Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH EVOLUSI

TENTANG :

PETUNJUK ADANYA EVOLUSI

OLEH :

HILDA SALSABILA

1930106019

BIOLOGI 6A

DOSEN PENGAMPU :

Dr. DWI RINI KURNIA FITRI, M.Si

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia serta hidayahnya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tanpa adanya halangan yang berarti. Shalawat beserta salam tak lupa pula
penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita semua dari
alam kegelapan, kebodohan menuju alam yang terang benderang dengan ilmu
pengetahuan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membimbing dan turut membantu dalam penyelesaian makalah ini. Adapun
makalah ini penulis susun yakni untuk memenuhi tugas “EVOLUSI” sebagai salah satu
mata kuliah wajib yang harus dipenuhi pada Semester VI ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
baik segi isi makalah, penulisan, serta kalimat dan tata bahasanya. Oleh karena itu
penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca nantinya
sehingga dapat penulis jadikan pedoman untuk penulisan makalah yang lebih baik di
masa akan datang.

Dengan segala hormat, penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.

Batusangkar, 16 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

A. Latar Belakang ............................................................................................


B. Rumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan makalah ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................

A. Petunjuk-petunjuk adanya evolusi ............................................................

BAB III PENUTUP .................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evolusi dalam kajian biologi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu
populasi orgnisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Evolusi merupakan
salah satu kajian biologi yang menimbulkan teka-teki yang perlu diungkap, karena
ada juga yang menyebutkan evolusi merupakan teori dan adapula yang
menyebutkan evolusi fakta.
Selama lebih dari seratus tahun, argumen pro dan kontra terhadap teori evolusi
telah diteliti dan diperdebatkan. Untuk menunjukkan bukti-bukti bahwa proses
evolusi itu ada, dapat dilakukan pendekatan terhadap kenyataan/fakta yang ada di
sekitar kita. Para ahli berpendapat bahwa makhluk hidup selalu mengalami
perubahan secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama, dalam hitungan
jutaan tahun. Perubahan-perubahan itu dapat berjalan jauh menyimpang dari
struktur aslinya sehingga menimbulkan spesies baru. Jadi tumbuhan dan hewan
yang ada sekarang ini bukanlah makhluk hidup yang pertama menghuni bumi ini,
tetapi berasal dari makhluk hidup di masa lampau yang telah mengalami perubahan.
Sehingga muncul pula pertanyaan utama bagaimana perubahan-perubahan itu
terjadi?. Adanya hewan dan tumbuhan yang beranekaragam menumbuhkan
keinginan manusia untuk mengetahui nenek moyangnya. Dari berbagai proses
pengamatan, bukti yang ada, dan penelitian yang dilakukan para ahli, akhirnya
muncul suatu teori evolusi. Berdasarkan data atau petunjuk yang ada, makhluk
hidup (hewan dan tumbuhan) telah menghuni bumi jutaan tahun yang lampau.
Jenis-jenis yang hidup pada masa lampau tersebut berbeda dengan jenis yang hidup
pada masa sekarang ini. Bahkan beberapa jenis hewan dan tumbuhan purba saat ini
telah punah, tinggal fosilnya saja. Evolusi merupakan proses perubahan struktur
tubuh makhluk hidup yang berlangsung sangat lambat dan dalam kurun waktu yang
sangat lama. Evolusi berjalan terus sepanjang masa. Evolusi menyebabkan adanya
keanekaragaman makhluk hidup. Teori-teori ilmiah terbaru sering mendorong
banyak kontroversi. Kontroversi ini mempunyai pengaruh bermanfaat pada
kemajuan ilmiah, karenanya para ilmuan dengan pandangan-pandangan yang
berbeda bekerja secara intensif untuk menemukan bukti-bukti yang dapat
mendukung ide-ide mereka. Teori evolusi organik dan teori seleksi alam (natural
selection) Darwin melandasi setiap aktivitas mereka. Sebagai ilmuan, mereka
berusaha mencari data-data yang dapat mendukung ataupun dapat membuktikan
bahwa teori-teori terdahulu itu mungkin saja tidak benar. Bukti-bukti ilmiah
tertentu yang lebih dari 100 tahun terakhir mendukung pemikiran Darwin, dan
merupakan bagian-bagian khusus dari ilmu biologi antara lain yaitu bukti
biogeografi, bukti paleontologi, bukti anatomi perbandingan, bukti perbandingan
embriologi, dan bukti molekuler. Beberapa prinsip yang digunakan Darwin yang
dianggap dapat memberikan petunjuk adanya evolusi antara lain adanya variasi di
antara individu-individu dalam satu keturunan, adanya pengaruh penyebaran
geografi, ditemukannya fosil-fosil diberbagai lapisan batuan bumi yang
menunjukkan adanya perubahan secara berangsurangsur, adanya homology antara
organ system pada makhluk hidup, adanya data sebagai hasil studi mengenai
komparatif perkembangan embrio.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka adapun rumusan masalah yang dibahas
pada makalah ini Apa saja petunjuk atau bukti yang menunjukkan adanya evolusi?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui apa bukti atau
petunjuk adanya evolusi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Petunjuk Adanya Evolusi


