Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkankehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan


rahmat-Nya sehingga makalah tentang “Bukti Dan Petunjuk Evolusi” ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat guna menambahkan bahan
ajar dan membantu penambahan informasi serta menambah pemahaman bagi
pembaca. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Terutama kepada dosen pembimbing
Dr. Prima Wahyu Titisari,M .Si
Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada
pembaca sebagai bekal pengalaman nyata. Dan tentunya makalah ini masih
sangat jauh dari sempurna. Untuk itu kepada pembaca, kami minta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan
datang.
Demikian pula dengan hasil makalah ini yang Penulis buat dan mungkin
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
tetap Penulis harapkan dan nantikan demi kesempurnaan laporan ini.

Pekanbaru, 25 Februari 2020

Penulis
.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3. Tujuan penulisan.............................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................................4
2.1 Bukti Dari Biogeografi ...................................................................................4

2.2 Bukti Dari Kesamaan Embriologi....................................................................7

2.3KesamaanHomologi Organ-Organ Tubuh........................................................9

2.4 Fosil ..............................................................................................................12

2.5Domestikasi ...................................................................................................32

2.6 VariasiOrganisme..........................................................................................33

2.7 Rudimentasi...................................................................................................35

2.8 Radiasi Adaptasi............................................................................................36

2.9 Biokimiawi.....................................................................................................38

2.10 Anatomi Koomperatif..................................................................................41

BAB III
PENUTUP ........................................................................................................42

3.1.Kesimpulan....................................................................................................42

3.2 Saran..............................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................43

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evolusi adalah prinsip dasar kehidupan dan tema inti yang menyatukan
seluruh biologi. Teori tentang evolusi melalui seleksi alam, yang dideskripsikan
pertama kali oleh Charles Darwin lebih dari 150 tahun lalu, adalah prinsip satu-
satunya yang membuat segala sesuatu yang kita ketahui mengenai organisme
hidup menjadi masuk akal (Campbell, 2015).
Teori evolusi merupakan salah satu teori yang masih hangat dipertentangkan
hingga saat ini. Banyak teori yang telah dikemukakan para ahli, tetapi belum ada
satu pun teori yang dapat menjawab semua fakta dan fenomena tentang sejarah
perkembangan makhluk hidup. Meskipun berada dalam 1 spesies, tidak ada satu
individu pun di muka bumi ini yang sama persis dengan individu lain. Hal ini
disebabkan karena adanya variasi. Variasi individu dalam suatu populasi
umumnya terjadi pada seluruh organisme yang bereproduksi secara seksual.
Adanya variasi memberikan keuntungan makhluk hidup untuk dapat bertahan
hidup.

Evolusi dapat dilihat dari dua segi yaitu sebagai proses historis dan cara
bagaimana proses itu terjadi. Sebagai proses historis evolusi itu telah dipastikan
secara menyeluruh dan lengkap sebagaimana yang telah dipastikan oleh ilmu
tentang suatu kenyataan mengenai masa lalu yang tidak dapat disaksikan oleh
mata. Hal ini berarti bahwa evolusi itu ada dan merupakan suatu kenyataan yang
telah terjadi.

Makhluk hidup di dunia ini mungkinkah sudah seperti ini atau bahkan
makhluk hidup yang sekarang merupakan perubahan dari jenis-jenis yang
terdahulu. Didalam makalah ini akan memberikan penjelasan tentang bukti-
bukti evolusi yang dijelaskan, dan yang mendasari penulisan ini adalah

1
keingintahuan kita, apa-apa sajakah bukti-bukti yang memperkuat pendapat
adanya evolusi, sehingga pendapat tersebut dapat menjadi sebuah fakta dan
diakui.

1.1 Rumusanmasalah
1. ApaBuktiPengaruhPenyebaranGeografis?
2. Apa BuktidariAdanyaEmbriologi yang bisadilihat ?
3. ApaBuktidariKesamaanHomologi dan AnalogiOrgan-Organ Tubuh
yang bisa dilihat ?
4. ApaBuktidariFosil yang bisadilihat ?
5. ApaBuktidariDomestikasi yang bisadilihat ?
6. ApaBuktidariVariasiOrganisme yang bisadilihat ?
7. ApaBuktidariRudimenter yang bisadilihat ?
8. ApaBuktidariRadiasi Adaptif?
9. ApaBuktidariBiokimiawi yang bisadilihat ?
10. Bukti dari Anatomi Koomparatif?

2
1.2 Tujuanpembahasan
1. Mengetahui evolusi dilihat dari Bukti Pengaruh Penyebaran Geografis
2. Mengetahuevolusi dilihat dari Homologi dan Analogi
3. Mengetahui evolusi dilihat dari Kesamaan Embriologi yang bisa
dilihat
4. Mengetahuievolusi dilihat dari Bukti Fosil yang bias dilihat
5. Mengetahui evolusi dilihat dari Bukti Domestikasi yang bias dilihat
6. Mengetahui evolusi dilihat dari Bukti Variasi Organisme yang bias
dilihat
7. Mengetahui evolusi dilihat dari Bukt iRudimenter yang bisa dilihat
8. Mengetahui evolusi dilihat dari Radiasi Adaptasi
9. Mengetahui evolusi dilihat dari Bukti Biokimiawi yang bisa dilihat
10. Mengetahui evolusi dilihat dari anatomi komperatif

3
BAB II

PEMBAHASAN

Evolusi dapat dilihat dari dua segi, yaitu sebagai proses historis dan cara
bagaimana proses itu terjadi. Sebagai proses historis, evolusi telah dipastikan
secara menyeluruh dan lengkap, sebagaimana yang telah dipastikan oleh ilmu
tentang suatu kenyataan mengenai masa lalu yang tidak dapat disaksikan oleh
mata. Untuk menunjukkan bukti-bukti bahwa proses evolusi itu ada, kita dapat
melakukan pendekatan terhadap kenyataan yang ada. Kenyataan-kenyataan yang
ada terus diinterprestasikan oleh para ahli dan dijadikan bahan bukti evolusi.

Para ahli menggunakan bukti-bukti sebagai petunjuk evolusi dengan tujuan


akhir ingin mencari jawaban tentang fenomena alam, sebagaimana yang terdapat
dalam buku “On The Origin Species” karya Charles Darwin. Sebenarnya rambu-
rambu untuk mencari bukti telah ada dalam buku Darwin, sedangkan petunjuk
adalah rambu-rambu untuk memperoleh bukti, dengan alasan bahwa pendekatan
monodisipliner tidak dapat dijangkau atau dilihat dan fosil bukti tidak dapat
dipakai bukti dan kurang kuat.

Hal ini karena fosil merupakan benda mati yang sudah tidak utuh dan
lengkap, sehingga interpretasi para ahli sangat dituntut ketajamannya.Apalagi
perilaku organisme yang telah memfosil sulit sekali diinterpretasi. Untuk
menunjukkan bukti-bukti bahwa proses evolusi itu ada, kita dapat melakukan
pendekatan terhadap kenyataan/fakta yang ada di sekitar kita.

2.1 Bukti Dari Biogeografi

Menurut Shekelle dan Leksono (2004) Biogeografi adalah ilmu yang


mempelajari tentang distribusi flora dan fauna secara menyeluruh karena flora dan
fauna dapat tersebar secara tidak acak, namun hanya dijumpai pada daerah-daerah
tertentu. Oleh sebab itu data sebaran biogeografi spesies tertentu dapat

