Anda di halaman 1dari 12

BAB III.

Pencirian , Konsep Sifat dan Ciri serta Sumber Bukti Taksonomi

A. Pendahuluan

Pada Bab ini akan dibahas tentang pengertian pencirian dalam taksonomi , konsep sifat
dan cirri, sifat kualitatif dan kuantitatif sifat fenetik dan sifat filogenetik, sifat analisis
dan sintesis, sifat baik dan tidak baik dan sumber bukti taksonomi berupa morfologi,
anatomi, embriologi, palinologi, sitologi, fitokimia, dan ekologi
B. Penyajian Materi
1. Pencirian.
Pengacuan kepada takson dipermudah oleh adanya nama takson, sedangkan untuk
memberikan kepastian tentang konsep takson diperlukan deskripsi, yaitu mata
pelukisan atau penggambaran dengan kata-kata tentang batasan , ruang lingkup dan
sifat-sifat sutau takson. Deskripsi ( pertelaan = penyandraan ) inilah yang merupakan
kesimpulan dan perwujudan dari pada pencirian suatu takson.
Bahan baku pencirian tersebut pada umumnya berupa sifat dan ciri yang
diperinci dianalisis dan disintesis serta disajikan sebagai bukti taksonomi. Dengan
demikian sifat dan cirri inilah yang menggambarkan konsep dalam mengenal sesuatu
takson.
Kegiatan sistematik tumbuhan hampir semua melibatkan sifat dan cirri tumbuhan
beserta variasinya. Segala kesimpulan yang diambil orang dalam penelitian sistematik
tumbuhan itu hampir seluruhnya didasarkan pada evaluasi serta korelasi sifat beserta
cirinya itu.
Hingga sekarang, taksonomi mempelajari variasi-variasi dalam organisme dan
klasifikasinya selalu berdasarkan atas sifat-sifat organisme tersebut. Sifat-sifat ini
digunakan sebagai bukti taksonomi pada klasifikasi fenetik dan klasifikasi filogenetik.
Keberhasilan seorang ahli taksonomi bergantung kepada keberhasilan pemilihan dan
pengujian yang tepat terhadap sifat-sifat yang diambil dari banyaknya tanda yang ada
pada orgnisme yang akan diklasifikasikan.
Secara ideal didalam membuat klasifikasi akan menggunakan keseluruhan tanda
yang dimiliki oleh organisme, tetapi karena setiap individu mempunyai ratusan bahkan
ribuan sifat, maka dalam prakteknya perlu pemilihan sifat-sifat yang akan digunakan
dengan dilakukan pengujian terhadap sifat-sifat yang dimiliki oleh organisme, disinilah
fungsi pengalaman memegang peranan penting bagi seorang ahli taksonomi.
Organisme yang sama dengan pemilihan sifat yang berbeda dapat
mengakibatkan hasil versi klasifikasi yang berbeda pula. Demikian pula dengan
pemberian bobot yang tidak sama terhadap suatu sifat akan berbeda pula dengan
pemberian bobot yang sama terhadap semua sifat yang dimiliki oleh suatu organism.
2. Konsep sifat dan ciri
Dalam botani sistematika sifat itu secara umum dapat diartikan sebagai petanda
yang mengacu kepada bentuk, susunan atau kelakuan tumbuhan yang dapat
digunakan untuk membandingkan, mendeterminasi, menginterpretasi atau
memisahkan suatu tumbuhan dari yang lainnya. Hal ini dimungkinkan karena sifat
itu hampir selalu mempunyai variasi walaupun derajatnya berbeda-beda. Beberapa sifat
dapat dikatakan mantap bila hanya menunjukkan variasi sedikit dari satu individu ke
individu lainnnya, dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan dari suatu golongan
tumbuhan ke golongan yang lainnya. Sifat lain mungkin memperlihatkan kisaran variasi
yang jelas, sedangkan beberapa sifat lainnya lagi mungkin menunjukkan variasi yang
tidak terputus-putus sekalipun dalam individu yang sama. Hal ini dapat mudah
dimengerti karena sifat itu bergantung kepada pelbagai macam pengaruh genetika yang
berbeda, serta adakalanya pula dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan.
Sifat itu dapat merupakan sesuatu yang abstrak (misalnya, daun tidak ada). Karena itu
dapatlah dimengerti mengapa variasi sifat itulah yang penting untuk keperluan botani
sistematika. Pernyataan atau keadaan variasi itu dapat kita sebut cirri sesuatu sifat.
Tinggi pohon dan pinggir daun adalah contoh daripada sifat. Tinggi pohon itu dapat 5
meter atau 70 meter, dan pinggir daun mungkin rata, beringgit, bercangap atau lainnya
lagi, dan ini masing-masing merupakan cirri dari pada sifat yaitu tinggi pohon dan
pinggir daun itu. Dengan demikian maka untuk keperluan sehari-hari sifat itu dapat
dinyatakan sebagai petanda yang cirri atau pernyataan variasinya dapat dihitung
