ABSTRAK
ii
SPECIES-SPECIES AND RELATIONSHIP OF THE FERN PLANTS
(PTERIDOPHYTA) IN LEMUTU WATERFALL KABUPATEN MUARA
ENIM AND ITS CONTRIBUTION TO SENIOR HIGH SCHOOL
BIOLOGICAL LEARNING
ABSTRACT
This research aims to know the species and its relationship of the fern plants
(Pteridophyta) in Curup Tenang Waterfall Bedegung Tanjung Agung Muara Enim.
The research was conducted in March until April 2017. This research use
descriptive survey method using explore technique that the border of sampling 5
meters on the right (Northwest) and the left (North) of waterfall. The results of
study found 13 species of fern plants, which are classified into 12 genus and 10
family. The specieses are Lygodium circinatum (Burm.F.) Sw., Lygodium
longifolium (Willd) Sw., Gleichenia linearis (Burm.) Clarke., Cheilanthes
tenuifolia (Burm.F.) Sw., Pteris vittata Linn., Davallia dimorpha Bl., Nephrolepis
falcata (Cav.) C.Chr., Blechnum orientale Linn., Asplenium nidus Linn., Drynaria
sparsisora (Desv.) T.Moore., Pyrrosia angustata (Sw.) Ching., Amphineoron
terminans (Bl) Holtt. and Selaginella variegata (Hort.) Biol. The closest
relationship are yaitu Lygodium circinatum (Burm. F.) Sw and Lygodium
longifolium (Willd) Sw, while the farthest is Selaginella plana Hieron. The results
of this study is expected to be a source of learning as information in studying the
types of fern plants for the second semester in grade ten of the Basic Competence
3.8 Applying the classification principle to classify plants into the division based
on morphological observation and metagenesis of plants and linking its role in the
life continuity on earth and Basic Competence 4.8 Present data on morphology
and the role of plants in various aspects of life in the form of a written report.
Contribution given in the form of learning matters.
iii
PENDAHULUAN
Tumbuhan paku (Pteridophyta) diperkirakan tidak kurang dari 10.000
jenis di dunia. Indonesia memiliki sekitar 1.500 jenis (Darma, 2007). Menurut
Kurniawati (2016), tumbuhan paku merupakan salah satu kelompok flora
indonesia yang memiliki keragaman tinggi serta persebaran yang luas. Indonesia
menduduki posisi tingkat ketiga di dunia untuk keanekaragaman tumbuh-
tumbuhan, termasuk tumbuhan paku.
Tumbuhan paku di Indonesia masih kurang mendapat perhatian
dibandingkan dengan kelompok tumbuhan lainnya, sebab masyarakat
menganggap bahwa tumbuhan paku kurang memberikan manfaat. Tumbuhan
paku sebenarnya memiliki nilai ekologi dan ekonomi bagi kehidupan manusia.
Menurut Dayat (2000), nilai ekologi dari tumbuhan paku adalah karena
peranannya sebagai tumbuhan bawah dan pengaturan tata air serta pencegahan
erosi. Nilai ekonomi tumbuhan ini pun tidak kecil artinya. Tumbuhan paku
banyak dipelihara sebagai tanaman hias, terutama di kota-kota besar. Selain itu,
tumbuhan paku digunakan sebagai bahan makanan berupa sayuran di beberapa
tempat seperti di Sumatera Barat dan Jawa Barat. Tidak sedikit obat-obatan
tradisional menggunakan bahan dari tumbuhan ini, untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit. Batang tumbuhan paku (paku tiang) dapat pula
digunakan sebagai bahan papan pelapis dinding dan media tumbuh anggrek.
Akhir-akhir ini banyak orang yang menggunakan tumbuhan paku sebagai bahan
kerajinan tangan dan hiasan dekoratif.
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas
mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga
bagian pokoknya yaitu akar, batang, dan daun. Namun demikian pada tumbuhan
paku belum dihasilkan biji. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama
adalah spora. Dari segi cara hidupnya, ada jenis-jenis paku yang hidup terestrial
(paku tanah), ada paku epifit, dan ada paku air (Tjitrosoepomo, 2014). Menurut
Asbar (2004) dikutip Firlana (2014) menyatakan bahwa tumbuhan paku dapat
tumbuh pada habitat yang berbeda berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan paku
ditemukan tersebar luas mulai daerah tropis hingga dekat kutub utara dan selatan,
1
mulai dari hutan primer, hutan sekunder, alam terbuka, dataran rendah hingga
dataran tinggi, lingkungan yang lembab, basah, rindang, kebun tanaman, dan di
pinggir jalan paku dapat dijumpai. Salah satu habitat yang dapat ditempati
tumbuhan paku adalah ditempat-tempat yang mempunyai kondisi lembab, seperti
kawasan Air Terjun Lemutu. Sandy (2016) menyatakan bahwa keberadaan jenis
tumbuhan paku dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan (abiotik), seperti pH
tanah dan kelembaban udara.
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku di
Sumatera Selatan sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Dayat
(2000) melaporan bahwa tumbuhan paku di Hutan Lindung Gunung Dempo
Sumatera Selatan, terdapat 52 jenis tumbuhan paku yang termasuk ke dalam 27
marga. Khoyriah (2010) melaporkan bahwa tumbuhan paku di Lereng Timur
Hutan Lindung Gunung Dempo Pagaralam, terdapat 12 jenis tumbuhan paku yang
tergolong ke dalam 12 marga dan 5 suku. Firlana (2014) melaporkan bahwa jenis-
jenis tumbuhan paku di Kawasan Wisata Air Terjun Temam, terdapat 15 jenis
tumbuhan paku yang tergolong ke dalam 13 marga dan 9 suku. Apriyanti (2017)
melaporkan bahwa tumbuhan paku di Kawasan Wisata Air Terjun Curup Tenang
Bedegung Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim, terdapat 12 jenis
tumbuhan paku yang tergolong ke dalam 11 marga dan 6 suku. Putri (2017)
melaporkan bahwa tumbuhan paku di Kawasan Hutan Lindung Bukit Jambul
Gunung Patah, terdapat 15 jenis tumbuhan paku yang tergolong ke dalam 11
marga dan 7 suku. Penelitian-penelitian tersebut dilakukan di daerah yang
mempunyai karakter fisik yang berbeda dengan kawasan Air Terjun Lemutu.
Kawasan Air Terjun Lemutu memiliki perbedaan ketinggian lokasi dengan
lokasi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Kondisi
topografi Kawasan Air Terjun Lemutu pada umumnya berbukit, dengan
ketinggian berkisar antara 100–465 mdpl (Badan Pusat Statistik Kabupaten Muara
Enim, 2016). Kawasan Hutan Lindung Gununng Dempo Sumatera Selatan berada
pada ketinggian 1.200–3.159 mdpl (Dayat, 2000). Lereng Timur Hutan Lindung
Gunung Dempo Pagaralam berada pada ketinggian 1.700–2.500 mdpl (Khoyriah,
2010). Kawasan Wisata Air Terjun Temam berada pada ketinggian 129 mdpl
2
(Firlana, 2014). Kawasan Hutan Lindung Bukit Jambul Gunung Patah berada
pada ketinggian 1.200-1.700 mdpl (Putri, 2017).
Banyaknya jenis-jenis tumbuhan paku yang didapat dari penelitian
sebelumnya menimbulkan kesadaran manusia untuk menyederhanakan obyek
studi melalui klasifikasi, identifikasi dan pemberian nama yang tepat untuk setiap
kelompok tumbuhan dengan memanfaatkan karakter yang terdapat pada setiap
tumbuhan, dan menggolongkannya ke dalam kelompok-kelompok tertentu.
Kesadaran manusia untuk menyederhanakan obyek studi tersebut kemudian
melahirkan cabang ilmu hayati yang sekarang disebut taksonomi atau sistematika
(Tjitrosoepomo, 1993). Selaras dengan hal tersebut (Radford, 1986 dikutip
Nurchayati, 2010) menyatakan taksonomi tumbuhan tidak hanya melakukan
klasifikasi dan pemberian nama saja, tetapi lebih mengarah pada pengelompokan
yang menyatakan hubungan kekerabatan pada dunia tumbuhan. Hubungan
kekerabatan pada tumbuhan dapat dinyatakan dengan metode fenetik maupun
filogenetik. Metode fenetik didasarkan pada kesamaan karakter secara fenotip
(morfologi, anatomi, embriologi, fitokimia), sedangkan metode filogenetik lebih
didasarkan pada nilai evolusi dari masing-masing karakter.
Berdasarkan uraian di atas, hal inilah yang menimbulkan gagasan bagi
peneliti untuk melakukan penelitian mengenai “Jenis-Jenis tumbuhan paku
(Pteridophyta) dan Kekerabatannya di Kawasan Air Terjun Lemutu Kabupaten
Muara Enim serta Sumbangannya pada Pembelajaran Biologi SMA”. Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, “Apa saja jenis-jenis Tumbuhan Paku
(Pteridophyta) yang ditemukan di kawasan wisata Air Terjun Lemutu Kabupaten
Muara Enim? Bagaimana kekerabatan tumbuhan paku (Pteridophyta) di kawasan
wisata Air Terjun Lemutu Kabupaten Muara Enim?”. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menambah data informasi untuk berbagai pihak mengenai
keanekaragaman tumbuhan paku, sehingga dapat dilakukan konservasi atau
kebijakan pelestarian oleh pemerintah setempat dan sebagai data dasar untuk
dijadikan penelitian lebih lanjut, serta dapat dijadikan salah satu bahan materi
pengayaan biologi di SMA kelas X pada KD 3.8 Menerapkan prinsip klasifikasi
untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan pengamatan dan
3
metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam kelangsungan
kehidupan di bumi. 4.8 Menyajikan data hasil pengamatan dan analisis fenetik dan
filogenetik tumbuhan serta peran tumbuhan dalam kelangsungan hidup di bumi.
Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu dibatasi permasalahan sebagai
berikut; tumbuhan paku yang diteliti adalah yang tumbuh di kawasan wisata air
terjun dengan teknik jelajah, jarak pengambilan sampel 5 meter dari badan jalan.
Selain itu, penentuan kunci determinasi dari jenis karakter taksonomi. Penentuan
kekerabatan berdasarkan karakter morfologi.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku
(Pteridophyta) yang terdapat di kawasan wisata Air Terjun Lemutu Kabupaten
Muara Enim. Mengetahui kekerabatan tumbuhan paku (Pteridophyta) di kawasan
Air Terjun Lemutu Kabupaten Muara Enim.
Adapun manfaat penelitian ini yaitu, sebagai informasi yang dapat
melengkapi data mengenai jenis-jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) dan
kekerabatannya yang tumbuh di kawasan wisata Air Terjun Lemutu Kabupaten
Muara Enim. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber bahan materi pengayaan Biologi di SMA kelas X Materi Pokok
Tumbuhan Paku pada Kompetensi Dasar 3.8 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk
menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan pengamatan dan
metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam kelangsungan
kehidupan di bumi. 4.8 Menyajikan data hasil pengamatan dan analisis fenetik dan
filogenetik tumbuhan serta peran tumbuhan dalam kelangsungan hidup di bumi.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei deskriptif
(Nazir, 1988). Metode deskriptif adalah penelitian non hipotesis dengan tujuan
untuk membuat deskripsi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik jelajah
dan dokumentasi dengan batasan pengambilan sampel 5 meter di sebelah kanan
dan sebelah kiri jalan utama menuju air terjun.
4
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat pengambilan sampel dilakukan di Kawasan Air Terjun Lemutu,
Desa Pagar Dewa, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim. Lokasi
pengambilan sampel berada pada titik koordinat S:3058’27.0” dan E:103044’21.6”.
Waktu pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret-April 2017. Identifikasi
spesies dilakukan di Perumahan Buluran Indah Tanjung Enim dan di
laboratorium Biologi FKIP Universitas Sriwijaya.
Cara Kerja
Penentuan Area
Area penelitian ini adalah di Kawasan Air Terjun Lemutu, Desa Pagar
Dewa, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim. Sebagaimana tampak
pada gambar berikut:
5
Gambar 1 Peta Lokasi Area Penelitian (Sumber: Google Maps, 2017)
6
pengawetan, dan nomor koleksi. Selanjutnya tumbuhan paku yang telah diberi
label tersebut dimasukkan ke dalam kantung plastik yang besar transparan.
Pembuatan Herbarium
Pembuatan herbarium ini dilakukan di laboratorium FKIP Universitas
Sriwijaya untuk proses pengeringan dan pembuatan herbarium. Menurut (Murni,
2015) pembuatan herbarium melewati beberapa proses penting, dimulai dengan
proses pengapitan dan pengeringan, penempelan (mounting), pemberian label
(labelling), dan pemeliharaan herbarium.
7
Penempelan (Mounting)
Spesimen yang sudah kering selanjutnya dilakukan identifikasi dan
klasifikasi. Kemudian spesimen ditempelkan atau dijahitkan pada kertas mounting
(buku gambar berukuran A3) dengan pengaturan sedemikian rupa hingga
posisinya rapi. Semua spesimen dikelompokan menurut famili atau tingkatan
taksonnya.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
8
A. Data Identifikasi
Data yang diperoleh dideskripsikan berdasarkan perbandingan morfologi
vegetatif (akar, batang, daun) dan generatif (sorus/spora). Jenis-jenis tumbuhan
paku yang ditemukan diberi kode jenis dengan menggunakan huruf abjat ABCDE
dan seterusnya pada setiap jenis tumbuhan.
B. Pengukuran Kesamaan
Tingkat kesamaan akan di tentukan dengan menggunakan program
komputer NTSYS-pc 2.02 dan dibuat konstruksi dendogram berdasarkan nilai
dalam matriks similaritas (UPGMA): untuk mengklasifikasikan strain atau OTU
(Operational Taxonomical Unit) berdasarkan nilai indeks similaritas maka
dilakukan pengklusteran ke dalam tabel analisis klaster. Menurut Benson (2002),
nilai similaritas berkisar antara 0 sampai 1,0 dan hubungan kekerabatan makin
dekat bila nilai similaritas makin dekat dengan 1.
C. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, yaitu menggambarkan dan
menginterpretasikan hubungan kekerabatan tumbuhan paku yang ditemukan
berdasarkan karakter yang dimiliki oleh masing-masing jenis tumbuhan paku
tersebut. Gambaran tentang karakter morfologi dari tumbuhan paku dapat
dinyatakan secara sederhana, yaitu dengan angka (0) bila ciri tidak ada dan angka
(1) diberikan jika karakter yang diamati terdapat pada jenis tumbuhan paku
tersebut.
9
Sumbangan diberikan dalam bentuk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
LKPD ini kemudian di validasi menggunakan analisis uji cohen’s kappa dengan
validator 1 orang dosen dan 1 orang guru SMA Selain itu, dibuat Blog sebagai
sumber belajar. Selaras dengan hal tersebut (Navy, 2013) menyatakan bahwa
sumber belajar merupakan faktor penting dalam pengelolaan belajar, karena
sumber belajar merupakan media untuk mendorong siswa supaya menjadi
penasaran dan ingin belajar. Sumber belajar (learning resources) dapat
dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada
peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman,
dan ketrampilan, dalam proses pembelajaran.
Keterangan:
a : Jumlah pertanyaan yang mana kedua ahli sama-sama setuju
d : Jumlah pertanyaan yang mana kedua ahli sama-sama tidak setuju
b : Jumlah pertanyaan yang mana ahli 1 tidak setuju, ahli 2 setuju
c : Jumlah pertanyaan yang mana ahli 1 setuju, ahli 2 tidak setuju
N1 : (a + c)
N2 : (b + d)
M1 : (a + b)
M2 : (c + d)
N : Total keseluruhan
Po ( Proporsi kesepakatan teramati) Pe (Proporsi kesepakatan harapan)
N 1 x M1 N2 x M 2
+
N2 N2
Catatan:
10
1. Jika tidak ada perbedaan pendapat (disagreement) antara dua ahli, maka
nilai (b) dan (c) = 0 atau P0 = 1
2. Jika tidak ada persetujuan pendapat (agreement) antara dua ahli, maka
nilai (a) dan (d) = 0 atau P0 = 0
Dimana:
K = Koefisien kappa
Po = Proporsi kesepakatan teramati
Pe = Proporsi kesepakatan harapan
11
Setelah dilakukan penelitian, diketahui bahwa di Kawasan Air Terjun
Lemutu Kabupaten Muara Enim terdapat 13 jenis tumbuhan paku yang tergolong
ke dalam 12 marga dan 10 suku. Data lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis-jenis tumbuhan paku di Kawasan Air Terjun Lemutu
Kabupaten Muara Enim
Kode Ketinggian
No Suku Marga Jenis Ket
Jenis (mdpl)
1 Lygodiaceae Lygodium Lygodium circinatum A 368 E
(Burm.F.) Sw.
Lygodium longifolium B 451 T
(Willd) Sw.
2 Gleicheniaceae Gleichenia Gleichenia linearis C 290 T
(Burm.) Clarke.
3 Pteridaceae Cheilanthes Cheilanthes tenuifolia D 210 T
(Burm.F.) Sw.
Pteris Pteris vittata Linn. E 409 T
4 Davalliaceae Davallia Davallia dimorpha Bl. F 182 E
5 Nephrolepidaceae Nephrolepis Nephrolepis falcata G 182 E
(Cav.) C.Chr.
6 Blechnaceae Blechnum Blechnum orientale H 340 T
Linn.
7 Aspleniaceae Asplenium Asplenium nidus Linn. I 429 E
8 Polypodiaceae Drynaria Drynaria sparsisora J 429 E
(Desv.) T.Moore.
Pyrrosia Pyrrosia angustata K 369 E
(Sw.) Ching.
9 Thelypteridaceae Amphineoro Amphineoron L 393 T
n terminans (Bl) Holtt.
10 Selaginellaceae Selaginella Selaginella variegata M 393 T
(Hort.) Biol.
Keterangan: E = Epifit, T = Teresterial
12
memastikan nama jenis tumbuhan paku dari hasil pengkoleksian yang telah
dilakukan. Berdasarkan hasil penentuan sifat atau karakter sebanyak 62 dari 13
jenis tumbuhan paku, beberapa sifat digunakan sebagai sifat dalam membuat
kunci determinasi jenis.
Kunci determinasi jenis tumbuhan paku di Kawasan Air Terjun Lemutu
Kabupaten Muara Enim.
1. a. Bentuk umum daun linier .........................Selaginella variegata (Hort.) Biol.
b. Daun tidak linier..............................................................................................2
2. a. Bentuk tepi pinnula bergerigi atau bertoreh...................................................3
b. Bentuk tepi pinnula rata...................................................................................6
3. a. Bentuk umum daun pinnate, ujung pinnula meruncing, bentuk tepi pinnula
bertoreh, ada rambut pada pinnula,...................................................................
.....................................................................Nephrolepis falcata (Cav.) C.Chr.
b. Bentuk umum daun pinnatifitid atau bipinnate, ujung pinnula runcing,
bentuk
tepi pinnula bergerigi, tidak ada rambut pada pinnula....................................4
4. a. Bentuk umum daun pinnatifid, permukaan pinnula kasar, warna daun muda
menggulung hijau, tidak ada rambut pada rhizoma, sporangia membentuk
strobilus....................................................Amphineoron terminans (Bl) Holtt.
b. Bentuk umum daun bipinnate, permukaan pinnula halus, warna daun muda
menggulung hijau muda atau coklat, ada rambut pada pinnula, sporangia
membentuk sorus............................................................................................5
5. a. Warna daun muda menggulung coklat, daun muda menggulung muncul dari
percabangan rachis, tidak ada rambut pada daun muda menggulung,
rhizoma beruas pendek, posisi akar tersebar acak dipermukaan rhizoma,
bentuk spora ginjal.................................Cheilanthes tenuifolia (Burm.F.) Sw.
b. Warna daun muda menggulung hijau muda, daun muda menggulung muncul
dari rhizoma, ada rambut pada daun muda menggulung, rhizoma beruas
panjang, posisi akar terletak disepanjang bagian ventral pada rhizoma,
bentuk spora membulat................................................Davallia dimorpha Bl.