4
dimanfaatkan untuk mengidentifikasi daerah endemisitas suatu fauna atau flora di
suatu wilayah.
Bidang biogeografi merupakan bidang ilmu penyebaran geografis spesies
yang merupakan hal pertama yang memberikan ide tentang adanya evolusi kepada
Darwin. Pulau-pulau memiliki banyak spesies tumbuhan dan hewan yang bersifat
indigenous (asli, tidak ditemukan di tempat lain) namun sangat erat hubungan
kekerabatanna dengan spesies di daratan utama terdekat atau pulau-pulau
sekitarnya.
Beberapa pertanyaan muncul, mengapa diduapulau dengan lingkungan
yang sangat mirip di tempat berbeda di Bumi ini dihuni bukan oleh spesies yang
memiliki hubungan kekerabatan yang sangat erat, tetapi oleh spesies yang secara
taksonomi terkait dengan tumbuhan dan hewan pada daratan yang terdekat,
dimana lingkungannya sering kali sangat berbeda? Mengapa hewan tropis
Amerika Selatan lebih dekat hubungannya dengan spesies gurun Amerika Selatan
dibandingkan dengan spesies daerah tropis Afrika?
Mengapa Australia merupakan tempat tinggal bagi begitu banyak mamalia
berkantung (marsupial) tetapi relatif sedikit hewan berplasenta (eutheria),
binantang yang perkembangan embrionya diselesaikan dalam uterus? Sebenarnya,
bukan karena Australia tidak ramah terhadap mamalia berplasenta, pada tahun-
tahun terakhir ini, manusia telah memasukkan kelinci ke Australia, dan populasi
kelinci meledak. Hipotesis yang berlaku adalah bahwa fauna Australia yang unik
itu berkembang di benua Australia dalam keadaan terisolasi dari tempat-tempat di
mana nenek moyang mamalia berplasenta hidup.
Meskipun pola biogeografi seperti itu tidak sesuai jika seseorang
membayangkan bahwa spesies ditempatkan satu persatu dalam lingkungan yang
sesuai, namun pola tersebut masuk akal dalam konteks sejarah evolusi. Dalam
pandangan evolusi, kita menemukan spesies modern dimana mereka berada
karena mereka berkembang dari nenek moyang yang menempati daerah itu.
Indonesia mempunyai dua biogeografi utama: Oriental dan Australia, yang
diperkenalkan oleh A.R. Wallace, tokoh yang membuat garis pemisahan fauna.
Garis Wallacea, yang kemudian dimodifikasi oleh Huxley secara akurat itu,

5
membagi Indonesia menjadi dua paparan: Sunda, dan Sahul. Pulau-pulau pada
Sunda Besar seperti Jawa, Borneo dan Sumatera merupakan bagian dari Oriental.
Selama periode pleistosen, semua pulau-pulau dihubungkan oleh daratan
sampai Asia. Sedangkan, New Guinea dan Aru berhubungan dengan Australia.
Hal ini terlihat dari hewan liar di pulau-pulau Sunda yang berbeda dengan yang
ada di Aru dan New Guinea. Apalagi dengan yang ada di Australia, karena di
samping Australia merupakan daratan baru, iklimnya juga cukup berbeda
dengan kebanyakan spesies di daerah tropis.
Pulau-pulau di antara paparan Sunda dan Sahul, yakni Maluku, Sulawesi,
dan pulau-pulau lesser Sunda, tidak mempunyai hubungan daratan yang dengan
benua lainnya. Fauna dan flora mereka pun miskin spesies. Area ini merupakan
perpaduan antara famili Asia dan Australia, meskipun tidak ada garis lain yang
mengikuti sisi dua benua.

Keberadaan organisme kosmopolitan dan organisme endemik adalah


sebagian bukti melalui pola sebaran biogeografik. Sebagaimana organisme yang
ada sekarang, menurut AR. Wallace keberadaan organisme tersebut
membuktikan adanya kekerabatan antar kelompok organisme. Dalam penelitian
yang dilakukannya, AR. Wallace mengemukakan bahwa berdasarkan populasi
hewan, benua di dunia terbagi atas enam wilayah. Tingkat keanekaragaman
makhluk hidup yang terbesar adalah terdapat dalam dua wilayah tropis yaitu
Ethiopia (Afrika Tropis) dan Oriental (Asia Tropis dan pulau-pulau dekat lepas
pantai). Hal tersebut juga ditunjukkan oleh bukti Paleontologi yang menurutnya
bahwa di wilayah ini sebagian besar jenis tumbuhan dan hewan merupakan hasil
dari evolusi jenis makhluk hidup sebelumnya

6
Gambar pembagianwilayahgeografipenemuanfosilberdasarkankeberadaanlempengtektonik.

2.2 Bukti Dari Kesamaan Embriologi

Apabila embrio-embrio hewan dibandingkan, ternyata pada awal


perkembangannya memiliki bentuk yang hampir sama. Kesamaan bentuk awal
dari embrio ini merupakan tanda bahwa mereka dahulunya berasal dari organisme
yang sama dan mengalami evolusi dalam banyak keturunan sehingga menjadi
sangat berbeda.

Organisme yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat akan


mengalami tahapan yang sama dalam perkembangan embrionya. Berupa tahapan
perkembangan yang memperlihatkan keseragaman yang mencolok semenjak masa
pembelahan, morfogenesis maupun tahap diferensiasi awal. Keseragaman pada
tahapan ini diperkirakan sebagai bagian dari penjelasan tentang mekanisme
evolusi yang menunjukkan kesamaan moyang.
Sebagai contoh, semua embrio vertebrata akan mengalami suatu tahapan
di mana mereka memiliki kantong insang pada bagian tenggorokannya. Memang
pada tahapperkembangan ini, persamaan pada ikan, katak, ular, burung, manusia
dan semua vertebrata lain jauh lebih terlihat daripada perbedaannya.
Sementara perkembangan itu berlangsung, berbagai vertebrata menjadi
semakin bervariasi dan akhirna akan memiliki ciri khas pada
kelasnya.Perkembangan embrio berbagai jenis hewan vertebrata menunjukkan
adanya hubungan kekerabatan antara satu dengan lainnya. Tahapan

7
perkembangannya berawal dari sebuah zigot kemudian mengalami perkembangan
menjadi embrio melalui tahapan-tahapan, yaitu: morula, blastula, dan
grastula.Pada ikan, misalnya, kantung insang berkembang menjadi insang; pada
vertebrata darat, struktur embrio tersebut akan dimodifikasi untuk fungsi-fungsi
lain, seperti saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan
tenggorokan pada manusia.
Perbandingan embriologi seringkali membentuk homologi pada beberapa
struktur, seperti kantong insang, ang menjadi sedemikian berubah pada
perkembangan selanjutnya sehingga asal mulanya yang sama tidak lagi terlihat
dengan jelas saat membandingkan bentuknya yang telah berkembang secara
lengkap.
Diilhami oleh prinsip Darwinnian mengenai pewarisan yang dimodifikasi,
banyak ahli embriologi pada akhir abad ke-19 mengemukakan pandangan yang
ekstrim, yaitu “ontogeni memberikan ikhtisar filogeni.” Pendapat ini menganggap
bahwa perkembangan organisme individu, atau ontogeni merupakan pengulangan
sejarah evolusioner spesies, atau filogeni. Teori rekapitulasi ini adalah suatu
pernyataan yang berlebihan.
Meskipun semua vertebrata memiliki banyak ciri perkembangan embrio
yang sama, tidak benar bahwa mamalia pada awalnya mengalami tahapan
perkembangan ikan, kemudian tahapan amfibia dan seterusnya. Ontogeni dapat
memberikan petunjuk untuk filogeni, tetapi penting untuk diingat bahwa semua
tahapan perkembangan itu bisa berubah sepanjang rentetan proses evolusi yang
panjang.
Perbandingan embriologi membantu para ahli Biologi untuk
mengidentifikasi homologi struktur anatomi yang kurang jelas terlihat pada hewan
dewasa karena struktur tersebut telah dimodifikasi secara meluasi dalam berbagai
cara yang berbeda selama perkembangan organisme itu selanjutnya.

8
2.3KesamaanHomologi dan Analogi Organ-Organ Tubuh

Kemiripan dalam ciri khusus yang dihasilkan dari nenek moyang yang
sama disebut homologi, dan tanda-tanda evolusi seperti itu disebut dengan
struktur homolog (homologous structure). Organ homolog adalah organ yang
memiliki struktur dasar yang sama pula dengan organ lainnya, serta mempunyai
tipe perkembangan embrionik yang sama. Struktur homolog organ makhluk hidup
adalah struktur organ yang secara filogenetis sama, namun fungsinya dapat
berlainan.

Darwin mengutip kemiripan-kemiripan anatomis di antara tungkai-tungkai


depan vertebrata sebagai bukti garis leluhur yang sama. Seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah unsur-unsur rangka yang sama menyusun tungkai depan
manusia, kucing, paus, dan kelelawar. Fungsi tungkai-tungkai depan ini berbeda-
beda. Sirip paus tidak melakukan kerja yang sama dengan sayap kelelawar, maka
bila struktur-struktur ini adalah hasil rancangan yang unik, seharusnya desain
dasar mereka sangat berbeda.
Penjelasan yang logis adalah lengan, kaki depan, sirip, dan sayap mamalia
yang berbeda-beda ini adalah variasi atas suatu struktur anatomis organisme
leluhur yang selama jutaan tahun menjadi teradaptasi untuk fungsi yang berbeda-
beda. Biologi menyebut kemiripan anatomis kepada organisme-organisme

9
berbeda semacam itu sebagia struktur homolog / fitur-fitur yang sering kali
memiliki fungsi berbeda namun secara struktural serupa karena diwarisi dari
leluhur yang sama.

