Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Biology Science & Education 2020 MUHAMMAD A’TOURROHMAN

Inventarisasi Dan Kajian Etnobotani Tanaman Akuatik Di Taman Akuatik


Kebun Raya Eka Karya Bali

Muhammad A’tourrohman1
1
Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Walisongo Semarang
1
Email: athoqsara11@gmail.com

Abstrak: Kebun Raya Eka Karya adalah kawasan konservasi ex situ yang berlokasi di
Cagar Biosfer Bali. Sebagai bagian dari Cagar Biosfer, Kebun Raya Eka Karya
memainkan peran penting dalam program konservasi, penelitian, pariwisata, dan
pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi jenis tanaman
akuatik yang ditemukan di Taman Akuatik Kebun Raya Eka Karya Bali dan Mempelajari
aspek-aspek etnobotani terkait pemanfaatan tanaman akuatik tersebut. Penelitian ini
menggunakan metode eksplorasi, dengan Taman Akuatik sebagai lokasi pengambilan dan
pengamatan sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman akuatik yang
ditemukan sebanyak 12 jenis tanaman yaitu Nasturtium officinale, Cyperus flabelliformis,
C. papyrus, Acorus calamus, Pontederia cordata, Echinodorus paleafolius, Eichhornia
crassipes, Nymphaea pubescens, Nymphoides indica, Zantedeschia aethiopica, Hydrilla
verticillata, dan Pistia stratiotes. Selain digunakan sebagai bahan pangan, fitoremediasi,
kerajinan tangan, dan tanaman hias, tanaman akuatik juga bermanfaat sebagai obat herbal
seperti obat anti radang, obat sariawan, diaforetik, diuretik, flu, sakit perut, demam, sakit
kepala, disentri, antimikroba, antioksidan, dan lain sebagainya. Cara pengolahan yang
dilakukan adalah dengan digerus, direbus, dikunyah, dikeringkan, dan dimakan langsung.

Kata Kunci: Tanaman Akuatik, Kebun Raya Eka Karya, Etnobotani

Abstract: Eka Karya Botanic Garden is an ex situ conservation area located in Bali's
Biosphere Reserve. As part of the biosphere reserve, the Eka Karya Botanical Garden
plays an important role in conservation, research, tourism and education programs. The
purpose of this study is to inventory the types of aquatic plants found in the Aquatic Park
of the Eka Karya Bali Botanic Garden and to reveal ethnobotanical aspects of the aquatic
plants. This study uses an exploration method, with Aquatic Park as a location for
sampling and observation. The results of the study showed that 12 aquatic plants were
found, namely Nasturtium officinale, Cyperus flabelliformis, C. papyrus, Acorus
calamus, Pontederia cordata, Echinodorus paleafolius, Eichhornia crassipes, Nymphaea
pubescens, Nymphoides indica, Zantedeschia aethiopica, Hydrilla verticillata, and Pistia
stratiotes. Besides being used as food, phytoremediation, handicraft, and ornamental
plants, aquatic plants are also useful as herbal medicines such as anti-inflammatory drugs,
mouth ulcers, diaphoretics, diuretics, flu, stomach ache, fever, headaches, dysentery,
antimicrobials, antioxidants, and so forth. The processing method is by grinding, boiling,
chewing, drying, and eaten directly.

Keywords: Aquatic Plants, Eka Karya Botanical Garden, Ethnobotany

BIOLOGI SEL (vol 9 no 1 edisi jUN-JUL 2020 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 1
Jurnal Biology Science & Education 2020 MUHAMMAD A’TOURROHMAN

Indonesia sebagai negara megabiodiversitas memiliki tingkat keanekaragaman hayati