Evolusi adalah perubahan ciri-ciri populasi yang berlangsung seiring waktu
(Mayr, 2010). Penemuan fosil merupakan salah satu sumber yang dijadikan bukti-
bukti evolusi. Penemuan fosil ditemukan di beberapa tempat di berbagai negara.
Manusia pertama kali berevolusi di Afrika timur sekitar 2,5 juta tahun yang lalu dari
satu genus kera yang lebih awal yang dinamakan Autralopithecus yang berarti kera
selatan (Harari. 2017). Penemuan bukti fosil juga ditemukan di Indonesia, tepat di
pulau Jawa ditemukan bukti fosil Homo Soloensis atau manusia dari lembah Solo.
Penemuan juga terjadi di Flores, yakni ditemukan spesies manusia yang bernama
Homo florensis yang mempunyai tinggi 1 meter dan mempunyai berat kurang lebih
25 kilogram. Homo florensis ini sudah mampu menghasilkan peralatan dari batu dan
bahkan kadang-kadang mereka berhasil berburu gajah-gajah di pulau tersebut. Asal
usul spesies beradasarkan ditemukannya fosil manusia. Fosil merupakan sisa-sisa
makhluk hidup yang telah membatu dalam kurun jutaan tahun yang lalu. Selain itu
juga ditemukannya spesies. Spesies kera yang berevolusi menjadi manusia zaman
dahulu seperti Pithecantropus erectus, manusia kera berdiri tegak yang fosilnya
berumur sekitar 400 ribu tahun, Homo neanderthelensis, manusia Neanderthal yang
fosilnya berumur kira-kira 100 ribu tahun (Kuniawati dkk. 2018).
Evolusi dapat dilihat dari dua segi, yaitu sebagai proses historis dan cara
bagaimana proses itu terjadi. Sebagai proses historis, evolusi telah dipastikan secara
menyeluruh dan lengkap, sebagaimana yang telah dipastikan oleh ilmu tentang suatu
kenyataan mengenai masa lalu yang tidak dapat disaksikan oleh mata. Untuk
menunjukkan bukti-bukti bahwa proses evolusi itu ada, kita dapat melakukan
pendekatan terhadap kenyataan yang ada. Kenyataan-kenyataan yang ada terus
diinterprestasikan oleh para ahli dan dijadikan bahan bukti evolusi. Para ahli
menggunakan bukti-bukti sebagai petunjuk evolusi dengan tujuan akhir ingin
mencari jawaban tentang fenomena alam, sebagaimana yang terdapat dalam buku
On The Origin Species karya Charles Darwin. Sebenarnya rambu-rambu untuk
mencari bukti telah ada dalam buku Darwin, sedangkan petunjuk adalah rambu-
rambu untuk memperoleh bukti, dengan alasan bahwa pendekatan monodisipliner
tidak dapat dijangkau atau dilihat dan fosil bukti tidak dapat dipakai bukti dan
kurang kuat. Hal ini karena fosil merupakan benda mati yang sudah tidak utuh dan
lengkap, sehingga interpretasi para ahli sangat dituntut ketajamannya. Apalagi
perilaku organisme yang telah memfosil sulit sekali diinterpretasi. Untuk
menunjukkan bukti-bukti bahwa proses evolusi itu ada, kita dapat melakukan
pendekatan terhadap kenyataan/fakta yang ada di sekitar kita. Walaupun dapat
tidaknya kenyataankenyataan tersebut dijadikan bahan bukti adanya evolusi
tergantung dari interpretasi para pakar yang bersangkutan.
Beberapa petunjuk adanya evolusi, yaitu :
1. Peninggalan fosil di berbagai lapisan batuan bumi
2. Anatomi perbandingan.
3. Adanya alat-alat tubuh yang tersisa.
4. Bukti biogeografi
5. Peristiwa domestikasi
6. Perbandingan fisiologi.
7. Embriologi perbandingan.
8. Variasi antar individu dalam satu keturunan.
9. Perbandingan genetik.
10. Petunjuk secara biokimia
11. Bukti molekuler.
B. Beberapa Petunjuk Adanya Evolusi
Ketika mati, organisme semakin terdekomposisi dengan cepat atau dikonsumsi
hewan lain sehingga tak ada bukti permanen keberadaaannya. Namun adakalanya
beberapa organisme terpreservasi. Sisa atau jejak organisme dari masa geologis