Adanya Homologi organ tubuh pada kelompok mahkluk hidup Vertebrata .

Artinya adanya Organ-organ dari berbagai makhluk hidup yang mempunyai


bentuk asal sama, dan selanjutnya berubah struktur sehingga fungsinya
berbeda.Apabila kita mengamati berbagai struktur organ tubuh vertebrata maka
kita dapat temukan suatu yang menarik, misalnya anggota tubuh depan dari
manusia dipakai untuk memegang, sedang pada burung anggota tubuh depan
adalah untuk terbang. Kedua alat tersebut asalnya sama, tetapi karena arah
evolusi, kedua organisme itu menjadi berbeda dan akibatnya terjadilah perubahan
adaptif yang berbeda pula sehingga fungsinya menjadi berbeda.

Kesamaan Analogi Organ-Organ Tubuh

Struktur serupa yang ditemukan pada spesies yang tidak berhubungan disebut
sebagai struktur analogi. Spesies yang berbeda memiliki struktur yang serupa,
yaitu struktur analogi, karena tekanan seleksi lingkungan yang sama. Karena
seleksi alam bertindak dengan cara yang sama pada setiap spesies dalam
lingkungan yang sama, jenis adaptasi yang serupa lebih disukai. Dengan

10
demikian, struktur analogi diturunkan sebagai hasil dari evolusi konvergen.
Selama evolusi konvergen, bagian-bagian tubuh dapat muncul, menghilang, atau
disusun ulang, tergantung pada fungsinya. Spesies yang dipengaruhi oleh evolusi
konvergen disebut sebagai homoplasy.

Karena struktur analogi tidak memiliki jalur evolusi yang sama, mereka
tidak dapat digunakan untuk membangun hubungan filogenetik. Mata manusia
sangat mirip dengan mata gurita. Namun, manusia dan gurita tidak terkait erat.
Sayap kelelawar, burung, dan serangga diadaptasi untuk terbang. Bentuk tubuh
dan warna tubuh hiu dan lumba-lumba sangat mirip. Struktur analogi
dikembangkan untuk melakukan fungsi yang sama pada spesies yang tidak
terkait.

11
2.4 Fosil

Penemuan-penemuan fosil sebagai bukti paleontologi setidaknya telah


menjelaskan mata rantai kehidupan yang pernah ada di bumi. Dalam lapisan
segmentasi yang telah terbentuk jutaan tahun yang lalu tersimpan banyak kisah
nyata kehidupan yang telah punah maupun yang masih ada hingga sekarang.
Terbukti dalam struktur batuan sedimen sejak periode pre-kambrium yang antara
lain di dalamnya ditemukan fosil mikroba sampai pada lapisan resen yang
merupakan lapisan bumi teratas sekarang ini menunjukkan tingkat
keanekaragaman hayati yang ada dibumi.

Fosil adalah semua sisa, jejak ataupun cetakan dari manusia, hewan dan
tumbuhan yang telah terawetkan dalam suatu endapan batuan dari masa geologis
atau prasejarah yang telah berlalu. Proses pembentukan fosil disebut fosilisasi.
Proses ini memakan waktu yang sangat panjang, mulai dari ribuan hingga jutaan
tahun. Penting untuk diketahui bagaimana membedakan fosil dengan tulang
maupun kayu masa kini, apalagi bila tulang tersebut sudah terkubur lama. Sebagai
pembeda awal, fosil mempunyai bentuk yang mirip dengan tulang binatang/ sisa
tumbuhan masa kini tetapi umumnya lebih berat.

Fosil biasanya lebih berat dari pada tulang karena selama fosilisasi terjadi
pergantian senyawa organik di dalam tulang dengan mineral-mineral di sekitar
tempat pengendapannya. Warna fosil juga pada umumnya lebih gelap dari tulang/
tumbuhan segar karena telah mengalami proses fosilisasi yang panjang. Fosil
yang terendapkan di lingkungan sungai umumnya berwarna hitam dan sangat
keras. Untuk mengetahui dengan pasti apakah suatu tulang sudah menjadi fosil
atau belum, perlu dilakukan analisis unsur pada tulang tersebut. Tulang hewan/
sisa tumbuhan disebut fosil apabila pada tulang tersebut sudah tidak mempunyai
senyawa organik di dalamnya.

12
Gambar ilustrasi fosil didaratan dan diair

Fosiljejak atau sisa-sisa organisme yang hidup dimasa


silammendokumentasikan perbedaan antara organisme masa silam dan masa kini
dan menunjukkan bahwa banyak spesies telah punah. Bagian-bagian lunak
organisme mati biasanya membusuk dengan cepat, namun bagian-bagian keras
hewan yang kaya mineral, misalnya tulang dan gigi vertebrata serta cangkang
kima dan siput, dapat menjadi fosil.

Paleontologi modern dimulai oleh karya Georges Cuvier (1769–1832).


Cuvier mencatat bahwa pada batuan sedimen, tiap lapisan mengandung
kelompok fosil tertentu. Lapisan yang lebih dalam mengandung bentuk
kehidupan yang lebih sederhana. Ia juga mencatat bahwa banyak bentuk
kehidupan pada zaman dahulu yang tidak ada lagi pada zaman sekarang. Salah
satu kontribusi Cuvier terhadap pemahaman catatan fosil adalah menegaskan
bahwa kepunahan merupakan fakta.

Untuk menjelaskan fenomena kepunahan ini, Cuvier mengajukan


gagasan "revolusi" atau katastrofisme yang ia spekulasikan bahwa bencana
geologi telah terjadi selama sejarah Bumi dan memusnahkan sejumlah besar
spesies. Teori revolusi Cuvier kemudian digantikan oleh teori uniformitarian,
terutama teori uniformitarian James Hutton dan Charles Lyell yang mengajukan
bahwa perubahan geologi bumi adalah perlahan dan konsisten.

13
Namun, bukti mutakhir pada catatan fosil mensugestikan konsep
kepunahan massal. Akibatnya, gagasan katastrofisme kembali menjadi
hipotesis yang sah, paling tidak untuk beberapa perubahan cepat bentuk
kehidupan yang muncul pada catatan fosil.

1) Fosil Tumbuhan

Salah satu fosil tumbuhan yang pernah ditemukan adalah Archaefructus


liaoningensis yang berusia 140 juta tahun.Struktur fosil ini mirip daun dan pada
fosil tersebut mengandung minyak tumbuh-tumbuhan.Minyak ini merupakan
suatu ciri khas yang hanya dimiliki tanaman berbunga. Jika dilihat dari fosil yang
terekam dalam lapisan-lapisan sedimen di kerak Bumi, fosil tumbuh-tumbuhan
tertua tercatat berusia 425 juta tahun, yang ditunjukkan dengan keberadaan
fosilfern, fir, conifer dan beberapa varietas tumbuhan purba yang lain. Sementara
di masa 130 juta tahun silam tumbuhan berbunga mulai mewarnai permukaan
Bumi.Di antara dua masa itu tidak diketahui secara pasti bagaimana tumbuhan
yang lebih tua mampu berevolusi membentuk tumbuhan berbunga.Charles
Darwin menjumpai fenomena ini sejak abad 19 lalu (Smunsa, 2001).Sejak itu
berbagai kemungkinan diungkapkan, namun permasalahan ini masih
kontroversial hingga sekarang.Di kalangan ilmuwan, fenomena ini dikenal
sebagai salah satu misteri Darwin.

