara pada gen eos menghasilkan pigmen warna merah, biru
dan ungu (Ono & Nakayama, 2007).
Terdapat karakterisasi genetik dan molekuler dari gene ROS
yang juga merupakan gene dari Antirrhinum majus (Gambar 4.).
Terdapat gen JI7 yang merupakan "wild type" dengan pigmen
magenta penuh dan terdapat dua garis yang pigmentasi bunganya
berkurang akibat mutasi pada lokus ROS, bernama roseadorsea dan
rosea colorata. Pada garis roseadorsea, pigmen magenta terbatas pada
epidermis luar bagian dorsal pada lobus bunga. Pada roseacolorata,
pigmen terjadi pada cincin di dasar tabung mahkota dan di epidermis
bagian dalam lobus (Tavares, 2014).

(Tavares, 2014)
Gambar 4. Fenotipe dari bunga snapdragon (Antirrhinum majus)
3.2 Testcross pada Bunga Snapdragon
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil
berupa data hasil persilangan antara dua genotip warna Bunga
Snapdragon yang diperoleh dari hasil persilangan beserta warna
bunga yang terbentuk atau muncul dan ditunjukkan pada tabel
dibawah (Tabel 2 dan 3).

Tabel 2. Genotip dan Fenotip Hasil Persilangan Bunga Snapdragon


Dengan Warna Yellow dan Bronze
Yellow x Bronze
Kombinasi Genotipe yang Mungkin
1. inc inc eos+ eos+ sulf sulf x inc+ inc+ eos eos sulf sulf
2. inc inc eos+ eos sulf sulf x inc+ inc+ eos eos sulf sulf
3. inc inc eos eos sulf sulf x inc+ inc+ eos eos sulf sulf
Kombinasi Genotipe F1 Fenotipe F1
1. inc+ inc eos+ eos sulf sulf Carmine
+ +
2. inc inc eos eos sulf sulf Carmine
inc+ inc eos eos sulf sulf Bronze
3. inc+ inc eos eos sulf sulf Bronze
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwasanya
dilakukan persilangan Bunga Snapdragon antara Yellow dan Bronze.
Hasil persilangan 1 diperoleh gen inc dan eos dominan sehingga
warna yang diperoleh adalah 100 % warna carmine. Sementara pada
persilangan nomor 2, terdapat variasi dua genotip eos dan
menghasilkan dua genotip yang berbeda. Sehingga fenotip yang
terbentuk atau muncul prsentasenya sebesar 50% carmine dan 50%
bronze pada fenotip F1 bunga Snapdragon. Hasil persilangan ketiga
diperoleh hasil berupa 100 % bronze. Dari hasil yang diperoleh
diketahui perbedaan dimana eos dominan menyebabkan warna
persilangan pada F1 menjadi berwarna carmine, sementara eos
resesif akan menyebabkan warna pada persilangan F1 menjadi warna
bronze.
Analisa data yang diperoleh pada tabel 3. yaitu persilangan
antara warna bunga Snapdragon ivory dengan pink. Terjadinya test
cross atau persilangan pada Bunga Snapdragon terjadi akibat
persilangan Bunga Snapdragon genotip warna merah tua yang
bersifat homozigot dominan dengan Bunga Snapdragon genotip
warna putih yang bersifat heterozigot. Menurut (Hayati, 2015)
apabila AA aditif, maka kombinasi Aa mendekati AA. Misalnya, gen
untuk warna bunga, R = bunga merah, dan r = bunga putih, sehingga
RR = bunga merah, Rr = bunga pink, dan rr = bunga putih, yang
mana warna pink adalah warna diantara merah dan putih.

Tabel 3. Genotip dan Fenotip Hasil Persilangan Bunga Snapdragon


Dengan Warna Ivory dan Pink
Ivory x Pink
Kombinasi Genotipe yang Mungkin
1. inc inc eos+ eos+ sulf+ sulf+ x inc+ inc+ eos eos sulf sulf
2. inc inc eos+ eos sulf+ sulf+ x inc+ inc+ eos eos sulf sulf
3. inc inc eos eos sulf+ sulf+ x inc+ inc+ eos eos sulf sulf
Kombinasi Genotipe F1 Fenotipe F1
+ + + +
1. inc inc eos eos sulf sulf Magenta
2. inc+ inc eos+ eos sulf+ sulf+ Magenta
inc+ inc eos eos sulf+ sulf+ Pink
3. inc+ inc eos eos sulf+ sulf+ Pink

