Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

PEWARISAN SIFAT YANG DITENTUKAN OLEH ALEL GANDA

Disusun oleh :

KELOMPOK 9 - ROMBEL 2 BIOLOGI 2017

NAFISATUL LAILA (4411414041)

ESTHER IRSHAFIRA (4411414042)

CHIKA RAHMA NURAINI (4411414074)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

PEWARISAN SIFAT YANG DITENTUKAN OLEH ALEL GANDA

Pada Senin, 08 April 2019

I. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai setelah melaksanakan praktikum ini yaitu:
1. Mengenal beberapa sifat genetik pada manusia yang ditentukan oleh seri alel ganda,
2. Mengetahui distribusi golongan darah system ABO pada populasi kelas Biologi,
3. Mengetahui frekuensi sifat rambut pada segmen digitalis (ruas jari tangan) kedua pada
populasi kelas.
II. LANDASAN TEORI
Pengertian alel ganda adalah faktor yang memiliki lebih dari dua macam alel,
sekalipun tidak ada satu pun makhluk diploid yang mempunyai lebih dari dua macam alel
untuk tiap faktor. Sebab timbulnya alel ganda adalah peristiwa mutasi gen. Stanfield (2015)
mengatakan “Karena suatu gen dapat berubah menjadi bentuk-bentuk alternatif oleh proses
mutasi, secara teoritis di dalam suatu populasi mungkin dijumpai sejumlah besar alela”
(Corebima, 2017).

Adanya alel ganda individu diploid tidak hanya memiliki tiga kemungkinan genotip,
tetapi kemungkinan genotipnya menjadi lebih dari 3. Genotip individu tergantung dari seri
dominansi dari perangkat alel. (Boedi, 2014)

Alel merupakan bentuk alternatif suatu gen yang terdapat pada lokus (tempat)
tertentu. Individu dengan genotipe AA dikatakan mempunyai alel A, sedang individu aa
mempunyai alel a. Demikian pula individu Aa memiliki dua macam alel, yaitu A dan a. Jadi,
lokus A dapat ditempati oleh sepasang (dua buah) alel, yaitu AA, Aa atau aa, bergantung
kepada genotipe individu yang bersangkutan (Glinka, 2017)

Namun, kenyataan yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah bahwa pada suatu
lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua macam alel, sehingga lokus
tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena semacam ini disebut sebagai alel
ganda (multiple alleles). Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang tiap
kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun banyaknya alel yang ada
pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua buah). Katakanlah pada lokus X
terdapat alel X1, X2, X3, X4, X5. Maka, genotipe individu diploid yang mungkin akan
muncul antara lain X1X1, X1X2, X1X3, X2X2 dan seterusnya (Boettcher, 2016).

Pada manusia, hewan dan tumbuhan dikenal beberapa sifat keturunan yang
ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner
pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Weiner pada tahun
1942 juga ditentukan oleh alel ganda. Untuk golongan darah tipe ABO misalnya, dikenal
oleh alel ganda IA, IB, dan i (Hartati, 2019).

Antara alel IA dengan alel IB terdapat hubungan kodominan, yang berarti genotipe IA
IB dapat emproduksi antigen A dan antigen B. Alel IA dan alel IB kedua-duanya terhadap alel
i. Dengan keterangan tersebut maka akan diperoleh genotype IA IA dan IA Ii (golongan darah
A) akan memproduksi antigen A, genotype IB IB dan IB Ii (golongan darah B) akan
menghasilkan antigen B; genotype IA IB (golongan darah AB) mempunyai antigen A dan B,
sedangkan genotype ii (golongan darah O) tidak memproduksi antigen (Jusuf, 2017).

Banyak para ilmuan mengikuti penemuan Landsteiner tentang penggumpalan sel-sel


darah merah dan pengertian tentang reaksi antigen-antibodi, maka penyelidikan selanjutnya
memberi penegasan mengenai adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah dan dua
antigen pada permukaan dari eritrosit. Salah seorang dapat membentuk salah satu atau dua
antibodi atau sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya. Dua
antigen itu disebut antigen –A dan antigen –B, sedangkan dua antibodi disebut anti –A (atau
α) dan anti –B (atau β).

Melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya.
Berdasarkan sifat kimianya, antigen –A dan –B merupakan mukopolisakharida, terdiri dari
protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya
merupakan dasar kekhasan antigen-antibodi. Golongan darah seseorang ditentukan oleh
macamnya antigen yang dibentuknya (Suryo, 2014).
Ada bermacam golongan darah pada manusia, salah satu contoh itu herediter
(keturunan) yang ditentukan oleh alel ganda. Berhubungan dengan itu, golongan darah
seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan. Pada permulan abad ini (tahun
1900 dan 1901) K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah (aglutinasi) kadang-
kadang terjadi apabila eritrosit (sel darah merah) seseorang dicampur dengan serum darah
orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan
darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi orang menjadi tiga golongan,
yaitu A, B dan O. Golongan yang keempat jarang sekali dijumpai, yaitu golongan darah AB,
telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa Landsteiner dalam tahun 1902, ialah A. V. von
Decastello dan A. Sturli (Suryo, 2014).

Dilihat dari golongan ABO, manusia dikelompokkan menjadi 4 golongan.


Penggolongan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel darah merah,
yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen (antigen). Ada dua macam aglutinogen yaitu
aglutinogen A dan aglutinogen B. Aglutinogen merupakan polisakarida, dan terdapat tidak
saja terbatas di dalam sel darah merah tetapi juga kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-
paru, testes dan semen. (Kartolo, 2014).

Membran eritrosit mengandung dua antigen, yaitu tipe-A dan tipe-B. Antigen ini
disebut aglutinogen. Sebaliknya, antibodi yang terdapat dalam plasma akan bereaksi spesifik
terhadap antigen tipe-A atau tipe-B yang dapat menyebabkan aglutinasi (penggumpalan)
eritrosit. Antibodi plasma yang menyebabkan penggumpalan aglutinogen disebut aglutinin.
Ada dua macam aglutinin, yaitu aglutinin-a (zat anti-A) dan aglutinin-b (zat anti B).
Aglutinogen-A memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung asetil glukosamin
pada rangka glikoproteinnya. Sedangkan aglutinogen-B mengandung enzim galaktosa pada
rangka glikoproteinnya (Elvita, 2018).
Eritrosit normal berbentuk cakram bikonkaf dan tidak memiliki nukleus. Bentuk
eritrosit sebenarnya dapat berubah-ubah, seperti ketika sel-sel tersebut beredar melewati
kapiler-kapiler. Jumlah sel darah merah ini bervariasi pada kedua jenis kelamin dan pada
perbedaan umur. Pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di
sumsum tulang. Pembentukkannya diatur oleh hormon glikoprotein yang disebut dengan
eritropoietin. Jangka hidurp eritrosit kira-kira 120 hari. Eritrosit yang telah tua akan ditelan
oleh sel-sel fagosit yang terdapat dalam hati dan limpa. Untuk menghitung jumlah eritrosit
pada tubuh seseorang maka dapat dengan cara menghitung 8% dari berat badan orang itu
(Glinka, 2016).
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada
atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah tersebut.
Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan
Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen
ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak
kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia
hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. (Matsuki, 2014)
Dalam tubuh seseorang tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodi
yang dimilikinya sendiri. Namun, pada transfusi darah kemungkinan terjadinya reaksi
antigen-antibodi yang mengakibatkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan) eritrosit tersebut
sangat perlu untuk diperhatikan agar dapat dihindari (Yong, 2019).

Golongan Darah O-A-B

Antigen A dan B (Aglutinogen)


Dua antigen -tipe A dan tipe B- terdapat pada permukaan sel darah merah pada
sebagian besar populasi. Antigen-antigen inilah (yang disebut juga aglutinogen karena
mereka seringkali menyebabkan aglutinasi sel darah) yang menyebabkan reaksi transfusi
(Gunanti, 2016). Karena antigen-antigen ini diturunkan, orang dapat tidak mempunyai
antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya satu, atau sekaligus mempunyai keduanya.

Golongan Darah O-A-B yang Utama


Pada transfusi darah dari orang ke orang, donor darah dan darah resipien normalnya
diklasifikasikan ke dalam empat tipe O-A-B utama, bergantung pada ada atau tidaknya kedua
aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan B. Bila tidak terdapat aglutinogen A ataupun B,
golongan darahnya adalah golongan O. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe A, darahnya
adalah golongan A. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe B, darahnya adalah golongan B.
Dan bila terdapat aglutinogen A dan B, darahnya adalah golongan AB (Gunanti, 2016)..