Fosil Archaefructusliaoningensis

Fosil tanaman yang paling banyak ditemukan di bumi adalah sejenis


pakupakuan (fern).Salah satu temuan di dinding tambang batubara berupa fosil
tumbuhan sejenis pakis yang disebutpteridosperm yang memiliki daun selebar

14
sekitar 6 centimeter. Hal ini ditemukan oleh para pekerja sebuah tambang
batubara di Illinois, AS terkejut saat melihat lukisan di dinding tambang yang
menggambarkan pemandangan masa lalu.Setelah mengebor emas hitam yang
mereka inginkan, pada langit-langit gua bekas pengeboran terlihat jejak lumut,
semak belukar, dan tumbuh-tumbuhan purba lainnya.Sebagaimana dilaporkan
dalam sebuah jurnal Geologi edisi bahwa fosil vegetasi purba yang diperkirakan
berumur 300 juta tahun memenuhi kawasan tambang hingga seluas 10 kilometer
persegi.Ini merupakan fosil hutan terbesar yang pernah ditemukan.

Menurut Dr. Howard Falcon-Lang seorang pakar kebumian dari


Universitas Bristol yang menemukan situs tersebut menyatakan bahwa para
geolog mencoba menuruni sekitar seratus meter di bawah permukaan tanah dan
menyusuri orong-lorong gelap gulita yang panjangnya beberapa kilometer dengan
fosil hutan di langit-langitnya. Mereka menemukan jejak keragaman ekologi yang
sangat kompleks. Jenis tumbuh-tumbuhan paling banyak ditemukan berupa
sejenis pakis yang tingginya sekitar 4 meter dan membentuk 13 sub kanopi yang
menaungi vegetasi di bawahnya. Namun, ada jenis paku-pakuan raksasa yang
tingginya mencapai 40 meter dan ini merupakan temuan yang tak ternilai.

1. Fosil Hewan

Fosil Hewan paling banyak ditemukan daripada fosil tumbuhan.Fosil


vertebrata banyak ditemukan diberbagai daerah, sedangkan fosil avertebrata
sangat jarang ditemukan dipermukaan bumi.Hal ini karena pada umumnya
anggota vertebrata tidak memiliki bagian tubuh yang keras. Namun demikian hal
ini tidak menutup kemungkinan bahwa akan dapat ditemukan fosil dari vertebrata.

15
Faktor adanya bagain tubuh yang keras bukanlah satu-satunya penentu adanya
fosil.Jika fosil terbentuk pada zaman es, maka pada tersebut masih terdapat
bakteri pembusuk.

Zaman es terjadi beberapa juta tahun yang lalu. Pada iklim yang dingin
mayoritas bakteri sedang tidak aktif melakukan proses pembusukan. Fosil yang
ditemukan pada umumnya berusia lebih dari 10.000 tahun.Dengan demikian maka
fosil dari golongan Avertebrata yang hidup pada zaman es pada jutaan tahun yang
lalu sangat mungkin untuk ditemukan.Berikut ini beberapa contoh fosil hewan
yang pernah ditemukan oleh para arkeolog.

gambar: Fosil yang diduga sebagai burung penyerbuk tertua. (sumber: National Geographic
Indonesia)

16
Gambar: Fosil ikan Phareodus encaustus yang ditemukan di Green River, Colorado.
(sumber: http://geology.com/articles/green-river-fossils/fish-fossils.shtml)

Gambar: Fosil pateon pedestris,seekoramfibidenganpanjang larva 7 cm. (sumber: Natural


History Museum)

Gambar: Fosil Pachypleurosaurus edwardsi yang ditemukan di Switzerlanddenganpanjang


23 cm. (sumber: National Geographic)

17
Gambar: Fosil Mammoth. (sumber: American Museum of Natural History)

Gambar Jejak kaki dinosaurus 120 juta tahun yang lalu

Gambar Fosil Serangga berusia 45 juta tahun tertanam dalam amber

18
Gambar Fosil Rangka Dinosaurus Fosil Specimen lda,Darwinius
Masillae

19
Fosil Penyu berumur 100 juta tahun lalu Fosil Capung 135 juta tahun yang lalu

fosil kelinci muda berumur 30 juta tahun lalu

Rekam Fosil

Banyak fosil ditemukan dalam bebatuan endapan berbutir halus yang


terbentuk dari pasir atau lumpur yang mengendap di dasar laut, danau, rawa-rawa,
dan berbagai habitat perairan lainnya, menutupi organisme mati. Selama jutaan
tahun, lapisan-lapisan endapan baru tertumpun diatas lapisan-lapisan yang lebih
tua dan menekannya menjadi berlapis-lapis batu yang disebut strata (bentuk
tunggalnya adalah stratum).

Dengan demikian, fosil-fosil dalam stratum tertentu memberikan sekilas


contoh organisme yang hidup di daerah tersebut pada saat lapisan itu terbentuk.

20
Oleh karena strata yang lebih muda berada diatas lapisan-lapisan yang lebih tua,
usia relatif fosil dapat ditentukan oleh lapisan tempatnya ditemukan. Sebagai
akibatnya, urutan munculnya fosil dalam lapisan-lapisan batu endapan adalah
rekaman riwayat kehidupan di Bumi. Rekaman fosil (fossil record) adalah urutan
kemunculan fosil di lapisan bebatuan, menandai berlalunya waktu geologis

Strata batuan endapan di Grand canyon.

Tentu saja sepeti yang Darwin akui, rekaman fosil tidaklah lengkap.
Banyak organisme bumi tidak hidup di daerah-daerah yang mendukung terjadinya
fosilisasi. Banyak fosil yang terbentuk di bebatuan nantinya terdistorsi atau
hancur akibat proses-proses geologis. Terlebih lagi, tidak semua fosil yang telah
terawetkan bisa diakses oleh paleontolog. Akan tetapi, bakhan dengan batasan-
batasannya, rekam fosil sangata terperinci.

Menurut Oxlay (2011), Adapun fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di


Indonesia antara lain sebagai berikut:
1. Pithecanthropus erectus. Tempat penemuan di Desa Trinil di pinggir sungai
Bengawan Solo di dekat Ngawi, Propinsi Jawa Timur. Orang yang
menemukannya adalah Dr. Eugene Dubois. Tahun penemuannya adalah

21
pada tahun 1890. Fosil ini dikenal juga dengan sebutan Manusia Jawa dan
merupakan jenis manusia purba yang pertama kali ditemukan di Indonesia.
2. Pithecanthropus mojokertensis. Tempat penemuannya adalah di daerah
Perning, Mojokerto, Jawa Timur. Nama penemunya adalah Duyfjes dan Von
Koenigswald. Tahun penemuannya adalah pada tahun 1936. Fosil ini berupa
tengkorak anak-anak yang berusia sekitar 6 tahun dan diperkirakan hidup
sekitar 1,9 juta tahun yang lalu.
3. Meganthropus palaeojavanicus. Tempat penemuannya di Sangiran, daerah
Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Nama penemunya adalah Von
Koenigswald. Tahun penemuan fosil tersebut adalah antara tahun 1936 –
1941. Fosil ini lebih besar dan lebih tegap daripada Pithecanthropus Erectus.
Usianya diperkirakan paling tua di antara jenis manusia purba yang lain di
Indonesia.

Menghitung Umur Fosil


Umur fosil merupakan salah satu bagian penting dalam arkeologi antara
lain untuk mengetahui sejarah batuan sedimen bumi, menentukan kaitan antar
jenis batuan pada satu tempat/lapisan dengan tempat/lapisan lain, dan mengajukan
atau membuktikan sebuah teori. Oleh karena itu penentuan umur fosil secara
akurat sangat diperlukan. Salah satu cara untuk menentukan umur fosil adalah
dengan mendeteksi keberadaan unsur radioaktif. Salah satu contoh adalah
keberadaan radioaktif karbon–14 (C14), yang sering disebut carbon dating
(Yuliati et al, 2005).

Ketika organisme mati, maka konsumsi karbon berhenti. Karbon memiliki dua
isotop yaitu karbon–12 (C12) yang bersifat stabil dan karbon–14 (C14). . Untuk
menyingkat penulisan karbon-12 dan karbon-14 berturut-turut ditulis dengan C12
dan C14 (Suyarso, 2010) (Yusuf et al, 2015). merupakan radioisotop yang bersifat
tak stabil dan meluruh dalam fungsi waktu. Perbandingan C14 dengan C12 pada
saat organisme mati sama dan tetap untuk setiap organisme. Tetapi karena C14
meluruh, perbandingannya akan berkurang seiring dengan pertambahan waktu .

