Anda di halaman 1dari 19

“BUKTI-BUKTI EVOLUSI”

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Evolusi

Yang diampu oleh : Endik Deni Nugroho, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 3 :

1. Siti Churiyah NIM : 18840251008


2. Ulfia NIM : 18840251005
3. Siti Nur Aini NIM : 18840251020

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS NAHDLATUL ULAMA


PASURUAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan taufiq serta hidayahnya kepada kami semua, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pengembangan Perangkat
Pembalajaran yang mana membahas tentang “BUKTI-BUKTI EVOLUSI :
FOSIL, RUDIMENTASI, MOLEKULER SEBAGAI BUKTI EVOLUSI”,
Insya Allah dengan baik dan tepat pada materi ini.

Dengan dibuatnya makalah ini, semoga dapat menambah wawasan kita


semua, bagi pembaca pada umumnya dan kami sebagai penyusun pada
khususnya. Makalah yang kami buat memang jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam
pembuatan makalah selanjutnya agar bisa lebih baik lagi.

Pasuruan, 05 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Fosil ........................................................................................................... 4
B. Rudimentasi ............................................................................................... 10
C. Bukti Molekuler ......................................................................................... 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran .......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari perkembangan pemikiran, sejak lama evolusi menjadi bahasan yang
menarik untuk dipelajari. Pemikiran para ilmuan tentang adanya perubahan yang
berangsur-angsur menuju ke arah yang sesuai dengan masa dan tempat yang
dikenal dengan evolusi menghasilkan teori-teori tentang evolusi. Misalnya teori
fixisme berpendapat bahwa setiap jenis makhluk hidup atau species yang
sempurna adalah stabil tidak lagi mengalami perubahan, JB.Lamarck berpendapat
bahwa suatu organisme berubah sesuai dengan aktivitas ataupun kebiasaan
sewaktu masih hidup dan perubahan/ sifat perolehan tersebut diwariskan kepada
generasi berikutnya.
Pada masa Darwin evolusi organik (mekanisme evolusi) terjadi karena
akibat peristiwa seleksi alam, organisme yang memiliki ciri-ciri yang cocok
dengan lingkungan lebih berhasil dalam perjuangan hidup, masa teori genetika
(Mendel) berpendapat bahwa menerangkan bahwa persamaan dan variasi
diturunkan dan darimana keanekaragaman timbul. Masa NeoDarwin berpendapat
bahwa peristiwa seleksi alam bukanlah sebab utama evolusi organik, terapi hanya
berperan sebagai faktor yang menentukan arah perubahan juga sebagai faktor
penuntun, pada masa ini juga menyampaikan bahwa ilmu genetika sangat perlu
untuk menerangkan proses evolusi. Sedangkan masa evolusi modern pemikiran
terhadap terjadinya evolusi menggunakan pendekatan molekuler, fisiologis,
perkembangan maupun pendekatan yang lain yang akan dipikirkan oleh pemikir-
pemikir dimasa-masa yang akan datang.
Perkembangan pemikiran atau teori evolusi tersebut diatas diperoleh dari
adanya pembuktian secara teoritis yang mendukung pendapatnya, yang bukti yang
disampaikan itu menggunakan beberapa pendekatan dan diperlukan pembuktian
lebih lanjut untuk kebenarannya. Yang petunjuk yang digunakan merupakan fakta
yang ada disekitar kita dan mengarah bahwa evolusi memang terjadi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bukti-bukti evolusi?
2. Bagaimana bukti dan petunjuk apa yang menunjukkan terjadinya evolusi,
dari fakta:
a. fosil
b. Anatomi perbandingan
c. Embriologi perbandingan
d. Rudimetasi
e. Bukti Molekuler

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bukti-bukti evolusi.
2. Untuk mengetahui bukti dan petunjuk apa yang menunjukkan terjadinya
evolusi, dari fakta:
a. Fosil
b. Anatomi perbandingan
c. Embriologi perbandingan
d. Rudimetasi
e. Bukti Molekuler