yang sangat tinggi dan menduduki urutan kedua setelah Brazil. Salah satu
keanekaragaman hayati yang melimpah dan tersebar di wilayah Indonesia adalah tanaman
akuatik (aquatic plants), dimana Kebun Raya Eka Karya Bali termasuk salah satu
lembaga yang mengkonservasinya. Kebun Raya Eka Karya Bali sebagai kawasan
konservasi didalamnya terdapat 1420 jenis tumbuhan yang dikelompokkan ke dalam 677
marga dan 160 suku (Siregar et al.,2004). Kebun Raya Eka Karya terletak di Cagar
Biosfer Bali yang memiliki luas 157,5 ha dan terletak pada ketinggian 1.250–1.450 mdpl.
Kebun Raya Eka Karya memiliki empat fungsi yaitu konservasi, pariwisata, pendidikan
lingkungan, dan penelitian. Kebun Raya Eka Karya memiliki taman akuatik yang di
dalamnya terdapat berbagai jenis spesies tanaman akuatik.
Tanaman akuatik merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan di dalam
air yang berfungsi sebagai produsen penghasil energi pada suatu ekosistem. Tanaman
akuatik terbagi menjadi beberapa jenis: Submersed plants, yaitu tanaman yang akarnya
tumbuh di dasar perairan melewati permukaan dengan ciri bunga atau tangkai bunga
muncul ke permukaan., Free floating plants, yaitu tanaman air yang hidup mengapung di
permukaan dengan akar di dasar perairan, biasanya tumbuh pada perairan yang kaya
nutrisi., Rooted floating plants, yaitu tanaman air yang memiliki batang di bawah
permukaan dengan sistem pertunasan, biasanya daun dan bunga mengapung di dasar
perairan dengan kedalaman perairan 4-5 kaki., dan Emergent plants yaitu tanaman tepi
atau disebut juga sebagai marginal plants dengan ciri umum sistem perakaran yang berada
di atas permukaan air (Nurdiana, 2013).
Peran tanaman akuatik di dalam ekosistem sebagai produsen membentuk dasar
rantai makanan. Selain itu, juga berfungsi memberikan tempat perlindungan sekaligus
habitat bagi ikan, unggas dan kehidupan liar lainnya. Dalam kehidupan manusia tanaman
akuatik bermanfaat sebagai tanaman hias, sayuran, dan agen lingkungan (fitoremediasi).
Kajian mengenai fitoremediasi dari tanaman akuatik sudah banyak dilakukan seperti
Zumani et al., (2015) yang mengungkapkan bahwa eceng gondok (Eichhornia crassipes
Mart. Solms) dapat mengurangi kadar limbah logam berat Cd (Kadmium) dari 2 ppm
menjadi 0,01 ppm.
Penelitian mengenai inventarisasi tumbuhan di Kebun Raya Eka Karya sudah
banyak dilakukan seperti Warseno (2015) yang mendapatkan data tanaman langka
sebanyak 8 marga. Tirta & Sutomo (2014) menginventarisasi tanaman anggrek dan
terdapat 34 jenis anggrek yang termasuk dalam 14 marga dengan marga Bulbophyllum
memiliki jumlah jenis terbanyak. Selain itu, Djarwaningsih (2016) mendapatkan data dari
hasil inventarisasinya yaitu, Euphorbiceae 14 jenis, Phyllanthaceae 11 jenis dan
Putranjivaceae 1 jenis. Namun, belum ada penelitian yang menginventarisasi tanaman
akuatiknya. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi
jenis tanaman akuatik yang ditemukan di Taman Akuatik Kebun Raya Eka Karya Bali
dan mempelajari aspek-aspek etnobotani terkait pemanfaatan tanaman akuatik tersebut.
BIOLOGI SEL (vol 9 no 1 edisi jUN-JUL 2020 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 2
Jurnal Biology Science & Education 2020 MUHAMMAD A’TOURROHMAN

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi keberadaan tanaman akuatik


yang hidup di Kebun Raya Eka Karya Bali baik yang liar ataupun dikoleksi sebagai dasar
untuk pemanfaatan dan pengelolaan berkelanjutan sebagai upaya pelestarian ekosistem
perairan di Kebun Raya Eka Karya Bali.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2019 dan difokuskan pada Taman Akuatik di
Kebun Raya Eka Karya Bali (Gambar 1). Pada Taman Akuatik terdapat kolam sebagai
habitat dari tanaman akuatik. Kolam terletak di samping Rumah Kaca Kaktus, berjarak
sekitar 850 meter dari Gerbang Utama. Koleksi tanaman akuatik ditata dalam dua kolam
yang bersebelahan. Kolam tersebut dilengkapi dengan berbagai ornamen penghias taman
seperti batu-batuan, berbagai bentuk pot dan pancuran bambu yang akan menimbulkan
suara berirama. Koleksi ditata sesuai dengan habitusnya sehingga seperti membentuk
suatu populasi tertentu.

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel

Taman Akuatik di Kebun Raya Eka Karya merupakan taman yang tidak begitu
luas dibanding dengan taman-taman lainnya. Walaupun tidak begitu luas, kolam di
Taman Akuatik sudah memiliki struktur ekosistem yang kompleks. Hal inilah yang

BIOLOGI SEL (vol 9 no 1 edisi jUN-JUL 2020 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 3
Jurnal Biology Science & Education 2020 MUHAMMAD A’TOURROHMAN

mendukung pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman akuatik di Taman Akuatik


tersebut.
Pengambilan data tanaman akuatik
Pengumpulan data tanaman akuatik dilakukan dengan metode eksploratif atau
penjelajahan (Nurdiana, 2013). Jenis-jenis yang ditemukan kemudian dilakukan
identifikasi dan data yang dicatat adalah lokasi pengambilan, tempat tumbuh, dan nama
lokal. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera
(Handphone Vivo Y91), buku identifikasi Flora of Malaya (Holtum, 1967) dan
Taksonomi Tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2003). Dalam penelitian ini tidak dilakukan
pembuatan herbarium.
Metode dan analisis data
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif deskripif. Kajian
etnobotani dilakukan dengan wawancara semi struktur kepada pengelola Kebun Raya Eka
Karya dan lengkapi dengan studi literatur menggunakan sumber-sumber artikel ilmiah,
buku, atau media lainnya. Data dianalisis secara deskriptif dan pendekatan lebih
mengarah kepada etnobotani medical.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan 12 jenis tanaman akuatik yang tersebar
di Taman Akuatik Kebun Raya Eka Karya (Tabel 1). Famili terbanyak yang ditemukan
yaitu Cyperaceae dan Araceae. Hasil pengamatan didokumentasikan menggunakan
kamera handphone Vivo Y91.
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Jenis-Jenis Tanaman Akuatik
No Suku Nama Ilmiah Nama Lokal Manfaat
1. Nymphaeaceae Nymphaea pubescens Teratai Merah Tanaman Hias, Obat
Willd. Muda
2. Pontederiaceae Pontederia cordata L. Pandan Air Tanaman Hias,
Fitoremediasi
3. Cyperaceae Cyperus papyrus L. Papirus Tanaman Hias, Obat
4. Cyperaceae Cyperus flabelliformis Payung Sedotan Tanaman Hias, Obat
Rottb.
5. Araceae Zantedeschia Kala Lili Tanaman Hias, Obat
aethiopica Spreng.
6. Menyanthaceae Nymphoides indica Bunga Tetepok Tanaman Hias, Obat
(L.) Kuntze
7. Acoraceae Acorus calamus L. Dlingo Obat
8. Pontederiaceae Eichhornia crassipes Eceng Gondok Kerajinan,
Solms Fitoremediasi, Obat
9. Araceae Pistia stratiotes L. Apu-Apu Fitoremediasi, Obat

BIOLOGI SEL (vol 9 no 1 edisi jUN-JUL 2020 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 4
Jurnal Biology Science & Education 2020 MUHAMMAD A’TOURROHMAN

10. Hydrocharitaceae Hydrilla verticillata Hydrila Fitoremediasi


(L.f.) Royle
11. Alismataceae Echinodorus Melati Air Tanaman Hias,
palaefolius J.F.Macbr. Fitoremediasi
12. Brassicaceae Nasturtium officinale Selada Air Tanaman Hias, Obat
W.T.Aiton

Tanaman akuatik yang terdapat di Taman Akuatik Kebun Raya Eka Karya ini
termasuk memiliki tingkat keragaman yang tinggi. Tingginya keragaman dari tanaman
akuatik ini menunjukkan bahwa komponen ekosistem kolam di Taman Akuatik terjaga
dengan baik dan membentuk ekosistem homeostatis. Kondisi ekosistem di Taman
Akuatik bisa mengalami ketidakseimbangan apabila terdapat gangguan. Menurut (Barko
et al., 1986) perubahan di ekosistem dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mengganggu
kondisi homeostasisnya. Faktor pengganggu keseimbangan ekosistem meliputi faktor
alam dan faktor perilaku manusia.
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat variasi tanaman akuatik yang tumbuh di
Taman Akuatik. Variasi jenis tanaman akuatik yang ditemukan di Taman Akuatik Kebun
Raya Eka Karya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan (Barko et al., 1986) bahwa beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi
produktivitas, distribusi dan komposisi makrofita, di antaranya cahaya, suhu air,
komposisi sedimen dan ketersediaan karbon organik.
Tanaman akuatik yang berjumlah 12 jenis di Taman Akuatik Kebun Raya Eka
Karya Bali, H. verticillata termasuk kedalam submersed plants karena lokasi ini
merupakan kolam tanpa arus yang memungkinkan substrat terkonsentrasi di dasar
perairan. Namun, ada juga jenis tanaman yang termasuk emergent plants seperti C.
papyrus, C. flabelliformis, E. paleafolius, A. calamus, Z. aethiopica, P. cordata,
Eichhornia crassipes, dan Nasturitum officinale. Jenis tanaman yang termasuk rooted
floating plants yang ditemukan antara lain Pistia stratiotes, N. pubescens, dan N. indica.
Tanaman akuatik yang terdapat di Taman Akuatik Kebun Raya Eka Karya umumnya
merupakan tanaman koleksi seperti Nymphaea pubescens, Z. aethiopica, N. indica, A.
calamus, E. paleafolius, Nasturtium officinale, dan P. cordata. Namun ada juga yang
hidup secara liar seperti Eichhornia crassipes, Pistia stratiotes, H. verticilata, biasanya
banyak ditemukan secara liar di area perairan baik saluran air, maupun kolam. Tanaman
akuatik liar ada yang berpotensi invasif antara lain H. verticillata, Eichhornia crassipes,
dan Nasturtium officinale. Tumbuhan air yang bersifat invasif memberikan dampak buruk
pada lingkungan seperti menghambat saluran air, saluran irigasi, dan mengurangi estetika
dan nilai pariwisata perairan (Nurdiana, 2013).
Pola pemanfaatan tanaman akuatik yang sudah dilakukan oleh masyarakat sekitar
adalah sebagai bahan pangan seperti H. verticillata, Nasturtium officinale. Biasanya
Nasturtium officinale digunakan sebagai lalapan oleh masyarakat sekitar. Sedangkan H.

BIOLOGI SEL (vol 9 no 1 edisi jUN-JUL 2020 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 5
Jurnal Biology Science & Education 2020 MUHAMMAD A’TOURROHMAN

verticilata sebagai bahan pangan untuk ikan. Kandungan H. verticillata berupa protein
dan karbohidrat yang cukup tinggi, berdampak baik untuk kesehatan. Tanaman hias juga
banyak menggunakan tanaman akuatik antara lain Nasturtium officinale, C. papyrus,
Cyperus flabelliformis, Nymphoides indica, P. cordata, E. paleafolius, Z. aethiopica, dan
N. pubescens. Tanaman hias yang menggunakan tanaman akuatik kebanyakan untuk
menghias kolam ikan dan sebagai pajangan di ruang tamu. Selain karena warna bunga
dan bentuk daunnya yang indah, tanaman akuatik mudah untuk ditanam sehingga banyak
masyarakat yang memanfaatkannya sebagai tanaman hias.
Selain itu, tanaman akuatik juga berpotensi sebagai tanaman fitoremediasi limbah
logam berat seperi Pb (timbal), Cd (kadmium), Cr (kromium), dan juga limbah rumah
tangga maupun limbah industri. Eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan melati air
(Echinodorus palaefolius) merupakan tanaman akuatik yang berperan dalam
mengakumulasi limbah logam dalam konsentrasi tinggi (hiperakumulator). Eceng
gondok dapat mengakumulasi limbah logam Pb, Cd, dan limbah industri tahu (Sungkowo
et al., 2015). Eceng gondok juga dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan yang
sudah banyak dipasarkan sebagai buah tangan ketika berkunjung ke Bali. Melati air dalam
penelitian Caroline & Moa (2015) dapat menyerap logam Pb dari reaktor limbah 4,87
mg/kg dengan persentase penyisihan 81,72%. Selain mengakumulasi Pb, melati air juga
dapat mengakumulasi limbah Cr (Safarrida et al., 2015). Apu-apu (Pistia stratiotes) juga
berperan sebagai bioremediasi limbah logam Pb (Perwitasari et al., 2018).
Pemanfaatan lain tanaman akuatik yaitu sebagai bahan obat-obatan tradisional.
Berdasarkan hasil wawancara dan studi literatur ada 10 jenis tanaman akuatik yang
berpotensi sebagai obat yaitu Nasturtium officinale, Cyperus flabelliformis, Cyperus
papyrus, Acorus calamus, Echinodorus paleafolius, Eichhornia crassipes, Nymphaea
pubescens, Nymphoides indica, Zantedeschia aethiopica, dan Pistia stratiotes. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pemanfaatan tanaman akuatik oleh masyarakat
berupa obat-obatan yang dapat dilihat pada Gambar 2. Berikut akan dideskripsikan
mengenai jenis tanaman akuatik yang bermanfaat sebagai obat.

BIOLOGI SEL (vol 9 no 1 edisi jUN-JUL 2020 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 6
Jurnal Biology Science & Education 2020 MUHAMMAD A’TOURROHMAN

PE MA NFA ATA N TA NA MA N A KUAT I K


Tanaman Hias Bahan Pangan Fitoremediasi Obat Kerajinan

10
8

5
2

1
Gambar 2. Perbandingan pemanfaatan tanaman akuatik

Nasturtium officinale dimanfaatkan sebagai antioksidan dan daunnya dapat


mengobati iritasi pada kulit (Shahani et al., 2017). Pengobatan iritasi kulit dapat diobati
menggunakan hasil tumbukan dari daun Nasturtium officinale. N. officinale merupakan
sumber alami antioksidan yang berharga dan tampaknya dapat diterapkan dalam
kedokteran dan industri makanan. Hasil uji fitokimia menunjukkan adanya triterpen,
steroid, flavonoid, fenilpropanoid, dan saponin pada N. officinale (Boligon et al., 2013).
C. flabelliformis dan C. papyrus menurut Hamed (2012) sejak zaman mesir kuno sudah
dimanfaatkan sebagai bahan obat herbal dan duji fitokimianya termasuk tanaman
antioksidan.
Dlingo atau Jeringau (Acorus calamus) juga telah dimanfaatkan sebagai bahan
obat. Salah satunya dimanfaatkan sebagai antimikroba penghambat pertumbuhan
Candida albicans dengan konsentrasi hambat minimum (KHM) sebesar 0,5% (Susanti,
2016). Dlingo juga dimanfaatkan untuk mengobati stres dalam dosis rendah karena
memiliki kandungan senyawa bioaktif asaron (Oktora & Kumala, 2006). Selain itu,
kepercayaan masyarakat sekitar menggunakan rebusan daun Dlingo untuk mengobati
gatal dan demam. Pontederia cordata (Pandan Air) menurut Moore et al. (2015)
mengandung kadar asam oksalat tinggi, sehingga jika dikonsumsi secara langsung dapat
mengakibatkan iritasi saluran pencernaan, pembengkakan tenggorokan, dan gagal ginjal.
Perlu kajian lebih mendalam untuk mengetahui kandungan metablit sekunder yang
bermanfaat sebagai obat. Pandan air juga sudah banyak digunakan sebagai tanaman
Floating Treatment Wetland (FTW).
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) selain sebagai tanaman fotoremediasi juga
masuk dalam tanaman berkhasiat obat, namun belum banyak diaplikasikan oleh
masyarakat. Kandungan dari eceng gondok meliputi saponin, polifenol, karoten, protein,
zat besi, magnesium, kalsium, dan dalam skrining fitokimianya eceng gondok bersifat

BIOLOGI SEL (vol 9 no 1 edisi jUN-JUL 2020 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 7
Jurnal Biology Science & Education 2020 MUHAMMAD A’TOURROHMAN

sebagai antibakteri. Nymphaea pubescens selain sebagai tanaman hias kolam juga
digunakan sebagai antimikroba dan daunnya bisa digunakan untuk menyembuhkan sakit
kepala. Air rebusan daunnya digunakan untuk mengobati demam dan disentri
(Dalimartha, 2009). Zantedeschia aethiopica sudah banyak dimanfaatkan sebagai obat
herbal. Daun, akar dan rimpangnya bisa melawan 33 penyakit antara lain untuk obat
bisul, luka bakar, asam urat, peradangan, gigitan serangga, rematik, asma, pilek, flu, sakit
kepala, sakit perut, infeksi, infertilitas, masalah pernapasan, dan sakit tenggorokan
(Maroyi, 2019). Pistia stratiotes mengandung flavonoid, steroid, glikosida, dan alkaloid.
Daun tanaman Apu-Apu berkhasiat sebagai obat rematik, obat anti radang, diaforetik dan
diuretik (Sahu et al., 2009). Perlakuan untuk memanfaatkan tanaman akuatik dilakukan
dengan berbagai cara seperti digerus, direbus, dikunyah, dikeringkan, dan dimakan
langsung.
Keanekaragaman tanaman akuatik di Taman Akuatik Kebun Raya Eka Karya Bali
menunjukkan bahwa ekosistem perairan di lokasi tersebut terjaga dengan baik. Adanya
inventarisasi memberikan informasi mengenai nama jenis-jenis tanaman akuatik.
Sehingga potensi untuk membudidayakan dan memanfaatkan tanaman akuatik semakin
meningkat. Pengetahuan masyarakat lokal tentang pemanfaatan tanaman akuatik yang
ada di sekitarnya penting untuk digiatkan kembali. Pengetahuan masyarakat lokal
menjadi salah satu instrumen ilmu pengetahuan, yang mana sangat berperan penting
dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Banyak informasi yang dapat kita peroleh
seperti pemanfaatan tanaman-tanaman yang ada di lingkungan sekitar. Melalui informasi
seperti ini dapat dikembangkan lebih luas lagi dan mencari alasan pemanfaatan tanaman
tersebut berdasarkan penelitian ilmiah.

KESIMPULAN
Tanaman akuatik yang terdapat di Taman Akuatik Kebun Raya Eka Karya Bali
berjumlah 12 jenis dari 10 famili yaitu Nymphaeaceae, Pontederiaceae, Cyperaceae,
Araceae, Menyanthaceae, Acoraceae, Pontederiaceae, Hydrocharitaceae, Alismataceae,
dan Brassicaceae. Adapun 12 jenis tanaman akuatik tersebut adalah Nasturtium
officinale, Cyperus flabelliformis, C. papyrus, Acorus calamus, Pontederia cordata,
Echinodorus paleafolius, Eichhornia crassipes, Nymphaea pubescens, Nymphoides
indica, Zantedeschia aethiopica, Hydrilla verticillata, dan Pistia stratiotes. Pemanfaatan
tanaman akuatik paling banyak digunakan sebagai bahan obat. Selain itu, juga digunakan
sebagai bahan pangan, agen fitoremediasi dan tanaman hias.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis menyampaikan terima kasih kepada staf bagian koleksi tumbuhan UPT
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya atas bantuan informasi selama
kegiatan penelitian berlangsung.

BIOLOGI SEL (vol 9 no 1 edisi jUN-JUL 2020 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 8
Jurnal Biology Science & Education 2020 MUHAMMAD A’TOURROHMAN

DAFTAR PUSTAKA
Barko, J. W., Adams, M. S., & Clesceri, N. L. (1986). Environmental factors and their
consideration in the management of submersed aquatic vegetation: A review.
The Journal of Ecology, 107: 989–996.
Boligon, A. A., Janovik, V., Pivetta, C. R., Pereira, R. P., Rocha, J. B., & Athayde, M. L.
(2013). HPLC analysis of polyphenolic compounds and antioxidant activity in
Nasturtium officinale. International Journal of Food Properties, 16(1): 61-69.
Caroline, J., & Moa, G. (2015). Fitoremediasi Logam Timbal (Pb) menggunakan
Tanaman Melati Air (Echinodorus palaefolius) pada Limbah Industri Peleburan
Tembaga dan Kuningan. Seminar Nasional Sains & Teknologi Terapan III,
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Dalimartha, S. (2009). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia: Hidup sehat alami dengan
tumbuhan berkhasiat. Jakarta: Pustaka Bunda.
Djarwaningsih, T. (2016). Inventarisasi Suku Euphorbiaceae, Phyllanthaceae dan
Putranjivaceae di Kebun Raya Eka Karya Bali: Upaya Melengkapi Pembuatan
Buku Flora of Bali. Jurnal Biodjati, 1(1): 48-54.
Hamed, A. (2012). Antioxidant and Cytoprotective Properties of Three Egyptian Cyperus
Species Using Cell-free and Cell-based Assays. Pharmaceutical Crops, 3(1):
88–96.
Maroyi, A. (2019). Zantedeschia aethiopica ( L .) Spreng.: A Review of its Medicinal
Uses, Phytochemistry, and Biological Activities. Asian Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research,, 12(8).
Moore, K. A., Fisher, L. E., Della, C. J., Ili, T., & Gettys, L. A. (2015). Native Aquatic
and Wetland Plants : Arrow Arum. IFAS EXTENSION University of Florida, 1-
3.
Nurdiana, D. (2013). Inventarisasi tumbuhan air di Kebun Raya Cibodas. DEPIK, 2(1),
6–9.
Oktora, L., & Kumala, R. (2006). Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan
Manfaat Dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, 3(1): 1–7.
Perwitasari, P., Handayanto, E., & Rindyastuti, R. (2018). Penggunaan Echinodorus
radicans dan Pistia stratiotes untuk Fitoremediasi Air Tercemar Timbal (Pb)
serta Pengaruhnya terhadap Tanaman Amarantus tricolor. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan, 5(1): 811-817 .
Safarrida, A., Ngadiman, & Widada, J. (2015). Fitoremediasi Kandungan Kromium pada
Limbah Cair menggunakan Tanaman Air. Jurnal Bioteknologi dan Biosains
Indonesia, 2(2): 55-59.
Sahu, R. K., Roy, A., Jha, A. K., & Sharma, U. (2009). Diuretic Activity of Ethanolic
Extract of Pistia stratiotes in Rats. Biomedical and Pharmacology Journal, 2(1):
149–152.
Shahani, S., Behzadfar, F., Jahani, D., Ghasemi, M., & Shaki, F. (2017). Antioxidant and
anti-inflammatory effects of Nasturtium officinale involved in attenuation of
gentamicin-induced nephrotoxicity. Toxicology Mechanisms and Methods,
27(2): 107-114.
Siregar, M. I., Lugrayasa, I., Arinas, & D. Mudiana. (2004). An Alphabetical List of Plant
Species cultivated in ‘Eka Karya’ Bali Botanic Garden. Bali: Bali Botanic

BIOLOGI SEL (vol 9 no 1 edisi jUN-JUL 2020 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 9
Jurnal Biology Science & Education 2020 MUHAMMAD A’TOURROHMAN

Garden Catalogue.
Sungkowo, T., Elystia, S., & Andesgur, I. (2015). Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu
menggunakan Tanaman Typha latifolia dan Eceng Gondok dengan Metode
Fitoremediasi. JOM FTEKNIK, 2(2).
Susanti, N. (2016). Aktivitas Antimikroba Ekstrak Rimpang Jeringau (Acorus calamus)
Terhadap Pertumbuhan Candida albicans. Jurnal Biodjati, 1(1): 55.
Tirta, I., & Sutomo, S. (2014). Inventarisasi Anggrek Epifit di Kebun Raya Eka Karya
Bali. Widyariset, 17(2), 245-250.
Warseno, T. (2015). Konservasi ex situ secara in vitro jenis-jenis tumbuhan langka dan
kritis di Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(5):
1075-1082.
Zumani, D., Suryaman, M., & Sheli, M. (2015). Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes (Mart.) Solms) untuk Fitoremediasi Kadmium (Cd) pada Air
Tercemar. Jurnal Siliwangi, 1(1), 22–31.

BIOLOGI SEL (vol 9 no 1 edisi jUN-JUL 2020 issn 2252-858x/e-ISSN 2541-1225) Page 10

Anda mungkin juga menyukai