22
Kuantitas C14 pada suatu fosil dapat dihitung pengukuran laju peluruhannya yang
dapat dihitung dengan alat pencacah.Berdasarkan hasil pengukuran maka akan
diperoleh rasio C12 dan C14 dan selanjutnya membandingkannya dengan rasio
dalam organisme sesaat setelah mati maka umur fosil dapat ditentukan (Suci et
al, 2013).

Umur fosil dapat diperoleh dari grafik yang menghubungkan persentase


kuantitas C14 dengan waktu paro. Persamaan yang mengatur hubungan kedua
variabel ini dapat diperoleh dengan perhitungan analitik atau numerik dengan pola
interpolasi.

Avogadro telah menemukan bahwa dalam 1 mol zat mengandung 6,03.1023 atom.
Berdasarkan perhitungan penelitian sifat radioaktivitas diperoleh waktu-paro C14
(Tparo) sebesar 5730 tahun. Laju peluruhan C14 berkurang seiring pertambahan
waktu sebanding dengan waktu paronya. Setelah 5.730 tahun jumlah atom C 14
akan bersisa separonya atau 3,913. 1011 atom/mol dan setelah 11.460 tahun akan
bersisa 1,9565.1011 atom/mol. Begitu seterusnya setiap pertambahan waktu
kelipatan 5.730 tahun, sisa C14 menjadi satu per dua dipangkatkan banyaknya
kelipatan 5.730 dikalikan jumlah atom awal. Dalam pernyataan matematis dapat
ditulis jikawaktu bertambah sebanyak 5.730 x n tahun maka sisa atom C14
menjadi 1/2n x7,826.1011 atom/mol.

 t = waktu yang udah lewat setelah organisme ini mati


 T = waktu paruh C-14, alias 5.730 tahun
 N0 = kadar C-14 atmosfer sekarang
 N(t) = kadar C-14 pada sampel

23
Tabel macam-macam Radioaktif dan Waktu Paruhnya
Jenis Radioisotop Waktu paruh Kisaran umur fosil
yang dapat dihitung
Uranium-238 4,5 miliar tahun 100.000 – 1 milyar
tahun yang lalu
Potassium- 40 1,3 miliar tahun 100.000 – 1 milyar
tahun yang lalu
Thorium-232 14 miliar tahun 100.000 – 1 milyar
tahun yang lalu
Rubidium-87 49 miliar tahun 100.000 – 1 milyar
tahun yang lalu
Uranium-235 704 juta tahun 100.000 – 1 milyar
tahun yang lalu
Kalium-40 1,25 miliar tahun 154.000 s/d 160.000
tahun
Carbon-14 5.700 tahun 60.0 hun

Catatan Fosil yang Lengkap


Data fosil untuk kelompok kuda dan primata cukup lengkap untuk dapat
mendeskripsikan evolusi yang terjadi pada dua kelompok hewan tersebut. Namun
demikian, selengkap-lengkapnya data fosil masih belum dapat menjelaskan secara
detail apa yang terjadi pada masa silam. Dasar deskripsi evolusi kuda dan primata
ini, para ahli menggunakan metode pendekatan dengan dengan membandingkan
perubahan struktur dari makhluk hidup yang paling erat kaitannya dengan
makhluk hidup sasaran.
a.) Evolusi Kuda
Evolusi kuda merupakan suatu contoh klasik yang datanya cukup
lengkap.Hal ini disebabkan oleh kuda hidup berkelompok dan berjumlah cukup
besar, sehingga meninggalkan sejumlah besar fosil dari masa ke masa. Fosil kuda

24
primitif ditemukan dalam jumlah besar pada jaman eosen yaitu ± 58 juta tahun
yang lalu di Amerika Utara dan Eropa (Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003).

Gambar evolusi kuda


Fosil kuda paling primitif dikenal dengan Eohippus. Ciri-ciri fosil eohippus
berdasarkan rangkanya dapat dideskripsikan sebagai berikut, kuda ini sebesar
kucing atau kancil dan tingginya hanya sekitar 30 cm. Dari fosil struktur gigi
diketahui bahwa eohippus adalah pemakan semak belukar, giginya berjumlah 22
pasang dengan gigi geraham yang terspesialisasi untuk menggiling makanan.
Ukuran tubuh yang pendek sangat menguntungkan eohippus karena dapat
menyelinap diantara semak belukar. Hal ini ditunjukkan pula oleh pola gigi yang
sesuai untuk menggigit semak belukar dan bukan rumput. Kaki dengan beberapa
jari ikut membantu dalam mengais dan menggali akar-akar yang lunak (Widodo,
Lestari, U., Amin, M., 2003).
Pada masa berikutnya terjadi suatu perubahan pada permukaan bumi. Hutan
menjadi berkurang dan timbul padang rumput yang luas. Padang rumput ini
merupakan suatu biotop baru. Gigi yang sebelumnya cocok untuk
merenggutsemak belukar, tidak diperlukan lagi. Kini diperlukan suatu gigi yang
lebih lebar dan bermahkota email yang cukup tebal untuk menggigit dan
mengunyah rumput. Gigi beremail sesuai untuk mengunyah rumput karena

25
rumput mengandung kadar silikat yang tinggi. Gigi seri melebar dan pipih untuk
menggigit rumput Gigi premolar berubah bentuk menjadi molar.Gigi geraham
melebar untuk menggantikan fungsi mengunyah menjadi menggiling. Perubahan
gigi mengakibatkan gigi bertambah lebar (Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003).
Lebih jelasnya pada evolusi kuda terjadi perubahan sebagai berikut:
a) Pertambahan dalam ukuran. Ukuran tubuh kuda bertambah mulai dari sebesar
kancil menjadi sebesar kuda akutual sekarang.
b) Pemanjangan kaki depan dan belakang. Kaki kuda yang relatif sebanding
dengan tubuhnya seperti proporsi tubuh kucing atau anjing.
c) Reduksi jari-jari lateral dan pembesaran jari tengah. Mula-mula jari kaki
berjumlah ¾ buah, kemudian tereduksi menjadi satu jari saja.
d) Punggung menjadi lurus dan datar. Punggung yang miring melekuk dengan
bagian dada lebih tinggi menjadi datar.
e) Gigi seri melebar. Gigi seri yang semula serupa gigi mamalia lainnya menjadi
lebar dan pipih untuk menggigit rumput.
f) Gigi premolar berubah bentuk menjadi molar. Gigi geraham melebar semua
menggantikan fungsi menguyah menjadi menggiling.
g) Pemanjangan dari tengkorak. Tengkorak memanjang untuk memperoleh bentuk
kepala yang lebih ideal untuk menambah kecepatan berlari.
h) Pertambahan mahktota gigi dengan pertumbuhan bagian email. Sesuai dengan
fungsi dan jenis makanannya cara menggiling makanan mengakibatkan mahkota
gigi aus. Untuk menanggulangi kerusakan gigi, maka bagian mahkota gigi cukup
tebal untuk mengakomodasi keausan sampai kudanya berusia 5 tahun.
i) Volume otak bertambah besar dan juga bertambah kompleks.
j) Rahang bertambah lebar untuk mengakomodasi perubahan gigi (Frida, 2006).
Eohippus sampai menjadi equus diperkirakan melalui tahapan Eohippus
borealis  Orohippus  Epihippus  Mesohippus bairdi  Miohippus
Parahippus  Pliohippus  Equus (Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003).