Penentuan Genetik dari Aglutinogen


Dua gen, satu pada setiap dua kromosom yang berpasangan, akan menentukan
golongan darah O-A-B. Kedua gen ini bersifat alelomorfik yang dapat menjadi salah satu
dari ketiga golongan, tetapi hanya satu tipe saja pada setiap kromosom: tipe O, tipe A, atau
tipe B. Gen tipe O tidak berfungsi atau hampir tidak berfungsi, sehingga tipe ini
menghasilkan aglutinogen tipe O yang tidak khas dalam sel. Sebaliknya, gen tipe A dan B
menghasilkan aglutinogen yang kuat dalam sel. Enam kemungkinan kombinasi dari gen-gen
ini, yaitu OO,OA,OB,AA,BB, dan AB. Kombinasi gen-gen ini dikenal sebagai genotip, dan
setiap orang merupakan salah satu dari keenam genotip tersebut. Orang dengan genotip OO
tidak menghasilkan aglutinogen, dan karena tiu, golongan darahnya adalah O. Orang dengan
genotip OA atau AA menghasilkan aglutinogen tipe A, dan karena itu, mempunyai golongan
darah A. Genotip OB dan BB menghasilkan golongan darah B, dan genotip AB menghasilkan
golongan darah AB (Suryo ,2015)

Aglutinin
Bila tidak terdapat aglutinogen tipe A dalam sel darah merah seseorang, maka dalam
plasmanya akan terbentuk antibodi yag dikenal sebagai aglutinin anti A. Demikian pula, bila
tidak terdapat aglutinogen tipe B di dalam sel darah merah, maka dalam plasmanya terbentuk
antibodi yang dikenal sebagai aglutini anti-B. Jadi, golongan darah O, meskipun tidak
mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin anti-A dan anti-B; golongan darah A
mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B; dan golongan darah B mengandung
aglutinogen tipe B dan aglutinin anti-A. Akhirnya, golongan darah AB mengandung kedua
aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung aglutinin sama sekali (Suryo ,2015).

Golongan darah dengan genotipnya dan unsur pokok aglutinogen serta aglutininnya.
Genotip Golongan darah Aglutinogen Aglutinin
OO O - Anti-A
dan
Anti B
OA atau AA A A Anti-B
OB atau BB B B Anti-A
AB AB A dan B -

Pewarisan Antigen A dan B


Antigen A dan B diwariskan sebagai alelomorf Mendel, A dan B adalah dominan.
Misalnya,seseorang yang bergolongan darah B mendapatkan turunan satu antigen B dari
setiap ayah dan ibu atausatu antigen dari salah satu orang tua dan satu O dari orang tua lain;
jadi, seorang individu yangberfenotip B dapat mempunyai genotip BB (homozigot) atau BO
(heterozigot).Kalau golongan darah orang tua diketahui, kemungkinan genotip pada anak-
anak mereka dapatditetapkan. Kalau kedua orang tuanya bergolongan B, mereka dapat
mempunyai anak bergenotip BB(antigen B dari kedua orang tua), BO (antigen B dari salah
satu orang tua, O dari orang tua lain yangheterozigot), atau OO (antigen O dari kedua orang
tuanya, yang keduanya heterozigot). Kalaugolongan darah seorang ibu dan anaknya
diketahui, penggolongan darah dapat membuktikan bahwaseseorang adalah bukan ayahnya,
meskipun tidak dapat membuktikan bahwa ia adalah ayahnya.Manfaat prediktif semakin
besar kalau penggolongan darah kelompok orang yang bersangkutan inimeliputi pula
identifikasi antigen lain selain aglutinogen ABO. Dengan menggunakan sidik DNA,angka
penyingkiran paternal meningkat hampir mendekati 100% (Wolphin, 2015).

Golongan Darah Rh
Bersama dengan sistem golongan darah O-A-B, sistem Rh juga penting dalam
transfusi darah. Perbedaan utama antara sistem O-A-B dan sistem Rh adalah sebagai berikut:
Pada sistem O-A-B, aglutinin bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfusi yang terjadi
secara spontan, sedangkan pada sistem Rh, reaksi aglutinin spontan hampir tak penah terjadi.
Malahan, orang mula-mula harus terpajan secara masif dengan antigen Rh, biasanya melalui
transfusi darah atau melalui ibu yang memiliki bayi dengan antigen, sebelum terdapat cukup
aglutinin untuk menyebabkan reaksi transfusi yang bermakna (Zepan, 2015).

Antigen Rh
Terdapat enam tipe antigen Rh yang biasa, salah satunya disebut faktor Rh. Tipe-
tipe ini ditandai dengan C, D, E, c, d dan e. Orang yang memiliki antigen C tidak mempunyai
antigen c, tetapi orang yang kehilangan antigen C selalu mempunyai antigen c. Keadaan ini
sama halnya untuk antigen D-d dan E-e. Juga, akibat cara penurunan faktor-faktor ini, maka
setiap orang hanya mempunyai satu dari ketiga pasang antigen tersebut. Tipe antigen D
dijumpai secara luas di masyarakat dan bersifat lebih antigenik daripada antigen Rh lain.
Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai tipe antigen ini dikatakan Rh-positif, sedangkan
mereka yang tidak mempunyai tipe antigen D dikatakan Rh-negatif. Meskipun demikian,
perlu diperhatikan bahwa bahkan pada orang-orang dengan Rh-negatif, beberapa antigen Rh
lainnya masih dapat menimbulkan reaksi transfusi, walaupun biasanya jauh lebih ringan
(Hartanti, 2019).
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di
beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A
lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan
keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang
dijumpai di dunia (Matsuki, 2014).