6. a. Tidak ada penonjolan akibat sporangia...........................................................7
b. Ada penonjolan akibat sporangia..................................................................11
7. a. Bentuk umum daun lanset, berdaun tunggal, posisi akar terletak disepanjang
bagian ventral pada rhizoma...........................................................................8
b. Bentuk umum daun pinnatifid atau monostichous, berdaun majemuk, akar
terletak dibagian ventral pada buku rhizoma atau tersebar acak dipermukaan
rhizoma...........................................................................................................9
13
8. a. Ujung pinnula meruncing, ada daun muda menggulung, arah tumbuh
rhizoma tegak, rhizoma bertumpuk, warna rhizoma coklat, tidak ada
indusium pada sori, bentuk spora membulat....................................................
......................................................................................Asplenium nidus Linn.
b. Ujung pinnula runcing, tidak ada daun muda menggulung, arah tumbuh
rhizoma menjalar, rhizoma beruas pendek, warna rhizoma coklat tua, ada
indusium pada sori, bentuk spora ginjal...........................................................
......................................................................Pyrrosia angustata (Sw.) Ching.
9. a. Daun muda menggulung muncul dari percabangan rachis, posisi akar pada
rhizoma tersebar acak dipermukaan rhizoma...............................................10
b. Daun muda menggulung muncul dari rhizoma, posisi akar pada rhizoma
terletak dibagian ventral pada buku rhizoma....................................................
...............................................................................Blechnum orientale Linn.
10. a. Bentuk tepi pinnula beringgit, bentuk ujung pinnula runcing, warna daun
muda menggulung hijau muda..............Lygodium circinatum (Burm.F.) Sw.
b. Bentuk tepi pinnula berbagi menyirip, bentuk ujung pinnula tumpul, warna
daun muda menggulung hijau....................Lygodium longifolium (Willd) Sw.
11. a. Bentuk umum daun pseudodichotomous, bentuk ujung pinnula tumpul, arah
tumbuh rhizoma menjalar, tidak ada indusium pada sori.................................
.................................................................Gleichenia linearis (Burm.) Clarke.
b. Bentuk umum daun pinnatifid, bentuk ujung pinnula runcing, arah tumbuh
rhizoma tegak, ada indusium pada sori.........................................................12
12. a. Bentuk tepi pinnula berbagi menyirip, ada rambut pada daun muda
menggulung, warna rhizoma hijau muda, warna sporangia coklat muda,
bentuk spora membulat.....................................................................................
.............................................................Drynaria sparsisora (Desv.) T.Moore.
b. Bentuk tepi pinnula rata, tidak ada rambut pada daun muda menggulung,
warna rhizoma coklat tua, warna sporangia coklat, bentuk spora ginjal..........
............................................................................................Pteris vittata Linn.
14
memiliki rhizoma bertumpuk. Akar tersebar acak dipermukaan rhizoma dan tidak
tersusun rapat, kemudian pada rhizoma terdapat rambut halus. Berdaun majemuk,
pada bagian daun terdapat stipe, daunnya bergerigi dan bentuk umum daun yaitu
monostichous. Tipe percabangan daun dikotom, bagian tepi daun beringgit
kemudian ujung daun runcing, permukaan daunnya halus dan tidak terdapat
rambut kemudian tanpa ada penonjolan pada daun akibat spora. Daun muda
menggulung berwarna hijau muda yang tumbuh dari muncul dari percabangan
rachis dan tidak diselaputi rambut. Pada morfologi organ generatif, posisi sorus
terletak diujung pertulangan pinnula, sporangia berkumpul membentuk sorus dan
terdapat indusium, sporangium terdiri dari sporangium sejenis berbentuk lonjong
kemudian spora yang dihasilkan berbentuk ginjal dan berwarna coklat. Spesies ini
biasannya tumbuh menempel di pohon (epifit). Perhatikan Gambar 2.
15
Gambar 2 Lygodium circinatum (Burm. F.) Sw.
16
tidak tersusun rapat. Pada rhizoma terdapat rambut halus. Berdaun majemuk, pada
bagian daun terdapat stipe, daunnya rata dan bentuk umum daun yaitu
monostichous. Tipe percabangan daun dikotom, bagian tepi daun menyirip
kemudian ujung daun tumpul, pada permukaan daunnya halus dan tidak terdapat
rambut kemudian tanpa ada penonjolan pada daun akibat spora. Daun muda
menggulung berwarna hijau yang tumbuh muncul dari percabangan rachis dan
tidak diselaputi rambut. Pada morfologi organ generatif, posisi sorus terletak
diujung pertulangan daun, sporangia berkumpul membentuk sorus dan terdapat
indusium. Sporangium terdiri dari sporangium sejenis berbentuk lonjong
kemudian spora yang dihasilkan berbentuk bulat berwarna coklat. Spesies ini
biasannya tumbuh di tanah (teresterial). Perhatikan Gambar 3.
17
4
2
1
18
terdapat rambut. Berdaun majemuk, pada bagian daun terdapat stipe, bentuk
umum daun yaitu berbentuk pseudodichotomous. Tipe percabangan daun
bercabang menggarpu, bagian tepi daun rata menyirip dan ujungm daun tumpul,
tumbuhan paku ini memiliki permukaan daun yang halus dan tidak terdapat
rambut, terdapat penonjolan pada daun akibat adanya sporangia. Daun muda
menggulung berwarna hijau yang tumbuh dari rhizoma dan diselaputi rambut
berwarna coklat. Pada morfologi organ generatif, sorus terletak dikiri kanan ibu
tulang daun, sporangium berkumpul membentuk sorus tidak dilindungi indusium.
Sporangium terdiri dari sporangium sejenis yang berbentuk bulat kemudian spora
yang dihasilkan berbentuk persegitiga berwarna coklat. Spesies ini sering tumbuh
berkelompok hingga membentuk semak belukar dan banyak di jumpai di tanah
(teresterial). Perhatikan Gambar 4.
19
3
20
dipermukaan rhizoma dan tersusun rapat. Berdaun majemuk, pada bagian daun
terdapat stipe, bentuk umum daun yaitu bipinnate. Tipe percabangan daun
bercabang menggarpu, bagian tepi daun bergerigi kemudian ujung pinnula
runcing, pada permukaan daun halus dan tidak terdapat rambut kemudian tidak
terdapat penonjolan pada daun akibat adanya spora. Daun muda menggulung
berwarna coklat yang tumbuh dari percabangan rachis dan tidak diselaputi rambut
berwarna coklat. Pada morfologi organ generatif, posisi sorus terletak disepanjang
tepi daun, sporangium berkumpul membentuk sorus yang dilindungi indusium.
Sporangium terdiri dari sporangium sejenis, berbentuk bulat berwarna coklat
muda kemudian spora yang dihasilkan berbentuk ginjal. Spesies ini biasanya
tumbuh di tanah (teresterial). Perhatikan Gambar 5.
21
3
22
berwarna coklat tua beruas panjang, memiliki akar serabut yang tersebar acak
dipermukaan rhizoma dan tersusun rapat, tidak diselaputi sisik-sisik atau rambut.
Berdaun majemuk, pada daun terdapat stipe, bentuk umum daun yaitu pinnatifid.
Tipe percabangan daun bercabang menyirip, bagian tepi daun rata dan ujung daun
runcing, tumbuhan paku ini memiliki permukaan daun yang halus dan tidak
terdapat rambut kemudian terdapat penonjolan pada daun akibat adanya spora.
Tumbuhan ini memiliki daun muda menggulung berwarna hijau yang tumbuh dari
rhizoma tanpa dilapisi rambut. Pada morfologi organ generatif, posisi sorus
terletak di tepi daun. Sporangium berkumpul membentuk sorus yang dilindungi
indusium. Sporangium terdiri dari sporangium sejenis, berbentuk bulat berwarna
coklat kemudian spora yang dihasilkan berbentuk ginjal. Spesies ini biasanya
tumbuh di tanah (teresterial). Perhatikan Gambar 6.
23
3
24
kemudian terdapat rambut pada rhizoma. Berdaun majemuk, pada bagian daun
terdapat stipe, bentuk umum daun yaitu bipinnate. Tipe percabangan daun
bercabang menggarpu, bagian tepi daun bergerigi kemudian ujung pinnula
runcing. Tumbuhan paku ini memiliki permukaan daun halus dan tidak terdapat
rambut, kemudian tidak terdapat penonjolan pada daun akibat adanya sporangia.
Daun muda menggulung berwarna hijau muda yang tumbuh dari rhizoma dan
diselaputi rambut berwarna coklat. Pada morfologi organ generatif, posisi sorus
terletak di sepanjang tepi daun, sporangium berkumpul membentuk sorus yang
dilindungi indusium. Sporangium terdiri dari sporangium sejenis, berbentuk
lonjong berwarna coklat muda kemudian spora yang dihasilkan berbentuk bulat.
Spesies ini biasanya tumbuh (epifit) di pohon ataupun tumbuh (teresterial) di
tanah. Perhatikan Gambar 7.
