Anda di halaman 1dari 10

JURNAL BIOLOGICA SAMUDRA 5(1): 60 – 69 (2023)

DOI: https://doi.org/10.33059/jbs.v2i1.6200

JENIS TUMBUHAN PAKU TERESTRIAL


(Pteridophyta) DI KAWASAN UNIVERSITAS
TANJUNGPURA PONTIANAK KALIMANTAN
BARAT

TYPES OF TERRESTRIAL NAIL PLANTS


(Pteridophyta) IN THE TANJUNGPURA
UNIVERSITY AREA, PONTIANAK WEST
KALIMANTAN

Dolia Isa1, Masnur Turnip1, Riza Linda1


1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia

Received: 05 September 2022; Accepted: 10 Januari 2023; Published: 30 Juni 2023

KATA KUNCI Jenis Tumbuhan Paku Terestrial


KEYWORDS Types, Terrestrial Ferns

Tumbuhan paku teresterial merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki


ABSTRAK peranan penting dalam ekosistem pada Kawasan Universitas Tanjungpura.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tumbuhan paku teresterial di
kawasan Universitas Tanjungpura, Pontianak. Penelitian dilakukan dari
bulan April hingga Juni 2021. Metode yang digunakan dalam pengambilan
sampel adalah metode jelajah. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa
terdapat 12 jenis tumbuhan paku terestrial dari kelas Polypodiopsida yang
terbagi 9 famili yaitu Aspleniaceae, Athyriaceae, Blechnaceae, Denstaedtiaceae,
Lindsaeaceae, Nephrolepidaceae, Tectariaceae, Lygodiaceae, dan Selaginellaceae.
Spesies yang paling banyak ditemukan adalah anggota genus Nephrolepis,
yaitu; Nephrolepis biserrata, Nephrolepis cordifolia, dan Nephrolepis exaltata.

ABSTRACT Terrestrial ferns are a group of plants that have an important role in the ecosystem at
or to Tanjungpura University area. This study aims to determine the of terrestrial
ferns in the Tanjungpura University area, Pontianak. The study was conducted from
April to June 2021. The method used in sampling was the cruising method. The
results obtained showed that there were 12 species of terrestrial ferns from theclass
Polypodiopsida which were divided into 9 families, namely Aspleniaceae,
Athyriaceae, Blechnaceae, Denstaedtiaceae, Lindsaeaceae, Nephrolepidaceae,
Tectariaceae, Lygodiaceae, andSelaginellaceae. The most commonly found species are
members of the genus Nephrolepis, namely;Nephrolepis biserrata, Nephrolepis
cordifolia, and Nephrolepis exaltata.