(benang sari dua tukal), diukur (panjang daun 5-9 cm)atau diberi penilaian secara lain
(bentuk daun jantung sungsang, bulu kasar, warna tajuk lembayung). Berdasarkan
batasan ini maka tidak hanya data morfologi saja yang dapat menyumbang sifat untuk
keperluan sistematika, data-data dari biokimia, fisologi, ekologi dan lainnya lagi juga
akan termasuk di dalamnya. Macam sifat yang akan di pakai amatlah bergantung pada
golongan tumbuhannya, untuk tumbuhan berbiji sifat morfologi yang begitu banyak dan
mudah terlihat akan lebih sering dipakai, tapi untuk ganggang kandungan pigmen akan
lebih menonjol peranannya.
Dengan melihat kemudahannya untuk diberi penilaian orang sering membedakan
antara sifat kualitatif dan sifat kuantitatif ada tidaknya suatu sifat, duduk daun
berhadapan atau berseling buah buni atau buah kotak adalah contoh sifat kualitatif.
Sifat yang cirinya dapat dinilai secara langsung dengan mengukur panjang, berat,
kerapatan dan lain-lain adalah cirri-ciri kuantitatif. Ada kalanya perbedaan antara
keduanya tidaklah begitu jelas, sebab sifat kualitatif seperti bentuk daun dapat juga
dinyatakan secara kuantitatif. Pengalaman menunjukkan bahwa sifat kualitatif yang
terakhir ini kadang-kadang mempunyai kisaran yang besar, terutama pada sifat yang
berasal dari bagian tubuh vegetatif yang seringkali dipengaruhi oleh factor-faktor
lingkungan.
Sekalipun setiap individu tumbuhan mungkin mempunyai ratusan atau ribuan sifat dan
meskipun orang mengklasifikasikan keseluruhan individu itu, demi praktisnya hanya
beberapa sifat saja yang terpakai untuk keperluan botani sistematika. Pemilihan sifat
yang akan dipakai dapat mempengaruhi hasil penggolongan tumbuhan dan karena ahli-
ahli taksonomi mungkin sekali memiliki sifat yang berbeda dari suatu tumbuhan yang
sama, maka hasil klasifikasi yang dihasilkan akan dapat berbeda pula. Untuk keperluan
penggolongan atau pengklasifikasian orang menggunakan sifat sintesis, yaitu sifat yang
terdapat secara serba sama dan luas merata pada seluruh anggota sesuatu takson
bertingkat tinggi. Karena keserbasamaan dan luasnya penyebaran sifat sintesis itu
maka mudahlah dimengerti bahwa sifat sintesis tidak banyak manfaatnya untuk
penggolongan takson-takson bertingkat tinggi.
Sifat bunga majemuk yang amat mencirikan pada suku sembung-sembungan
Compositae misalnya tidak dapat dipakai untuk membedakan jenis-jenis eupatorium.
Untuk keperluan determinasi, pencirian serta pembatasan takson dipakai sifat
diagnosis, sifat kunci atau disebut juga sifat analisis. Sifat ini mempunyai cirri yang
terdapatnya terbatas dan khas karena dipilih dari sifat yang mempunyai kisaran variasi
yang lebih luas dengan bermacam-macam pola variasi. Karena terbatasnya
penyebaran dan besarnya ketidakserbasamaan variasi sifat-sifat analisis itu maka
sukarlah bagi mereka untuk dipakai sebagai sifat untuk mempersatukan atau
mensistesiskan takson yang bertingkat tinggi. Dibawah ini akan dijelaskan macam-
macam sifat yang dipertimbangkan penggunaannya dalam taksonomi tumbuhan atau
dalam Botani sistematik :
a). sifat analisis dan sintesis
Perbedaan antara sifat analisis dan sifat sintesis tidak berlaku secara umum di luar
suatu takson tertentu. Jika buah amat berguna untuk mengenal marga-marga suku
meranti-merantian Dipterocarpaceae,maka dalam pencirian marga anggrek-anggrekan
Orchidaceae buah tidak ada gunanya sama sekali. Baik jeleknya sesuatu sifat untuk
sesuatu maksud atau golongan takson tertentu hanya dapat diketahui berdasarkan
pengalaman. Secara umum dapat dikatakan bahwa sifat yang baik untuk keperluan
botani sistematika itu haruslah tidak mudah terpengaruh factor lingkungan, variasinya
konsisten dan berkorelasi dengan sifat-sifat lainnya, serta tidak mudah termodifikasi
oleh perubahan segregasi atau rekombinasi factor genetika yang sederhana.
Pengenalan, pencirian dan pengklasifikasian sesuatu takson yang berhasil dan efektif
amat sangat tergantung pada penelitian dan evaluasi yang tepat tentang pola variasi
dari pada sifat serta cirri yang bermacam-macam itu. Keberhasilan kegiatan tadi juga
ditentukan oleh penggunaan yang semestinya daripada data-data yang terkumpul itu
pada tingkat yang sesuai dalam system kategori taksonomi.