25
3
4
6
2
1
26
diselaputi sisik-sisik yang panjang tersusun tidak terlalu rapat, berwarna
mendekati hitam dan dibagian tepinya berwarna lebih muda dan ada rambut pada
rhizoma. Berdaun majemuk, pada bagian daun terdapat stipe, bentuk umum daun
yaitu pinnate. Tipe percabangan daun bercabang stolon, bagian tepi daun bertoreh
kemudian ujung daun meruncing, pada permukaan daun kasar dan terdapat rambut
kemudian tidak terdapat penonjolan pada penonjolan akibat adanya spora. Daun
muda menggulung berwarna hijau muda yang tumbuh dari rhizoma dan diselaputi
rambut berwarna coklat. Pada morfologi organ generatif, posisi sorus terletak
disepanjang tepi daun, sporangium berkumpul membentuk sorus yang dilindungi
indusium. Sporangium terdiri dari sporangium sejenis, berbentuk bulat berwarna
coklat muda kemudian spora yang dihasilkan berbentuk ginjal. Spesies ini
biasanya tumbuh (epifit) di pohon ataupun tumbuh (teresterial) di tanah.
Perhatikan Gmbar 8.
27
3
28
terletak di bagian ventral pada buku rhizoma dan tersusun rapat. Akar pada
rhizoma tersusun rapat. Berdaun majemuk, pada bagian daun terdapat stipe,
bentuk umum daun yaitu pinnatifid. Tipe percabangan daun bercabang stolon,
bagian tepi daun rata kemudian ujung daun runcing, pada permukaan daun halus
dan tidak terdapat rambut atau sisik. Tidak terdapat penonjolan pada daun akibat
adanya spora. Daun muda menggulung berwarna merah yang tumbuh dari
rhizoma dan tidak diselaputi rambut. Pada morfologi organ generatif, posisi sorus
terletak di kiri-kanan ibu tulang daun, sporangium berkumpul membentuk sorus
yang dilindungi indusium. Sporangium terdiri dari sporangium sejenis berbentuk
bulat, berwarna coklat kemudian spora yang dihasilkan berbentuk setengah
membulat. Spesies ini biasanya tumbuh di tanah dan tempat terbuka. Pehatikan
Gambar 9.
29
4
30
ventral rhizoma. Akar diselaputi sisik yang cukup rapat berwarna coklat. Berdaun
tunggal, pada bagian daun terdapat stipe, bentuk umum daun yaitu berbentuk
lanset. Tipe percabangan daun bercabang tak beraturan, bentuk tepi daun rata dan
bagian ujung daun meruncing. Tumbuhan paku ini memiliki permukaan daun
yang halus dan tidak terdapat rambut atau sisik kemudian tidak terdapat
penonjolan pada daun akibat adanya sporangia. Bentuk daun sporofil dan tropofil,
memiliki daun muda menggulung berwarna hijau muda yang muncul dari
percabangan rachis dan tidak diselaputi rambut. Pada morfologi organ generatif,
sorus tersebar merata dibagian bawah daun, sporangium berkumpul membentuk
sorus yang tidak dilindungi dengan indusium. Sporangium terdiri dari sporangium
sejenis berbentuk lonjong dan berwarna coklat kemudian spora yang dihasilkan
berbentuk ginjal dan berwarna coklat. Spesies ini biasanya hidup di pohon (epifit)
atau batu. Perhatikan Gambar 10.
31
3
2
1
32
kemudian terdapat rambut pada rhizoma. Berdaun majemuk, pada bagian daun
terdapat stipe, bentuk umum daun yaitu berbentuk pinnatifid. Tipe percabangan
daun bercabang tak beraturan, bentuk tepi daun menyirip dan bagian ujung daun
runcing. Tumbuhan paku ini memiliki permukaan daun yang halus dan tidak
terdapat rambut atau sisik kemudian terdapat penonjolan pada daun akibat adanya
sporangia. Daun muda menggulung berwarna hijau yang tumbuh dari rhizoma dan
diselaputi rambut berwarna coklat. Pada morfologi organ generatif, sorus tersebar
merata dibagian bawah daun dan sporangium berkumpul membentuk sorus yang
tidak dilindungi dengan indusium. Sporangium terdiri dari sporangium sejenis
berbentuk ginjal dan berwarna coklat muda kemudian spora yang dihasilkan
berbentuk bulat. Spesies ini biasanya hidup di pohon (epifit) atau batu. Perhatikan
Gambar 11.
33
4
34
memiliki akar serabut yang tersebar acak dipermukaan rhizoma dan tersusun
rapat. Berdaun tunggal, pada bagian daun terdapat stipe, bentuk umum daun yaitu
lanset. Tipe percabangan daun bercabang stolon, bagian tepi daun rata kemudian
ujung daun runcing. Permukaan daun halus dan tidak terdapat rambut kemudian
tidak terdapat penonjolan pada daun akibat adanya spora. Tumbuhan ini tidak
memiliki daun muda menggulung. Pada morfologi organ generatif, posisi sorus
terletak disepanjang tepi daun, sporangium berkumpul membentuk sorus yang
tidak dilindungi indusium. Sporangium terdiri dari sporangium sejenis, berbentuk
bulat berwarna coklat muda kemudian spora yang dihasilkan berbentuk bulat.
Spesies ini biasanya tumbuh di pohon (epifit) ataupun tumbuh di tanah
(teresterial). Perhatikan Gambar 12.
35
3
36
rhizoma, dan tanpa rambut pada rhizoma. Berdaun majemuk, pada bagian daun
terdapat stipe, bentuk umum daun yaitu pinnatifid. Tipe percabangan daun tak
beraturan, bagian tepi daun bergerigi kemudian ujung daun runcing, pada
permukaan daun kasar dan tidak terdapat rambut kemudian tidak terdapat
penonjolan pada daun akibat adanya spora. Daun muda menggulung berwarna
hijau yang tumbuh dari rhizoma dan diselaputi rambut berwarna coklat. Pada
morfologi organ generatif, posisi sorus terletak di bagian bawah daun dan
menyebar, sporangium berkumpul membentuk strobilus yang tidak dilindungi
indusium. Spora yang dihasilkan membentuk setengah membulat dan berwarna
coklat muda. Spesies ini biasanya tumbuh di tanah (teresterial). Perhatikan
Gambar 13.
37
3
4
2
1
38
berselingan mengelilingi buku. Berdaun tunggal, pada bagian daun tidak terdapat
stipe, bentuk umum daun yaitu berbentuk linier. Tipe percabangan daun bercabang
menggarpu, bagian tepi daun rata dan ujung daun tumpul, tumbuhan paku ini
memiliki permukaan daun yang halus dan tidak terdapat rambut kemudian
terdapat penonjolan pada daun akibat adanya sporangia. Daun muda menggulung
tumbuh dari percabangan rhizoma tegak, berwarna merah kecoklatan dan tidak
ditutupi rambut. Pada morfologi organ generatif, sorus terletak ditiap ujung
percabangan batang tegak. Sporangium berkumpul membentuk strobilus yang
tidak dilindungi indusia, sporangium terdiri dari megasporangium berbentuk
persegitiga dan mikrosporangium berbentuk ginjal. Spora yang dihasilkan
membentuk membulat dan berwarna kuning. Spesies ini biasannya hidup di tanah
(terestrial). Perhatikan Gambar 14.
39
3
40
Pengelompokan hubungan kekerabatan jenis tumbuhan paku yang
ditemukan di kawasan Air Terjun Lemutu berdasarkan 62 karakter morfologi
dilakukan dengan menggunakan aplikasi NTSYS. Persentase kesamaan ini
berkisaran antara 60-80%, apabila nilai kesamaan makin tinggi maka tingkat
kesamaan antar 2 spesies yang dibandingkan semakin dekat hubungan
kekerabatannya. Hubungan kekerabatan ditunjukkan berdasarkan kesamaan ciri
morfologinya. Jadi, semakin banyak kesamaan ciri morfologi yang dimiliki setiap
jenis dengan jenis lainnya maka semakin dekat hubungan kekerabatan antar jenis
tersebut. Hasil analisis kelompok dapat mudah untuk dibaca melalui gambar
berupa dendogram kesamaan jenis tumbuhan paku yang ada di Kawasan Air
Terjun Lemutu.
I B
II
41
Pembahasan
Berdasarkan dari hasil analisis dapat diketahui hubungan kekerabatan
morfologi dari ke-13 tumbuhan paku (Pteridophyta) yang ditemukan di kawasan
Air Terjun Lemutu Kabupaten Muara Enim. Ketiga belas jenis tumbuhan paku ini
berasal dari suku yang berbeda oleh karena itu kesamaan ciri morfologi yang
dimiliki spesies ini cukup kecil. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Khoyriah
(2010) dan Firlana (2014) menyatakan bahwa hirarki lebih tinggi memiliki tingkat
persamaan sifat lebih sedikit di antara anggotanya, sedangkan pada hirarki lebih
rendah mempunyai persamaan sifat yang lebih banyak. Selaras dengan hal
tersebut (Wijayanti, 2015) menyatakan bahwa semakin besar nilai koefisien maka
semakin dekat hubungan kekerabatannya, sebaliknya semakin kecil nilai koefisien
maka semakin jauh hubungan kekerabatannya. Hasil dendogram menunjukkan
bahwa jenis tumbuhan paku yang ditemukan terbagi dalam dua kelompok besar.
Kelompok I (kode FDLGEJCHABKIM) Davallia dimorpha Bl., Cheilanthes
tenuifolia (Burm.F.) Sw., Amphineuron terminans (Bl) Holtt., Nephrolepis falcata
(Cav.) C.Chr., Pteris vittata Linn., Drynaria sparsisora (Desv.) T. Moore.,
Gleichenia linearis (Burm.) Clarke., Blechnum orientale Linn., Lygodium
circinatum (Burm.F.) Sw., Lygodium longifolium (Willd) Sw., Pyrrosia angustata
(Sw.) Ching., Asplenium nidus Linn. dan Selaginella variegata (Hort.) Biol.
Kelompok II (kode M) hanya terdiri atas Selaginella variegata (Hort.) Biol.