Correspondence:
Email: isadolia150@gmail.com

Biologica Samudra Vol. 5, No. 1, Juni 2023 | 60


1. Pendahuluan
Indonesia secara geografis terletak di wilayah garis ekuator dan beriklim
tropis. Kondisi ini mempengaruhi tingkat keberagaman yang dominan (Purnomo,
2015). Tumbuhan paku memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. diperkirakan
mencapai 10.000 jenis, 3.000 jenis diantaranya tumbuh di Indonesia (Prihanta, 2001).
Tumbuhan paku berperanan penting dalam pembentukan humus, menjaga
permukaan tanah dari erosi, menjaga kelembaban dan merupakan tumbuhan pionir
pada tahap awal suksesi ekosistem hutan. Tumbuhan paku juga mepunyai nilai
ekonomis yang cukup tinggi pada keindahan sebagai tanaman hias (Rismunandar,
1991).
Pontianak merupakan ibu kota Kalimantan Barat memiliki luas wilayah ±
107,82 km2 dengan struktur tanah gambut. Pada umumnya, tanaman kelapa tidak
memerlukan persyaratan jenis tanah tertentu bagi pertumbuhannya. selama kondisi
tanah tersebut memenuhi syarat tumbuh bagi suatu tanaman pada tanah gambut.
Keadaan lingkungan yang didominasi lahan gambut dapat meningkatkan berbagai
jenis hayati yang ada pada Kota Pontianak, sebagai contoh tanaman kelapa Genjah.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat ± 600 m dari
permukaan laut (dpl) (Warisno, 2003).
Tumbuhan paku terestrial ini dapat tumbuh dan berkembang di berbagai
permukaan tanah. Tumbuhan paku terestrial dapat dijumpai tumbuh di dataran
tinggi dan dataran rendah. Tumbuhan paku pada daerah terbuka dapat hidup
berkelompok, soliter dan memanjat, ada beberapa jenis tumbuhan ini membentuk
belukar menutupi tanah-tanah kosong. Tumbuhan paku di dalam hutan untuk dapat
tumbuh dengan baik memerlukan naungan dan kelembaban yang tinggi (Lubis,
2009).
Penelitian terdahulu tentang tumbuhan paku terestrial oleh Yuliastuti (2013),
ditemukan ada 8 tipe tumbuhan paku yang terletak di Desa Bemban, Kawasan
Hutan Lindung Gunung Ambawang Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya. Ceri
et al. (2014) menyatakan bahwa ditemukan 11 jenis tumbuhan paku terrestrial. Betty
et al. (2015) pada Mangrove Muara Sungai Peniti Kecamatan Segedong Kabupaten
Pontianak. menambahkan bahwa terdapat 18 jenis tumbuhan paku terestrial di
Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak. Selain itu Wanira et al.
(2018) juga melaporkan bahwa terdapat 8 jenis tumbuhan paku terestrial di
Arboretum Sylva, Universitas Tanjungpura, Pontianak. Salah satu spesies yang
ditemukan yaitu Stenoclaena palustris. Stenoclaena palustris adalah salah satu spesies
yang tumbuh di daerah dataran rendah dan dataran tinggi, sehingga termasuk
dalam tumbuhan kosmopolit.
Universitas Tanjungpura merupakan kawasan lahan gambut yang sebagian
besar telah dilakukan pembangunan. Dimana Lahan gambut memiliki peran untuk
menjaga keseimbangan air. Pembangunan sarana dan prasarana yang dilakukan
diKawasan Universitas Tanjungpura dalam skala besar menyebabkan berkurangnya
lahan gambut. Hal ini berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan paku.

Biologica Samudra Vol. 5, No. 1, Juni 2023 | 61


Adanya pembangunan sarana dan prasarana menyebabkan terjadinya alih fungsi
lahan gambut di Kawasan Universitas Tanjungpura.
Menurut Juniardi, (2017), faktor yang paling besar pengaruhnya pada
perubahan neraca air kawasan adalah perubahan penutupan lahan dan perubahan
tata guna lahan. Perubahan akan semakin cepat terlihat pada kawasan yang sifat-
sifatnya sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan perpindahan air, misalnya
kawasan lahan gambut. Oleh karena itu, penelitian mengenai jenis-jenis tumbuhan
paku terestrial pada Kawasan Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan
Barat, sangat perlu dilakukan sehingga dapat mengetahui berbagai jenis tumbuhan
paku terestrial yang terdapat pada Kawasan Universitas Tanjungpura.

2. Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni 2021 pada
Kawasan Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat. Yang terdiri dari 9
Fakultas yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas
Teknik, Fakultas Ilmu Politik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pemdidikan, Falkutas
Matematika dan Pengetahuan Alam, Fakultas Kehutanan dan Fakultas Kedokteran
Identifikasi sampel jenis tumbuhan paku terestrial dilakukan di Laboratorium
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
Pontianak Kalimantan Barat.

Deskripsi Lokasi Penelitian

Universitas Tanjungpura terletak di Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,


Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kalimantan Barat. Batas
wilayah Universitas Tanjungpura berdasarkan data Bagian Umum Universitas
Tanjungpura (2016), bagian Utara berbatasan dengan Jalan Imam Bonjol Kelurahan
Bangka Belitung, Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bansir Darat, Barat
Berbatasan dengan Kelurahan Benua Melayu Darat dan Kelurahan Parit Tokaya,
Kecamatan Pontianak Selatan dan bagian Timur Berbatasan dengan Bangka Belitung
Laut.