b). Sifat kualitatif dan sifat kuantitatif

Sifat kualitatif adalah sifat yang tidak diberikan pada penilaian bentuk ujud secara
numeric, misalnya alternasi daun, tipe plasenta, warna, tekstur, bau dll . sebaliknya sifat
kuantitaif meliputi penilaian ujud dengan ukuran, kerapatan, atau penilaian numeric
lainnya.

c). Sifat mikro dan makro. Sifat ini diacu berdasarkan perspektif skala besar dan pada
tipe metode mendapatkan data, misalnya dengan menggunakan TEM dan SEM,
kromatografi, elektroforesis dll.
d). Sifat Biologik. Sifat ini mempunyai fungsi yang jelas atau peranan penting dalam
organisme. Sifat biologi dibagi dalam 3 tipe yaitu sifat fungsional ( berkaitan erat
dengan fungsi khusus), sifat epharmonic ( berkaitan dengan cara hidup tumbuhan) dan
sifat adaptif (variasi sesuai dengan kondisi lingkungan luar).
e). Sifat baik dan sifat tidak baik untuk taksonomi
Sifat yang baik untuk taksonomi harus mempunyai persyaratan sebagi berikut
1) Bukan sifat yang mempunyai variasi luas tetapi variasinya konsisten
2) Bukan sifat yang mempunyai variabilitas genetika intrinsic tinggi
3) Sifat yang tidak mudah mengalami perubahan oleh modifikasi lingkungan
4) Menunjukkan keruntutan atau berkorelasi dengan sifat-sifat lain.

Sifat yang mempunyai variasi konsisten sering disebut pula sifat yang mantap dan
sebaliknya merupakan sifat yang tidak mantap. Sifat yang tidak baik untuk taksonomi
adalah sifat yang bertentangan dengan sifat yang baik yakni sifat yang mudah berubah
oleh factor lingkungan, tidak konsisten dan tidak berkorelasi dengan sifat lainnya, serta
mudah termodifikasi olehsegregasi atau rekombinasi factor genetika yang sederhana.

Selain sifat-sifat diatas ada beberapa sifat lain dalam taksonomi yang perlu diketahui
adalah :

=============

a). Sifat filetik

Sifat ini digunakan dalam klasifikasi filogenetik. Pembedaan yang paling penting disini
adalah sifat yang homolog versus sifat yang analog. Homologi merupakan kesamaan
susunan dan posisi yang terjadi Karena berasal dari embrio organ yang ontogeninya
sama. Ontogeny menyangkut siklus hidup individu yaitu urutan perkembangan dari
zigot sampai dewasa dan sampai mati. Studi ontogeny juga mempelajari
perkembangan organ (organogenesis) dari pembentukan primordial sampai terjadinya
organ yang sempurna. Analogi merupakan kebalikan dari homologi yaitu persamaan
susunan yang terjadi Karena kesamaan fungsi misalnya : adaptasi pada tugas yang
sama tetapi asal organ berbeda mempunyai bentuk yang mirip satu sama lain.
b).Sifat kladistik

Sifat ini berkembang dari pendekatan kladistik klasifikasi yang berusaha menentukan
urutan percabangan dari evolusi dan mendasarkan suatu klasifikasi. Pola percabangan
itu dihasilkan melalui analisis dalam taksa dan penyebaran status cirri yang dipercaya
mempunyai arti secara evolusioner dan terkandung di dalam sifat homolog.

c). Sifat fenetik

Pendekatan untuk klasifikasi biologic adalah fenetik, yang menggunakan kesamaan


semua sifat untuk menetapkan hubungan kekerabatan (sering diacu sebagai taksonomi
numeric) dan tipe-tipe khusus sifat fenetik juga telah diusulkan. Klasifikasi fenetik tidak
dilakukan dengan usaha untuk mencerminkan evolusi, taksa dihubungkan berdasarkan
pada kesamaan dan perbedaan sifatnya tanpa memandang evolusi yang terkandung
dari sifat atau keadaan yang ditunjukkan. Penekanan terbesar dalam fenetik pada
ketepatan operasi dalam proses klasifikasi. Sifat yang dipilih dalam fenetik merupakan
unit karakter yang sering disebut pula “single charakter”

3. Sumber Bukti Taksonomi

Mata rantai hubungan ilmu pengetahuan lain dengan taksonomi secara otomatis
sekaligus juga merupakan hubungan ilmu lain dengan sistematik teristimewa
menyangkut klasifikasi atau hubungan kekerabatan antara tumbuhan. Hal ini penting
untuk ilmu-ilmu terapan antara lain ilmu pertanian, hortikultura, kehutanan, farmasi
khususnya farmakologi dan lain sebagainya.

Klasifikasi harus dilengkapi suatu dasar yang mantap dari ilmu-ilmu biologi seperti
morfologi, embriologi, anatomi, palinologi, sitologi, fisiologi, fitokimia, ekologi, geologi,
fitogeografi dan lain-lain. Hal ini tidak hanya berhubungan dengan pemberian nama
pada tumbuh-tumbuhan tetapi juga dengan hal menyatakan hubungan kekerabatan
secara alamiah.
Dalam praktek para ahli Botani sistematik masih sering mendasarkan kesimpulannya
pada sifat-sifat morfologi belaka. Kebanyakan para ahli sistematik tumbuhan acapkali
menggunakan bukti-bukti taksonomi yang tersedia baginya sebagian besar hanyalah
sifat-sifat morfologi saja. Namun demikian bukti- bukti lain yang berasal dari anatomi,
palinologi, embriologi, sitologi, fitokimia dan lain-lain sangatlah mendukung untuk
mendapatkan data sistematik yang alamia dan lengkap.