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwasanya


dilakukan persilangan antara Bunga Snapdragon yang berwarna
ivory dan pink. Bunga Snapdragon yang berwarna ivory memiliki
gen sulf+, sehingga warna yang terbentuk memiliki warna yang lebih
pekat. Persilangan nomor 1, menunjukkan gen inc dan eos yang
bersifat dominan sehingga warna yang terbentuk atau yang
terekspresi yaitu warna 100% magenta. Sedangkan pada persilangan
nomor 2, terdapat dua variasi genotip pada eos yang mana terdapat
eos dominan dan eos resesif, sehingga dihasilkan genotip yang
berbeda. Fenotip yang terbentuk yaitu dengan presentase sebesar
50% magenta dan 50% pink. Pada gen eos yang bersifat dominan
yaitu terletak pada Bunga Snapdragon yang berwarna magenta dan
eos bersifat resesif pada Bunga Snapdragon yang berwarna pink.
Selain itu, pada persilangan nomor 3 pada tabel diatas, akan
menghasilkan satu fenotip dengan 100% berwarna pink.
Studi pasca-Mendel mengungkapkan bahwa, sebagian besar
penyembunyian satu sifat dengan sifat lainnya yang hanya sebagian
disebut dengan dominasi tidak lengkap atau dominasi parsial.
Persilangan antara bunga merah (RR) dan bunga putih (rr)
snapdragon menghasilkan tanaman berbunga merah muda (Rr). rasio
genotip tetap 1 : 2 : 1, namun kurang lengkapnya dominasi
mengakibatkan rasio fenotipik menjadi 1 : 2 : 1 (3 : 1 merupakan
perbandingan yang diharapkan untuk dominasi penuh) (Acquaah,
2007). Secara umum, warna bunga ditentukan oleh tiga kelas pigmen
yaitu flavonoid, karotenoid, dan betalain. Flavonoid merupakan
kontributor utama dalam penentuan berbagai warna seperti kuning,
oranye, merah dan ungu dan karotenoid adalah pigmen larut lemak
berwarna merah, jingga dan kuning yang ditemukan tertanam dalam
membran koroplas dan kromoplas. Antosianin, flavonol, chalcones
dan aurones berkontribusi warna untuk tanaman. Auron adalah
pigmen kuning cerah yang ditemukan di beberapa bunga orna mental
seperti snapdragon (Antirrhinum majus), kosmos dan coreopsis
(Wang dkk., 2015).

3.3 Virtual Plot


Berdasarkan hasil praktikum virtual plots, menunjukkan
hasil adanya virtual plots yang didasarkan pada persilangan F1nya.
Berikut ini adalah hasil data yang diperoleh (Gambar 5.)

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 5. Virtual Plots Bunga Snapdragon a). Warna Carmine, b).
Warna Bronze, c). Warna Magenta, dan d) Warna Pink
Berdasarkan data virtual plots diatas diketahui bahwasanya
persilangan Bunga Snapdragon berarna yellow dengan Bunga
Snapdragon berwarna bronze, akan menghasilkan warna bronze dan
carmine seperti pada gambar a dan b. Diperoleh hasil yang
ditunjukkan pada gambar a sebanyak 25 bunga Snapdragon yang
memiliki warna carmine dan gambar b menunjukkan 15 bunga
Snapdragon berwarna bronze. Sementara itu, pada persilangan
Bunga Snapdragon yang berwarna ivory dengan bunga Snapdragon
yang berwarna pink akan menghasilkan bunga Snapdragon yang
berwarna magenta dan pink yakni pada Gambar c dan d. Hasil yang
diperoleh pada gambar c menunjukkan hasil jumlah sebanyak 12
Bunga Snapdragon yang memiliki warna magenta dan pada gambar
d sebanyak 12 Bunga Snapdragon yang memiliki warna pink.