Selaginella variegata (Hort.) Biol berasal dari suku Selaginellaceae. Persentase
kesamaan jenis antara kedua kelompok besar I dan II sebesar 60%. Kesamaan
karakter morfologi yang dimiliki oleh ketiga belas tumbuhan paku ini antara lain;
ada stipe pada ental, dan akar pada rhizoma tersusun rapat.
Kelompok I membentuk sub kelompok yaitu A (kode FDLG) dan B (kode
EJCHABKIM) dengan persentase kesamaan jenis sebesar 66%. Kelompok A
(kode FDLG) terdiri dari Davallia dimorpha Bl., Cheilanthes tenuifolia (Burm.F.)
Sw., Amphineuron terminans (Bl) Holtt. dan Nephrolepis falcata (Cav.) C.Chr.
Persentase kesamaan ke-4 jenis tumbuhan paku ini sebesar 70,5% dengan ciri
karekter morfologi diantaranya; berdaun majemuk, ada stipe pada daun, ada daun
muda menggulung, keberadaan batang tegak, warna rhizoma coklat tua, akar pada
rhizoma tersusun rapat, dan ada indusium pada sori.
42
Persentase kesamaan jenis selanjutnya sebesar 72% terdiri atas jenis
tumbuhan paku (kode FDL) Davallia dimorpha Bl., Cheilanthes tenuifolia
(Burm.F.) Sw. dan Amphineuron terminans (Bl) Holtt. Ketiga jenis tumbuhan ini
memiliki kesamaan jenis antara lain; berdaun majemuk, ada stipe pada daun,
bentuk ujung daun runcing, tidak ada rambut pada daun, tidak ada penonjolan
akibat sporangia, ada daun muda menggulung, arah tumbuh batang tegak, warna
rhizoma cokelat tua, akar pada rhizoma tersusun rapat, ada indusium pada sori,
warna sporangia cokelat muda.
Persentase kesamaan jenis tumbuhan paku sebesar 77,5% terdiri dari (kode
F dan D) Davallia dimorpha Bl. dan Cheilanthes tenuifolia (Burm.F.) Sw.
Kesamaan karakter morfologinya terletak antara; bentuk umum daun bippinate,
berdaun majemuk, ada stipe pada daun, bentuk tepi daun bergerigi, bentuk ujung
dau runcing, permukaan daun halus, tidak ada rambut pada daun, tidak ada
penonjolan akibat sporangia, ada daun muda menggulung, arah tumbuh batang
tegak, ada rambut pada rhizoma, warna rhizoma cokelat tua, akar pada rhizoma
tersusun rapat, ada indusium pada sori, sporangia membentuk sorus, dan warna
sporangia cokelat muda.
Kelompok B terdiri dari (kode EJCHABKIM) Pteris vittata Linn.,
Davallia dimorpha Bl., Nephrolepis falcata (Cav.) C.Chr., Blechnum orientale
Linn., Asplenium nidus Linn., Drynaria sparsisora (Desv.) T.Moore., Pyrrosia
angustata (Sw.) Ching., Amphineoron terminans (Bl) Holtt. dan Selaginella
variegata (Hort.) Biol. Persentase kesamaan ke-8 jenis tumbuhan paku ini sebesar
67% dengan karakter morfologi diantaranya; ada stipe pada daun, permukaan
daun halus, tidak ada rambut pada daun, dan akar pada rhizoma tersusun rapat.
Persentase kesamaan jenis selanjutnya adalah 70% yang terdiri dari (kode
HABKI) Blechnum orientale Linn., Asplenium nidus Linn., Drynaria sparsisora
(Desv.) T.Moore., Pyrrosia angustata (Sw.) Ching., Amphineoron terminans (Bl)
Holtt. Kesamaan karakter morfologi diantaranya; ada stipe pada daun, permukaan
daun halus, tidak ada rambut pada permukaan daun, tidak ada penonjolan daun
akibat sporangia, ada rambut pada rhizoma, akar pada rhizoma tersusun rapat,
sporangia membentuk sorus, dan warna sporangia cokelat.
43
Persentase kesamaan jenis berikutnya sebesar 71% antara jenis Pyrrosia
angustata (Sw.) Ching dan Asplenium nidus Linn (kode K dan I). Kesamaan
karakter morfologi yang dimiliki oleh kedua jenis tumbuhan ini antara lain;
bentuk umum daun lanceolate/lanset, berdaun tunggal, ada stipe pada daun,
bentuk tepi daun rata, permukan daun halus, tidak ada rambut pada daun, tidak
ada penonjolan daun akibat sporangia, ada rambut pada rhizoma, posisi akar pada
rhizoma terletak di sepanjang bagian ventral pada rhizoma, akar pada rhizoma
tersusun rapat, sporangia membentuk sorus, dan warna sporangia cokelat.
Persentase kesamaan jenis tumbuhan Clarke (kode E, J, dan C)
selanjutnya sebesar 72% terdiri dari Pteris vittata Linn., Drynaria sparsisora
(Desv.) T. Moore. dan Gleichenia linearis (Burm.). Kesamaan karakter
morfologinya antara lain; berdaun majemuk, ada stipe pada daun, permukaan
daun halus, tidak ada rambut pada daun, ada penonjolan pada daun, ada daun
muda menggulung, daun muda menggulung berwarna hijau, daun muda
menggulung muncul dari rhizoma, rhizoma beruas panjang, posisi akar pada
rhizoma tersebar acak di permukaan rhizoma, akar pada rhizoma tersusun rapat,
dan sporangia membentuk sorus.
Persentase kesamaan jenis selanjutnya sebesar 74,5% (kode H, A dan B)
terdiri dari Blechnum gibbum Linn., Lygodium circinatum (Burm. F.) Sw. dan
Lygodium longifolium (Willd).. Kesamaan karakter morfologinya antara lain;
berdaun majemuk, ada stipe pada daun, permukaan daun halus, tidak ada
penonjolan daun akibat sporangia, ada daun muda menggulung, tidak ada rambut
pada daun muda menggulung, rhizoma beruas pendek, ada rambut pada rhizoma,
warna rhizoma cokelat, akar pada rhizoma tersusun rapat, ada indusium pada sori,
sporangia membentuk sorus, dan warna sporangia cokelat.
Persentase kesamaan jenis selanjutnya sebesar 77,5% (kode E dan J)
terdiri dari Pteris vittata Linn dan Drynaria sparsisora (Desv.) T. Moore.
Kesamaan karakter morfologinya antara lain; bentuk umum daun pinnatifid,
berdaun majemuk, ada stipe pada daun, bentuk ujung daun runcing, permukaan
daun halus, tidak ada rambut pada permukaan daun, ada penonjolan pada daun,
ada daun muda menggulung, warna daun muda menggulung hijau, daun muda
menggulung muncul dari rhizoma, arah tumbuh batang tegak, rhizoma beruas
44
panjang, posisi akar pada rhizoma tersebar acak di permukaan rhizoma, akar pada
rhizoma tersusun rapat, ada indusium pada sori, dan sporangia membentuk sorus.
Persentase kesamaan jenis selanjutnya sebesar 80% (kode A dan B) terdiri
dari Lygodium circinatum (Burm.F.) Sw. dan Lygodium longifolium (Willd) Sw.
Kesamaan karakter morfologinya antara lain; bentuk umum daun monostichous,
berdaun majemuk, ada stipe pada daun, permukaan daun halus, tidak ada rambut
pada daun, tidak ada penonjolan daun akibat sporangia, ada daun muda
menggulung, daun muda menggulung muncul dari percabangan rachis, tidak ada
rambut pada daun muda menggulung, rhizoma beruas pendek, ada rambut pada
rhizoma, warna rhizoma cokelat, posisi akar pada rhizoma tersebar acak di
permukaan rhizoma, akar pada rhizoma tersusun rapat, ada indusium pada sori,
sporingia membentuk sorus, dan warna sporangia cokelat. Kedua jenis tumbuhan
paku ini berasal dari suku dan marga yang sama yaitu suku Lygodiaceae dan
marga Lygodium.
Selain itu, peneliti tidak hanya mengidentifikasi tumbuhan paku tetapi juga
melakukan pengamatan mengenai kondisi lingkungan kawasan tersebut, meliputi
suhu udara, pH tanah dan kelembaban udara. Dari data yang diperoleh bahwa
suhu udara di kawasan Air Terjun Lemutu berkisar antara 28ºC-32ºC, PH tanah 5,
dengan kelembaban udara (kering) 26% dan (basah) 28%.
Berdasarkan data yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa lingkungan
di kawasan Air Terjun Lemutu merupakan tempat yang cocok untuk tumbuhnya
ketiga belas tumbuhan paku yang ditemukan. Karena pada umumnya tumbuhan
paku dapat tumbuh pada suhu, pH dan kelembapan yang beragam, sesuai dengan
toleransi tumbuhan paku untuk tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tjitrosoepomo, dkk. (1983) yang menyatakan bahwa tumbuhan paku diberbagai
habitat, umumnya tumbuh di tempat lembab dan agak terlindung, tetapi ada
beberapa jenis yang dapat tumbuh ditempat terbuka. Tumbuhan paku dapat
tumbuh subur di daerah beriklim sedang. Mereka dapat dijumpai di hutan – hutan,
padang rumput yang lembab, sepanjang sisi jalan dan sungai.
Selaras dengan Yusuf (2009) setiap faktor yang berpengaruh terhadap
kehidupan dari suatu organisme dalam proses perkembangannya disebut faktor
lingkungan. Lingkungan merupakan komplek dari berbagai faktor yang saling
45
berinteraksi satu sama lainnya, tidak saja antara faktor abiotik dan biotik tetapi
antara biotik dengan biotik. Dengan demikian secara operasional sulit untuk
memisahkan antara satu faktor terhadap faktor lainnya tanpa mempengaruhi
kondisi keseluruhan.