lampau yang tertinggal pada bebatuan melalui proses alami disebut fosil. Fosil
sangat penting dalam pemahaman sejarah evolusi kehidupan di bumi, sebab
memberi bukti evolusi secara langsung dan informasi detail tentang moyang
organisme. Paleontologi adalah studi kehidupan lampau berdasarkan rekaman fosil
dan hubungnanya dengan berbagai periode waktu geologis.
Agar fosilisasi dapat terjadi, jejak atau sisa organisme harus cepat terkubur
sehingga menghindari krusakan karena iklim dan dekomposisi. Struktur skeletal
atau bagian keras lain dari organismee merupakan bagian yang paling sering
mengalami fosilisasi. Ada juga sisa fosil yang berupa cetakan, atau jejak kaki
organisme masa lampau.
1. Peninggalan Fosil di Berbagai Lapisan Bumi
Fosil merupakan makhluk hidup atau sebagian dari makhluk hidup yang
tertimbun oleh tanah, pasir, lumpur dan akhirnya membatu. Kadang-kadang
hanya berupa bekas-bekas organisme. Pada umumnya fosil yang telah
ditemukan terdapat dalam keadaan tidak utuh, yaitu hanya merupakan suatu
bagian atau beberapa bagian dari tubuh makhluk hidup. Hancurnya tubuh
makhluk hidup yang telah mati disebabkan pengaruh air, angin, bakteri
pembusuk, hewan-hewan pemakan bangkai dan lain-lain. Fosil-fosil dapat
ditemukan di berbagai macam lapisan bumi, sehingga penentuan umurnya
didasarkan atas umur lapisan yang mengandung fosil-fosil itu.
Umumnya fosil yang terdapat di lapisan yang paling dalam, mempunyai
umur yang lebih tua sedangkan umur fosil yang ditemukan pada lapisan yang
lebih atas mempunyai umur yang lebih muda. Dengan membandingkan fosil-
fosil yang ditemukan di berbagai lapisan bumi yaitu mulai sederetan fosil-fosil
yang telah ditemukan dalam lapisan batuan bumi dari yang tua sampai yang
muda, dapat disimpulkan bahwa keadaan lingkungan di masa lampau berbeda
dengan sekarang. Perubahan lingkungan tersebut terjadi secara bertahap dan
diikuti dengan penyesuaian diri organisme yang ada di dalamnya, sehingga
perubahan keadaan di bumi ini mengakibatkan terjadinya perubahan jenis-jenis
makhluk hidup yang terjadi secara berangsur-angsur, maka dapat disimpulkan
bahwa fosil merupakan petunjuk adanya evolusi.
Fosilisasi juga terjadi ketika cangkang atau tulang yang lengkap tertanam
di dalam lapisan sendimen di bawah permukaan air, kemudian meninggalkan
bekas bentukan atau cetakan dari organisme tersebut. Bentukan atau cetakan
tersebut merupakan fosil permukaan tubuh tiruan yang baik. Bentuk fosil yang
lain misalnya jejak kaki atau bekas kulit yang terbentuk pada lumpur basah
kemudian akhirnya mengeras menjadi batuan karang lunak.
a. Tokoh-tokoh yang Mempelajari Fosil
Beberapa tokoh yang telah mempelajari fosil yang berhubungan dengan
evolusi adalah :
1) Leonardo da Vinci (Itali, 1452-15190, Merupakan orang pertama yang
berpendapat bahwa fosil merupakan suatu bukti adanya makhluk hidup
di masa lampau.
2) George Cuvier (Perancis, 1769-1832), Ahli anatomi perbandingan, yang
mengadakan studi perbandingan antara fosil-fosil dari berbagai lapisan
bumi dengan makhluk hidup yang ada sekarang. Selanjutnya
menyimpulkan bahwa pada masa tertentu telah diciptakan makhluk
hidup yang berbeda dari masa ke masa (atau pada masa yang berbeda
diciptakan makhluk yang berbeda pula). Setiap masa diakhiri dengan
kehancuran alam, paham ini dikenal dengan kataklisma.
3) Darwin. Darwin mengatakan bahwa makhluk-makhluk hidup yang
terdapat pada lapisan bumi tua mengadakan perubahan bentuk
menyesuaikan dengan lapisan bumi yang lebih muda. Oleh sebab itu,
fosil pada lapisan lapisan bumi yang lebih muda berbeda dengan fosil di