Contoh lain yang merupakan peristiwa dari alel ganda adalah tumbuhnya rambut pada
segmen digitalis tengah jari-jari tangan. Penentuan dominasi pada rambut digitalis tengah jari
tangan adalah sebagai berikut.

H1 > H2 > H3 > H4 > H5


Dimana :
H1 = Rambut terdapat pada semua jari
H2 = Rambut pada jari kelingking, jari manis, dan jari tengah
H3 = Rambut pada jari manis dan jari tengah
H4 = Rambut hanya pada jari manis saja
H5 = Tidak ada rambut pada keempat

Alel dapat menunjukkan derajat dominansi dan keresesifan yang berbeda-beda satu
sama lain. Dalam persilangan ercis Mendel, keturunan F1 selalu terlihat seperti salah satu
dari varietas induk sebab salah satu alel dalam satu alel tersebut menunjukkan dominan
sempurna. Dalam keadaan demikian, fenotip heterozigot dan homozigot dominan lebih tidak
dapat dibedakan. (Jusuf, 2017)

III. METODE
A. ALAT DAN BAHAN
Kegiatan Praktikum I :
a. Darah/ kartu golongan darah
b. Serum anti A dan anti B
c. Kaca objek
d. Blood lancet
e. Kapas, alcohol
f. Pengaduk/ tusuk gigi
Kegiatan Praktikum II :
a. Jari tangan
b. Loup
c. Alat tulis

B. CARA KERJA
Kegiatan Praktikum I :

Menguji golongan darah setiap mahasiswa menggunakan serum anti A, anti B, dan
anti AB

Mengumpulkan data golongan darah dan dihimpun dalam data pengamatan

Menghitung persentase golongan darah dalam satu kelas


Kegiatan Praktikum II :

Mengamati sisi dorsal dari segmen digitalis kedua pada sepuluh jari masing-masing
praktikan menggunakan loup dan perhatikan ada tidaknya rambut

Tentukan fenotip dan genotip masing-masing

Dihimpun dalam data kelas

IV. HASIL PENGAMATAN


Kegiatan Praktikum I :

Golongan Darah Jumlah Persentase (%)


A 13 39,4
B 9 27,3
AB 3 9,1
O 8 24,2
Jumlah 33 100

Perhitungan persentase :

1. Golongan Darah A :

𝒏. 𝑮𝒐𝒍 𝑨 𝟏𝟑
𝐆𝐨𝐥. 𝐀 = = x 100 % = 39,4 %
𝒏 𝟑𝟑

2. Golongan Darah B :

𝒏. 𝑮𝒐𝒍 𝑩 𝟗
𝐆𝐨𝐥. 𝐁 = = 𝟑𝟑 x 100 % = 27,3 %
𝒏
3. Golongan Darah AB :

𝒏. 𝑮𝒐𝒍 𝑨𝑩 𝟑
𝐆𝐨𝐥. 𝐀𝐁 = = 𝟑𝟑 x 100 % = 9,1 %
𝒏

4. Golongan Darah O :

𝒏. 𝑮𝒐𝒍 𝑶 𝟖
𝐆𝐨𝐥. 𝐎 = = 𝟑𝟑 x 100 % = 24,2 %
𝒏

Kegiatan Praktikum II :

Alel Ganda Tally Jumlah Persentase (%)


H1 0 0
H2 III 3 9,1
H3 III 3 9,1
H4 I 1 3
H5 IIIII IIIII IIIII 26 78,8
IIIII IIIII I
100

Keterangan :

H1 : rambut terdapat pada semua jari, ibu jari tidak dihitung

H2 : rambut terdapat pada jari kelingking, jari manis, dan jari tengah

H3 : rambut terdapat pada jari manis dan jari tengah

H4 : rambut hanya terdapat pada jari manis

H5 : tidak tumbuh rambut pada semua jari

1. Alel Ganda H1

𝒏. 𝑯𝟏 𝟎
𝐀𝐥𝐞𝐥 𝐆𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐇𝟏 = = 𝟑𝟑 x 100 % = 0 %
𝒏