Pada penelitian ini ditemukan berbagai jenis tumbuhan paku yang ada di
kawasan Air Terjun Lemutu, namun dari sekian banyak tumbuhan paku yang
ditemukan, vegetasi tumbuhan paku banyak didominasi oleh jenis Aspleium nidus
Linn. Hal ini diduga karena kondisi suhu udara, kelembapan udara dan pH tanah
yang homogenitas di area penelitian sehingga hanya jenis tumbuhan paku tersebut
yang paling banyak mendominasi tumbuhan paku di kawasan tersebut. Selain itu
tumbuhan paku jenis ini ditemukan pada ketinggian yang berbeda diantaranya 290
mdpl, 393 mdpl, dan 480 mdpl.
46
Oleh sebab itu penulis memberikan informasi mengenai jenis-jenis
tumbuhan paku (Pteridophyta) serta kekerabatannya. Hasil penelitian ini
dikembangkan oleh penulis dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
Lembar Kerja Peserta Didik, dan Blog (RPP dan LKPD terlampir). Sumbangan
berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Peserta Didik, dan blog
ini diharapkan dapat membantu guru mata pelajaran biologi dalam
mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. LKPD ini telah
divalidasi oleh Dosen Ahli dan Guru SMA, tergolong dalam kategori cukup
sehingga layak untuk diterapkan di sekolah.
47
5.2 Saran
Dari hasil penelitian jenis-jenis dan kekerabatan Tumbuhan Paku
(Pteridophyta) di Kawasan Air Terjun Lemutu Kabupaten Muara Enim disarankan
untuk diadakan penelitian dengan radius yang lebih luas. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui dan menambah data mengenai keanekaragaman tumbuhan paku
(Pteridophyta) yang tumbuh di Kawasan Air Terjun Lemutu Kabupaten Muara
Enim.
DAFTAR PUSTAKA
Betty, J., Linda, R., Dan Lovadi, I. (2015). Inventarisasi Jenis Paku-Pakuan
(Pteridophyta) Terestrial di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar
Kabupaten Landak. Jurnal: Protobiont. Vol. 4, No. (1) : Hal. 94-102.
Dayat, E. (2000). Studi Floristik Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Hutan
Lindung Gunung Dempo Sumatera Selatan. Tesis. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Darma, I Dewa Putu & I Nyoman Peneng. (2007). Inventarisasi Tumbuhan Paku
di Kawasan Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti Sumba
Timur,Waingapu, NTT. Jurnal Biodiversitas. Vol. 8, No. (3) : Hal. 242-
248.
48
Linggau dan Sumbangannya pada Pembelajaran Biologi di SMA. Skripsi.
Inderalaya: Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya.
Holttum, R.E. (1966). Flora Of Malaya. A Revised Flora Of Malaya. Vol II.
Singapore: Government Printing Office.
Murni, P., Muswita., Harlis., Upik, Y., & Winda, D.K. (2015). Lokakarya
Pembuatan Herbarium untuk Pengembangan Media Pembelajaran Biologi
di MAN Cendikia Muaro Jambi. Jurnal : Pengabdian Pada Masyarakat.
Vol. 30, No. (2) : Hal. 1-6.
Putri, A.D. (2017). Jenis –Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Hutan Lindung
Bukit Jambul Gunung Patah Semendo Kabupaten Muara Enim Dan
Sumbangannya Pada Pembelajaran Biologi SMA. Skripsi. Palembang:
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya.
Sandy, S.F., Yuni P., Atok, M.H., & Roimil, L. (2016). Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Di Kawasan Air Terjun Lawean Sendang
Kabupaten Tulungagung. Prosiding Seminar Nasional II, Kerjasama Prodi
Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang.
49
Sari, D. Y. I., & Amrina, R. (2009). Identifikasi dan Klasifikasi Tumbuhan Paku
di Perkebunan Karet (Hevea Brasiliensis) di Desa Tanjung Raya
Kecamatan Rambang Prabumulih Sumatera Selatan. Jurnal: Sainmatika.
Vol. 6, No. (2) : Hal. 23-31.
Tjitrosoepomo, S.S., Harran, S., Sudiarto, A., Djaelani, M., Dwikarta, T.,
Prawiranata, W., Sudarnadi., Zakaria, M.A., & Natasaputra, M. (1983).
Botani Umum . Bandung: Angkasa.
Viera, A.J., & Garrett, M.J. (2005). Understanding interobserver agreement: the
kappa statistic. Jurnal family medicine. From the robert wood johson
clinical scholars program university of north carolina. 37(5).
Wardani, W., Arief H., & Dedy D. (2012). The New Pteridophyte Classification
And Sequence Em-Ployed In The Herbarium Bogoriense (Bo) For
Malesian Ferns. Jurnal: A Journal On Taxonomic Botany, Plant Sociology And
Ecology. Vol. 13, No. (4) : Hal 317-391.
Wijayanti, L., Nurul M., & Wahyu, P. (2015). Studi Kekerabatan Fenetik Genus
Pteris Dengan Metode Taksimetri. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi, yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, tema: “Peran Biologi dan
Pendidikan Biologi dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan Berdaya
Saing Global.
50
LAMPIRAN
51
SILABUS KEGIATAN PEMBELAJARAN
KI 3 : 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentangilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
52
Alokasi
Materi Kegiatan Waktu Sumber
Kompetensi Dasar Penilaian
Pembelajaran Pembelajaran (JP) Belajar
53
agama yang
dianutnya.
2.1 Berperilaku ilmiah:
teliti, tekun, jujur
terhadap data dan
fakta, disiplin,
tanggung jawab,
dan
peduli dalam
observasi dan
eksperimen, berani
dan santun dalam
mengajukan
pertanyaan
dan berargumentasi,
peduli lingkungan,
gotong royong,
bekerjasama, cinta
damai, berpendapat
secara ilmiah dan
kritis, responsif dan
proaktif
dalam dalam setiap
tindakan dan dalam
melakukan
pengamatan
dan percobaan di
dalam
54
kelas/laboratorium
maupun di luar
kelas/laboratorium.
2.2 Peduli terhadap
keselamatan diri
dan lingkungan
dengan
menerapkan prinsip
keselamatan kerja
saat melakukan
kegiatan
pengamatan dan
percobaan di
laboratorium dan di
lingkungan sekitar.
2. Plantae
3.8 Menerapkan prinsip Plantae Mengamati, Sikap 3 Charta dunia
klasifikasi untuk Ciri-ciri membandingkan Ketekunan dalam tumbuhan
menggolongkan umum morfologi kegiatan pengamatan Charta/video ciri-ciri
tumbuhan ke dalam plantae: struktur alat khusus dunia
divisio berdasarkan tumbuhan reproduksi serta
pengamatan dan Pengetahuan tumbuhan
lumut, cara reproduksi
metagenesis tumbuhan berbagai jenis Membuat Ensiklopedi/teksbook/
tumbuhan serta paku, tumbuhan di gambar/foto/pembat buku referensi ilmiah
mengaitkan tumbuhan biji lingkungan as buku/alas
peranannya dalam Peran sekitar dan makan/cover
kelangsungan tumbuhan mengelompokkan
buku/kartu ucapan/
kehidupan di bumi.
55
4.8 Menyajikan data dalam nya serta jenis suvenir berbasis
hasil pengamatan ekosistem tumbuhan di pada keindahan
dan analisis fenetik Peran hutan hujan tropis bentuk dan warna
dan filogenetik tumbuhan di melalui berbagai
tumbuhan
tumbuhan serta bidang sumber
Produk membuat
peran tumbuhan ekonomi mendiskusikan
dalam cerita dunia
Dampak peran Plantae
kelangsungan hidup berkurangnya pada berbagai tumbuhan sesuai
di bumi. keanekaragam bidang (industri, kemampuannya,
an tumbuhan kesehatan, dalam bentuk komik,
bagi pangan) ilustrasi, lagu, cerita,
ekosistem Menganalisis atau laporan
dampak alih investigasi untuk
fungsi hutan di
Indonesia menunjukkan
terhadap pemahaman
keanekaragaman
hayati dan
ekosistem dan Portofolio
menyimpulkan Laporan tertulis
hubungan
keanekaragaman
Pengetahuan
tumbuhan dengan
nilai ekonominya Kosa-kata, konsep
Menyajikan baru berkaitan
laporan dengan dunia
pengamatan tumbuha
secara tertulis dan Charta tentang
membuat tulisan penggolongan lumut,
56
Palembang, November
2017
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
NIP. NIP
57
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
58
B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
No KD Pengetahuan No KD Keterampilan
3.8 Menerapkan prinsip klasifikasi 4.8 Menyajikan data hasil
untuk menggolongkan pengamatan dan analisis
tumbuhan ke dalam divisio fenetik dan filogenetik
berdasarkan pengamatan tumbuhan serta peran
morfologi dan metagenesis tumbuhan dalam kelangsungan
tumbuhan serta mengaitkan hidup di bumi
peranannya dalam
kelangsungan kehidupan di
bumi
No IPK Pengetahuan No IPK Keterampilan
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran
59
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode dan Model Pembelajaran :
Pertemuan No IPK Metode
I 3.8.1 Discovery Learning
3.8.2
3.8.3
4.8.1
F. Alat, Media
1) Alat
LCD, laptop, spidol, papan tulis
2) Media
a) Berbagai gambar tumbuhan
b) Gambar bagan metagenesis tumbuhan
c) Power Point
d) Lingkungan sekitar
e) LKPD Plantae, Sub Materi Tumbuhan Paku
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan (3x45 menit)
No IPK IPK
3.8.1 Mengidentifikasi ciri morfologi tumbuhan paku (Pteridophyta)
3.8.2 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk mengggolongkan tumbuhan ke
dalam tumbuhan paku (Pteridophyta) berdasarkan ciri morfologi.
3.8.3 Menjelaskan peranan tumbuhan paku (Pteridophyta) dalam
kehidupan
4.8.1 Menyajikan data hasil pengamatan tumbuhan paku (Pteridophyta)
60
Alokasi
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan
4C : Kreatif dalam
memperoleh identitas
10’
PPK : kerja keras, teliti
61
Siswa dalam kelompok mengidentifikasi jenis tumbuhan
berdasarkan ada tidaknya keberadaan organ tumbuhan (akar,
batang, daun, bunga).