26
b.) Evolusi Primata
Evolusi primata merupakan salah satu contoh evolusi dengan data yang
cukup lengkap. Teori evolusi yang hanya didasarkan atas adanya fosil tidak
pernah dapat menerangkan dengan lengkap apa yang terjadi di masa lampau. Oleh
karena itu untuk mempelajari evolusi suatu organisme, biasanya para ahli
menggunakan data suatu organisme yang masih hidup hingga kini. Dalam hal
ini,yang dilakukan para ahli ialah melihat perubahan stuktur dari
organismeorganisme yang paling erat hubungan kekerabatan dengan organisme
sasaran yang diteliti. Dengan mengaitkan perubahan-perubahan suatu ciri, maka
dapat ditarik kesimpulan mengenai apa yang terjadi pada masa silam. Dalam hal
ini, digunakan pendekatan pada golongan primata.
Salah satu definisi evolusi adalah merupakan suatu ilmu yang mempelajari
perubahan yang berangsur-angsur menuju ke arah yang sesuai dengan masa dan
tempat. Pada dasarnya evolusi tidak untuk membuktikan apakah suatu jenis
berasal dari jenis yang lain. Memang menurut Darwin, suatu organisme berasal
dari organisme lain. Tetapi pembuktian bahwa suatu jenis berasal dari jenis yang
lain tidak pernah dapat dibuktikan. Yang dipelajari dalam evolusi adalah proses
perubahannya. Primata muncul sekitar 70 juta tahun yang lalu seiring dengan
punahnya dinosaurus. Ordo primata dibagi menjadi dua sub ordo, yakni Prosimian
(meliputi lemur, tarsius, dll) dan Antropoid (kera, monyet, manusia).
Prosimian yang dahulu mendominasi primata, sekarang semakin tersingkir
dan akhirnya menjadi endemik beberapa daerah seperti Madagaskar.Dengan
pemisahan garis filogenetik, maka cabang dari Anthropoidea ada 3, yaitu monyet,
kera, dan Hominid (manusia).Monyet pertama muncul kira-kira 50 juta tahun
lalu.Awal mulanya, monyet dunia baru muncul dari cabang primata kuno, dan
belakangan monyet dunia lama berevolusi sebagai garis keturunan terpisah.
Garis keturunan yang tersisa setelah pemisahan monyet disebut garis
Hominoid.George Gaylord Simpson menyarankan pengelompokan garis itu ke
superfamilia Hominoidea. Pengelompokan itu mencakup: Hylobatidae (kera
kecil), Pongidae (kera besar), Hominidae (manusia). Fosil kera primitif yang
pernah ditemukan kira-kira berusia 35 juta tahun dan dinamakan

27
Aegyptopithecus, yakni “kera fajar”.Karena itu merupakan garis keturunan
hominoid, maka kera tersebut adalah nenek moyang bersama kera dan
manusia.Divergensi antara kera purba dan manusia diduga terjadi sekitar 7 atau 8
tahun yang lalu (Anonima, 2006).

Awal mulanya, primata mengadaptasikan kehidupan arboreal. Sendi bahu


yang sangat fleksibel pada monyet dan kera memudahkan mereka untuk
berayunayun dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Tipe lokomosi seperti itu
disebut brachiasi (dari kata Latin brachia/brachium untuk lengan).Modifikasi
lainnya adalah pergeseran mata ke tengah wajah, sehingga citra dari kedua mata
dapat menumpuk ditengah dan menghasilkan citra yang lebih baik.
Kebanyakan primata memiliki pegangan tangan dan kaki yang kuat dan
fleksibel.Namun, kemampuan itu telah tereduksi hampir seratus persen pada
primata bipedal yang plantigrad, seperti manusia.Akan tetapi, hampir semua
primata dari yang primitif sampai yang modern sekalipun, memiliki tangan
dengan ibu jari yang dapat berputar.Hal ini sangat menguntungkan bukan saja

28
untuk memegang objek, namun melakukan manipulasi dan modifikasi
lingkungan.Apalagi, dengan perkembangan neokorteks (cerebrum) yang amat
pesat, hal ini memberikan peluang untuk perkembangannya.
1. Perkembangan Primata primitif ke Primata maju
 Hubungan antara tulang vertebra dan tengkorak mengalami perubahan
yang berangsur-angsur menuju titik berat tengkorak. Mula-mula hubungan
ini terdapat dibagian tepi menjadi tepat berada di bawah. Perubahan ini
diikuti dengan perubahan cara berjalan dari empat kaki menjadi dua kaki.
Sejalan dengan perubahan ini, maka otot leher menjadi lebih lemah,
sedangkan panggul menjadi lebih penting dan kuat. Bentuk tengkorak
yang memanjang dengan rahang besar, gigi yang kuat dan membentuk
moncong menjadi bertambah pendek. Rongga hidung menjadi mengecil
(Widodo, Lestari, U., Amin, M., 2003).
 Bola mata pada organisme non primata tidak mempunyai tulang yang
meliputinya. Tetapi pada kera dan manusia, mata sudah sepenuhnya
terlindung. Hal ini menunjukkan bahwa mata menjadi organ yang sangat
penting. Selain itu, dapat pula dilihat bahwa mata yang menghadap ke
samping, menjadi berangsur-angsur menghadap ke depan. Penglihatanpun
berubah dari dua dimensi menjadi tiga dimensi, dan kemampuan melihat
warna meningkat dari hitam putih untuk membedakan gelap dan terang
menjadi mampu melihat hampir semua spectrum warna. Hal ini erat
kaitannya dengan cara hidup dari malam hari menjadi siang hari. Selain
itu, matapun diperlukan untuk melihat makan diantara ranting-ranting
pohon, dan untuk menyelinap dengan mudah diantara hutan (Widodo,
Lestari, U., Amin, M., 2003).
 Ujung jari bercakar berangsur-angsur berubah menjadi kuku. Hal ini
terlihat bahwa tupai mempunyai cakar, sedangkan primata lebih lanjut
mempunyai kuku yang tebal dan akhirnya manusia mempunyai kuku yang
tipis. Cakar mula-mula digunakan untuk mengais mencari makan. Dengan
berubahnya cara hidup dari hidup di tanah menjadi kehidupan arboreal,
maka cakar menjadi mengganggu kemapuan bergerak dengan cepat di atas

29
pohon. Kehidupan arboreal lebih membutuhkan kemampuan untuk
memegang. Dengan demikian, terjadi pula perubahan cara memegang
dengan terbentuknya ibu jari dengan persendiaan yang lain daripada jari-
jari yang lain. Hal ini erat kaitannya dengan timbulnya flora hutan sebagai
habitat baru di muka bumi. Cakar perlu untuk naik pohon, tetapi selalu
terkait kalau pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Selain itu, terjadi
pula perubahan dari telapak tangan. Hal ini penting berkaitan dengan
kemampuan untuk memegang yang terlihat pada kera, yang mempunyai
“empat tangan”, bahkan pada kera Amerika Selatan, ekorpun dapat
digunakan untuk memegang (Widodo,Lestari,U.,Amin,M.,2003).
 Kehidupan arboreal menyebabkan fungsi tangan lebih penting daripada
kaki. Hal ini terlihat pada bangsa kerayang memilki tangan yang lebih
panjang dan lebih kuat daripada kaki. Struktur ini penting untuk dapat
berayun-ayun dan berpindah tempat. Dengan berubahnya permukaan
bumi, maka jumlah hutan menjadi semakin sedikit. Selain itu, ditemukan
primata besar yang tidak dapat ditunjang oleh hutan. Dengan demikian,
primata mulai turun ke permukaan bumi. Akibatnya tangan menjadi
kurang diperlukan sedangkan kaki diperlukan untuk mengejar mangsa dan
menghindarkan diri dari predator (Widodo, Lestari,U., Amin, M., 2003).
 Volume otak mengalami perubahan pesat. Faktor ini sangat nyata terlihat
pada golongan kera-manuasia. Australopithecus hanya mempunyai
volume otak 600 cc, sedangkan manusia modern sekitar dua kali lebih
besar. Data fosil menunjukkan bahwa fosil manusia lainnya mempunyai
kisaran antara keduanya. Perubahan volume otak dapat pula dilihat pada
perubahan dahi.

30
2. Data Fosil Evolusi Primata
Bermacam-macam fosil primata seperti Mesopithecus,
Miopithecus,danAegyptophitecus dari lapisan Oligosen; Parapithecus,
Propliopithecus yang berbentuk seperti bajing, diperkirakan tidak mempunyai
hubungan kekerabatan yang cukup erat dengan manusia. Fosil primata yang
paling tua dan masih termasuk famili Homonidae adalah Dryopithecus,
Limnopithecus, Brahmapithecus, Sivapithecus, Pliopithecus, Oreopithecus, dan
Proconsul yang dikenal sejak zaman Miosen. Dryopithecus dianggap berkerabat
dengan bangsa beruk dan kera, sedangkan Proconsul, merupakan fosil Homidid
tertua yang diduga berkerabat dengan gorilla dan simpanse.
Fosil Brahmapithecus, dan Sivapithecus belum diketahaui kerabat dekatnya.
Kemudian dikenal fosil Hominid yang lebih muda yakni Ramapithecus yang
dianggap sebagai fosil yang erat hubungannya dengan manusia. Fosil ini pada
mulanya hanya sebuah tulang rahang. Namun kini pandangan tersebut berubah,
karena penemuan baru telah meberikan pandangan yang lebih baik. Fosil ini
ternyata identik dengan Dropithecus (Anonimb, 2006).
Pada lapisan yang lebih muda, mulai dijumpai Paraustralopithecus
aethiopicus, yang kemudian oleh para ahli yang beraliran progresif sekarang
disebut Homo aethiopicus, Australopithecus (A. africanus, A. afarensis), Homo,
Meganthropus palaeojavanicus (Homo mojokertoensis), dan Paranthropus (P.
boisei, P. robustus). Kedua marga fosil terakhir dan Gigantopithecus adalah fosil
manusia atau kera berukuran besar dan mungkin pantas dinamakan raksasa.
Fosol-fosil yang menempati lapisan lebih atasa adalah Zinjanthropus, Homo
habilis, Homo ergaster, Homo rudolfensis.
Baru kemudian kita mengenal manusia purba, Homo erectus (Sinatropus,
Pithecanthropus, Atlanthropus, Telanthropus, Eoanthropus dan Homo
heidelbergensis). Fosil-fosil Hominid yang paling muda semuanya sudah
dianggap sebagai Homo-sapiens (Swancombe, Steinheim, Cro-Magnon), dan
Homo sapiens neaderthalensis (Homo soloensis, Homo rhodosiensis) (Anonimb,
2006).