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Bukti-bukti Evolusi
Evolusi dapat dilihat dari dua segi, yaitu sebagai proses historis dan cara
bagaimana proses itu terjadi. Sebagai proses historis, evolusi telah dipastikan
secara menyeluruh dan lengkap. sebagaimana yang telah dipastikan oleh ilmu
tentang suatu kenyataan mengenai masa lalu yang tidak dapat disaksikan oleh
mata. Untuk menunjukkan bukti-bukti bahwa proses evolusi itu ada, kita
dapatmelakukan pendekatan terhadap kenyataan yang ada. Kenyataan-kenyataan
yang ada terus dinterprestasikan oleh para ahli dan dijadikan bahan bukti
evolusi.
Para ahli menggunakan bukti-bukti sebagai petunjuk evolusi dengantujuan
akhir ingin mencari jawaban tentang fenomena alam, sebagaimana yang terdapat
dalam buku “On The Origin Species” karya Charles Darwin. Sebenarnya rambu-
rambu untuk mencari bukti telah ada dalam buku Darwin, sedangkan petunjuk
adalah rambu-rambu untuk memperoleh bukti, dengan alasan bahwa pendekatan
monodisipliner tidak dapat dijangkau atau dilihat dan fosil bukti tidak dapat
dipakai bukti dan kurang kuat. Hal ini karena fosil merupakan benda mati yang
sudah tidak utuh dan lengkap, sehingga interpretasi para ahli sangat dituntut
ketajamannya. Apalagi perilaku organisme yang telah memfosil sulit sekali
diinterpretasi. Untuk menunjukkan bukti-bukti bahwa proses evolusi itu ada, kita
dapat melakukan pendekatan terhadap kenyataan/fakta yang ada di sekitar kita.
Walaupun dapat tidaknya kenyataan- kenyataan tersebut dijadikan bahan bukti
adanya evolusi tergantung dari interpretasi para pakar yang bersangkutan.
Beberapa petunjuk adanya evolusi,
yaitu :
l. Peninggalan fosil di berbagai lapisan batuan bumi.
2. Anatomi perbandingan.
3. Adanya alat-alat tubuh yang tersisa.
4. Bukti biogeografi

3
5. Perbandingan fisiologi.
6. Embriologi perbandingan.
7. Variasi antar individu dalam satu keturunan.
8. Perbandingan genetik.
9. Petunjuk secara biokimia.
10. Bukti molekuler.

A. Fosil
Ketika mati, organisme semakin terdekomposisi dengan cepat atau
dikonsumsi hewan lain sehingga tak ada bukti permanen keberadaaannya.
Namun adakalanya beberapa organisme terpreservasi. Sisa atau jejak
organisme dari masa geologis lampau yang tertinggal pada bebatuan melalui
proses alami disebut fosil. Fosil sangat penting dalam pemahaman sejarah
evolusi kehidupan di bumi, sebab memberi bukti evolusi secara langsung dan
informasi detail tentang moyang organisme. Paleontologi adalah studi
kehidupan lampau berdasarkan rekaman fosil dan hubungnanya dengan
berbagai periode waktu geologis. Agar fosilisasi dapat terjadi, jejak atau sisa
organisme harus cepat terkubur sehingga menghindari krusakan karena iklim
dan dekomposisi. Struktur skeletal atau bagian keras lain dari organismee
merupakan bagian yang paling sering mengalami fosilisasi. Ada juga sisa fosil
yang berupa cetakan, atau jejak kaki organisme masa lampau.
1. Peninggalan Fosil di Berbagai Lapisan Bumi
Fosil merupakan makhluk hidup atau sebagian dari makhluk hidup yang
tertimbun oleh tanah, pasir, lumpur dan akhirnya membatu. Kadang- kadang
hanya berupa bekas-bekas organisme. Pada umumnya fosil yang telah
ditemukan terdapat dalam keadaan tidak utuh, yaitu hanya merupakan suatu
bagian atau beberapa bagian dari tubuh makhluk hidup. Hancurnya tubuh
makhluk hidup yang telah mati disebabkan pengaruh air, angin, bakteri
pembusuk, hewan-hewan pemakan bangkai dan lain-lain.