4C : Berpikir Kritis dalam
menyelesaikan masalah
PPK : Bekerja sama, gotong
royong
25’
Literasi : Memperoleh informasi
15’
62
Siswa menyajikan data hasil pengamatan jenis tumbuhan paku
(Pteridophyta) berupa ciri-ciri setiap jenis tumbuhan, table
perbedaan, dan kunci yang telah di amati.
15’
Penutup
4C : Komunikasi dan 5’
Kolaborasi
H. Sumber Belajar
1. Gambar berbagai jenis tumbuhan paku (Pteridophyta)
2. Buku teks biologi
a. Irnaningtyas, Tahun 2013, Biologi 1 SMA, Erlangga
b. Pratiwi,Dkk. Tahun 2014, Biologi 1 SMA, Erlangga
c. Ari Sulistyorini,Tahun 2009, Biologi Jilid 1 SMA, Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
63
I. Penilaian Hasil Belajar
NIP. NIP.
64
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
PLANTAE
Sub Materi : Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Kelompok : ………..
…………………………………….
…………………………………….
…………………………………….
…………………………………….
………………………………….....
65
Kelompok : Kelas: X
NILAI:
1. …………………………………….
2. …………………………………….
3. …………………………………….
4. …………………………………….
5. …………………………………….
A. Identitas
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X/Genap
Materi Pokok : Plantae
Sun Materi : Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
B. Kompetensi Dasar
3.8 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam
divisio berdasarkan pengamatan dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan
peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi.
4.8 Menyajikan data hasil pengamatan dan analisis fenetik dan filogenetik
tumbuhan serta peran tumbuhan dalam kelangsungan hidup di bumi.
C. Indikator
3.8.1 Mengidentifikasi ciri-ciri tumbuhan paku (Pteridophyta)
3.8.2 Menerapkan prinsip klasifikasi dalam menggolongkan tumbuhan ke dalam
tumbuhan paku (Pteridophyta) berdasarkan ciri morfologi.
3.8.3 Menjelaskan peranan tumbuhan paku (Pteridophyta) dalam kehidupan.
4.8.1 Menyajikan data hasil pengamatan tumbuhan paku (Pteridophyta).
D. Tujuan Pembelajaran
66
Melalui kegiatan Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan
metode dan model pembelajaran Discovery learning peserta didik dapat
menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio
berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan
peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi, sehingga peserta didik dapat
membangun kesadaran akan kebesaran Tuhan YME, menumbuhkan prilaku teliti,
aktif, dan kerjasama.
E. Langkah Kerja
a) Bacalah wacana masalah dengan teliti dan pahami masalah tersebut.
b) Lakukanlah secara berkelompok untuk menyelesaikan soal.
c) Carilah informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah
yang telah ada melalui buku, artikel, internet atau sumber lainnya yang
relevan.
d) Jawab dengan tepat dan benar melalui informasi yang telah di dapat.
e) Presentasikan dan kumpulkan hasil laporan yang telah dikerjakan.
F. Informasi Pendukung
Tumbuhan Paku (Pterydophyta)
Tumbuhan paku (fren) atau Pteridophyta. Pteridophyta berasal dari bahasa
yunani yaitu "pteron" yang berarti bulu, sedangkan "Phyton" yang berarti
tumbuhan. Tumbuhan Paku (Pteridophyta) adalah kelompok Plantae yang
tubuhnya sudah berbentuk kormus atau sudah memiliki akar, batang dan daun
sejati. Susun daun tumbuhan baku adalah menyirip seperti bulu. Reproduksi
tumbuhan paku dengan spora yang disebut dengan Cormophyta berspora.
Tumbuhan Paku (Pteridophyta) merupakan tumbuhan vaskuler (Tracheophyta)
karena tumbuhan paku sudah memiliki pembuluh angkut xilem dan floem
Ciri-ciri tumbuhan paku adalah sebagai berikut...
Memiliki akar, batang dan daun (kormophyta berspora)
Memiliki pembuluh angkut xilem dan floem
Tumbuhan paku memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, dari tinggi sekitar
2 cm sampai 5 m
67
Bentuk Tubuh tumbuhan paku bervariasi seperti lembaran, perdu atau
pohon seperti tanduk rusa
Tumbuhan paku memiliki batang yang bercabang-cabang menggarpu atau
berupa rizoma tumbuh dibawah permukaan tanah.
Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis), dari
generasi sporofit dan generasi gametofit. generasi sporofit adalah generasi
penghasil spora dan gametofit adalah penghasil gamet
Generasi sporofit memiliki hidup yang lebih lama dan memiliki ukuran
yang lebih besar dibandingkan dengan generasi gametofit.
Tumbuhan paku berhabitat darat terutama hutan hujan tropis dan ada juga
sebagian di air.
Kutikula berada pada bagian luas
Memiliki klorofil sehingga cara hidupnya fotoautotrof.
Tumbuhan paku yang masih mudah, biasanya menggulung dan bersisik
Tumbuhan paku kelas ini belum memiliki daun dan akar, namun
batangnya sudah memiliki berkas pengangkut, bercabang-cabang dengan
sporangium diujungnya. Sporofil mengandung satu jenis spora, dikenal dengan
istilah homospora. Contohnya, Rhynia Major dan Psylotum sp
68
b. Equisetophyta/ Sphenophyta
Equisetophyta/ Sphenophyta
Tumbuhan paku kelas ini memeiliki batang yang mirip dengan ekor kuda,
memiliki daun mirip kawat, dan daunnya tersusun dalam satu lingkaran.
Tumbuhan paku kelas ini dikenal juga dengan sebutan paku ekor kuda.
Contohnya, Equisetum debile.
69
di atas maupun di bawah tanah. Karakteristik klas kelas ini ialah daun mudanya
menggulung (circinnatus) dan terdapat sorus di bagian permukaan bawah daun.
Contohnya, Asplenium nidus (paku sarang burung), Salvinia natans (paku
sampan), Adiantum farleyense (ekor merak), dan lainnya.
Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu:
1. Paku Homospora
Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan ukuran yang
sama dan tidak dapat dibedakan antara spora jantan dan spora betina. Tumbuhan
jenis ini dikenal juga dengan sebutan paku isospora.
Contohnya, Lycopodium sp (paku kawat).
2. Paku Heterospora
Tumbuhan paku jenis ini menghasilkan spora yang berbeda ukuran
sehingga disebut an-isospora. Spora jantan disebut mikrospora karena berukuran
kecil, sedangkan spora betina berukuran lebih besar sehingga disebut makrospora.
Contohnya, Selaginella sp (paku rane).
3. Paku Peralihan
Paku peralihan merupakan tumbuhan paku dengan jenis kelamin yang
berbeda, namun ukuran sporanya sama. Contohnya, Equisetum debile (paku ekor
kuda).
70
Metagenesis (pergiliran keturunan) pada tumbuhan paku merupakan
bagian dari mekanisme reproduksi tumbuhan ini. Reproduksi generatif tumbuhan
paku dilakukan melalui peleburan spermatozoid dan ovum. Reproduksi
vegetatifnya dengan membentuk spora. Reproduksi generatif dan reproduksi
vegetatif berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan yang
disebut metagenesis. Berikut skema metagenesis pada tumbuhan paku homospora,
heterospora, dan peralihan. Berikut adalah bagan metagenesis tumbuhan paku.
71
Bagan 3: Bagan metagenesis paku peralihan
72
Tumbuhan paku ada yang digunakan sebagai obat diuretik yaitu
Equisetum (paku kuda) dan digunakan sebagai obat luka yaitu Selaginella.
5. Bahan Bangunan
Tumbuhan paku yang banyak digunakan untuk pembuatan tiang bangunan
ialah Alsophila glauca.
6. Alat Penggosok/Pembersih
Equisetum sp banyak dimanfaatkan sebagai alat penggosok/ampelas.
7. Bahan Pembuatan Petasan
Bahan pembuatan petasan yang sering digunakan ialah spora Lycopodium
sp dan Pyrotechnics.
73
Pyrrosia Pyrrosia angustata K 369 E
(Sw.) Ching.
9 Thelypteridaceae Amphineoron Amphineoron L 393 T
terminans (Bl) Holtt.
10 Selaginellaceae Selaginella Selaginella variegata M 393 T
(Hort.) Biol.
Keterangan: E = Epifit, T = Teresterial
Soal
Jawab pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan tepat!
1. Jelaskan ciri-ciri tumbuhan paku! (20)
Jawab :
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
2. Jelaskan klasifikasi tumbuhan paku (Pteridophyta)!! (20)
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
Jawab :
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
3. Lengkapilah gambar dibawah ini dengan benar! (20)
........................................................................................
74
......
Jawab :
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
5. .........................................................................................................................................
Buatlah tabel Jenis-jenis tumbuhan paku di Kawasan Air Terjun Lemutu
.......................................................................................
Kabupaten Muara Enim berdasarkan wacana hasil penelitian ! (20)
Jawab :
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
........................................................................................................................................
...........................................................................................
75
Jawaban :
1. Jelaskan 8 ciri-ciri tumbuhan paku (Pteridophyta)!! (20)
Jawab :
Tumbuhan paku kelas ini sudah lebih tinggi tingkatannya dibanding kelas
sebelumnya. Kelas Pterophyta sudah memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Daun tumbuhan ini berukuran besar sehingga disebut megafil.
Batangnya dapat tumbuh di atas maupun di bawah tanah. Karakteristik
klas kelas ini ialah daun mudanya menggulung (circinnatus) dan terdapat
sorus di bagian permukaan bawah daun.
1. Paku Homospora
77
4. Jelaskan 5 peranan tumbuhan paku dalam kehidupan sehari-hari! (20)
Jawab :
Tanaman Hias
Banyak tanaman paku yang digunakan sebagai tanaman hias dalam
kehidupan. Misal, Adiantum Cuneatum (suplir), Asplenium nidus (paku
sarang burung), dan Platycerium biforme (paku simbar menjangan).