31
Gambar Fosil yang memperlihatkan (A) Pan troglodytes, modern chimpanzee;
(B) Australopithecus africanus, 2.6 My; (C) Australopithecus africanus, 2.5 My; (D) Homo
habilis, 1.9 My; (E) Homo habilis, 1.8 My; (F) Homo rudolfensis, 1.8 My; (G)
primitive Homo erectus, Dmanisi cranium, 1.75 My; (H) Homo ergaster (late H. erectus),
1.75 My; (I) Homo heidelbergensis, “Rhodesia man,” 300,000 – 125,000 y; (J) Homo
sapiens neanderthalensis, 70,000 y; (K) Homo sapiens neanderthalensis, 60,000 y;
(L) Homo sapiens neanderthalensis, 45,000 y; (M) Homo sapiens sapiens, Cro-Magnon,
30,000 y; (N) modern Homo sapiens sapiens.(Anonimous c, 2008).

2.5Domestikasi
Darwin mengajukan penelitiannya tentang domestikasi yang memberikan
gambaran terjadinya evolusi melalui pembudidayaan yang banyak dilakukan
secara sengaja oleh manusia terhadap hewan. Hal tesebut menimbulkan
spesies, hingga menyebabkan sulitnya untuk membedakan antara varietas dan
spesies itu sendiri, baik pada budidaya hewan maupun tumbuhan.
Pembudidayaan serta pengembangan varietas tumbuhan dan hewan
bukan berarti untuk menciptakan spesies baru, meskipun dalam proses ini
sering diperlakukan berbeda dengan moyangnya. Apabila hasil domestikasi
berupa variabilitas spesies dapat menguntungkan manusia, berarti telah terjadi

32
perubahan evolusi yang menuntungkan, misalnya adanya penemuan varietas
baru bagi kemajuan budidaya ternak.
Menurut Effendi (2004), domestikasi spesies adalah menjadikan spesies
liar (wild species) menjadi spesies budidaya. Terdapat tiga tahapan
domestikasi spesies liar, yaitu: Mempertahankan agar tetap bisa bertahan
hidup (survive) dalam lingkungan akuakultur (wadah terbatas, lingkungan
artificial, dan terkontrol)menjaga agar tetap bisa tumbuh, danmengupayakan
agar bisa berkembangbiak dalam lingkungan terkontrol.

Gambar: DomestikasiAnjing.

2.6 VariasiOrganisme

Makhluk hidup di dunia beraneka ragam, dua makhluk hidup yang


berkerabat dekat mempunyai banyak persamaan.Demikian sebaliknya,
kekerabatan dua makhluk hidup jauh jika persamaannya sedikit.Hubungan
kekerabatan tersebutdinyatakan dengan hubungan filogenetis.Filogenetis
adalah sejarah asal-usul suatu spesies atau kelompok organisme yang
berkerabat.
Sampai saat ini ada dua pendekatan untuk merekonstruksi
hubungan evolusi dari sebuah kelompok organisme biologi, yaitu fenetik

33
dan kladistik. Kalau pendekatan pertama menaksir hubungan evolusi
berdasarkan kepemilikan karakter atau ciri yang sama (overall similarity)
dari anggota-anggota suatu kelompok, maka pendekatan kedua mendasari
sebuah hubungan pada perjalanan evolusi karakter atau ciri dari setiap
anggota suatu kelompok yang sedang dipelajari. Kladistik sering disebut
atau ditulis di dalam literature ilmiah sebagai filogenetika dan merupakan
pendekatan yang umum digunakan di dalam banyak penelitian sistematika.
Di dalam pendekatan filogenetika, sebuah kelompok organisme
dimana anggota anggotanya memiliki banyak kesamaan karakter atau ciri
dianggap memiliki hubungan yang sangat dekat dan diperkirakan
diturunkan dari satu nenek moyang. Nenek moyang dan semua turunannya
akan membentuk sebuah kelompok monofiletik. Karakter apomorfik
adalah karakter yang berubah dan diturunkan dan terdapat pada ingroup,
sedangkan karakter plesiomorfik merupakan karakter primitive yang
terdapat pada outgroup. Karakter sinapomorfik adalah karakter yang
diturunkan dan terdapat pada kelompok monofiletik. Lebih lanjut, pohon
filogenetika yang dihasilkan dapat diterjemahkan ke dalam sebuah sistem
klasifikasi (sering disebut klasifikasi filogenetika).
Variasi pada organisme merupakan variasi karakteristik yang
muncul dalam penampakan fenotip organisme.Terjadi seleksi alam dalam
kehidupan organisme. Individu yang mempunyai variasi yang sesuai
dengan lingkungan dapat tetap bertahan hidup dan berkembang biak.
Namun, individu yang mempunyai variasi yang tidak sesuai dengan
lingkungan akan tersingkir.

34
2.7 Rudimentasi

Beberapa struktur homolog yang paling menarik adalah organ


vestigial yang merupakan organ sisa yang tidak berguna lagi, hal ini dapat
juga disebut dengan rudimentasi. Rudimentasi organ merupakan petunjuk
adanya evolusi. Organ vestigial merupakan sisa-sisa historis dari struktur
yang memiliki fungsi penting pada leluhurnya. Sebagai contoh, paus
sekarang ridak memiliki tungkai belakang teapi memiliki sisa-sisa tulang
pelvis dan kaki leluhur daratnya yang berkaki empat.
Rudimentasi mendukung konsep “menggunakan dan tidak
menggunakan” yang dikemukakan oleh Lamarck, tetapi rudimentasi
merupakan bukti evolusi melalui seleksi alam. Contoh tulang ekor pada
manusia kurang berfungsi sehingga mengalami rudimenter.

35
Gambar: tulangekorpadamanusia. (sumber: Ralph E. Tagga

Gambar: perbandingantulangekor gorilla danmanusia. (sumber: Project Gutenberg)

Organ yang mengalami rudimenter akan membuang waktu saja untuk


terus-menerus menyediakan darah, zat makanan, dan ruangan bagi organ yang
tidak lagi memiliki fungsi penting. Seleksi alam cenderung menguntungkan
individu yang memiliki organ dalam bentuk tereduksi, dan dengan demikian
cenderung akan menghilangkan struktur yang tidak berfungsi lagi. Namun pada
kelompok mamalia lain, ekor sangat berkembang dan berfungsi sebagai ekor,
begitu juga pada kelompok Vertebrata lainnya.

Adapun organ-organ sisa antara lain: apendiks, selaput mata sebelah dalam,
otot-otot penggerak telinga, tulang ekor, gigi taring yang runcing, geraham ketiga,
rambut didada, mammae pada laki-laki, musculus piramidalis dan masih banyak
lagi.Sisa-sisa organ tubuh pada hewan yang masih ditemukan antara lain sisa kaki
belakang pada ular piton yang mirip benjolan kuku, dan sisa bangunan sayap pada
burung kiwi

2.8 Radiasi Adaptasi

Radiasi adptasi adalah suatu fakta mengenai timbulnya suatu kelompok


organisme pada suatu masa. Kemunculan kelompok organisme tersebut biasanya
digambarkan sebagai kemunculan yang tidak terlalu mendadak, tetapi pada
umumnya melibatkan banyak sekali anggotanya (Djoko T. Iskandar :2001).