lapisan bumi yang tua.
b. Fosil Kuda (Bukti Evolusi yang lengkap)
Evolusi pada kuda merupakan suatu contoh klasik evolusi morfologi,
yang sejarahnya ditelusuri dari catatan fosilnya sejak zaman Eosin (Eocene)
di Amerika Utara dan sedikit dari Eropa dan Asia.
Fosil kuda termasuk cukup lengkap, karena kuda hidup berkelompok
dalam jumlah yang cukup besar, sehingga meninggalkan sejumlah besar fosil
dari zaman ke zaman. Evolusi kuda merupakan suatu contoh klasik yang
datanya cukup lengkap. Hal ini disebabkan oleh kuda hidup berkelompok
dan cukup besar, sehingga meninggalkan sejumlah besar fosil dari masa ke
masa.
Fosil kuda primitif ditemukan dalam jumlah besar pada zaman Eosen 58
juta tahun yang lalu, yaitu di Eropa dan Amerika Utara. Fosil kuda yang
paling primitif adalah dikenal dengan Eohippus. Ciri-ciri Eohippus
berdasarkan rangkanya dapat dideskripsikan kuda ini sebesar kucing/kancil
dan tingginya hanya sekitar 30 cm, struktur gigi sebagai pemakan semak
belukar, giginya berjumlah 22 pasang dengan gigi geraham yang
terspesialisasi untuk menggiling makanan. Dengan ukuran tubuh yang
pendek sangat menguntungkan, karena dapat menyelinap di antara semak
belukar. Hal ini ditunjukkan pula oleh pola gigi yang sesuai untuk menggigit
semak belukar dan bukan rumput. Kaki dengan beberapa jari ikut membantu
dalam mengais dan menggali akar-akar yang lunak. Pada masa berikutnya,
terjadi suatu perubahan pada permukaan bumi. Hutan menjadi berkurang
dan timbul padang rumput yang luas. Padang rumput merupakan biotop
baru. Gigi yang sebelumnya cocok untuk merabut semak belukar, tidak
diperlukan lagi. Kini diperlukan suatu gigi yang lebih lebar dan bermahkota
email yang cukup tebal untuk menggigit dan mengunyah rumput. Gigi
tersebut sesuai untuk mengunyah rumput karena rumput mengandung kadar
silikat yang tinggi. Gigi seri melebar dan pipih untuk menggigit rumput. Gigi
premolar berubah bentuk menjadi molar/geraham. Gigi geraham melebar
untuk menggantikan fungsi mengunyah menjadi menggiling. Perubahan gigi
mengakibatkan rahang bertambah lebar. Perubahan alat gerak diperlihatkan
pada bertambah panjangnya kaki, jumlah jari yang lebih sedikit, yang cocok
untuk kehidupan padang rumput. Kaki depannya terdiri dari empat jari dan
satu jari rudimen, sedang kaki belakangnya mempunyai tiga jari dan dua jari
rudimen. Bentuk jari tengah semakin panjang dan besar dari pada
moyangnya. Ujung jari setiap kaki ditutupi oleh kuku. Dengan berkurangnya
jari, postur tubuh yang lebih besar dan tengkorak memanjang yang lebih
streamline, maka hewan ini dapat berlari-lari lebih mudah dan lebih cepat.
Hal ini sangat diperlukan untuk menghindarkan diri dari predator. Demikian
pula volume otak bertambah besar dan juga bertambah kompleks.
Lebih jelasnya pada evolusi kuda terjadi perubahan sebagai berikut:
1) Pertambahan dalam ukuran yaitu ukuran tubuh kuda bertambah mulai
dari sebesar kancil menjadi sebesar kuda akutual sekarang.
2) Pemanjangan kaki depan dan belakang yakni kaki kuda yang relatif
sebanding dengan tubuhnya seperti proporsi tubuh kucing atau anjing.
3) Reduksi jari-jari lateral dan pembesaran jari tengah yakni mulamula jari
kaki berjumlah ¾ buah, kemudian tereduksi menjadi satu jari saja.
4) Punggung menjadi lurus dan datar yakni punggung yang miring melekuk
dengan bagian dada lebih tinggi menjadi datar.
5) Gigi seri melebar yakni gigi seri yang semula serupa gigi mamalia
lainnya menjadi lebar dan pipih untuk menggigit rumput.
6) Gigi premolar berubah bentuk menjadi molar yaitu gigi geraham melebar