Sumber bukti ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Morfologi
Tidak berlebihan dikatakan morfologi yaitu bentuk luar dari suatu makhluk hidup
telah dan tetap dipakai sebagai salah satu data dalam klasifikasi tumbuhan. Bentuk
morfologi mempunyai keuntungan yaitu mudah dilihat dan keanekaragaman telah
banyak dikenal dibandingkan jenis data lainnya. Pada awalnya para ahli taksonomi
berpegang pada hebarium yang dikirim dari berbagai penjuru dunia pada masa yang
lalu oleh sebab itulah system klasifikasi pada tumbuhan bunga didasarkan terutama
pada data morfologi dan tetap menjadi dasar untuk sebagian system klasifikasi yang
ada sekarang. Beberapa contoh ciri morfologi yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam membuat satu klasifikasi yaitu ciri-ciri vegetatif, misalnya:
a) perawakan atau habitus yang dapat dipergunakan untuk menguraikan dan
membandingkan bermacam-macam sifat perawakan tumbuhan yang berbeda
selain itu dapat memperkirakan tingkat adaptasi atau penyesuaian ekologis
terhadap habitat.
b) Organ dalam tanah bagian tumbuhan yang terdapat dalam tanah seringkali
memberikan cirri-ciri yang berharga untuk pemisahan taksonomi tetapi seringkali
tidak mendapat perhatian. Bentuk struktur akar dipergunakan secara luas dalam
taksonomi marga Ranunculus dalam marga Aristolocia bentuk batang akar
apakah berbentuk bulat telur, silindris, bentuk tombak adalah merupakan sifat
yang konstan dan penting untuk menentukan jenis
a. Daun: Bentuk daun seringkali menunjukkan variasi yang luas mulai dari pangkal
sampai ujung daun, dengan demikian diperlukan kecermatan dalam pemilihan
sifat daun untuk dibandingkan sehingga dapat ditentukan nilai taksonominya
cirri-ciri daun dipergunakan secara luas untuk pengenalan jenis dari marga, yang mana
cenderung diperhatikan lebih dahulu sebelum sifat-sifat bunganya, misalnya
pengenalan jenis yang tergolong marga Alchemilla, Ulmus, Richens dan Betrila.

2). Embriologi

Individu dalam marga dan suku mungkin dicirikan dengan tipe embrionya dan tanda ini
mungkin dapat dipakai untuk menentukan pembatasan taksonomi dan kekerabatan
alami, data embriologi dapat digabungkan dengan ciri anatomis dan morfologis
sehingga dapat dibuat klasifikasi yang lebih bersifat alami

3). Anatomi

Ciri-ciri anatomi dipergunakan secara luas didalam taksonomi dan sebagian besar
dipergunakan untuk menerangkan hubungan filogenetik. Data anatomi antara lain dapat
digunakan untuk tujuan praktis, misalnya identifikasi penggolongan atau mempelajari
arah filogenetik dan tingkat kekerabatan tetapi jika tidak dibantu dengan data-data
lainnya hasil akan kurang akurat, sifat-sifat anatomi batang, daun, bunga sangat
berguna dan mempunyai nilai taksonomi penting pada golongan-golongan tertentu.
Peranan anatomi perbandingan batang dalam taksonomi antara lain :
 Mempunyai nilai untuk pengenalan dan untuk menentukan kekerabatan serta
arah evolusi spesialisasi.
 Sebagai ciri-ciri identifikasi sifat anatomi mungkin dapat dipergunakan pada
semua tingkat taksonomi, tetapi pada tingkat jenis dan diatas tingkat suku dalam
angiospermae cenderung kurang dapat dipercaya
 Diatas tingkat suku pada angiospermae heterogenitas stuktur anatomis
mengingatkan asal “polyphyletik”
kriteria endomorfik tidak mempunyai nilai yang sama pada seluruh taksa. Pada
beberapa kelompok relative konstan dan pada beberapa kelompok lain sangat
bervariasi
 Factor-faktor lingkungan dapat menyebabkan variasi pada sifat-sifat anatomis
 Sistematik anatomi dalam pendekatan taksonomi melengkapi eksomorfologi
 Persamaan cirri-ciri anatomi dapat timbul melalui evolusi searah dan evolusi
menyebar