3.4 Penyebab Munculnya Warna Bunga


Secara umum, warna bunga ditentukan oleh tiga kelas
pigmen yaitu flavonoid, karotenoid, dan betalain. Flavonoid
merupakan kontributor utama dalam penentuan berbagai warna
seperti kuning, oranye, merah dan ungu dan karotenoid adalah
pigmen larut lemak berwarna merah, jingga dan kuning yang
ditemukan tertanam dalam membran koroplas dan kromoplas (Wang
dkk., 2015). Antosianin termasuk ke dalam salah satu dari kelompok
pigmen utama pada tumbuhan. Antosianin terdapat pada sebagian
besar tanaman tingkat tinggi dan terdapat pada seluruh bagian
tanaman dan juga terdapat pada tumbuhan berbunga yang
menghasilkan warna dari merah tua sampai biru pada bunga, buah
dan daun (Julita, dkk. 2014). Antosianin dikategorikan sebagai
senyawa flavonoid, yaitu kelompok terbesar pigmen alami pada
tumbuhan yang larut dalam air yang berperan untuk memberikan
warna pada bunga, buah dan sayuran (Maulid & Laily, 2015).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Epistasis didefinisikan sebagai menutupi dan hipostatis
berarti tertutupi. Pada kondisi epistasis, gen yang bersifat epistasis
tidak akan menutupi gen yang menjadi pasangannya, namun akan
menutupi gen lain yang bukan pasangannya. Snapdragon
(Antirrhinum majus) di Indonesia dikenal dengan nama Mulut Naga
karena bunganya menyerupai kepala naga. Terdapat gen-gen yang
mengkode warna pada Bunga Snapdragon. Gen-gen tersebut
diantaranya adalah niv, inc, eos, dan sulf. Gen yang memiliki sifat
resesif yang akan bersifat epistasi pada gen lainnya. Akibatnya, gen
lain tidak memunculkan warna dari gen tersebut. Adapun gen sulf
berperan penting dalam gen yang mengatur kepekatan warna yang
terbentuk atau muncul pada Bunga Snapdragon. Gen sulf pada bunga
ini adalah lokus utama yang memiliki pengaruh pada penyebaran
pigmen warna kuning aurone. Selain itu, adanya gen niv ini
berfungsi sebagai penghasil dan pendistribusian pigmen warna putih.
Gen Incolorata (inc) menghasilkan pigmen warna pink. Sementara
pada gen eos menghasilkan pigmen warna merah, biru dan ungu.
Persilangan antar dua fenotip warna yang berbeda pada Bunga
Snapdragon akan menghasilkan satu variasi warna. Apabila genotip
keduanya homozigot pada parentalnya, maka akan menghasilkan dua
atau lebih variasi apabila genotip parental yang heterozigot.

4.2 Saran
Sebaiknya pada saat pelaksanaan praktikum praktikan
diharapkan untuk lebih fokus dan menyimak dengan baik apa yang
dipresentasikan oleh asisten praktikum sehingga hasil yang diperoleh
berupa hasil yang maksimal
DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, G. 2007. Principles of Plant Genetics and Breeding.


Blackwell Publishing. Carlton, Victoria.

Artadana, I. B. M. & Wina D. S. 2018. Dasar-Dasar Genetika


Mendel dan Pengembangannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Effendi, Y. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Penerbit Pustaka


Rumah C1nta. Magelang.

Hayati, B. E. 2015. Pemuliaan Tanaman. Universitas Syiah Kuala


Press : Banda Aceh.

Julita, I., Mayta, N. I. & Wahyu L. 2014. Pengujian Kualitas Pigmen


Antosianin Pada Bunga Senduduk (Melastoma
malabathricum L.) Dengan Penambahan Pelarut Organik
Dan Asam Yang Berbeda. JOM FMIPA Vol. 1 No. 2 : 1-7.

Klug, W. S., M. R. Cummings, C. A. Spencer, M. A. Palladino dan


D. Killian. 2017. Essentials of genetics. Pearson Education
South Asia Pte Ltd. Singapore.

Maulid, R. R. & Laily A. N. 2015. Kadar Total Pigmen Klorofil dan


Senyawa Antosianin Ekstrak Kastuba (Euphorbia
pulcherrima) Berdasarkan Umur Daun. Seminar Nasional
Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam : 225-230.

Ono, E., & Nakayama, T. 2007. Molecular breeding of novel yellow


flowers by engineering the aurone biosynthetic
pathway. Transgenic Plant J, 1, 66-80.

Panawala, L. 2017. Difference Between Test Cross and Backcross.


Sydney, Australia.

Pierce, B. A. 2016. Genetiks Essentials Concepts and


Connections. 3rd edn. New York: W.H Freeman &
Company.

Tavares, H. 2014. Evolutionary genetics and genomics of flower


colour loci in an Antirrhinum hybrid zone. University of
East Anglia Press. Norwich, Britania Raya.
Wang, C. K., Yi, C. C., Chih, Y. L., Po Y. C. & Kin Y. T. 2015.
Transforming the Snapdragon Aurone Biosynthetic Genes
into Petunia Alters Coloration Patterns in Transgenic
Flowers. Advances in Bioscience and Biotechnology, 6, :
702-722.

Widyastuti, T. 2018. Teknologi Budidaya Tanaman Hias


Agribisnis. CV Mine. Yogyakarta.
LAMPIRAN

(Effendi, 2020)

(Pierce, 2016)

(Effendi, 2020)
(Klug dkk., 2017)

(Widyastuti, 2018)
(Artadana & Safitri, 2018)

(Hayati, 2015)
(Panawala, 2017)

(Panawala, 2017)
(Ono & Nakayama, 2007)

(Ono & Nakayama, 2007)


(Tavares, 2014)

(Tavares, 2014)
(Acquaah, 2007)

(Wang dkk., 2015)


(Wang dkk., 2015)

(Julita, dkk. 2014)

(Julita, dkk. 2014)


(Maulid & Laily, 2015)

(Maulid & Laily, 2015)

Anda mungkin juga menyukai