semua menggantikan fungsi menguyah menjadi menggiling.
7) Pemanjangan dari tengkorak yakni tengkorak memanjang untuk
memperoleh bentuk kepala yang lebih ideal untuk menambah kecepatan
berlari.
8) Pertambahan mahktota gigi dengan pertumbuhan bagian email. Sesuai
dengan fungsi dan jenis makanannya cara menggiling makanan
mengakibatkan mahkota gigi aus. Untuk menanggulangi kerusakan gigi,
maka bagian mahkota gigi cukup tebal untuk mengakomodasi keausan
sampai kudanya berusia 5 tahun.
9) Volume otak bertambah besar dan juga bertambah kompleks.
10) Rahang bertambah lebar untuk mengakomodasi perubahan gigi.
2. Embriologi Perbandingan
Ditinjau dari perkembangan embrio pada hewan multiseluler, akan
dijumpai kenyataan bahwa perkembangan mulai dari zigot menunjukan bentuk
yang hampir sama. Misalnya perkembangan pada blastula, grastrula, namun
dalam perkembangan selanjut-nya berbeda satu dengan yang lain sehingga
bentuk dewasanya menjadi sangat berbeda. Contohnya perbedaan antara ikan,
salamander, kura-kura, ayam, babi, sapi, kelinci dan mansuia sungguh sangat
berbeda, namun semua dimulai dari blastula dan grastrula serta embrio yang
hampir sama. Semua anggota Vertebrata dalam perkembangan embrionya
menunjukkan adanya persamaan. Persamaan perkembangan embrio dimulai dari
tahap yakni peleburan sperma dengan ovum zigot pembelahan (cleavage)
morulla blastula gastrula tahap awal perkembangan embrio.
Mengenai perkembangan embrio Karl von Baer, menyatakan bahwa:
a. sifat-sifat umum muncul paling awal kemudian diikuti sifat-sifat khusus.
b. Perkembangan dimulai dari yang umum sekali, kemudian kurang umum, dan
akhirnya ke sifat-sifat yang khusus.
c. Hewan yang satu memisah secara progresif dari hewan yang lain.
d. Dalam perkembangannya hewan-hewan multiseluler bentuk embrionya
sama, tetapi kemudian pada saat dewasa bentuknya menjadi berbeda-beda.
Adanya persamaan perkembangan pada semua golongan Vertebrata, tersebut
menunjukkan adanya hubungan kekerabatan. Perkembangan individu mulai
dari sel telur dibuahi hingga individu itu mati disebut Ontogoni. Kalau kita
bandingkan dengan filogeni, yaitu sejarah perkembangan organisme dari
filum yang paling sederhana hingga yang paling sempurna, maka akan kita
lihat adanya kesesuaian. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa ontogeni
merupakan filogeni yang dipersingkat. Dengan kata lain, ontogeni
merupakan ulangan (rekapitulasi) dari filogeni.
3. Petunjuk Secara Biokimia
Kekerabatan antara berbagai jenis makhluk hidup dapat diuji secara
biokimia. Salah satu percobaan biokimia yang dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat kekerabatan berbagai organisme adalah uji presipitin oleh
Natael. Dasar percobaan ini adalah adanya presipitin atau endapan pada suatu
reaksi antigen-antibodi. Banyak sedikitnya endapan yang terbentuk dapat
digunakan untuk menentukan jauh dekatnya kekerabatan antara suatu organisme
yang satu dengan organisme yang lainnya.
Percobaan tersebut yakni kelinci disuntik dengan serum manusia berulang
kali. Selang beberapa waktu kemudian, serum kelinci diambil dan dianalisis.
Ternyata telah mengandung zat anti ini terbentuk karena adanya antigen yang
masuk, yaitu serum darah manusia.
Serum kelinci yang telah mengandung zat anti disuntikkan ke dalam
berbagai jenis makhluk hidup, berturut-turut manusia, gorila, orang hutan,
babon, kucing, anjing, banteng, dan lain-lain. Selang beberapa waktu, darah
manusia dan hewan-hewan yang disuntik dengan serum kelinci dianalisis
ternyata mengandung presipitin yang berbeda-beda kadarnya. Banyaknya