Peranan anatomi batang dalam taksonomi antara lain :

 Mempunyai nilai untuk pengenalan dan untuk menentukan kekerabatan dan arah
evolusi spesialisasi
 Ciri anatomi mungkin dapat digunakan pada semua tingkat klasifikasi, tetapi
pada tingkat jenis dan di atas tingkat suku Angiospermae kurang dapat
dipercaya.
 Pada Angiospermae di atas tingkat suku heterogenitas struktur anatomi
mengingatkan asal “ polyfiletik” ( dengan beberapa perkecualian)
 Kriteria endomorfik tidak mempunyai nilai yang sama pada seluruh taksa. Pada
beberapa kelompok relative konstan sedangkan beberapa kelompok lainnya
bervariasi.
 Faktor lingkungan dapat menyebabkan variasi pada sifat anatomis
 Persamaan ciri-ciri anatomi dapat timbul melalui evolusi searah dan evolusi
menyebar.

Aplikasi anatomi bunga untuk taksonomi sangat terbatas dibandingkan dengan anatomi
organ lainnya, mengingat teknik dan penafsirannya sulit diikuti.

4). Palinologi
Ahli sistematik cenderung tidak melihat ciri morfologi polen karena meskipun sangat
berarti namun kekurangan data. Ciri-ciri utama butir polen yang mempunyai nilai
taksonomi adalah jumlah dan posisi alur, posisi dan kekompleksan aperture serta
bentuk pahatan eksin.
Bukti palinologis mungkin dapat dipergunakan untuk menempatkan taksa yang tidak
jelas hubungannya dengan adanya kemungkinan untuk mempelajari struktur halus
pada fosil polen membuka suatu kemungkinan digunakannya ciri-ciri polen untuk
menduga filogeni dan evolusi
5).Sitologi
Sitologi dan genetika banyak digunakan dalam pendekatan taksonomi modern. Data
sitologi umumnya berasal dari nukleus, jumlah dan morfologi kromoson, dan kelakuan
kromoson pada waktu meiosis. Data ini dapat digunakan untuk keperluan
pembandingan dan interpretasi evolusioner. Sitotaksonomi adalah disiplin ilmu yang
mempelajari variasi dan menerangkan ketidak sinambungan variasi dan kekerabatan
dalam batas-batas sitologi.
Pentingnya jumlah kromoson sebagai suatu cirri taksonomi adalah karena mungkin
merupakan salah satu ciri yang paling konstan yang dapat digunakan diantara ciri-ciri
lainnya. Semua individu dalam suatu jenis biasanya mempunyai jumlah kromosom yang
sama, walaupun ada kekecualian-kekecualian. Kurang dari 10 % tumbuhan berbunga
telah dianalisa secara sitologi, dan itu saja masing-masing jenis baru diteliti sekali saja,
hingga perlu kiranya penelitian ini diperluas. Jumlah kromosom yang tercatat dari
golongan Spermatophyta bervariasi dan n=2 pada Naplopappus Gracilis (Compositae)
sampai n=14 pada Morus Nigra (Moraceae) dan mungkin n=250 pada Kalanchoe sp.
Dan n=263-265 pada Pos Litorasa (Poaceae).
6). Fisiologi
Tumbuhan yang tergolong dalam satu jenis dianggap menunjukkan sifat fisiologi yang
sama pula. Tumbuhan yang menunjukkan morfologi yang sama mungkin sifat
fisiologinya berbeda. Disamping data mikro dan data makro yang diuraikan di atas, ada
perbedaan dalam mekanisme fotosintesis dasar pada tumbuhan yang mempunyai nilai
taksonomi, yaitu fotosintesis C3, C4 dan CAM.
7). Fitokimia
Ciri kimiawi dapat mempunyai nilai taksonomi yang tinggi jika dapat menunjukkan
konstan, tidak menyebar pada seluruh takson secara sama, tidak mudah terpengaruh
satu dengan lainnya.
Ciri kimiawi dapat digolongkan dalam 3 kelompok.
 Secara langsung dapat dilihat seperti butiran pati dan rafid
 Berupa hasil tumbuhan seperti alkaloid, flavanoid dan terpenoid
 Serologi dan elektroforesis protein
Penelitian hasil metabolit sekunder tumbuhan telah banyak dilakukan para ahli
farmakologi untuk kepentingan ekonomi. Jumlah substansi kimia yang diteliti untuk
sistematika dalam angiospermae masih sedikit. Substansi yang telah diketahui dengan
baik adalah alkoloid, glikosida, substansi fenol, minyak-minyak esensial dan
sebagainya. Ada tidaknya alkaloid sangat berarti dalam kelompok taksonomik tertentu,
misalnya pada suku labiatae dan rosaceae. HCN biasanya ada dalam tumbuhan
sebagai glikosida.
Ciri kimiawi dapat digunakan pada semua tingkat dari hierarki taksonomi. Tumbuhan
yang tergolong dalam satu suku dianggap mengandung substansi kimia serupa.
Kandungan substansi kimia ini dapat dipergunakan untuk mengetahui jauh dekatnya
hubungan kekerabatan.
8). Ekologi

Data ekologi agak berbeda dengan data komparatif lainnya dalam taksonomi tumbuhan
lainnya dalam taksonomi tumbuhan. Data ini tidak langsung mengenai tumbuhan
seperti struktur makro dan mikro, melainkan interaksi tumbuhan dengan lingkungannya.
Interaksi ini mencakup dua bentuk dasar yaitu dengan lingkungan biotik dan abiotik.

Informasi ekologi dari tumbuhan biji tertutup merupakan hal yang mendasar dalam
sistematik tumbuhan, karena disiplin ilmu tersebut memberikan pengertian tentang a)
variasi taksa, b) distribusi taksa dan c) adaptasi tumbuhan. Dalam pengadaan (
Delimitation) suatu taksa, ahli taksonomi berhadapan dengan data, bukan saja dari
cirri taksonomi yang disebabkan karena factor genetis yang sifatnya tetap, tetapi juga
dengan data dari reaksi perkembangan ( Developmental responses) terhadap factor
lingkungan. Studi ekologi member petunjuk bahwa keadaan ciri morfologi berkorelasi
dengan factor lingkungan, seperti cahaya, kelembaban, kesuburan tanah (Jones dan
Luchsinger, 1986). Konstribusi ekologi terhadap taksonomi juga dalam mencari
informasi dari factor lingkungan, yaitu mengapa terjadi ketidaksinambungan terhadap
struktur, fungsi, dan distribusi tumbuhan ( Kruckeberg, 1969). Ahli ekologi tumbuhan
meneliti variasi ekotipe , spesialisasi edafik ( tanah), mekanisme penyerbukan,
pengaruh habitat terhadap hibridisasi, interaksi antara tumbuhan dan herbivore,
mekanisme pemencaran biji, ekologi semai, fungsi dan struktur tumbuhan dan
mekanisme isolasi reproduksi. Sumber dari ekologi mempunyai implikasi pada
klasifikasi dibawah tingkat marga. Selain itu masih banyak lagi bukti-bukti yang dapat
dipergunakan sebagai pendukung taksonomi seperti fitogeografi, geologi dan
palaentologi dan lain-lain.

C. Evaluasi

1. Jelaskan konsep sifat dan ciri dalam ilmu taksonomi tumbuhan !


2. Jelaskan Perbedaan antara sifat kualitatif dan kuantitatif dalam taksonomi tumbuhan!
3. Jelaskan perbedaan antara sifat fenetik dan sifat filogenetik !
4. Jelaskan perbedaan sifat filetik dan kladistik dalam taksonomi tumbuhan !
5. Jelaskan perbedaan sifat analisis dan sintesis dalam taksonomi tumbuhan !
6. Jelaskan masing-masing sumber bukti taksonomi berupa morfologi, anatomi,
embriologi, palinologi, sitologi, fitokimia, dan sumber bukti ekologi.

Anda mungkin juga menyukai