36
Radiasi adaptasi terjadi saat sebuah bentuk primitif sebuah spesies
berkembang menjadi sejumlah besar bentuk modern, masing-masing teradaptasi
dengan kondisi lingkungan tertentu.Salah satu contoh terbaik radiasi adaptasi
adalah burung finch Darwin dari kepulauan Galapagos.Kepulauan Galapagos
adalah sekelompok pulau di Samudera Pasifik yang berjarak 965 kilometer di
barat Ekuador.Setiap pulau memiliki iklim mikronya sendiri dengan flora dan
fauna berbeda.

Ahli biologi Charles Darwin mengunjungi Kepulauan Galapagos pada abad


ke-19.Ia menemukan kalau tiap pulau memiliki tipe finch nya sendiri-sendiri.
Mereka teradaptasi untuk makan makanan tertentu yang ada di pulaunya. Semua
finch hanya berbeda sedikit satu sama lain dan dari burung finch primitif yang ada
di daratan Amerika Selatan.

Darwin menyatankan kalau individu tertentu di tiap pulau memiliki


keuntungan bertahan hidup bila mereka lebih baik dalam makan makanan yang
tersedia di tempatnya. Selama banyak generasi, finch ini bertambah jumlahnya,
dan karena mereka terisolasi dari finch di pulau lain, mereka pada akhirnya
menjadi spesies yang berbeda (M. Datun Sukandarrumidi : 1980).

37
Gambar Variasi paruh burung di Galapagos

2.9 Biokimiawi

Studi anatomi perbandingan memperlihatkan adanya homologi anatomi,


demikian pula studi biokimia dari macam-macam organisme telah
mengungkapkan homologi biokimi. Pada kenyataanya, persamaan biokimia
organisme hidup adalah salah satu ciri yang mencolok dari kehidupan.

Enzim-enzim sitokrom terdapat pada hampir setiap organisme hidup.


Salah satunya adalah sitokrom c yang terdiri darirantai polipeptida yang terdiri
atas 104 sampai 112 asam amino (tergantung jenis organisme). Pada tahun-tahun
belakangan ini telah ditentukan urutan asam amino yang pasti pada sitokrom c
dari bergam organisme seperti manusia, kelinci, pinguin raja, ular gerincing, ikan
tuna, ngengat dan neurospora.

Meskipun terdapat banyak variasi dalam urutan terutama bagi organisme


yang diduga berkerabat jauh, ternyata ada juga sejumlah besar persamaanya.
Urutan asam amino pada manusia berbeda dengan urutan pada monyet rhesus
hanya pada satu tempat dalam rantai. Sitokrom c dari tanaman gandum berbeda
dari manusia dalam 35 asam amino. Akan tetapi, 35 asam amino lainnya dalam
rantai terbukti sama pada setiap spesies yang diuji. Hal ini termasuk satu bagian
yang terdiri atas 11 asam amino yang beruntun yang terdapat pada semua

38
organisme yang kita kenal. Kita mengetahui bagaimana urutan nukleotida dalam
molekul DNA yang mengkode urutan asam amino dalam protein.

Terdapatnya gen untuk sitokrom c yang begitu banyak mengandung


informasi genetik yang sama pada begitu banyak jenis organisme tidak dapat
dijelaskan tanpa menggunakan teori evolusi. Jelaslah fenomena ini berti bahwa
kita semua mewarisi gen itu dari nenek moyang yang sama, sekalipun dengan
akumulasi mutasi.

Alasan yang sama dapat diterapkan pada persamaan biokimia lain diantara
organisme-organisme. studi mengenai urutan asam amino pada hemoglobin
mamalia memperlihatkan persamaan yang dekat, terutama pada organisme yang
diduga berkerabat dekat. DNA dan RNA terdapat setiap organisme hidup dan
sepanjang pengetahuan kita mengandung mekanisme pengkodean hereditas yang
sama.

Selanjutnya sebagaian besar vertebrata mempunyai hormon-hormon yang


sama atau mirip. Prolaktin misalnya terdapat pada berbagai vertebrata seperti
ikan, burung dan mamalia, meskipun fungsinya pada masing-masing berbeda.
Hormon diwariskan dari moyang yang sama tetapi dengan fungsi yang berubah
sesuai dengan cara kehidupan setiap hewan.

Keseragaman yang mencolok dari susunan biokomia yang mendasari


keanekaragaman yang luar biasa dari makluk hidup sulit untuk dijelaskan dengan
cara lain kecuali dengan teori evolusi. Diduga molekul-molekul ini terbentuk
sangat awal dalam sejarah kehidupan dan hampir semua bentuk kehidupan
sekarang mewarisi kemampuan membuat dan menggunakannya.

Semua spesies mempunyai campuran sifat-sifat nenek moyangnya dan sifat-


sifat baru. Jenis dan jumlah sifat yang sama merupakan petunjuk jauh dekatnya
hubungan kekerabatan. Hal semacam ini juga terjadi pada pewarisan sifat
biokimia.Pewarisan sifat biokimia melalui DNA pada tiap spesies mengandung

39
instruksi untuk sintesis RNA dan protein yang penting untuk menghasilkan
individu baru. Perbandingan DNA, RNA, atau protein pada spesies yang berbeda
merupakan cara lain untuk mengevaluasi hubungan evolusi diantara spesies.

Tabel. 1 Jumlah perbedaan asam amino antara rantai beta hemoglobin manusia
dengan berbagai spesies (Kimbal,2005)

Spesies Jumlah perbedaan asam


amino

Manusia 0

Gorila 1

Gibbon 2

Monyrt Rhesus 8

Anjing 15

Kuda, Sapi 25

Tikus 27

Kangguru Kelabu 38

Ayam 45

Kodok 67

Lamprey 125

Siput Lautan(moluska) 127

Kedelai 124
(leghemoglobin)

40
2.10 Anatomi Koomperatif

Studi kooparatif struktur tulang dan sistem tubuhhewan dari beragam


filum menunjukkan sejumlah besar kesamaan. Bukti yang lebih jelas terletak pada
perbandingan anatomi primitif dan modern. Karakter primitif adalah karakter
yang ada sebelum karakter modern. Primitif tidak harus lebih sederhana, karena
hilangnya sebuah struktur atau kerumitan juga termasuk perubahan.

Primitif dan modern hanya dapat berguna saat kita merujuk pada bagian
tertentu karakter tersebut, dan sebuah karakter dapat primitif di satu hal dan
modern dalam hal lainnya.Perkembangan kuda modern adalah salah satu bentuk
yang paling lengkap dalam fosil. Peningkatan ukuran tubuh terlihat jelas seiring
berjalannya waktu saat bentuk primitif memunculkan spesies modern yang lebih
besar.

Saat ukuran tubuh meningkat dari Hyracotherium terkecil di zaman Eosen


(sekitar 50 juta tahun lalu) hinggga Equus yang terbesar (kuda modern), terdapat
penurunan kerumitan pada tulang kaki. Seluruh berat kuda sekarang bertopang
pada jari ketiga, sementara jari lainnyabegitu kecil dan tidak banyak bermanfaat.

41
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Evolusi adalah suatu perubahan pada makhluk hidup yang terjadi
secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang lama sehingga
terbentuk spesies baru. Bukti-bukti evolusi meliputi Kesamaan
Embriologi, Adanya Homolog Organ-Organ Tubuh, Domestika, Variasi
Organisme, Rudimentasi, Biogeografi, Fosil, Radiasi Adaptasi, Anatomi
Koomperatif, dan Biokimiawi.
Perbandingan embriologi seringkali membentuk homologi pada
beberapa struktur, seperti kantong insang, menjadi sedemikian berubah
pada perkembangan selanjutnya sehingga asal mulanya yang sama tidak
lagi terlihat dengan jelas saat membandingkan bentuknya yang telah
berkembang secara lengkap.

3.2 Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat


banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

42
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2003. BiologiJilid 2.


Jakarta: Erlangga

Campbell dkk. 2015. Intisari biologi edisi ke-6. Jakarta: Erlangga

Widjianto,Sulur,dkk.2015.Simulasi Interpolasi Lagrange dalam Penentuan Umur


Fosil (Carbon Dating)

43

Anda mungkin juga menyukai