endapan ditentukan oleh jauh dekatnya kerabat antara kelinci dengan makhluk-
makhluk tersebut. Makin jauh kekerabatannya makin banyak presipitinnya.
4. Bukti Molekuler
Evolusi melekuler merupakan merupakan proses evolusi yang terjadi
pada skala DNA, RNA, dan protein. Secara garis besar, evolusi molekuler ini
membahas mengenai RNA, DNA, analisis filogenik, dan evolusi eukariot.
Evolusi molekuler muncul sebagai bidang ilmu pengetahuan pada tahun 1960-an
ketika peneliti dari bidang biologi molekuler, biologi evolusi, dan genetika
populasi berusaha memahami stuktur dan fungsi asam nukleat dan protein yang
baru ditemukan. Evolusi molekuler pada dasarnya menjelaskan dinamika
perubahan evolusi pada tingkat molekuler, bahasan pada evolusi molekuler itu
meliputi perubahan materi genetik (urutan DNA atau RNA) dan produknya serta
rata-rata dan pola perubahannya serta mengkaji pula sejarah evolusi organisme
dan makromolekul yang didukung data-data molekuler (filogeni molekuler).
Di samping kesamaan yang ditemukan pada struktur-struktur anatomi,
para ahli biokimia juga menemukan banyak kesamaan pada tingkatan molekuler.
Kenyataannya semua organsime hidup memiliki materi genetik (DNA) yang
hampir sama, mengunakan kode-kode genetik yang sama, dan memiliki molekul
berenergi tinggi (ATP). Sebagai materi genetik, DNA berfungsi mulai dari
perkembangan awal setiap organisme. Sejak diketahui bahwa transfer sifat-sifat
keturunan dan kontrol genetik melalui DNA, memberi kemajuan yang efektif
dan efisien, dan terjadi perubahan dimana seleksi alam tidak banyak lagi disukai,
tetapi beralih ke mekanisme hereditas.
Semua organisme hidup tersusun oleh kode genetik
(DNA=Dioksiribonukleotid Acid) yang sama. Kode genetik makhluk hidup
tersusun oleh gula ribosa, pospat, dan empat basa nitrogen yang saling
berkombinasi menghasilkan sifat-sifat fenotif yang berbeda. Kode genetik ini
bersifat universal. Melalui proses transkripsi dan tranlasi kode-kode genetik ini
diterjemahkan menjadi asam amino-asam amino yang menyusun protein. Secara
universal protein seluruh makhluk hidup tersusun oleh kombinasi 20 asam
amino.
Kesamaan struktur protein menjadi perhatian khusus para ilmuan dalam
mem-pelajari evolusi. Para ahli biokimiawi menemukan urutan asam amino dari
molekul protein. Dari informasi ini, gen-gen dapat disusun karena diketahui
bahwa asam amino dalam protein, berhubungan dengan nukleotida-nukleotida
yang terdapat dalam molekul DNA. Hal ini memungkinkan studi genetik
dilakukan untuk mengkaji proses evolusi. Penelitian-penelitian di bidang
molekuler sangat menunjang perkembangan pengetahuan evolusi. Kajian-kajian
evolusi dewasa ini lebih banyak ditinjau dari segi biokimiawi, genetika, dan
molekuler.
Dalam tinjauan molekuler, evolusi merupakan perubahan susunan
genetic pada generasi yang berurutan. Untuk mengetahui evolusi, sangat baik
untuk mengetahui tentang genetika dari populasi (population genetic). Penelitian
selama 30 tahun yang dilakukan oleh R.A. Fisher di Inggris dan S. Wright di
Amerika memperlihatkan bahwa evolusi tidak mengenai sebuah gen atau suatu
individu, tetapi melaui sekelompok gen atau sekumpulan individu yang disebut
populasi. Genetika individu selalu menyangkut konsep genotype yakni
konstitusi genetika pada individu. Dan jika kita katakan bahwa evolusi adalah
perubahan dalam komposisi genetis dari populasi, maka yang diartikan adalah
suatu perubahan dari frekuensi genetis di dalam seluruh gen (termasuk
plasmagen) yang dimiliki semua individu dalam populasi tersebut.