Fosil-fosil dapat ditemukan di berbagai macam lapisan bumi, sehingga

4
penentuan umurnya didasarkan atas umur lapisan yang mengandung fosil-fosil
itu. Umumnya fosil yang terdapat di lapisan yang paling dalam, mempunyai
umur yang lebih tua sedangkan umur fosil yang ditemukan pada lapisan yang
lebih atas mempunyai umur yang lebih muda. Dengan membandingkan fosil-
fosil yang ditemukan di berbagai lapisan bumi yaitu mulai sederetan fosil-fosil
yang telah ditemukan dalam lapisan batuan bumi dari yang tua sampai yang
muda, dapat disimpulkan bahwa keadaan lingkungan di masa lampau berbeda
dengan sekarang. Perubahan lingkungan tersebut terjadi secara bertahap dan
diikuti dengan penyesuaian diri organisme yang ada di dalamnya, sehingga
perubahan keadaan di bumi inn mengakibatkan terjadinya perubahan jenis-
jenis makhluk hidup yang terjadi secara berangsur-angsur, maka dapat
disimpulkan bahwa fosil merupakan petunjuk adanya evolusi.
Fosilisasi juga terjadi ketika cangkang atau tulang yang lengkap tertanam di
dalam lapisan sendimen di bawah permukaan air, kemudian meninggalkan
bekas bentukan atau cetakan dari organisme tersebut. Bentukan atau cetakan
tersebut merupakan fosil permukaan tubuh tiruan yang baik. Bentuk fosil yang
lain misalnya jejak kaki atau bekas kulit yang terbentuk pada lumpur basah
kemudian akhirnya mengeras menjadi batuan karang lunak.
Fosil dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Fosil biologis, merupakan fosil tubuh makhluk hidup, baik yang utuh
maupun yang tidak utuh.
2. Fosil sisa, atau tanda adanya kehidupan merupakan fosil yang berasal
bukan dari bagian tubuh makhluk hidup. Misalnya feses, jejak telapak
kaki, alat atau perkakas.Kegunaan fosil untuk evolusi adalah membantu
rekonstruksi kehidupan dimasa lalu.
Kelemahan Fosil
a. Rekaman fosil selalu tidak lengkap. Bagian yang menjadi fosil umumnya
adalah bagian yang keras seperti tulang, cangkang, dan gigi.
b. Urutan fosil tidak selalu menggambarkan urutan filogeni yang utuh. Ada
mata rantai yang hilang (missing link).

5
Contoh fosil yang dapat ditemukan secara lengkap sehingga dapat
menceritakan kembali urutan filogeni adalah :
 Archaeptra, yaitu bentuk antara reptilia purba dengan burung purba
 Seymoria, yaitu bentuk transisi antara amfibi purba dengan reptilia
purba
 Fosil kuda yang menggambarkan bentuk-bentuk transisi lengkap, sejak
dari Hyracotherium, Mesohippus, Pliohippus, dan Equus (kuda
modern).
2. Tokoh-tokoh yang Mempelajari Fosil
Beberapa tokoh yang telah mempelajari fosil yang berhubungan dengan
evolusi adalah :
1. Leonardo da Vinci (Itali, 1452-15190, Merupakan orang pertama yang
berpendapat bahwa fosil merupakan suatu bukti adanya makhluk hidup di
masa lampau.
2. George Cuvier (Perancis, 1769-1832), Ahli anatomi perbandingan, yang
mengadakan studi perbandingan antara fosil-fosil dari berbagai lapisan
bumi dengan makhluk hidup yang ada sekarang. Selanjutnya
menyimpulkan bahwa pada masa tertentu telah diciptakan makhluk hidup
yang berbeda dari masa ke masa (ataupada masa yang berbeda diciptakan
makhluk yang berbeda pula). Setiap masa diakhiri dengan kehancuran
alam, paham inidikenal dengan kataklisma.
3. Darwin. mengatakan bahwa makhluk-makhluk hidup yang terdapat pada
lapisan bumi tua mengadakan perubahan bentuk menyesuaikan dengan
lapisan bumi yang lebih muda. Oleh sebab itu, fosil pada lapisan lapisan
bumi yang lebih muda berbeda dengan fosil di lapisan bumi yang tua.
3. Fosil Kuda (Bukti Evolusi yang lengkap)
Evolusi pada kuda merupakan suatu contoh klasik evolusi morfologi, yang
sejarahnya ditelusuri dari catatan fosilnya sejak zaman Eosin (Eocene) di
Amerika Utara dan sedikit dari Eropa dan Asia. Fosil kuda termasuk cukup
lengkap, karena kuda hidup berkelompok dalam jumlah yang cukup besar,
sehingga meninggalkansejumlah besar fosil dari zaman ke zaman.