2. Alel Ganda H2
𝒏. 𝑯𝟐 𝟑
𝐀𝐥𝐞𝐥 𝐆𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐇𝟐 = = 𝟑𝟑 x 100 % = 9,1 %
𝒏

3. Alel Ganda H3

𝒏. 𝑯𝟑 𝟑
𝐀𝐥𝐞𝐥 𝐆𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐇𝟑 = = 𝟑𝟑 x 100 % = 9,1 %
𝒏

4. Alel Ganda H4

𝒏. 𝑯𝟒 𝟏
𝐀𝐥𝐞𝐥 𝐆𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐇𝟒 = = 𝟑𝟑 x 100 % = 3 %
𝒏

5. Alel Ganda H5

𝒏. 𝑯𝟓 𝟐𝟔
𝐀𝐥𝐞𝐥 𝐆𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐇𝟓 = = x 100 % = 78,8 %
𝒏 𝟑𝟑

V. PEMBAHASAN
Alel ganda adalah suatu keadaan dimana sebuah gen memiliki lebih dari satu alela. Alel
ganda terjadi karena mengalami beberapa kali mutasi. Adanya alel ganda individu diploid
tidak hanya memiliki 3 kemungkinan genotip, tetapi kemungkinan genotipnya menjadi lebih
dari 3. Genotip individu tergantung dari seri dominansi dari perangkat alel. Beberapa sifat
yang ditentukan oleh alel ganda antara lain sifat golongan darah sistem ABO dan tumbuhnya
rambut pada segmen digitalis kedua dari jari tangan pada manusia, sifat warna rambut pada
kelinci dan sifat warna mata pada lalat Drosophilla melanogaster (Glinka, 2017).
Pengertian alel ganda adalah faktor yang memiliki lebih dari dua macam alel, sekalipun
tidak ada satu pun makhluk diploid yang mempunyai lebih dari dua macam alel untuk tiap
faktor. Genotip individu tergantung dari seri dominansi dari perangkat alel (Boedi, 2014).
Alel ganda (multiple alelo murphi) adalah beberapa alel lebih dari satu gen yang menempati
lokus sama pada kromosom homolognya. Pengaruh alel ganda pada organisme dapat
ditemukan pada tempat-tempat berikut.

Golongan Darah pada Manusia


Golongan Darah Alel Genotif
A IA IA IA dan IA i
B IB IB IB dan IB i
AB IA, IB IA IB
O i ii

Pada praktikum Alel ganda kali ini kami melakukan 1 percobaan dan pengamatan
percobaan pertama yaitu mengetes golongan darah mahasiswa rombel 2 biologi 2017 dan
yang kedua melakukan pengamatan tentang ada tidaknya rambut pada jari tangan. Golongan
darah dan rambut pada jari tangan merupakan sifat yang diwariskan berdasarkan alel ganda
yang merupakan adanya interaksi antara gen gen tertentu yang pada akhirnya membentuk
suatu fenotip orang tersebut.

Pada percobaan golongan darah masing-masing individu dalam populasi rombel 2


Biologi 2017 dicari dengan cara melakukan tes golongan darah dengan uji serum. Apabila
darah mengalami penggumpalan ketika ditetesi serum A berarti di dalam darahnya
mengandung antigen A dengan kata lain orang tersebut bergolongan darah A. Apabila darah
mengalami penggumpalan ketika ditetesi serum B berarti golongan darah orang tersebut
adalah B, apabila menggumpal ketika di tetesi serum A dan B maka golongan darah orang
tersebut adalah AB, sedangkan apabila tidak terjadi penggumpalan sama sekali maka
golongan darah orang tersebut adalah O.
Berdasarkan data kelas, diperoleh data dimana individu bergolongan darah A
berjumlah 13 orang, individu bergolongan darah B sebanyak 9 orang, individu bergolongan
darah AB hanya 3 orang dan individu bergolongan darah O sebanyak 8 orang. Berdasarkan
data pengamatan pada golongan darah system ABO yang dilakukan terhadap 33 sampel yang
mana hasil dari pengidentifikasian yang dilakukan pada setiap praktikan (probandus) adalah
sebagai berikut sebagai berikut:

- Golongan darah A = 13 probandus dengan persentase sebanyak 39,4 %


- Golongan darah B = 9 probandus dengan persentase sebanyak 27,3 %
- Golongan darah AB = 3 probandus dengan persentase sebanyak 9,1 %
- Golongan darah O = 8 probandus dengan persentase sebanyak 24,2 %

Penjelasan teori mengenai golongan darah sangat penting mengenal golongan darah
sebelum melakukan transfuse darah. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi yang
dapat mengenali anti gen sel darah merahnya dan antigen asing yang masuk dari luar.
Antibodi akan menggumpalkan antigen yang berbeda dari antigen yang dibentuk oleh sel
darah merahnya. Jadi antibodi golongan darah A (yang memproduksi antigen A) akan
menggumpalkan antigen B dan antibodi golongan darah B (yang memproduksi antigen B)
akan menggumpalkan anti gen A. Jika antibody tidak dapat menggumpalkan antigen A dan
B karena memproduksi dengan baik antigen tersebut maka golongan darahnya adalah AB.
Sebaliknya, jika tidak mengandung antigen baik A maupun B, antibodinya akan menganggap
kedua antigen tersebut sebagai zat asing sehingga kedua-duanya akan digumpalkan maka
golongan darahnya adalah golongan darah O. Bahan utama yang digunakan dalam
melakukan identifikasi adalah berupa serum anti A dan serum anti B yang diteteskan pada
darah probandus. Jika pada anti serum A terjadi penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti
serum B tidak, maka golongan darah probandus adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka
golongan darah probandus adalah B. Bila kedua-duanya mengalami penggumpalan maka
golongan darah probandus adalah AB. Bila kedua-duanya tidak mengalami penggumpalan
maka golongan darah probandus adalah O.

Menurut Jusuf (2017), dikenal ada empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O,
yang dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA, IB, dan i. Alel-alel tersebut bertanggung jawab
dalam mengendalikan pembentukan antigen sel darah, alel IA dan alel IB masingmasing
mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B, sedangkan alel i tidak membentuk
antigen.

Antara alel IA dengan alel IB terdapat hubungan kodominan, yang berarti genotipe IA
IB dapat memproduksi antigen A dan antigen B. Alel IA dan alel IB keduaduanya terhadap
alel i. Dengan keterangan tersebut maka akan diperoleh genotipe IA IA dan IA i (golongan
darah A) akan memproduksi antigen A, genotipe IB IB dan IB i (golongan darah B) akan
menghasilkan antigen B; genotipe IA IB (golongan darah AB) mempunyai antigen A dan B,
sedangkan genotipe ii (golongan darah O) tidak memproduksi antigen. Menurut Suryo
(1984), menurunnya alel-alel ganda dapat diikuti dari beberapa contoh perkawinan berikut
ini:

1. Suami-istri masing-masing bergolongan darah O akan mempunyai keturunan


bergolongan darah O saja.
2. Seorang laki-laki bergolongan darah A menikah dengan seorang perempuan
bergolongan darah O. Kemungkinan keturunannya, 50 % bergolongan darah A dan
50 % bergolongan darah O.
3. Seorang laki-laki bergolongan darah B menikah dengan seorang perempuan
bergolongan darah B pula. Kemungkinan keturunannya, 75 % bergolongan darah B
dan 25 % bergolongan darah O.
4. Pria bergolongan darah B menikah dengan wanita bergolongan darah A.
Kemungkinan keturunannya, 25 % bergolongan darah AB dan 25 % bergolongan
darah A, 25 % bergolongan darah B dan 25 % bergolongan darah O.
Berikut tabel kemungkinan sifat golongan darah system ABO yang diwariskan
kepada keturunannya :

Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa frekuensi alel i lebih banyak
dibandingkan dengan frekuensi alel-alel lainnya hal ini juga yang menyebabkan jumlah
individu yang bergolongan darah O secara umum lebih banyak daripada individu dengan
golongan darah lainnya. Hal ini karena dalam golongan darah A-pun, tidak serta merta hanya
alel IA yang terdapat dalam darahnya namun bisa juga heterozigot sehingga dalam golongan
darah A tersebut juga terdapat i. Dan apabila terjadi perkawinan antara heterozigot maka
anakannya memiliki kemungkinan darah O. Sedangkan untuk frekuensi golongan darah AB
sangat kecil, seperti yang terjadi dalam pengambilan data kelas dimana hanya diperoleh 1
orang yang bergolongan darah AB, hal ini disebabkan karena dari perkawinan maka
golongan darah AB kemungkinan hanya lahir dari pasangan bergolongan darah A homozigot
dengan B homozigot, golongan darah AB dengan AB, Golongan darah A heterozigot dengan
B heterozigot, sehingga sangat kecil kemungkinan untuk dihasilkan golongan darah AB dari
kemungkinan-kemungkinan perkawinan yang terjadi.
Dari presentasi genotip tersebut dapat dilihat bahwa alel ii untuk golongan darah B dan
O yang memiliki presentase paling besar. Dalam buku diktat praktikum genetika dijelaskan
bahwa dalam suatu populasi golongan darah terbanyak adalah golongsn O didikuti dengan
golongan darah B, selanjutnya golongan darah A dan paling sedikit adalah golongan darah
AB (Wolphin, 2015).

Banyaknya orang-orang bergolongan darah O seperti yang telah dibahas sebelumnya


diakibatkan karena kemungkinan munculnya genotip untuk golongan darah O paling besar.
Misalkan saja seorang bergolongan darah A heterozigot dan B heterozigot menikah, maka
salah satu kemungkinan atau 25% kemungkinan anaknya bergolongan darah O. Perkawinan
antara golongan darah A heterozigot dan A heterozigot juga demikian. Karena dari
banyaknya kemungkinan perkawinan yang bisa menghasilkan keturunan bergolongan darah
O maka orang dengan golongan darah O lebih banyak dibandingkan golongan darah yang
lain. Banyaknya golongan darah O ini juga disebabkan karena dalam darah O tidak terdapat
antigen. Dari data di seluruh dunia antigen A lebih banyak daripada antigen B, untuk darah
AB memerlukan kedua antigen ini sedangkan O tidak. Sehingga golongan darah O sangat
banyak karena tidak perlu mendapatkan antigen A maupun antigen B.

Jika ada orang yang bergolongan darah A kemudian diberikan donor orang yang
memiliki golongan darah B, maka akan mengalami aglutinasi. Aglutinasi dalam kedokteran
dan zoologi adalah penggumpalan dalam suatu cairan akibat pemberian suatu bahan ke
dalamnya. Kata berasal dari bahasa Latin agglutinare, yang berarti "untuk menempel pada".
Contoh yang aglutinasi adalah peristiwa penggumpalan protein dalam darah sebagai reaksi
atas pemberian suatu antigen. Aglutinasi ini disebabkan karena, sebelum lahir,molekul
protein yang ditentukan secara genetik disebut antigen, antigen ini muncul dipermukaan
membran sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan antibodi
pasangannya,yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.

- Karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi ( penggumpalan) sel darah


merah, maka antigen disebut aglutinogen dan antibodi pasangannya disebut aglutinin
- Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A dan tipe B atau hanya mewarisi salah
satunya, atau bahkan keduanya sekaligus.
Selain itu, sebab lain yaitu:

- Adanya aglutinogen dan aglutinin yang sama dalam plasma darah menyebabkan
terjadinya koagulasi (penggumpalan) darah
- Peristiwa menggumpalnya darah karena kesamaan aglutinin dan aglutinogen disebut
aglutinasi.
- Pertemuan aglutinin α dan aglutinogen A dalam darah menyebabkan terjadinya
koagulasi darah.
- Pada peristiwa transfusi darah , koagulasi darah lebih disebabkan oleh aglutinin dari
darah resipien dibandingkan oleh aglutinin darah donor.

Kemudian pada pengamatan ke dua yaitu mengamati ada tidaknya rambut pada
digitalis tengah jari tangan mahasiswa rombel 2 biologi 2017. Dari data yang didapatkan
bahwa dalam populasi kelas yang berjumlah 33 individu didapatkan hasil persentase sebagai
berikut : 26 orang yang termasuk dalam H5 dengan persentase 78,8%, 1 orang yang termasuk
dalam H4 dengan persentase masing-masing 3 %, 3 orang yang termasuk H3 dengan
persentase 9,1%, 3 orang yang termasuk dalam H2 dengan persentase 9,1 % dan 0% untuk
H1. Dari data kelas tersebut dapat diketahui bahwa frekuensi tidak adanya rambut pada ruas
kedua jari tangan (H5) paling banyak ditemukan dibandingkan dengan frekuensi pada HI, H2,
H3, dan H4.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa seri alel ganda pada H5 bersifat dominan
dibandingkan dengan seri alel ganda pada tipe lainnya. Jadi dapat dilihat urutan
dominansinya adalah H1>H2>H3>H4>H5. Genotip-genotip pada alel ganda memiliki
kemungkinan lebih dari 3 seperti halnya H5 = H5H5, H5H4, H5H3, H5H2, H5H1. Sedang H4 =
H4H4, H4H3, H4H2, H4H1 ; H3 = H3H3, H3H2, H3H1 ; H2 = H2H2, H2H1, H1 = H1H1. Hal ini
yang menyebabkan persentase H5 lebih banyak yaitu karena genotip yang memiliki lebih
banyak dibandingkan H4, H3,H2,H1. Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa pada
percobaan mengenai frekuensi rambut yang berada pada ruas kedua jari tangan tidak
dipengaruhi oleh adanyaa faktor lingkungan/faktor luar melainkan dipengaruhi oleh faktor
genetik.
VI. KESIMPULAN
1. Beberapa sifat genetik pada manusia yang ditentukan oleh seri alel ganda adalah
pewarisan sifat golongan darah sistem A B O dan adanya rambut pada segmen digitalis
kedua pada jari manusia.
2. Di rombel 2 Biologi 2017, golongan darahnya yang paling banyak yaitu golongan
darah A dengan presentasi total 39,4%, kemudian golongan darah B dengan presentasi
sebanyak 27,3 % golongan darah O sebanyak 24,2 % dan golongan darah AB 9,1 %.
3. Frekuensi sifat rambut pada segmen digitalis (ruas jari tangan) kedua pada populasi
rombel 2 biologi 2017 yaitu Paling banyak H5 kemudian H2 dan H3 selanjutnya H4
serta yang terakhir H1.

Daftar Pustaka

Boedi. 2014. Mengamati perjalanan epidemiologi hipertensi di Indonesia. Medika. Artikel


Penelitian. Vol.7(7): 442-48
Boettcher, B. 2016. Modification of Bernstein’s Multiple Allele Theory for the Inheritance
of the ABO Blood Groups in the Light of Modern Genetical Concepts. Vox Sang : 129-
136
Corebima, AD. 2017. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press
Elvita, Azmi.dkk.2018. Genetika Dasar. Riau : Faculty of Medicine
Glinka, J. 2018. Model Perkawinan dan Dampak Biologisnya dalam Populasi. dalamManusia
Makhluk Sosial Biologis. Airlangga University Press. Vol.5(7): 148-162.
Glinka, J. 2017. Variasi Distribusi Golongan Darah ABO. Dalam Manusia Makhluk Sosial
Biologis. Airlangga University Press. Vol.3(2):79-95
Gunanti, Dwi E., Helny R. S., Riki S., dan Srihadi A. 2016. Identifikasi Golongan darah dan
Kemungkinan Hubungannya dengan Warna Rambut pada Kucing Domestika Indonesia
(Felis familiaris). Artikel Kedokteran Hewan. 7: 62.
Hartati. 2019. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: UniversitasNegeriMakassar
Jusuf, Muhammad. 2017. Genetika I. Jakarta: CV. INFOMEDIKA
Matsuki, T. 2014. O-Gene Detection By Allele Specific Amplificatio in the ABO Blood
Group System. Jpn J Human Genet. 39: 293-297
Suryo, H. 2014. Genetika Manusia. Yogyakarta : Gajah Mada University Pers
Suryo. 2015. Genetika Strata 1. Yogyakarta: GadjahMada University Press
Zepan. 2015. Association of BDNF Gene Polymorphism With Asthma in Polish Children.
WAO Journal 3 : 235-238
Wolpin et al. 2015. Variant ABO Blod Group Alleles, Secretor Status and Risk of Pancreatic
Cancer: Result from the Pancreatic Cancer Cohort Consortium. Cancer Epidemiol
Biomarkers. 19: 3140-3149
Wulangi, Kartolo. S. 2014. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
YongWang et al. 2019. The Role of MC1R gene in Buffalo Coat Color.Sci China Life Sci
53:267-272
Lampiran dokumentasi

Golongan darah A Golongan darah B Golongan darah O

Golongan darah AB

FENOTIP H3 FENOTIP H5
Jawaban Permasalahan

1. Macam golongan darah terlebih dahulu sebab untuk mengetahui jenis golongan
darah tinggal melakukan uji tes golongan darah, sedangkan untuk mengetahui
alel dapat dirunut dari golongan darah parental dan filial yang sudah diketahui.

2. Total populasi kelas biologi 2 2017 adalah 33 mahasiswa dengan 13 mahasiswa


golongan darah A, 9 mahasiswa golongan darah B, 3 orang golongan darah AB,
dan 8 orang golongan darah O. hal ini tidak sesuai pada frekuensi umumnya
dimana yang paling banyak O, selanjutnya B, diikuti A, dan yang terakhir AB.

3. P : IA IB X i i

G : IA, IB ii

F1 :

IA IAi

IB IBi

GOLONGAN DARAH A dengan genotip IAi


4. Alel yang paling banyak dalam populasi kelas biologi 2 2017 adalah H5.
Jawaban Pertanyaan

1. Golongan darah yang paling banyak ditemua adalah golongan darah A yaitu
sebesar 39 %, padahal sesuai teori untuk mayoritas golongan darah system ABO
pada manusia adalah golongan darah O sebab alel yang menyusun golongan darah
O selain ditemukan di golongan darah O juga ditemukan pada golongan darah A
heterozigot dan golongan darah B heterozigot.

2. P : IAIB X ii

G : IA, IB ii

F1 :

IA IAi

IB IBi

Jadi persentase keturunan bergolongan darah AB adalah 0% sebab keturunannya


hanya bergolongan darah A dan B.

Anda mungkin juga menyukai