MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evolusi
yang dibimbing oleh Dr. Abdul Ghofur, M.Si.
Oleh :
Istaufi As Adatilah (160341606055)
Nabila Wahyu M (160341606072)
Naimmatus Sholikhah (160341606003)
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa konsep dasar evolusi molekuler?
2. Apa saja yang termasuk di dalam ruang lingkup evolusi molekuler?
3. Bagaimana menentukan filogeni molekuler berdasarkan konsep evolusi
molekuler?
4. Bagaimana evolusi pada prokariot dan eukariot?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat
ditarik tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui konsep dasar evolusi molekuler.
2. Mengetahui ruang lingkup evolusi molekuler.
3. Mengetahui cara menentukan filogeni molekuler berdasarkan konsep
evolusi molekuler.
4. Mengetahui evolusi pada prokariot dan eukariot.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.2 Informasi Genetik
Evolusi molekuler mengkaji dan memandang evolusi dari rekaman sejarah
dalam urutan DNA dan protein. Dari kedua teori tersebut dapat disimpulkan
bahwa ruang lingkup evolusi molekuler didalamnya termasuk lingkup pengkajian
pada perubahan materi genetik (urutan DNA atau RNA) dan produknya (protein
atau molekul RNA) serta rata-rata dan pola perubahannya serta mengkaji pula
sejarah evolusi organisme dan makromolekul yang didukung data-data molekuler
(filogeni molekuler) (Karmana,2009).
Sementara itu ada dua jenis pentosa yaitu deoksiribosa pada DNA dan
ribose pada RNA. Basa adenin (A) selalu berpasangan dengan basa timin (T),
basa guanine (G) selalu berpasangan dengan basa sitosin (C) pada rantai DNA,
sedangkan pada rantai RNA, adenin (A) berpasangan dengan urasil (U), sitosin
5
(C) berpasangan dengan guanin (G). Ikatan antara basa purin dengan basa
pirimidin adalah ikatan hidrogen, dimana ikatan A-T termasuk ikatan lemah
(weak bond), sementara ikatan G-C termasuk ikatan kuat (strong bond).
(Karmana, 2009)
6
dibandingkan dengan babi, maka 13% sekuen akan berbeda, dengan ayam
terdapat 25% perbedaan, dan dengan ikan terdapat 50% perbedaan. Perbedaan
sekuen ini sudah banyak diduga dari perkiraan kekerabatan evolusi lain. Disitu
ditunjukan situs perlekatan (binding site) yang ditemukan dalam enzim yang
berkerabat (yaitu sekelompok dehidrogenase alkohol yang ditemukan dalam
mikroorganisme) yang menggunakan Fe dalam mekanisme aktifnya. Suatu
silsilah evolusi mungkin dapat disusun menggunakan satu set sekuen suatu
protein, selama protein tersebut dapat ditemukan pada setiap mahluk yang
dibandingkan. Rantai alpha hemoglobin hanya ditemukan pada mahluk yang
berkerabat darah dengan manusia. Sebaliknya, cytochrome e adalah suatu
protein yang terlibat dalam penghasilan energi pada semua organisme tingkat
atas, termasuk fungi dan tumbuhan. Bahkan terdapat beberapa kerabat dari
protein tersebut yang ditemukan pada banyak bakteria. Manusia dengan ikan
berbeda dalam sekuen asam amino untuk cytochrome e sebesar 18%, dan
berbeda dengan fungi atau tanaman sebesar 45%. Akan tetapi antara fungi dan
tanaman sendiri, terdapat perbedaan 45%, yang menandakan bahwa perbedaan
antara hewan dan tanaman adalah sebesar perbedaan antara tanaman dan fungi.
Mutasi tunggal mungkin mengembalikan suatu sekuen gen atau protein pada
lokasi tertentu, kembali menjadi sekuen moyangnya. Akan tetapi gen hampir
tidak pernah bermutasi kebelakang untuk kembali menjadi seperti moyangnya,
yaitu sebelum sekuen tersebut mengalami berbagai evolusi. Hal ini hanyalah
masalah probabilitas. Tidak ada yang mencegah suatu sekuen untuk kembali
menjadi sekuen awal, namun kemungkinan membalikan setiap mutasi yang telah
terjadi adalah sangat-sangat kecil.
7
derajat dari segmen untai ganda (double-strand) DNA yang berisi dua atau lebih
pasangan basa.
8
paradigma dari bagaimana organisme hidup dan berkembang di alam (Mount,
2001).
Ketika sekuen nukleotida atau protein dari dua organisme yang berbeda
memiliki kemiripan, maka mereka diduga diturunkan dari sekuen common
ancestor. Sekuen penjejeran akan menunjukkan dimana posisi sekuen adalah tidak
berubah/conserved dan dimana merupakan divergent/atau berkembang menjadi
berbeda dari common ancestor seperti diilustrasikan Mount (2001).
9
perubahan individu telah terjadi dan apa perintahnya. Beberapa metode lainnya
menganggap gap tidak berpengaruh sehingga diabaikan.
Konsep pohon evolusi adalah sebuah grafik yang menunjukkan hubungan
diantara organisme atau lebih spesifik lagi adalah sekuen gen dari organisme.
Pemisahan sekuen disebut taxa (atau taxon jika tunggal) yang didefinisikan
sebagai jarak filogenetika unit pada sebuah pohon. Pohon terdiri dari cabang-
cabang luar (outer branches) atau daun-daun (leaves) yang merepresentasikan taxa
dan titik-titik (nodes) dan cabang merepresentasikan hubungan diantara taxa.
10
4. Metode Fitch dan Margoliash
Metode Fitch dan Margoliash menggunakan tabel yang diilustrasikan seperti
pada Gambar 2. Sekuen-sekuen dikombinasi dalam tiga untuk mendefinisikan
cabang-cabang pohon yang diprediksikan dan untuk menghitung panjang-
panjang cabang dari pohon. Ini adalah metode averanging distance
merupakan metode yang paling akurat untuk pohon dengan cabang yang
pendek. Adanya cabang yang panjang bertendensi menurunkan tingkat
kepercayaan dari prediksi.
5. Metode neighbor-joining
Metode neighbor-joining sangat mirip dengan metode Fitch dan Margoliash
kecuali tentang pemilihan sekuen untuk berpasangan ditentukan oleh
perbedaan alogaritma. Metode neighbor-joining sangat cocok ketika rata-rata
evolusi dari pemisahan lineage adalah di bawah pertimbangan yang berbeda-
beda. Ketika panjang cabang dari pohon yang diketahui topologinya berubah
dengan cara menstimulasi tingkat yang bervariasi dari perubahan evolusi,
metode neighbor-joining adalah yang paling cocok untuk memprediksi pohon
dengan benar.
Jarak genetik berdasarkan metode algoritma pembentukan pohon akan
menampilkan data berupa pohon filogenetika. Pohon filogenetika memberi
informasi tentang pengklasifikasian populasi berdasarkan hubungan
evolusionernya. Dalam rekontruksi pohon filogenetika, data molekul lebih banyak
dipakai karena dianggap lebih stabil dalam proses evolusi dibandingkan dengan
data morfologi. Pohon filogenetika dapat berakar (rooted) atau tidak berakar
(unrooted), tergantung metode analisis yang dipergunakan. Akar pada pohon
menggambarkan titik percabangan pertama atau asal masing-masing populasi
dengan asumsi bahwa laju evolusi berjalan konstan (Nei, 1987). Berikut ini
contoh untuk pohon filogenik dari virus H5N1 :
11
Gambar 2 : Pohon filogenetik gen M2 virus AI asal unggas di sekitar kasus H5N1 pada
manusia. Grup 1 merupakan kelompok virus H5N1 asal Indonesia dan Grup 2 adalah
virus asal China/Hong Kong sebagai outgroup. Kontruksi filogenetik menggunakan
metode neighbor-joining dan analisis bootstrap (1.000 replicates) menggunakan model
Kimura-Nei dalam software MEGA 4 Sumber: Dharmayanti et al. (2010)
12
2.4 Evolusi Pada Prokariotik dan Eukariotik
Dahulu, prokariota diduga berkerabat lebih dekat dengan progenot hasil
postulasi(nenek moyang dari semua sel, sebelum adanya genom) daripada
eukariota, dan sesama prokariota diduga juga mempunyai kekerabatan yang lebih
dekat daripada denga eukariota manapun. Sebagian besar spesies prokariota
kemudian biasa diklasifikasikan lebih lanjut sebagai eubakteria. Subkingdom
prokariotik lainnya, yaitu archae hidup pada lingkungan-lingkungan yang diduga
tesebar luas pada saat kehiudpan mulai berevolusi untuk pertama kalinya.
Karenanya, dipercaya bahwa eubakteria berevolusi dari archae primitive dan
eukariota berevolusi dari eubakteria. Akan tetapi, secara bertahap ditemukan lebih
banyak lagi perbedaan yang memisahkan kedua sub kingdom prokariota tersebut.
Beberapa sifat dari archae dapat dijumpai pula pada eubakteria(keduanya
merupakan prokariota), sedangkan beberapa sifat lainnya ditemukan pula pada
eukariota (misalnya gen-gen bagi rRNA dan tRNA mengandung intron).
Organisme-organisme yang mempunyai sebuah nucleus kemungkinan telah
berevolusi sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu, akan tetapi bagaimana munculnya
membran nukleus pertama masih berupa misteri. Berdasarkan hipotesis proliferasi
membran, satu atau lebih invaginasi membrane plasma pada progenot akan
bersatu secara internal mengelilingi genom, menjadi terpisah dari membran
plasma dan membetuk membran nukleus berlapis ganda. Proses melipatnya
membran plasma kearah dalam menenerangkan fakta bahwa nukleus sel-sel
eukariotik modern diselubungi oleh “membrane ganda” yang terdiri dari dua
lapisan ganda lipid (lipid bilayer) Asal usul mitokondria pada eukariota yang
berusia lebih muda dapat dijelaskan pada teori endosimbiotik. Sebagian besar
molekul bermuatan negative, termasuk diantaranya mRNA, tRNA, rRNA, dan
beberapa jenis protein yang tidak dapat melewati membrane organel-organel
tersebut harus tetap dikode oleh genom organel itu sendiri.
Bukti yang lebih kuat dapat ditunjukan pada evolusi kloroplas melalui
endosimbisis dari pada evolusi mitokondria. Suatu sel eukariotik pencari makan
yang aerob (sel yang telah mengevolusikan mitokondria) diduga mampu menelan
satu ataulabih eubakteria (yang berkerabat dengan sianobakteri) yang dapat
melakukan fotosintesis organik. Dalam proses evolusinya menjadi kloroplas,
13
endosimbion melepaskan beberapa gennya kedalam genom nukleus namun dalam
jumlah yang tidak sebanyak seperti yang dilepaskan oleh endosimbion yang
berevolusi menjadi mitokondria. Seperti halnya mitokondria, protokloroplas juga
harus mempertahankangen-gen yang mengkode tRNA dan rRNA bagi sintesis
protein dalam kloroplas. Genom mitokondria dan kloroplas mengkodekan
molekul tRNA dan rRNA bagi sistem-sistem sintesis proteinnya sendiri. Ribosom
yang terdapat pada kedua organel mempunyai bentuk dan ukuran yang serupa
dengan ribosom bakteri. Terakhir, teori endosimbiotik menerangkan fakta bahwa
kedua organela tersebut mempunyai membrane ganda. Membran dalamnya
menyerupai membran plasma endosimbion nenek moyang, sedangkakn membrane
luarnya merepresentasikan membrane plasma nenek moyang seinang pencari
makannya.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Konsep dasar evolusi molekuler adalah dengan menentukan urutan
dari senyawa molekul di rantai DNA untuk mengetahui tingkat
kekerabatan dari makhluk hidup
b. Ruang lingkup evolusi molekuler mencakup evolusi makromolekul
dan juga rekonstruksi sejarah evolusi gen dan organisme
c. Menentukan filogeni molekuler berdasarkan konsep evolusi
molekul bisa dilakukan dengan beberapa metode diantaranya
i. Parsimony atau metode minimum evolution
ii. Metode jarak
iii. Metode UPGMA
iv. Metode Fitch dan Margoliash
v. Metode neighbor-joining
d. Evolusi prokariot dan eukariot dapat dilihat dari berbagai hal, pada
eukariyot terutama dapat dilihat pada kloroplas dan mitokondria.
3.2 Saran
a. Agar pemateri lebih menspesifikkan tentang bagaimanan metode
dalam filagenik dilakukan untuk menentukan tingkatanya dalam
evolusi molekuler
b. Agar pemateri melengkapi makalahnya dengan ilustrasi atau
gambar yang menjelaskan proses dalam melakukan analisis
filogenik
c. Agar penulis lebih banyak membaca buku referensi
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Widodo, Umie L., Moh. Amin. 2003. Bahan Ajar Evolusi. Malang: Departemen
Pendidikan Nasional.
17