Biologica Samudra Vol. 5, No. 1, Juni 2023 | 62


Gambar 1. Peta lokasi penelitian Kawasan Universitas Tanjungpura, Pontianak,
Kalimantan Barat.

Metode Pengambilan Sampel


Metode Pengambilan sampel dilakukan dengan metode jelajah (cruise method)
(Rugayah & Pratiwi, 2004). Pengambilan sampel tumbuhan paku terestrial dilakukan
secara langsung di sekitar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Kehutanan, Fakultas Ekonomi,
Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Fakultas Pertanian, dan Arboretum Kawasan Universitas Tanjungpura, Pontianak,
Kalimantan Barat. Sampel yangditemukan didokumentasikan (foto), kemudian
diberi keterangan (lokasi, tanggal, habitat, karakteristik morfologis), dan dibuat
herbarium.

Identifikasi Karakter Morfologi


Identifikasi dilakukan dengan melihat karakter morfologi tumbuhan paku
yang meliputi bagian akar (rizoiddan rizom), batang, daun (sporofil dan tropofil),
spora, tepi daun, letak kedudukan spora pada daun, bentuk daun heterofil atau
homofil, batang (rhizom), daun majemuk atau tidak, ada tidaknya bulu-bulu pada
tumbuhan paku, daun muda membentuk gulungan atau melingkar, dan memiliki
daun atau tidak. Apabila tidak ditemukan spora, maka identifikasi hanya dilakukan
dengan melihat karakter morfologi vegetatifnya saja. Jenis tumbuhan paku
diidentifikasi di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Pontianak. Identifikasi sampel dilakukan dengan mencocokan bagian-bagian
tumbuhan dengan menggunakan Buku Flora of Malaya (Holtum, 1967), Flora (Steenis
et al. 2005), dan Catalog of Life (Roskov et al. 2014, dan Hassler, 2019).

Analisis Data

Biologica Samudra Vol. 5, No. 1, Juni 2023 | 63


Data hasil penelitian dibuat secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.
Deskriptif data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian menggunakan
satu variabel atau lebih. Deskriptif data penelitian berdasarkan tampak morfologi
dari tumbuhan paku (Nasution, 2017).

3. HASIL

Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Pengamatan hasil penelitian yang dilakukan pada Kawasan Universitas


Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, terdapat 12 spesies dan terdiri dari 9
famili, dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel 4.1. Tumbuhan Paku Terestrial di Kawasan Universitas Tanjungpura


Pontianak
No. Kelas Famili Spesies Nama Habitat
Lokal
1. Polypodiopsida Aspleniaceae Aspleniumnidus Linn. Paku Tanah
Sarang
Burung
2. Polypodiopsida Athyriaceae Diplaziumesculentum (Retz) Sw. Pakis Tanah
Hijau atau lembab
Pakis
Sayur
3. Polypodiopsida Blechnaceae Stenochlaenapalustris (Burm. f.) Lemiding Rawa
Bedd. gambut
4. Polypodiopsida Dennstaedtiaceae Histiopteris incisa(Thunb.) J. Paku Tanah
Sm. Tulang
5. Polypodiopsida Lindsaeaceae LindsaeadoryphoraKramer Paku Tanah
Bening lembab
ternaungi
6. Polypodiopsida Nephrolepidaceae Nephrolepis biserrata(Sw.) Pakis Tanah
Schott. Uban
7. Polypodiopsida Nephrolepidaceae Nephrolepis cordifolia (L.) C. Paku Tanah
Presl. Sepat lembab
ternaungi
8. Polypodiopsida Nephrolepidaceae Nephrolepis exaltata (L.) Schott. Paku Tanah
Gunung lembab
9. Polypodiopsida Tectariaceae Heterogonium giganteum (Bl.) Paku Tanah
Holtt. Hijau lembab
ternaungi
10. Polypodiopsida Lygodiaceae Lygodiummicrophyllum (Cav.) Ribu-ribu Tanah
R. Br. Garege
Halus
11. Polypodiopsida Lygodiaceae Lygodiumcircinatum(Burm.f) Ribu-ribu Tanah
Sw. lembab
rawa
gambut

Biologica Samudra Vol. 5, No. 1, Juni 2023 | 64


12. Polypodiopsida Selaginellaceae Selaginellaplana (Desv. ex Poir.) Paku Tanah
Hieron. Rane lembab
ternaungi

4. Pembahasan
Pengamatan telah dilakukan pada Kawasan diperoleh 12 spesies (Tabel 4.1),
hanya ditemukan Kelas Polypodiopsida. Menurut Anonim (2021), KelasPolypodiopsida
merupakan kelompok tumbuhan paku sejati yang distribusinya luas dengan jumlah
paling banyak yaitu sekitar 9000 spesies jika dibandingkan dengan kelompok
tumbuhan paku lainnya.
Famili Nephrolepidaceae paling banyak ditemukan, yaitu Nephrolepis biserrata,
Nephrolepis cordifolia, dan Nephrolepis exaltata (Tabel 4.1). Menurut Yusuf (2009),
Famili Nephrolepidaceae merupakan tumbuhan paku yang tumbuh berkelompok,
dengan ciri batang pendek, daun majemuk, perakaran dikotom bebas dan entalnya
tegak, sorus terdapat di tepi daun bagian bawah.
Famili Aspleniaceae merupakan tumbuhan paku yang hanya memiliki satu
genus yaitu Asplenium, hidup di daerah terestrial dan epifit serta mempunyai
rimpang yang tegak, pendek hingga panjang merayap, dan daun monomorfik atau
jarang dimorfik. Famili Aspleniaceae biasanya memiliki sisik dan terkadang rambut,
tumbuhan paku ini hampir kosmopolit (Brownsey dan Perrie, 2018). Famili
Aspleniaceae memiliki daun tunggal atau majemuk, menyirip tunggal atau ganda
(Ranker dan Haufler, 2008). Sedangkan famili yang ditemukan hanya satu spesies
saja yaitu Athyriaceae, Blechnaceae, Dennstaedtiaceae, Lindsaeaceaa, Nephrolepidaceae,
Tectariaceae, dan Selaginellaceae ditemukan (Tabel 4.1). Genus Asplenium lebih dari 700
spesies, termasuk dalam subkosmopolitan di daerah tropis, sedang, dan daerah
subpolar dunia(Kramer dan Viane 1990).
Famili Dennstaedtiaceae adalah famili tumbuhan paku yang memiliki ukuran
yang sedang, terdapat pada daerah tropis. Hidup terestrial dengan rimpang yang
menjalar panjang. Famili Dennstaedtiaceae hanya ditemukan 1 spesies, yaitu
Histiopteris incisa. Genus Histiopteris memiliki sori disekitar tepi daun, pada pangkal
dan rimpang biasanya bersisik, helaian daun glabrous atau glaucous, dan anak daun
pertama (pinna) sesil. Histiopteris incisa mempunyai rimpang yang merayap panjang
diameter 1-7 mm, dengan batang yang timbul terpisah 25-130 mm, sisik warna coklat
pada pangkal batang, panjang daun 170-2200 mm, panjang batang 20-730 mm, daun
bulat telur atau elips, ujung daun meruncing, panjang daun 110-1480 mm, lebar daun
60-1250 mm (Brownsey dan Perrie, 2018).
Famili Blechnaceae adalah famili tumbuhan paku yang memiliki ukuran
sedang, kosmopolit atau endemik, banyak ditemukan di daerah tropis, terestrial dan
jarang yang epifit, rimpang tegak atau pendek sampai panjang merayap, bersisik,
berambut atau gundul, daun monomorfik atau dimorfik, helaian daun (lamina)
menyirip 1 atau 2, dan sporangia vertikal dengan annulus (Brownsey dan Perrie,
2021). Famili Blechnaceae hanya ditemukan 1 spesies, yaitu Stenochlaena palustris.

Biologica Samudra Vol. 5, No. 1, Juni 2023 | 65


Famili Athyriaceae adalah tumbuhan paku terestrial, famili dengan
keanekaragaman terbesar di daerah tropis, bersisik, berambut, rimpang tegak atau
merayap, batang beralur dan bersisik, helaian daun memiliki 2-3 anak daun pertama
bahkan ada yang 4 anak daun pertama, spora monolet. Salah satu spesies dari famili
Athyriaceae yang ditemukan di Kawasan Universitas Tanjungpura, yaituDiplazium
esculentum. Menurut Brownsey dan Perrie, (2018), Diplazium esculentum adalah
spesies yang tersebar luas di Asia tropis dan subtropis, memiliki rimpang pendek
dan tegak, dengan akar hitam dan kurus, yang menghasilkan tunas dengan
perkembangbiakan vegetatif, batang berwarna kuning ke coklat 270 mm, daun
hingga 500 mm, daun bulat telur, ujung daun meruncing, margin bergerigi. Selain itu
Diplazium esculentum juga pernah ditemukan di Dusun Sumbercandik Jember
(Ananda, 2018).
Famili Lindsaeaceae adalah tersebar luas di daerah tropis, tumbuhan terstrial,
rimpang pendek atau panjang, menjalar, batang berwarna merah ke coklat, sebagian
besar tidak memiliki rambut atau sisik (Brownsey dan Perrie, 2017). Famili ini juga
hanya ditemukan 1 spesies; Lindsaea doryphora. Genus Lindsaea hidup terestrial dan
jarang yang epifit, rimpang pendek atau panjang, merayap dan bersisik, daun
monomorfik atau dimorfik, helaian daun 1-4 anak daun (Brownsey dan Perrie, 2017).
Begitu pula dengan famili Lygodiaceae, Nephrolepidaceae, dan Selagillaceae, hanya
ditemukan satu spesies.

Ada 9 spesies yang terdapat pada penelitian Betty, (2015) di Hutan Dusun
Tauk, Kecamatan Air Besar, Kabupaten Landak. 8 spesies itu diantaranya;
Stenochlaena palustris, Histiopteris incisa, Lindsaea doryphora, Lygodium circinatum,
Lygodium microphyllum, Nephrolepis biserrata, Selaginella plana, dan Heterogonium
giganteum. Akan tetapi jika dilihat berdasarkan jumlah total yang diperoleh, lebih
banyak yang ditemukan oleh Betty et al. (2015) di Hutan Dusun Tauk.
Sedangkan hasil penelitian Yuliastuti et al. (2013) di Kawasan Hutan Lindung
Gunung Ambawang, Ceri et al. (2014) di Mangrove Muara Sungai Peniti dan Wanira
et al. (2018), lebih sedikit jumlah spesies yang ditemukan jika dibandingkan dengan
hasil yang diperoleh (Tabel 4.1). Faktor dan pembangunan di kawasan Universitas
Tanjungpura yang berpengaruh pada biodiversitas tumbuhan paku. Menurut
Suharna, (1993), menyatakan bahwa faktor lingkungan berbeda disetiap tempat. Hal
inilah yang menjadi salah satu penyebab ditemukan tumbuhan paku dalam jumlah
yang berbeda-beda. Selain itu juga kemampuan adaptasi tumbuhan.
Kawasan Universitas Tanjungpura adalah lahan gambut yang memiliki
potensi besar dalam pertumbuhan tumbuhan paku, mengingat kemampuan lahan
gambut dalam menjaga keseimbangan air. Tumbuhan paku tumbuh di lahan gambut
Eugenia mangobi, dan lahan gambut Shorea blangeran (Goldammer, 1999 dalam
Maulidia et al., 2019). Selain itu Kawasan Universitas Tanjungpura juga memiliki
faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tumbuhan
paku. Pengukuran dilokasi menunjukan kisaran 27-30°C. Menurut Nova, (2017), di

Biologica Samudra Vol. 5, No. 1, Juni 2023 | 66


daerah tropis berkisaran antara 13-27°C. (Musriadi, 2017). Kelembaban dilokasi
penelitian menunjukan kisaran 40-46%. (Surfiana, 2018).

5. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa terdapat 12 spesies tumbuhan paku terestrial,
Asplenium nidus, Diplazium esculentum, Stenochlaena palustris, Histiopteris incisa,
Lindsaea doryphora, Nephrolepis biserrata, N. exaltata, N. cordifolia, Heterogonium
giganteum, Lygodium microphyllum, L. circinatum, dan Selaginella plana. Semua jenis
yang ditemukan adalah anggota kelas Polypodiopsida. Ada 9 famili, Aspleniaceae,
Athyriaceae, Blechnaceae, Dennstaedtiaceae, Lindsaeaceae, Nephrolepidaceae, Tectariaceae,
Lygodiaceae, dan Selaginellaceae. Famili Nephrolepidaceae merupakan jumlah yang
paling banyak ditemukan, jika dibandingkan dengan famili lainnya.

Daftar Pustaka

Ananda J.R, 2018. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku Di Dusun


Sumbercandik Sebagai Sumber Belajar Biologi. Pendidikan Biologi, Universitas
Muhammadiyah.

Anonim, 2021 https://id.wikipedia.org/wiki/Polypodiopsida


(Diakses 26 Juli 2021)

Betty J, Linda R, Lovadi, I. 2015. Inventarisasi Jenis Paku-pakuan (Pteridophyta)


Terestrial di Hutan Dusun Tauk Kecamatan Air Besar Kabupaten Landak.
Jurnal Protobiont. Vol. 4, No. 1. Hal: 94-102.

Brownsey, P.J. & Perrie, L.R, 2017. Lindsaeaceae. In: Breitwieser, I. Wilton, A.D. Flora
of New Zealand-Ferns and Lycophytes. Fascicle 17. Manaaki Whenua Press,
Lincoln. http://dx.doi.org/10.7931/B1D59W.

Brownsey, P.J. & Perrie, L, R, 2018. Aspleniaceae. In: Breitwieser, I. Wilton. A.D. Flora
of New Zealand - Ferns and Lycophytes. Fascicle 18. Manaaki Whenua Press:
Lincoln. http://dx.doi.org/10.7931/B1562D.

Brownsey, P.J. & Perrie, L.R, 2018. Dennstaedtiaceae. In: Breitwieser, I. Wilton, A.D.
Flora of New Zealand - Ferns and Lycophytes. Fascicle 19. Manaaki Whenua Press:
Lincoln. http://dx.doi.org/10.7931/B11G9K.

Brownsey, P.J. & Perrie, L.R, 2018. Athyriaceae. In: Breitwieser, I. Wilton, A.D. Flora of
New Zealand-Ferns and Lycophytes. Fascicle 24. Manaaki Whenua Press, Lincoln.
http://dx.doi.org/10.7931/B1XC9M

Biologica Samudra Vol. 5, No. 1, Juni 2023 | 67


Brownsey, P.J. & Perrie, L.R, 2021. Blechnaceae. In: Breitwieser, I. (ed.) Flora of New
Zealand-Ferns and Lycophytes. Fascicle 29. Manaaki Whenua Press: Lincoln.
http://dx.doi.org/10.7931/c37p-g050.

Ceri B, Linda R, Lovadi, I. 2014. Keanekaragaman Jenis Paku-pakuan (Pteridophyta) di


Mangrove Muara Sungai Peniti Kecamatan Segedong Kabupaten Pontianak.
Jurnal Protobiont. Vol. 3, No. 2. Hal: 240 - 246.

Goldammer, J.G. 1999. Fire-induced conversion of a lowland tropical rainforest to


savanna in East Kalimantan, Indonesia. Science 284: 1782-1783.

Hassler, M, 2019. Species 2000 dan ITIS Catalog of Life. Netherlands. Naturalis Leiden.
ISSN: 2405-884X.www.catalogueoflife.org/annual-checklist/2019.

Holtum, RE, 1967. Flora of Malaya vol II (Fern of Malaya). Singapore Government
Printing Office (https://ia802606.us.archive.org/12/items/
floramalesiana01stee /floramalesiana01stee. pdf).

Jones, SB, & Luchsinger, AE, 1986, Plants Systematics, Mc Graw Hill, New York

Juniardi F, ST, MT. 2017. Kegiatan Pembangunan Pilot Project Implementasi


Perluasan dan Evaluasi Sekat Kanal (Studi Kasus Desa Rasau Jaya Ii,
Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat). Laporan
Akhir. Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia.

Kramer, K.U, & Viane, R. 1990. Aspleniaceae. In: Kramer, K.U. Green, P.S.
Pteridophytes andgymnosperms. Vol. 1. In: Kubitzki, K. (ed.) The Families and
Genera of Vascular Plants. Springer-Verlag, Berlin.

Lubis, 2009. Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata
Alam Taman Edan Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara. Sumatra
Utara. Tesis. Magister Sains dalam Program Studi Biologi Universitas Sumatra
Utara.

Nova A, 2017.Jenis-jenis Tumbuhan Paku di Kawasan Air Panas Sapan Maluluang


Kabupaten Selok Selatan.

Prihanta W, 2001. Identifikasi Tumbuhan Paku di Tepi Jalan Raya Piket Nol
Pronojiwo Lumajang, http://digilib.itb.ac.id.gdl.php.

Purnomo DW, Magandhi M, Kuswantoro F, Risna RA, Witono JR. 2015.


Pengembangan Koleksi Tumbuhan Kebun Raya Daerah dalam Kerangka
Strategi Konservasi Tumbuhan di Indonesia. Buletin Kebun Raya, Bali. 18 (2), p.
111-124.

Ranker TA, & Haufler.2008. Biologi and Evolution of Ferns and Lycophytes. Cambridge
University Press.

Biologica Samudra Vol. 5, No. 1, Juni 2023 | 68


Rismunandar, & Ekowati M, 1991. Tanaman Hias Paku-pakuan. Jakarta. Panebar
Swadaya.

Rugayah, W., & Pratiwi. 2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora.
Bogor. Pusat Penelitian Biologi LIPI.

Steenis, CGGJ, Hoed, G, dan Eyma, PJ. 2005. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Cetakan
Kesepuluh. Jakarta. Pradnya Paramita.

Surfiana, 2018. Keanekaragaman Tumbuhan paku (Pteridophyta) Berdasarkan


Ketinggian di Kawasan Ekosistem Danau Aneuk Laot Kota Sabang Sebagai
Referensi Praktikum Ekologi Tumbuhan. Skripsi. Banda Aceh: UIN Ar-Raniry.

Sutrisna, 1981. Analisis Vegetasi Hutan Hujan Tropika. Gadjah Mada University Press,
Yoygakarta.

Tjitrosoepomo, SS, 1983. Botani Umum Jilid1. Bandung. Angkasa.

Wanira A, Prayogo H, Tavita EG. 2018. Keanekaragaman Jenis Paku-pakuan


(Pteridophyta) Terestrial di Lingkungan Arboretum Sylva Universitas
Tanjungpura Pontianak. Jurnal Hutan Lestari. Vol. 6, No. 3.

Yuliastuti E, Herawatiningsih R, Wahdina, 2013. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan


Paku-Pakuan (Pteridophyta) di Desa Bemban Kawasan Hutan Lindung Gunung
Ambawang Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya.

Yusuf MAM, 2009. Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan


Cagar Alam Gebungan Kabupaten Semarang. Skripsi. Semarang. Universitas
Negeri Semarang.

Biologica Samudra Vol. 5, No. 1, Juni 2023 | 69

Anda mungkin juga menyukai