6
Evolusi kuda merupakan suatu contoh klasik yang datanya cukup lengkap.
Hal ini disebabkan oleh kuda hidup berkelompok dan cukup besar, sehingga
meninggalkan sejumlah besar fosil dari masa ke masa. Fosil kuda primitif
ditemukan dalam jumlah besar pada zaman Eosen 58 juta tahun yang lalu,
yaitu di Eropa dan Amerika Utara. Fosil kuda yang paling primitif adalah
dikenal dengan Eohippus. Ciri-ciri Eohippus berdasarkan rangkanya dapat
dideskripsikan kuda ini sebesar kucing/kancil dan tingginya hanya sekitar 30
cm, struktur gigi sebagai pemakan semak belukar, giginya berjumlah 22
pasang dengan gigi geraham yang terspesialisasi untuk menggiling
makanan.Dengan ukuran tubuh yang pendek sangat menguntungkan, karena
dapat menyelinap di antara semak belukar.
Hal ini ditunjukkan pula oleh pola gigi yang sesuai untuk menggigit
semak belukar dan bukan rumput. Kaki dengan beberapa jari ikut membantu
dalam mengais dan menggali akar-akar yang lunak. Pada masa berikutnya,
terjadi suatu perubahan pada permukaan bumi. Hutan menjadi berkurang dan
timbul padang rumput yang luas.Padang rumput merupakan biotop baru. Gigi
yang sebelumnya cocok untuk merabut semak belukar, tidak diperlukan lagi.
Kini diperlukansuatu gigi yang lebih lebar dan bermahkota email yang cukup
tebal untuk menggigit dan mengunyah rumput. Gigi tersebut sesuai
untukmengunyah rumput karena rumput mengandung kadar silikat yang
tinggi. Gigi seri melebar dan pipih untuk menggigit rumput. Gigi premolar
berubah bentuk menjadi molar/geraham. Gigi gerahammelebar untuk
menggantikan fungsi mengunyah menjadi menggiling. Perubahan gigi
mengakibatkan rahang bertambah lebar. Perubahan alat gerak diperlihatkan
pada bertambah panjangnya kaki, jumlah jari yang lebih sedikit, yang cocok
untuk kehidupan padang rumput. Kaki depannya terdiri dari empat jari dan
satu jari rudimen, sedang kaki belakangnya mempunyai tiga jari dan dua jari
rudimen. Bentuk jari tengah semakin panjang dan besar dari pada moyangnya.
Ujung jari setiap kaki ditutupi oleh kuku. Dengan berkurangnya jari, postur
tubuh yang lebih besar dan tengkorak memanjang yang lebih streamline, maka
hewan ini dapat berlari-lari lebih mudah dan lebih cepat.

7
Hal ini sangat diperlukan untuk menghindarkan diri dari predator.
Demikian pula volume otak bertambah besar dan juga bertambah kompleks.
Lebih jelasnya pada evolusi kuda terjadi perubahan sebagai berikut:
a. Pertambahan dalam ukuran yaitu ukuran tubuh kuda bertambah mulai dari
sebesar kancil menjadi sebesar kuda akutual sekarang.
b. Pemanjangan kaki depan dan belakang yakni kaki kuda yang relatif
sebanding dengan tubuhnya seperti proporsi tubuh kucing atau anjing.
c. Reduksi jari-jari lateral dan pembesaran jari tengah yakni mula- mula jari
kaki berjumlah »4 buah, kemudian tereduksi menjadi satu jari saja.
d. Punggung menjadi lurus dan datar yakni punggung yang miring melekuk
dengan bagian dada lebih tinggi menjadi datar.
e. Gigi seri melebar yakni gigi seri yang semula serupa gigi mamalia lainnya
menjadi lebar dan pipih untuk menggigit rumput.
f. Gigi premolar berubah bentuk menjadi molar yaitu gigi geraham melebar
semua menggantikan fungsi menguyah menjadi menggiling.
g. Pemanjangan dari tengkorak yakni tengkorak memanjang untuk memperoleh
bentuk kepala yang lebih ideal untuk menambah kecepatan berlari.
h. Pertambahan mahktota gigi dengan pertumbuhan bagian email. Sesuai
dengan fungsi dan jenis makanannya cara menggiling makanan
mengakibatkan mahkota gigi aus. Untuk menanggulangi kerusakan gigi,
maka bagian mahkota gigi cukup tebal untuk mengakomodasi keausan
sampai kudanya berusia 5 tahun.
i. Volume otak bertambah besar dan juga bertambah kompleks.
j. Rahang bertambah lebar untuk mengakomodasi perubahan gigi.