2. Sayuran
Tumbuhan paku yang dimanfaatkan sebagai sayuran misalnya Marsilea
crenata (semanggi) dan Pteridium aquilinum (paku garuda).
3. Pupuk Hijau
Tumbuhan paku yang banyak dimanfaatkan sebagai pupuk hijau ialah
Azolla pinnata yang bersimbiosis dengan Anabaena azolle yang mampu
mengikat gas N2 bebas.
4. Obat-Obatan
Tumbuhan paku ada yang digunakan sebagai obat diuretik yaitu Equisetum
(paku kuda) dan digunakan sebagai obat luka yaitu Selaginella.
5. Bahan Bangunan
Tumbuhan paku yang banyak digunakan untuk pembuatan tiang bangunan
ialah Alsophila glauca.
6. Alat Penggosok/Pembersih
Equisetum sp banyak dimanfaatkan sebagai alat penggosok/ampelas.
7. Bahan Pembuatan Petasan
Bahan pembuatan petasan yang sering digunakan ialah spora Lycopodium
sp dan Pyrotechnics.
78
5. Buatlah tabel Jenis-jenis tumbuhan paku di Kawasan Air Terjun Lemutu
Kabupaten Muara Enim berdasarkan wacana hasil penelitian ! (20)
Jawab:
Tabel 1 Jenis-jenis tumbuhan paku di Kawasan Air Terjun Lemutu Kabupaten Muara
Enim.
Kode Ketinggian
No Suku Marga Jenis Ket
Jenis (mdpl)
1 Aspleniaceae Asplenium Asplenium nidus Linn. A 429 E
Blechnum orientale B 340 T
2 Blechnaceae Blechnum
Linn.
3 Davalliaceae Davallia Davallia dimorpha Bl. C 182 E
Gleichenia linearis D 290 T
4 Gleicheniaceae Gleichenia
(Burm.) Clarke.
Ligodium circinatum E 368 E
(Burm.F.) Sw.
5 Ligodiaceae Ligodium
Ligodium longifolium F 451 T
(Willd) Sw.
Nephrolepis falcata G 182 E
6 Nephrolepidaceae Nephrolepis
(Cav.) C.Chr.
Drynaria sparsisora H 429 E
Drynaria
(Desv.) T.Moore.
7 Polypodiaceae
Pyrrosia angustata I 368 E
Pyrrosia
(Sw.) Ching.
Cheilanthes tenuifolia J 210 T
Cheilanthes
8 Pteridaceae (Burm.F.) Sw.
Pteris Pteris vittata Linn. K 409 T
Selaginella variegata L 393 T
9 Selaginellaceae Selaginella
(Hort.) Biol.
Amphineoron M 393 T
10 Thelypteridaceae Amphineuron
terminans (Bl) Holtt.
Keterangan: E = Epifit
T = Teresterial
79
Kesimpulan :
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
....................................................................................................................................... 80
.......................................................................................................................................
Berdasarkan hasil identifikasi dan deskripsi yang didapat, maka sebagai
sumbangan penelitian ini dalam pembelajaran biologi SMA dengan sumber bahan
materi pengayaan biologi di SMA kelas X pada KD 3.8 Menerapkan prinsip
klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan
pengamatan dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam
kelangsungan kehidupan di bumi. 4.8 Menyajikan data hasil pengamatan dan
analisis fenetik dan filogenetik tumbuhan serta peran tumbuhan dalam
kelangsungan hidup di bumi. Dibuatlah lembar kerja peserta didik (LKPD) yang
berkaitan dengan plantae. Kemudian di validasi menggunakan analisis uji cohen’s
kappa dengan validator satu orang dosen dan satu orang guru.
Keterangan :
a = Jumlah pernyataan yang mana kedua ahli sama-sama setuju
d = Jumlah pernyataan yang mana kedua ahli sama-sama tidak setuju
b = Jumlah pernyataan yang mana ahli 1 tidak setuju, ahli 2 setuju
c = Jumlah pernyataan yang mana ahli 1 setuju, ahli 2 tidak setuju
N1 = (a + c)
N2 = (b + d)
M1 = (a + b)
M2 = (c + d)
N = Total keseluruhan
Po (Proporsi kesepakatan teramati)
81
Pe (proporsi kesepakatan harapan)
Catatan : 1. Jika tidak ada pendapat (disagreement) antara dua ahli, maka nilai (b)
dan (c) = 0 atau Po = 1
2. Jika tidak ada persetujuan pendapat (agreement) antara dua ahli, maka
nilai (a) dan (d) = 0 atau po = 0
Rumus Koefisiesn Kappa menurut vierra dan Garret (2005) yaitu sebagai berikut :
Keterangan
K = Koefisien Kappa
Po = Proposi kesepakatan teramati
pe = Proposi kesepakatan harapan
I = Konstanta
Tabel Interprestasi Kappa
Koefisien Kappa Interprestasi
0,01 – 0,20 Buruk
0,21 – 0,40 Kurang
0,41 – 0,60 Cukup
0,61 – 0,80 Baik
0,81 – 0, 99 Hampir sempurna
1 Sempurna
Sumber: Viera dan Garrett (2005).
82
Lampiran 4: Unit Taksonomi Operasional Jenis-jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan Air Terjun Lemutu Kabupaten Muara Enim
Nomor Taksa
No Sifat/Karakter Morfologi
Karakter A B C D E F G H I J K L M
Morfologi organ vegetatif
DAUN
1 Bentuk umum daun
1 Linier 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2 Pinnatifid 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0
3 Lanceolate/lanset 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
4 Pinnate 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
5 Bipinnate 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
6 Monostichous 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Pseudodichotomous 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Menurut jumlah daun
8 Berdaun tunggal 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
9 Berdaun majemuk 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0
3 Keberadaan stipe pada daun
10 Ada stipe pada ental 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 Tidak ada stipe pada ental 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Bentuk tepi daun
12 Rata 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1
13 Bergerigi 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0
14 Bertoreh 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
15 Beringgit 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Berbagi menyirip 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
5 Bentuk ujung daun
17 Meruncing 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
83
18 Tumpul 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
19 Runcing 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
6 Kehalusan permukaan daun
20 Permukaan daun halus 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
21 Permukaan daun kasar 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
7 Keberadaan rambut pada
permukaan daun
22 Ada rambut pada daun 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
23 Tidak ada rambut pada daun 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
8 Penonjolan daun akibat
sporangia
24 Ada penonjolan pada daun 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1
akibat sporangia
25 Tidak ada penonjolan daun 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0
akibat sporangia
9 Keberadaan daun muda
menggulung
26 Ada daun muda menggulung 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
27 Tidak ada daun muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
menggulung
10 Warna daun muda
menggulung
28 Hijau muda 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0
29 Hijau 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0
30 Merah 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
31 Coklat 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Posisi tumbuh daun muda
84
menggulung
32 Daun muda menggulung muncul 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dari percabangan rachis
33 Daun muda menggulung muncul 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0
dari rhizoma
12 Keberadaan rambut pada
daun muda menggulung
34 Ada rambut pada daun muda 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0
35 Tidak ada rambut 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0
BATANG
13 Keberadaan rhizoma
36 Arah tumbuh rhizoma tegak 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
37 Arah tumbuh rhizoma menjalar 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
14 Tipe Rhizoma
38 Rhizoma bertumpuk 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
39 Rhizoma beruas pendek 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
40 Rhizoma beruas panjang 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1
15 Keberadaan rambut pada
rhizoma
41 Ada rambut pada rhizoma 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
42 Tidak ada rambut pada rhizoma 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
16 Warna rhizoma
43 Coklat tua 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0
44 Coklat 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1
45 Hijau muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
AKAR
17 Posisi akar pada rhizoma
85
46 Tersebar acak di permukaan 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0
rhizoma
47 Bagian ventral pada buku 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
rhizoma
48 Berselingan mengelilingi buku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
pada rhizoma
49 Sepanjang bagian ventral pada 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0
rhizoma
18 Kerapatan akar pada rhizoma
50 Akar pada rhizoma tersusun 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
rapat
51 Akar pada rhizoma tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tersusun rapat
Morfologi organ generatif
INDUSIA
19 Keberadaan indusium pada
sori
52 Ada indusium pada sori 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
53 Tidak ada indisium pada sori 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
SORI
20 Bentuk formasi sporangia
54 Sporangia membentuk strobilus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
55 Sporangia membentuk sorus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
21 Warna Sporangia
56 Kuning 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
57 Coklat 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0
58 Coklat muda 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0
86
SPORA
22 Bentuk spora
59 Membulat 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1
60 Setengah membulat 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
61 Ginjal 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0
62 Persegitiga 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan:
A. Lygodium circinatum (Burm.F.) Sw. H. Blechnum orientale Linn.
B. Lygodium longifolium (Willd) Sw. I. Asplenium nidus Linn.
C. Gleichenia linearis (Burm.) Clarke. J. Drynaria sparsisora (Desv.) T.Moore.
D. Cheilanthes tenuifolia (Burm.F.) Sw. K. Pyrrosia angustata (Sw.) Ching.
E. Pteris vittata Linn. L. Amphineuron terminans (Bl) Holtt.
F. Davallia dimorpha Bl. M. Selaginella variegata (Hort.) Biol.
G. Nephrolepis falcata (Cav.) C.Chr.
87
Lampiran 5: Foto Herbarium Jenis-jenis Tumbuhan Paku di Kawasan Air Terjun
Lemutu Kabupaten Muara Enim
88
Blechnum orientale Linn Selaginella variegata (Hort.) Biol.
89
Asplenium nidus Linn.
90
Lampiran 6: Foto Spora Tumbuhan Paku di Kawasan Air Terjun Lemutu
Kabupaten Muara Enim
91