a. Bukti dari Genetika


Salah satu bukti terkuat keturunan yang sama berasal dari studi urutan
gen. Analisis urutan komparatif meneliti hubungan antara urutan DNA
berbagai spesies, menghasilkan beberapa bukti yang memperkuat hipotesis
orisinal Darwin mengenai keturunan yang sama. Bila hipotesis keturunan
yang sama benar, maka spesies sama dengan moyang yang sama akan
mewarisi urutan DNA moyang itu, dan juga mutasi-mutasi yang unik
dimiliki moyang itu. Spesies yang berkerabat dekat akan memiliki fraksi
urutan identik dan subtitusi bersama yang lebih besar dibanding spesies yang
berkerabat jauh.
Bukti sederhana namun paling kuat ditunjukkan dari rekonstruksi
filogenetik. Rekonstruksi semacam ini, terutama ketika dilakukan
menggunakan urutan protein yang tersusun lambat, seringkali cukup ampuh
dan dapat digunakan untuk merekonstruksi urutan gen dari mammoth,
neanderthal atau T.rex, sejarah evolusi dari organisme yang sudah punah.
Hubungan filogenetik juga diterapkan untuk berbagai elemen urutan
yang non fungsional, termasuk pengulangan, transposon, pseudogen dan
mutasi pada urutan-urutan pengkode protein yang tak menyebabkan
perubahan urutan asam amino. Walau sebagian kecil elemen ini nanti
mungkin diketahui mengandung fungsi, secara agregat mereka menunjukkan
bahwa identitas pasti adalah produk keturunan yang sama dan bukan fungsi
yang sama.
b. Organisasi Biokimia Universal dan Pola Variasi Molekuler
Semua organisme yang diketahui survive hingga sekarang memiliki
dasar proses biokimiawi yang sama, informasi geneti dikode sebagai asam
nukleat (DNA, atau RNA untuk virus), ditranskripsi menjadi RNA, lalu
ditranslasi menjadi protein (yaitu polimer asam amino) oleh ribosom yang
sangat terkonservasi. Mungkin yang paling jelas adalah Kode Genetik (tabel
translasi antara DNA dan asam amino) adalah sama pada hampir semua
organisme, yang berarti bahwa potongan DNA pada bakteri mengkode asam
amino sama seperti pada sel manusia. ATP dipakai sebagai energi bagi
semua makhluk hidup yang ada saat ini.
c. Urutan DNA
Perbandingan urutan DNA memungkinkan organisme dikelompokkan
berdasar kemiripan urutan dan pohon filogenetik hasilnya sangat kongruen
dengan taksonomi trandisional dan sering digunakan untuk memperkuat dan
mengkoreksi klasifikasi taksonomi.
Retrovirus endogen adalah urutan sisa pada genom yang tertinggal dari
infeksi virus di masa lalu dalam suatu organisme. Retrovirus selalu
diteruskan ke generasi selanjutnya dari organisasi terinfeksi. Ini membuat
virogen tertinggal pada genom. Karena kejadian ini jarang dan acak,
penemuan posisi kromosom identik suatu virogen pada dua spesies berbeda
menunjukkan bahwa mereka satu moyang.
d. Protein
Bukti proteomik juga mendukung moyang universal kehidupan. Protein
vital seperti ribosom, DNA polimerase dan RNA polimerase, ditemukan
pada semua bakteri primitif hingga mamalia yang paling kompleks. Bagian
inti protein dipertahankan pada semua keturunan untuk melakukan fungsi
yang sama. Organisme tingkat tinggi telah berevolusi menghasilkan subunit
protein tambahan, sangat mempengaruhi regulasi dan interaksi protein-
protein dari inti.
e. Pseudogen
Pseudogen disebut juga noncoding DNA, adalah DNA ekstra pada
genom yang tidak ditranskripsi menjadi RNA untuk mensintesis protein.
Beberapa dari noncoding DNA ini diketahui fungsinya, namun kebanyakan
tidak sehingga dikenal dengan nama DNA sampah. Pseudogen dapat
dihasilkan ketika suatu gen pengkode mengakumulasi mutasi yang
mencegahnya untuk ditranskripsi membuatnya non fungsional. Namun
karena tak ditranskripsi, gen ini dapat hilang tanpa mempengaruhi fitness,
terkecuali ia memberikan fungsi bermanfaat baru sebagai noncoding DNA.
Pseudogen nonfungsional dapat diwariskan ke spesies selanjtunya,
menjadikan spesies ini disebut sebagai keturunan dari spesies sebelumnya.
f. Mekanisme Lain
Banyak juga bukti molekulor untuk sejumlah mekasnisme lain untuk