8
Gambar 1. Fosil kuda
Telah banyak fosil yang ditemukan dan menjadi petunjuk bagi para
peneliti tentang sejarah makhluk hidup. Contoh-contoh fosil yang telah ditemukan
adalah sebagai berikut.
a. Fosil sejenis domba berusia 2500 tahun.
b. Rayap berusia 30 juta tahun.
c. Fosil Crinoidea berusia 250 juta tahun.
d. Fosil tumbuhan paku yang berusia 265 juta tahun.
e. Berbagai tumbuhan yang berusia 150 juta tahun.
f. Fosil capung (Protolindenia wittei) berusia 150 juta tahun.
g. Fosil burung purba (Archeopteryx) yang menunjukkan adanya hubungan
berantai antara reptil aves.

Tumbuhan membatu berusia 150 juta tahun Domba berusia 2.500 tahun

9
Sisa fosil dari burung Archaeopteryx` Lalat dalam amber

B. Petunjuk alat tubuh yang tersisa (Rudimenter)


Pada manusia dan beberapa jenis hewan dapat dijumpai berbagai alat tubuh
yang tidak berfungsi. Alat tubuh pada manusia yang tersisa antara lain adalah:
- selaput mata pada sudut mata sebelah dalam
- otot-otot (penggerak) telinga
- gigi taring yang runcing
- buah dada pada laki-laki
- umbai cacing
- tulang ekor.
Contoh :
1. Pada manusia terdapat apendiks (usus buntu) yang merupakan sisa-sisa
rudimenter sebagaian usus besar yang benar-benar buntu, selaput mata
pada sudut mata sebelah dalam, tulang ekor, gigi taring yang runcing.
2. Rangka ular dari beberapa jenis memiliki organ vestigial yang berupa
tulang pelvis dan kaki yang diduga berasal dari nenek moyang

C. Bukti Molekuler
Evolusi melekuler merupakan merupakan proses evolusi yang terjadi pada
skala DNA, RNA, dan protein. Secara garis besar, evolusi molekuler ini
membahas mengenai RNA, DNA, analisis filogenik, dan evolusi
eukariot..Evolusi molekuler pada dasarnya menjelaskan dinamika perubahan

10
evolusi pada tingkat molekuler, bahasan pada evolusi molekuler itu meliputi
perubahan materi genetik (urutan DNA atau RNA) dan produknya serta rata-
rata dan pola perubahannya serta mengkaji pula sejarah evolusi organisme dan
makromolekul yang didukung data-data molekuler (filogeni molekuler) Di
samping kesamaan yang ditemukan pada struktur-struktur anatomi, para ahli
biokimia juga menemukan banyak kesamaan pada tingkatan molekuler.
Kenyataannya semua organsime hidup memiliki materi genetik (DNA) yang
hampir sama, mengunakan kode-kode genetik yang sama, dan memiliki
molekul berenergi tinggi (ATP). Sebagai materi genetik, DNA berfungsi mulai
dari perkembangan awal setiap organisme. Sejak diketahui bahwa transfer
sifat-sifat keturunan dan kontrol genetik melalui DNA, memberi kemajuan
yang efektif dan efisien, dan terjadi perubahan dimana seleksi alam tidak
banyak lagi disukai, tetapi beralih ke mekanisme hereditas.
Semua organisme hidup tersusun oleh kode genetik (DNA—
Dioksiribonukleotid Acid) yang sama. Kode genetik makhluk hidup tersusun
oleh gula ribosa, pospat, dan empat basa nitrogen yang saling berkombinasi
menghasilkan sifat-sifat fenotif yang berbeda. Kode genetik ini bersifat
universal. Melalui proses transkripsi dan tranlasi kode- kode genetik ini
diterjemahkan menjadi asam amino-asam amino yang menyusun protein.
Secara universal protein seluruh makhluk hidup ersusun oleh kombinasi 20
asam amino.
Kesamaan struktur protein menjadi perhatian khusus para ilmuan dalam
mem-pelajari evolusi. Para ahli biokimiawi menemukan urutan asam amino
dari molekul protein. Dari informasi ini, gen-gen dapat disusun karena
diketahui bahwa asam amino dalam protein, berhubungan dengan nukleotida-
nukleotida yang terdapat dalam molekul DNA. Hal ini memungkinkan studi
genetik dilakukan untuk mengkaji proses evolusi. Penelitian-penelitian di
bidang molekuler sangat menunjang perkembangan pengetahuan evolusi.
Kajian-kajian evolusi dewasa ini lebih banyak ditinjau dari segi biokimiawi,
genetika, dan molekuler.
 Bukti dari Genetika

11
Salah satu bukti terkuat keturunan yang sama berasal dari studi urutan
gen. Analisis urutan komparatif meneliti hubungan antara urutan DNA
berbagai spesies, menghasilkan beberapa bukti yang memperkuat hipotesis
orisinal Darwin mengenai keturunan yang sama. Bila hipotesis keturunan
yang sama benar, maka spesies sama dengan moyang yang sama akan
mewarisi urutan DNA moyang itu, dan juga mutasi-mutasi yang unik
dimiliki moyang itu. Spesies yang berkerabat dekat akan memiliki fraksi
urutan identik dan subtitusi bersama yang lebih besar dibanding spesies
yang berkerabat jauh.
Bukti sederhana namun paling kuat ditunjukkan dari rekonstruksi
filogenetik. Rekonstruksi semacam ini, terutama ketika dilakukan
menggunakan urutan protein yang tersusun lambat, seringkali cukup ampuh
dan dapat digunakan untuk merekonstruksi urutan gen dari mammoth,
neanderthal atau T.rex, sejarah evolusi dari organisme yang sudah punah.
Hubungan filogenetik juga diterapkan untuk berbagai elemen urutan yang
non fungsional, termasuk pengulangan, transposon, pseudogen dan mutasi
pada urutan-urutan pengkode protein yang tak menyebabkan perubahan
urutan asam amino. Walau sebagian kecil elemen ini nanti mungkin
diketahui mengandung fungsi, secara agregat mereka menunjukkan bahwa
identitas pasti adalah produk keturunan yang sama dan bukan fungsi yang
sama.
 Urutan DNA
Perbandingan urutan DNA memungkinkan organisme dikelompokkan
berdasar kemiripan urutan dan pohon filogenetik hasilnya sangat kongruen
dengan taksonomi trandisional dan sering digunakan untuk memperkuat
dan mengkoreksi klasifikasi taksonomi.
 Retrovirus endogen adalah urutan sisa pada genom yang tertinggal dari
infeksi virus di masa lalu dalam suatu organisme. Retrovirus selalu
diteruskan ke generasi selanjutnya dari organisasi terinfeksi. Ini membuat
virogen tertinggal pada genom. Karena kejadian ini jarang dan acak,

12
penemuan posisi kromosom identik suatu virogen pada dua spesies berbeda
menunjukkan bahwa mereka satu moyang.
 Protein
Bukti proteomik juga mendukung moyang universal kehidupan. Protein
vital seperti ribosom, DNA polimerase dan RNA polimerase, ditemukan
pada semua bakteri primitif hingga mamalia yang paling kompleks. Bagian
inti protein dipertahankan pada semua keturunan untuk melakukan fungsi
yang sama. Organisme tingkat tinggi telah berevolusi menghasilkan subunit
protein tambahan, sangat mempengaruhi regulasi dan interaksi
protein-protein dari inti.
 Pseudogen
Pseudogen disebut juga noncoding DNA, adalah DNA ekstra pada genom
yang tidak ditranskripsi menjadi RNA untuk mensintesis protein. Beberapa
dari noncoding DNA ini diketahui fungsinya, namun kebanyakan tidak
sehingga dikenal dengan nama DNA sampah. Pseudogen dapat dihasilkan
ketika suatu gen pengkode mengakumulasi mutasi yang mencegahnya untuk
ditranskripsi membuatnya non fungsional. Namun karena tak ditranskripsi,
gen ini dapat hilang tanpa mempengaruhi fitness, terkecuali ja memberikan
fungsi bermanfaat baru sebagai noncoding DNA. Pseudogen nonfungsional
dapat diwariskan ke spesies selanjtunya, menjadikan spesies ini disebut
sebagai keturunan dari spesies sebelumnya.
Contoh-Contoh Spesifik
a. Retrovirus Endogen pada Kucing
Kucing (Felidae) adalah satu contoh lain dari urutan virogen pada
keturunan yang sama. Pohon filogeni standar bagi felidae memiliki kucing
berukuran kecil (Felis chaus, Felis silverstris, Felis nigripes, dan Felis
catus) yang bercabang dari kucing besar seperti subfamili Pantherinae dan
karnivora lainnya. Fakta kucing kecil memiliki ERV, sedang kucing besar
tidak, menyiratkan gen disisipkan ke moyang kucing kecil setelah kucing
besar bercabang.

13
b. Kromosom 2 pada Manusia
Bukti bahwa Homo sapiens berevolusi dari moyang yang sama
dengan simpanse ditemukan melalui pembandingan jumlah kromosom
pada manusia terhadap semua anggota Hominidae lainnya. Semua
Homonidae (kecuali manusia) memiliki 24 pasang kromosom, manusia
hanya 23 pasang. Kromosom 2 manusia adalah hasil penggabungan ujung
ke ujung dari dua kromosom moyang.
c. Sitokrom
Contoh klasik bukti biokimia dari evolusi adalah varians dari protein
ubiguitous (artinya semua makhluk hidup memilikinya sebab melakukan
fungsi hidup yang sangat dasar) sitokrom c dalam makhluk hidup. Varians
sitokrom c dari berbagai organisme diukur dalam jumlah asam amino
pembedanya di mana tiap asam amino pembeda adalah hasil subtitusi
pasangan basa yakni mutasi. Jika setiap asam amino pembeda diasumsikan
sebagai hasil dari satu substitusi pasangan basa dapat dikalkulasikan kapan
di masa lalu kedua spesies ini berpisah dengan cara mengalikan banyaknya
substitusi pasangan basa dengan estimasi waktu yang dibutuhkan suatu
pasangan basa substitusi dari gen sitokrom c untuk berhasil diteruskan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Evolusi dapat dilihat dari dua segi, yaitu sebagai proses historis dan cara
bagaimana proses itu terjadi. Sebagai proses historis, evolusi telah dipastikan
secara menyeluruh dan lengkap. Bukti dan petunjuk terjadinya evolusi dapat
dilihat dari fakta sebagai berikut:

a. Fosil
b. Petunjuk-Petunjuk Dari Alat Tubuh Yang Tersisa (Rudimenter)
c. Bukti molekuler
B. Saran
Mengingat bukti dan petunjuk adanya evolusi masih sebatas teori dan
diperlukan perkembangan pembuktian lebih lanjut, maka memahami peristiwa
evolusi juga secara arif juga memperhatikan pernyataan ataupun teori yang
menentang bukti ataupun petunjuk adanya evolusi yang kami sampaikan di
sebelumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Widodo,Prof.H.Drs; Lestari, Umie Dr; Amin, Mohamad Dr agr. 2003, Panduan


Belajar Evolusi, Jurusan Biologi, FPMIPA, Universitas Negeri Malang
http://www.sarjanaku.com/2010/02/bukti-bukti-evolusi-variasi-genetika.html di
Akses pada 04 maret 2021
http://prestasiherfen.blogspot.com/2009/12/petunjuk-evolusi.html
Burnie, David. 2003. Evolusi. Jakarta: Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai