Oleh :
Anisatul Qusniyah
Salimatu Finaki
GRESIK
BAB I
PENDAHULUAN
Buah-buahan memiliki manfaat gizi yang sangat baik bagi tubuh, namun buah-
buahan selama proses pengiriman maupun penyimpanan memerlukan waktu sebelum
sampai ke konsumen, cukup banyak buah-buahan memiliki daya simpan yang cukup
singkat sehingga menyebabkan buah tersebut cepat membusuk, jika buah tersebut di panen
terlalu muda atau terlalu matang, maka akan sia-sia karena akan di tolak oleh konsumen.
Proses pembusukan buah merupakan proses perubahan sifat bahan pangan atau buah dari
yang masih segar sehingga berubah sifat-sifatnya secara kimiawi, fisik atau organoleptik
dari buah tersebut sehingga ditolaknya buah tersebut oleh konsumen.
ditemukan buah yang di awetkan dengan formalin yang penggunaanya dilarang dalam
makanan. Beberapa bahan pengawet tersebut dapat menyebabkan kesulitan bernapas, sakit
kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.
Kaktus merupakan tanamam liar yang sering tumbuh ditepi hutan atau ladang,
tumbuhan ini mempunyai duri,sehingga sering tidak dimanfaatkan oleh masyarakat dan
dianggap sebagai tumbuhan liar biasa. Sebenarnya tumbuhan kaktus sangat kaya flavonoid.
Flavonoid sangat dikenal terutama atas kemampuan antioksidan sehingga disebut
“pengubah respon biologi alami”. berwarna hijau berukuran seperti piring oval, memiliki
nutrisi berkadar besar.Mineral seperti potasium, kalsium, zat besi,magnesium, banyak
ditemukan dalam bagian itu, ditambah beta-caroten (bentuk awal vitami A) dan vitami C.
Ketika kaktus direbus, yang keluar adalahmucilago yaitu getah kental dan lengket seperti
lem, mucilago merupakan pelindung terhadap terik matahari. Zat ini mencegah penguapan
air dari permukaan kaktus.Mucilago yang tersusun atas gula dan karbohidrat itu berfungsi
sebagai anti oksidan dan anti bakteri sehingga kandungan mucilago tersebut dapat dicoba
untuk dimanfaatkan sebagai anti oksidan dan anti bakteri dalam peningkatan daya simpan
bahan pangan.
Berdasarkan permasalahan di atas penulis ingin menuliskan Pemanfaatan Ektraks
Daun Kaktus (Opuntia cochenillifera) Sebagai Pengawet Alami Buah-buahan
B. Tujuan Penelitian :
1. Untuk mengetahui proses dari ekstraksi kaktus sebagai pengawet buah alami.
buahan
kebusukan buah-buahan
BAB II
DASAR TEORI
A.Tumbuhan Kaktus
Kaktus merupakan tanamam liar yang sering tumbuh ditepi hutan atau ladang,
tumbuhan ini mempunyai duri. Kaktus sendiri bermacam-macam diantaranya yaitu :
Dari beragam kaktus yang ada dalam penelitian ini menggunakan kaktus centong ( Opuntia
Cochelinifera ). Kaktus ini sering tidak dimanfaatkan oleh masyarakat dan dianggap
sebagai tumbuhan liar biasa yang sering di anggap sebagai tumbuhan liar biasa.
Gb.1.Tumbuhan kaktus tumbuh liar dipagar sawah Gb.2.Daun kaktus yang telah dibersihkan durinya
kaktus
Kingdom : Plantae
Ordo : Caryophyllales
Genus : Opuntia
Ketika kaktus direbus, yang keluar adalah mucilage atau mucilagoyaitu getah kental dan
lengket seperti lem, mucilago merupakan pelindung terhadap terik matahari. Zat ini
mencegah penguapan air dari permukaan kaktus.
Mucilago yang tersusun atas gula dan karbohidrat itu berfungsi sebagai anti oksidan dan
anti bakteri sehingga dapat di manfaatkan sebagai anti bakteri dan anti oksidan dalam hal
peningkatann daya simpan bahan pangan. Hal ini menyiratkan bahwa ekstrak kaktus yang
mengandung mucilage dapat di manfaatkan sebagai pengawet buah alami.Zat ini
mencegah penguapan air dari permukaan kaktus, sehingga tanaman ini dapat bertahan
hidup di lingkungan yang kekurangan air seperti gurun pasir.
Selain itu, Mucilagodapat membersihkan air dari arsenik, polutan berbahaya dari limbah
industri dan agrikultur. Arsenik yang bisa menyebabkan kanker itu bisa juga diikat oleh
mucilago, menjadi molekul yang cukup besar sehingga bisa disaring denganpasir.Bukan
hanya itu saja, mucilago juga dapat membunuh bakteri yang merupakan salah satu polutan
berbahaya dalam air minum. Belum diketahui pasti bagaimana mekanismenya, mucilago
bisa menghasilkan air bersih yang 98 persen bebas bakteri.
Pembusukan adalah rusaknya nilai gizi, tekstur, serta rasa dari buah sehingga tidak
layak di konsumsi karena berbahaya bagi kesehatan. Penyebab dari pembusukan buah dan
sayur karena pada buah tersebut tetap melakukan aktivitas fisiologis sehingga selalu
melakukan proses perubahan, selain itu faktor yang menyebakan keruskan pada buah
antara lain,
1.Proses respirasi
Respirasi adalah proses pemecahan komponen organic (zat hidrat arang, lemak dan
protein) menjadi produk yang lebih sederhana dan energi. Aktivitas ini ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan energi sel agar tetap hidup. Komiditi dengan laju respirasi tinggi
menunjukan kecenderungan cepat rusak. Pengurangan laju respirasi sampai batas minimal
pemenuhan batas pemenuhan energi sel tanpa menimbulkan fermentasi akan
memperpanjang umur ekonomis produk nabati. Manipulasi teknik ini dapat dilakukan
dengan teknik pelaisan (coating), penyimpanan suhu rendah, atau memodifikasi atsmosfir
ruang penyimpanan.
Etilen adalah senyawa organik sederhana yang dapat berperan sebagai hormon
yang mengatur pertumbuhan, perkembangan dan kelayua, keberadaan etilen akan
mempercepat tercapainya tahap kelayuan, oleh sebab itu untuk tujuan pengaweatn maka
senyawa ini harus di hilangkan dari atsmosfir ruang penyimpan dengan cara menghambat
produksi etilen pada produk, atau mengoksidasi etilen dengan KmnO4 atau ozon.
2. Transpirasi
Transpirasi adalah proses pengeluaran air dari dalam jaringan nabati. Laju
transpirasi dipengaruhi faktor internal (morfologis dan anatomis, rasio permukaan terhadap
volume, kerusalkan fisik,umur panen) dan faktor eksternal (suhu, pergerakan udara,dan
SMA Hidayatus Salam Lowayu Dukun Gresik 7
Indonesian Science Project Olimpiad (ISPO) 2014
Ekspos komoditi pada suhu yang tidak sesuai bisa menyebabkan kerusakan
fisiologis yang berupa: (1) Freezing injuries karena produk tersimpan pada suhu bekunya;
(2) Chiling injuries umum pada produk tropis yang disimpan diatas suhu bekunya dan
diantara 5-15˚C tergantung sensivitas komoditi ;(3) heta injuries terjadi karena ekspos sinar
matahari atau panas yang berlebihan.
Kerusakan produk nabati dapat terjadi karena aktivitas bakteri dan jamur, akibat
serangan mikrorganisme ini timbul kerusakan fisik dan fisiologis. Sebaliknya akibat
kerusakan fisik karena penanganan yang tidak benar bisa juga memicu pertumbuhan
mikroorganisme.
Setelah di panen komposisi kimiawi komoditi nabati terus berubah tergantung jenis
komoditi. Beberapa perubahan memang di kehendaki, namun sebagaian besar tidak.
Perubahan tersebut antara lain terjadi pada
Pengawetan buah dilakukan dengan upaya agar dapat mencapai umur simpan
perlakuan agar dapat menghambat pematangan buah, usaha yang dilakukan untuk
1. Pendinginan
pedinginan, misalnya pada pisang akan mengalami kerusakan kalau di simpan pada
Kehilangan air dapat dikurangi dengan jalan memberi pembukus polietilen pada bahan
yang akan didinginkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Scott dan Robert (1987)
menyimpan pisang yang masih hijau dalam kantong polietilen dapat memperlambat
mampu menyerap etieln yang di keluarkan oleh buah tersebut yang disimpan dalam
polietilen yang disimpan rapat. Dalam percobaan yang telah pernah dilakukan bawa
penggunaan KMnO4 1,5 persen dapat menjaga mutu pisang selama 14 hari dengan mutu
yang baik, hal ini disebabkan sifat dari KMnO4 yang tidak mudah menguap.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Rancangan Penelitian
Hipotesis awal,
Muchilago Di ujikan Diamati
Ekstrak Daun Kaktus
di ekstraksi pada pada tingkat
dapat menghambat
dari daun beberapaje kebusukanya proses pembusukan
kaktus nis buah buah
HASIL
DAN
KESIMPULAN
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan telaah pustaka baik
mencari di internet maupun diliteratur buku-buku teks sebagai data sekunder dan hasil
eksperimen di laboratorium, hasil yang di analisa adalah dengan pengamatan visual
terhadap buah hasil percobaan sebagai data primer.
1.Studi Literatur
Studi literatur di perlukan untuk menggali informasi baik informasi yang berasal
dari buku-buku refrensi maupun dengan referensi yang ada di internet mengenai teori teori
dasar dan konsep yang telah ditemukan oleh para ahli yang terdahulu dan perkembangan
penelitian dalam bidang yang di teliti (Singarimbun,1997:70).
2.Eksperimen
C. PROSEDUR PENELITIAN
Alat :
1.Pisau 4.Gunting
Bahan :
1. Kaktus dibersihkan dari durinya dan di cuci dengan air, kemudian dipotong-potong
2. Sebanyak 500 gram daun kaktus di masukan kedalam kedalam gelas kimia
4. Setelah mendidih ekstrak kaktus di saring dan dituangkan kedalam gelas beaker 1000 ml
atau wadah tertentu (timba).
6. Buah –buah tersebut direndam dengan ektrak kaktus dan direndam selama 2 jam
8. Buah-buahan yang lain dilakukan dengan perlakuan yang sama, sedangkan buah yang
tidak di kasih ekstrak daun kaktus direndam dengan air, dengan waktu yang sama yakni
Selama 2 jam
BAB IV
Kaktus merupakan tanamam liar yang sering tumbuh ditepi hutan atau ladang,
tumbuhan ini mempunyai duri, pada penelitian ini di gunakan 0,5 kg daun kaktus dan
durinya di hilangkan kemudian di potong-potong menjadi bagian-bagian persegi agar
mudah dalam proses perebusan.
Setelah di potong-potong maka kaktus ditambahkan sebanyak 1000 ml air, dan direbus
dalam kompor hingga mendidih, setelah air rebusan tadi didinginkan kemudian di saring
dan siap di gunakan
Gb.7. Daun kaktus di rebus hingga mendidih Gb.8.Ekstrak kaktus yang di dapat
Buah yang akan diawetkan dalam penelitian ini diperoleh dari pedagang buah
ditokoh buah,dan di cari buah dengan kondisi dan bentuk yang se-identik mungkin agar
bisa mewakili buah yang akan di uji, buah yang akan diuji di cuci bersih dengan sabun,
agar kemungkinan pengawet yang ada pada buah yang kemungkinan didatambahkan
wadah.
Pada penelitian di gunakan tiga jenis buah-buahan yaitu belimbing, salak dan jeruk.
Pada buah ini dilakukan perlakuan dengan merendam ketiga buah tersebuat kedalam
ekstrak kaktus selama kurang lebih dua jam, yang bertujuan agar ekstrak kaktus bisa
meresap dan menempel pada kulit buah, pada percobaan ini buah yang di beri label A (kiri)
tidak direndam dalam ekstrak kaktus (sebagai control), sedang buah yang berlabel B
(kanan), di rendam dalam ekstrak kaktus.
Setelah penyimpanan selama 2 hari terlihat perbedaan pada buah yang diberi ekstrak
kaktus dan yang tidak direndam dengan ekstrak kaktus.Pada buah yang tanpa perendaman
ekstrak kaktus lebih cepat busuk dan di tumbuhi jamur (Gb.11),sedangkan yang direndam
relatif lebih tahan busuk, pada hari k-6 setelah perendamam menunjukan hasil yang lebih
signifikan lagi, dimana pada sampel buah yang tidak di beri ekstra buah kaktus
menunjukan jamur yang lebih banyak dan busuk buah yang lebih merata pada bagian buah
(Gb.12) sedangkan pada buah yang diberi ekstrak kaktus dengan masa penyimpanan
selama 6 hari, busuknya relatif merata.
Gb.13.Buah setelahhari ke enam perendaman Gb.14. Buah setelah hari ke delapan perendaman
Pada hari ke delapan buah yang tidak di awetkan dengan ekstrak kaktus terlihat
kondisnya 90 % persen busuk (Gb.13), yang bila di bandingkan dengan buah yang di
awetkan dengan ekstrak daun kaktus mengalami rusak 25% untuk belimbing dan 15 %
untuk salak.Hal ini ini menunujukan bahwa muchilago pada daun kaktus dapat
mengahambat pembusukan buah kurang lebih 50 %.Sedangak untuk jeruk perbedaanya
masih kurang significan karena umur buah jeruk relatif lebih lama bila dibandingkan
dengan kedua buah tersebut, tetapi pada hari kedelapan (Gambar.14) pada jeruk A mulai di
tumbuhi jamur, sedangkan pada jeruk B masih tetap tanpa ditumbuhi jamur, sedangkan
kondisi semua buah tanpa di rendam telah busuk.
Gb.15.Belimbing dengan kondisi yang relatif sama Gb.16.Salak dengan kondisi yang relative sama
Gb.17. Kelengkeng dengan kondisi yang relatif sama Gb.18. Anggur dengan kondisi yg relatif sama
Gb.19.Jambu dengan kondisi yang relatif sama Gb.20.Buah pir dg kondisi yg relatif sama
Pada buah yang berlabel A direndam air tanpa ektrak kaktus, pada buah yang berlabel
B direndam dengan ekstrak daun kaktus 50 % (500 gram/liter) dan buah yang belabel C
dengan larutan 25%, di bawah ini merupakan buah yang telah disimpan selama 3 hari
setelah perendaman.
Gb.23.Satu dari tiga kelengkeng A mulai membusuk Gb.24. Dua dari tiga Anggur A mulai membusuk
Setelah kedelapan hari dari perendaman maka buah-buahan yang di uji dapat dilihat
pada gambar di bawah ini
Gb.27.BelimbingA terlihat paling busuk, kemudian C Gb.28. Salak A terlihat paling busuk, kemudian C
Gb.29.Satu dari tiga kelengkeng A, terlihat busuk Gb.30. Anggur A terlihat busuk semua, anggur C
dua diantara 3 busuk
Dari hasil percobaan diatas, pada masing-masing buah menunjukan perbedaan yang
cukup signifikan, pada sampel buah B yang di beri ektraks kaktus dengan konsentrasi 50%
(500 gram /Liter), menunjukan umur buah yang relative lebih lama disbanding dengan
pemberian ekstrak kaktus dengan kosentrasi 25 % dan dengan buah yang direndam
denagan air biasa. Pada buah yang respirasi udaranya cukup besar yaitu pada jambu dan pir
hasilnya meunjukan kurang signifikan, hal ini disebabkan buah-buah tersebut mengandung
banyak air, sehingga pada saat perendaman banyak kemasukan air, sedangkan untuk buah-
buah yang lain menunjukan hasil yang cukup signifikan untuk buah yang diberi ekstrak
buah kaktus dengan konsentrasi yang tinggi, konsentrasi sedang, dan tanpa di beri ekstrka
daun kaktus atau direndam dengan air.
Dari hasil pengamatan pada masing masing buah menunjukan bahwa pemberian
ektrak buah kaktus dengan konsentrasi tinggi dapat menahan kebusukan buah hingg 60-80
%, hal ini karena pada ekstrak buah kaktus mengandung muchilago yang berperan sebagai
antioksidan, dan anti bakteri, serta merupakan molekul besar yang memungkinkan bisa
menghambat proses pematangan buah akibat transpirasi dan respirasi pada buah tersebut.
VI.
KESIMPULAN
2. Ekstrak daun kaktus dapat menghambat pembusukan buah lebih lama bila di
banding dengan buah yang direndam air tanpa ekstrak daun kaktus.
3. Buah yang direndam dalam ekstrak daun kaktus yang konsentrasi 50% lebih tahan
busuk bila di banding dengan buah yang direndam dalam konsentrasi 25 % dan
direndam dengan air tanpa ekstrak daun kaktus.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lagi dengan teknik yang tepat untuk pengawetan dengan
ekstrak kaktus, perendamam atau pelapisan tau kombinasi dengan teknik
pengawetan buah yang lain untuk mendapatkan hasil yajng lebih bagus
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Referensi
Buckle, K.A., Edward, R.A., Fleet, G.H., dan Wooton, M. 1985. Ilmu Pangan (terjemahan
oleh Hari Purnomo dan Adiono).Jakarta: UI Press.
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi-IPB. Pengawetan Buah Segar. Tekno Pangan &
Agroindustri, volue 1, nomor 9. http://repository.ipb.ac.id.
Kristianingrum, Susila.2007. Beberapa metode pengawet buah-buahan.Jurusan
kimia.FMIPA UNY.Jogjakarta
Santoso.2006. Teknologi Pengawetan Buah segar. Malang : Laboratorium Kimia Pangan
Faperta Uwiga
Sumber Internet
http://www.bin.go.id/awas/detil/210/4/27/07/2013/waspadai-buah-impor-berformalin
BIODATA PENULIS
KETUA TIM
No telp : 087752196104
Pemanfaatan Minyak Jelantah dan Abu kayu Randu Sebagai Sabun Cair yang
Ekonomis dan Ramah Lingkungan
Pemanfaatan Kulit Buah Naga Merah Sebagai Indikator Adanya Formalin dan
Boraks dalam Makanan
Pembuatan Instalsi Penjerniahan Air dari Botol Bekas dengan Menggunakan Kaktus
Sebagai Koagulan
ANGGOTA
Nama : Salimatu Finaki
Tempat dan tgl Lahir : Gresik,15 Juni 1997
Alamat : RT 16 RW 04Lowayu Dukun Gresik
No telp : 087856397774
Karya Tulis yang pernah di buat :
Pembuatan Kaustik Soda dari Garam Dapur Sebagai Upaya Meningkatkan Taraf
Hidup Petani Garam
Mengetahui