perubahan evolusi yang besar diantaranya duplikasi genom dan gen, yang
membantu evolusi cepat dengan memberikan banyak materi genetik pada
saat tekanan seleksi tidak ada atau lemah, transfer gen horizontal, proses
transfer materi genetik ke sel lain yang bukan organisme anak,
memungkinkan spesies memperoleh gen yang bermanfaat satu sama lain dan
rekombinasi mampu mengatur kembali sejumlah besar alel yang berlainan
dan menciptakan isolasi reproduktif. Teori endosimbiotik menjelaskan asal
usul mitokondria dan platida yang merupakan organel sel eukariotik, sebagai
proses inkorporasi sel prokariot tua ke sel eukariot tua.
Contoh-Contoh Spesifik
a) Retrovirus Endogen pada Kucing
Kucing (Felidae) adalah satu contoh lain dari urutan virogen pada
keturunan yang sama. Pohon filogeni standar bagi felidae memiliki
kucing berukuran kecil (Felis chaus, Felis silverstris, Felis nigripes, dan
Felis catus) yang bercabang dari kucing besar seperti subfamili
Pantherinae dan karnivora lainnya. Fakta kucing kecil memiliki ERV,
sedang kucing besar tidak, menyiratkan gen disisipkan ke moyang
kucing kecil setelah kucing besar bercabang.
b) Kromosom 2 pada Manusia
Bukti bahwa Homo sapiens berevolusi dari moyang yang sama
dengan simpanse ditemukan melalui pembandingan jumlah kromosom
pada manusia terhadap semua anggota Hominidae lainnya. Semua
Homonidae (kecuali manusia) memiliki 24 pasang kromosom, manusia
hanya 23 pasang. Kromosom 2 manusia adalah hasil penggabungan
ujung ke ujung dari dua kromosom moyang.
c) Sitokrom
Contoh klasik bukti biokimia dari evolusi adalah varians dari
protein ubiquitous (artinya semua makhluk hidup memilikinya sebab ia
melakukan fungsi hidup yang sangat dasar) sitokrom c dalam makhluk
hidup. Varians sitokrom c dari berbagai organisme diukur dalam jumlah
asam amino pembedanya di mana tiap asam amino pembeda adalah
hasil subtitusi pasangan basa yakni mutasi. Jika setiap asam amino
pembeda diasumsikan sebagai hasil dari satu substitusi pasangan basa
dapat dikalkulasikan kapan di masa lalu kedua spesies ini berpisah
dengan cara mengalikan banyaknya substitusi pasangan basa dengan
estimasi waktu yang dibutuhkan suatu pasangan basa substitusi dari gen
sitokrom c untuk berhasil diteruskan. Sebagai contoh, jika waktu rata-
rata suatu pasangan basa dari gen sitokrom c untuk bermutasi adalah N
tahun, jumlah asam amino yang membentuk protein sitokrom c pada
monyet berbeda satu dari manusia, ini memberikan kesimpulan bahwa
dua spesies tersebut bercabang N tahun yang lalu.
d) Asal Mula Manusia Modern dari Afrika
Model matematika evolusi dirintis oleh Sewall Wright, Ronald
Fisher, dan J.B.S. Haldane dan dijabarkan melalui teori difusi oleh
Motoo Kimura, memungkinkan kita memprediksi struktur genetik dari
populasi yang berevolusi. Uji langsung struktur genetik populasi melalui
urutan DNA dapat memverifikasi banyak prediksi ini. misalnya teori
Out of Africa mengenai asal mula manusia, yang menyatakan bahwa
manusia modern berkembang di Afrika dan sejumlah kecil sub populasi
bermigrasi keluar (menjalani leher-botol populasi) menyiratkan bahwa
populasi modern seharusnya memperlihatkan jejak dari pola migrasi ini.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketika mati, organisme semakin terdekomposisi dengan cepat atau dikonsumsi
hewan lain sehingga tak ada bukti permanen keberadaaannya. Namun ada kalanya
beberapa organisme terpreservasi. Sisa atau jejak organisme dari masa geologis
lampau yang tertinggal pada bebatuan melalui proses alami disebut fosil.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya terdapat beberapa kesalahan baik itu dari
segi penulisan maupun segi isi, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar bisa dijadikan pedoman dalam penulisan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Jane B.R., Lawrence G.M 2003. Biologi. Jakarta : Erlangga

Iskandar, Djoko T. 2008. Evolusi. Jakarta : Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai