Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“HOSPITAL DISASTER PLAN”

Mata Kuliah: Manajemen Bencana

Dosen Pengampu: Ns. Musiana, S.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 10:

1. Mutiara Lintang 2014301021


2. Ning Agustina 2014301023
3. Putri Karina Veronica 2014301026
4. Retsi Maya 2014301029

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
REGULAR 1 TINGKAT 3

T.A 2023

i
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Hospital Disaster Plan”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan suatu makalah tidaklah mudah,


oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan dalam penyusunan makalah ini terdapat
kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritikan yang
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Proses penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai rintangan selama
pengumpulan literatur dan penyusunannya. Namun dengan kesabaran dan ketekunan yang
dilandasi dengan rasa tanggung jawab selaku mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai
pihak, baik material maupun moril kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi maupun
susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para
pembaca.

ii
Daftar Isi
Hal
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

Daftar Isi.......................................................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................................................4

BAB II...........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN............................................................................................................................6

A. Pengertian Bencana...............................................................................................................6

B. Penanggulangan Manajemen Bencana..................................................................................7

BAB III........................................................................................................................................14

CONTOH HOSPITAL DISASTER PLAN.................................................................................14

BAB IV........................................................................................................................................27

PENUTUP...................................................................................................................................27

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bencana merupakan gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang
menyebabkan meluasnya kerugian jiwa, materi atau lingkungan. Bencana terjadi ketika
sumber daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai dalam mengatasi
ancaman (hazard). Bencana juga berarti proses dimana ada jarak antara kejadian alam
seperti tsunami, gempa bumi, badai dan sebagainya dengan kejadian bencana seperti
kehilangan, kematian dan sebagainya. Jarak antara kejadian alam dan kejadian bencana
sangat bergantung pada tingkat distribusi kerentanan yang terjadi (UU Penanganan
Bencana No. 24/2007).

Statistik bencana dunia tahun 1995 - 2006 menyebutkan bahwa trend bencana
terus menerus terjadi setiap tahun dengan jumlah korban dan kerugian ekonomis
semakin meningkat yang menunjukan bahwa bencana terjadi secara berkelanjutan.
Bencana alam yang terjadi di Indonesia antara lain Tsunami di Aceh pada tanggal 26
Desember 2004 yang menelan korban kurang lebih 170.000 orang meninggal, 500.000
orang kehilangan tempat tinggal dan belasan ribu anak jadi yatim piatu, bencana
meluapnya Lumpur Lapindo dan gempa bumi di Jogjakarta pada tahun 2007 yang
menyebabkan banyak korban menderita kerugian baik berupa kehilangan tempat
tinggal, kerugian ekonomi dan lain-lain.

Dampak bencana terhadap masyarakat antara lain kehilangan orang yang dicintai,
kehilangan rumah dan kepemilikan lain, kerusakan lingkungan, kerusakan struktur dan
fungsi sosial, trauma psikologis yang berkepanjangan/ respon pasca trauma akibat
keterpaparan terhadap korban cedera dan kematian, respon histeris saat bencana, tidak
adekuatnya koping strategis, kurangnya dukungan/support dan lain lain. Faktor yang
mempengaruhi respon individu terhadap bencana yang dialami adalah derajat atau
tingkat keterpaparan terhadap bencana, dan pandangan atau penerimaan individu
terhadap bencana yang dialami.

Managemen penanganan bencana telah memiliki dasar hukum atau peraturan


yang jelas secara Nasional dan Internasional. Rengelolaan bencana International antara

4
lain telah terbentuknya badan atau organisasi penanggulangan bencana antara lain
International Decade for Natural Disaster Reduction (IDNDR) tahun 1990-2000, World
Conference on Natural Disater Reduction di Yokohama tahun 1994, World
Conferencefor Disaster Reduction (WCDR) di Kobe tahun 2005. Organisasi tersebut
melakukan koordinasi dengan organisasi penanggulangan bencana lokal di daerah
bencana dan memberikan bantuan berupa materi, fasilitas dan personil dalam
penanggulangan bencana kepada negara negara di dunia.

Managemen penanggulangan bencana di Indonesia telah memiliki dasar hukum


yang jelas seperti yang tertuang dalam UU Penanggulangan Bencana No. 24 tahun 2007
bahwa kordinasi penanggulangan bencana yang sebelumnya dilaksanakan oleh Badan
Koordinasi Nasional (Bakornas) sesuai Keppres No. 11/2001 digantikan oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam pasal-pasal UU No. 24/2007 telah
mengatur tanggung jawab dan wewenang organisasi atau lembaga nasional, daerah dan
internasional dalam penanggulangan bencana? mengatur hak dan kewajiban
masyarakat? managemen penanggulangan bencana yang terdiri dari pra bencana
(Predisaster), selama bencana (during diaster) dan setelah bencana (after disaster), serta
mengatur proses pendanaan, pengelolaan bantuan, pengawasan dan penyelesaian
sengketa akibat bencana. Meskipun setelah dilakukan evaluasi, kinerja Badan Nasional
Penanggulangan Bencana secara umum berjalan baik namun tidak efektif dalam
menanggulangi masalah Lumpur Lapindo.

Usaha penanggulangan bencana yang bersifat mengandalkan peran aktif Badan


Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas) memiliki banyak kelemahan antara lain
sangat tergantung pada stabilitas ekonomi negara, krisis keuangan negara dan utang luar
negeri sehingga mengalami masalah dalam pembiayaan persiapan dan pengadaan
personil, fasilitas, penyelesaian sengketa dengan korban bencana sehingga penekanan
bantuan yang diberikan hanya pada respon emergency (selama bencana) dan respon
pemulihan? hanya fokus pada bantuan fisik, material dan teknis semata serta hanya
fokuspada penyelesaian sengketa pada satuan keluarga.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BENCANA

Bencana merupakan gangguan atau kekacauan fungsi sosial yang serius yang
menyebabkan meluasnya kerugian jiwa, materi atau lingkungan. Bencana terjadi ketika
sumber daya atau kapasitas yang tersedia sangat tidak memadai dalam mengatasi
ancaman (hazard). Beberapa tipe ancaman (hazards) yang menyebabkan bencana adalah
ancaman geofisik (Geo-hazard) seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus?
ancaman hidroklimatis (hydro-climatic hazard) seperti banjir, kebakaran hutan,
kekeringan? ancaman biologis (biological hazards) seperti penyebaran HIV, flu burung,
epidemik? ancaman tekhnologi (technological hazard) seperti kebakaran, polusi udara,
kecelakaan nuklir, industrial explosions, waste exposure, lumpur lapindo? dan ancaman
sosial (socialhazard) seperti kriminalitas/kekerasan, perang, konflik, kemiskinan absolut
dan terorisme.

Bencana juga berarti proses dimana ada jarak antara kejadian alam seperti sunami,
empa bumi, badai dan sebagainya dengan kejadian bencana seperti kehilangan,kematian
dan sebagainya. Jarak antara kejadian alam dan kejadian bencana sangat bergantung
pada tingkat distribusi kondisi kerentanan atau rawan bencana. Kondisi rawan bencana
atau kerentanan adalah kondisi atau karakteristik biologis, hidrologis,klimatologis,
geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan tekhnologi pada suatu wilayah untuk
jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.

Berdasarkan kecepatan terjadinya, bencana terbagi atas bencana yang terjadi


perlahan lahan (slow onset hazard) seperti kekeringan/ kelaparan, letusan gunung api,
dan banjir serta bencana yang terjadi secara tiba tiba (sudden onset hazard) yaitu
ancaman akibat fenomena fenomena alam seperti gempa bumi, badai, banjir, tanah
longsor,tsunami, angin putting beliung yang terjadi tanpa peringatan dini yang
menyebabkan ketidaksiapan dalam menghadapi bencana. Berikut ini akan diuraikan
definisi terminologi tentang bencana yang terdapat dalam UU Penanggulangan Bencana

6
No. 24 tahun 2007 :

a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis.

b. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah
longsor.

c. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal tekhnologi, gagal
modernisasi, epidemi,dan wabah penyakit.

d. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompokatau antar komunitas masyarakat dan terror

B. MANAGEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

Dalam penanganan bencana perlu ada suatu organisasi atau sistem komando
kejadian bencana yang dibentuk oleh negara untuk menyusun panduan penanganan
bencana dan melakukan koordinasi terhadap personil, fasilitas, sistem komunikasi dan
transportasi dalam penanganan bencana. Organisasi ini sebelum menyusun Panduan
Penanganan Bencana (Emergency Operations Plan/EOP) terlebih dahulu melakukan
pengkajian terhadap lingkungan dan komunitas untuk mengetahui daerah yang beresiko
tinggi terkena bencana, tipe bencana yang mungkin terjadi baik bencana alam seperti
banjir, sunami, gunung meletus, maupun bencana akibat perbuatan manusia
misalnyakebakaran, kecelakaan dan lain lain. Pengkajian juga dilakukan terhadap
fasilitas penanganan bencana di tempat kejadian seperti tenaga/personil bantuan,
transportasi, farmakologi, alat dan bahan pertolongan kegawat daruratan (lokal facility),
organisasi penangan bencana lokal (Safety committee), kantor atau posko penanganan

7
bencana(Safety Officer or emergency department).

Setelah dilakukan pengkajian secara lengkap kemudian disusun Panduan


Penanganan Bencana baik panduan antisipasi atau pencegahan bencana

(Preparedness), panduan penanganan saat bencana (during disaster'serta panduan


penanganan setelah bencana (Postdisaster).Komponen komponen penting yang terdapat
dalam Panduan Penanganan Bencana(EOP) adalah sebagai berikut :

- Informasi secara cepat dan mudah. Fasilitas penanganan bencana (health


carefacility) harus dapat diakses dengan cepat dan mudah kapanpun dan
dimanapunbencana terjadi misalnya perlu ada jalur telepon emergency yang
gratis, cepat danmudah ke kantor atau fasilitas penanganan bencana.

- Jalur komunikasi secara internal dan eksternal. Jalur komunikasi untuk


koordinasi personil, fasilitas dan transportasi dalam penanggulangan bencana
harus jelas dansiaga termasuk informasi dari tempat kejadian bencana ke
posko atau rumah sakitrujukan korban bencana

- Perencanaan terhadap penanganan korban bencana (coordinated patient


care),termasuk didalamnya triage korbaan bencana, sistem rujukan dan
transportasi keposko atau rumah sakit rujukan korban bencana.

- Perencanaan keamanan terhadap korban, fasilitas dan personil terhadap


kondisi yangsangat parah dan mengancam

- Identifikasi sumber atau fasilitas penanganan bencana baik lokal, regional dan
negaraserta bagaimana menghubunginya.

- Pedoman penanganan korban bencana, masyarakat, media dan strategi


pembagiantugas dalam tim.

- Strategi managemen data korban dan kejadian bencana.

- Penanganan respon pasca bencana .

8
- Pedoman penyelamatan diri bagi masyarakat dan melakukan latihan sebelum
bencana terjadi.

- Antisipasi kebutuhan masyarakat setelah bencana seperti air bersih dan


makananuntuk jangka waktu yang lama.

- Perkiraan insiden kejadian bencana serta strategi identifikasi bencana seperti


alarm bencana.

Personil dalam penanganan bencana harus memiliki pengetahuan dan keterampilan


yang baik dan ahli terhadap setiap kondisi bencana sehingga memiliki kesiapan dan
kesigapan dalam melakukan tindakan sesuai tugas dan perannya masing- masing berdasarkan
pedoman penanganan bencana yang telah ada.

Pedoman Penanganan bencana juga termasuk struktur atau alur penanganan bencana
beserta tugas dan peran masing masing mulai dari penanganan di daerah bencana sampai
transportasi dan persiapan posko atau rumah sakit rujukan korban bencana. Petugas
penanganan bencana juga harus memiliki pengetahuan tentang bahasa, latar belakang budaya
dan aspek spiritual yang ada pada berbagai komunitas. Hal inidilatar bekangi oleh karena
kesulitan bahasa dapat meningkatkan ketakutan dan frustasipara korban, terdapat
kepercayaan dan praktek spiritual yang berbeda terhadap terapipengobatan, hygiene atau diet,
waktu dan tempat khusus untuk berdoa, ritual khususmenangani korban yang meninggal dan
lain lain.

Managemen penanggulangan bencana di Indonesia telah memiliki dasar hukum yang


jelas seperti yang tertuang dalam UU Penanggulangan Bencana No. 24 tahun 2007bahwa
kordinasi penanggulangan bencana yang sebelumnya dilaksanakan oleh BadanKoordinasi
Nasional (Bakornas) sesuai Keppres No. 111/2001 digantikan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam pasal pasal UU No. 24/2007 telah mengatur
tanggung jawab dan wewenang organisasi atau lembaga nasional, daerah daninternasional
dalam penanggulangan bencana, mengatur hak dan kewajiban masyarakat,managemen
penanggulangan bencana yang terdiri dari pra bencana (Predisaster), selamabencana (during
diaster) dan setelah bencana (after disaster), serta mengatur prosespendanaan, pengelolaan
bantuan, pengawasan dan penyelesaian sengketa akibat bencana.

Managemen penanggulangan bencana terdiri dari penanganan sebelum bencana

9
(predisaster), penanganan saat bencana (during disaster) dan penangan setelah bencana (after
disaster) selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut :

1. Penanganan Sebelum Bencana (Predisaster)

Penanganan sebelum terjadinya bencana disebut juga tindakan pencegahan atau


prevention terdiri dari pengkajian faktor resiko bencana (risk assessment), Kegiatan
pencegahan bencana, mitigasi (disaster mitigation), peringatan dini, dan
kesiapsiagaan/tanggap darurat bencana (preparedness). Pengkajian terhadap faktor resiko
bencana terdiri dari pengkajian terhadap lingkungan atau keterpaparan terhadap ancaman
(hazard), analisis kerentanan dan kelompok yang rentan di masyarakat serta analisis
sumber atau kapasitas yang dapat digunakan dalam menghadapi bencana. Setelah faktor
resiko bencana teridentifikasi maka selanjutnya dilakukanpencegahan atau mitigasi
dalam rangka menghilangkan dan atau mengurangi faktor resiko atau ancaman bencana.

Tindakan pencegahan dan mitigasi terdiri dari manajemen lingkungan, upaya fisik
dan teknis dalam mengatasi faktor resiko bencana, regulasi/legislasi/kebijakan
pembangunan yang mendukung pencegahan bencana, upaya penyadaran dan peningkatan
kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana, serta membangun kemitraan dan
jaringan (networking) dalam persiapan bencana. Selain melakukan tindakan pencegahan
dan mitigasi, perlu juga dipersiapkan alat peringatan dini dan kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Kegiatan peringatan dini dapat berupa
pemantauan yang terus menerus terhadap faktor resiko bencana disertai tanda alarm
peringatan akan terjadinya bencana.

Peringatan dini ini akan memberikan tanda kepada masyarakat agar siap siaga untuk
menyelamatkan diri dan keluarga, serta sebagai tanda kepada para petugas
penanggulangan bencana untuk mempersiapkan diri dalam membantu masyarakat dalam
menghadapi bencana.Pemantuan secara terus menerus terhadap faktor resiko bencana
adalah dengan menggunakan tekhnologi untuk mendeteksi dan memprediksi resiko
timbulnya danterjadinya bencana seperti tsunami dan gunung meletus. Informasi atau
peringatan tentang resiko terjadinya bencana berupa alarm bencana disebarkan kepada
masyarakatmelalui media televisi dan radio. Tekhnologi terbaru adalah dengan

10
memberikan informasi tentang resiko bencana atau alarm bahaya melalui handphone (HP)
sehingga individu yang tidak bisa atau tidak sempat menonton televisi tetap mendapatkan
informasi sehingga dapat mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terjadinya bencana.

2. Penanganan Saat Bencana (During disaster)

Penanganan saat bencana terdiri dari evakuasi atau penyelamatan korban


bencanadan transportasi korban ke posko atau rumah sakit rujukan korban bencana.

Managemen penyelamatan korban bencana pada jumlah korban yang sangat banyak
maka perludilakukan tindakan triage.Triage adalah proses penentuan atau penyeleksian
pasien atau korban berdasarkanprioritas kebutuhan terhadap perawatan dan pengobatan.
Dalam penanganan bencanadengan korban yang banyak maka perlu dilakukan
penyeleksian pasien untuk menentukan korban yang perlu penanganan prioritas atau
segera dan korban yang bisa ditunda penanganannya.

Meskipun tindakan ini dapat dinilai tidak ethis karena cenderungmengabaikan


pasien atau korban lain yang juga membutuhkan pertolongan namun tindakan triage
perlu dilakukan untuk memprioritaskan penanganan emergency kepadakorban dengan
kondisi yang lebih serius/parah dan perlu penanganan segera. Petugas triage melakukan
pemeriksaan atau pengkajian terhadap korban secaracepat dan memberikan penanganan
emergency atau resusitasi sebelum diberikan penanganan tindakan penyelamatan
lanjutan atau dibawa ke posko atau rumah sakitrujukan penanganan bencana.

Seorang petugas triage memberikan tanda kepada pasienberdasarkan derajat


keseriusan kondisi dan prioritas kebutuhan terhadap tindakan emergency sehingga
petugas yang lain dapat langsung memberikan bantuan atau langsung membawa pasien
ke lokasi penanganan lanjutan. Perlu disiapkan alat alat dan pengobatan terhadap kondisi
emergency dan transportasi terhadap pasien ke poskoperawatan atau rumah sakit rujukan
bencana.

Kategori tanda triage yang diberikan adalah berdasarkan derajat keparahan dari
cedera yang dialami oleh korban. Terdapat berbagai tanda triage yang dapat digunakan
di beberapa negara dan perawat bencana harus memahami sistem yang ada di
masyarakat atau negara tersebut. Salah satu contoh sistem triage oleh North Atlantic
Treaty Organization (NATO) adalah dengan menggunakan kode warna yang terdiri dari

11
warna merah, kuning, hijau dan hitam. Masing masing warna memiliki perbedaan
tingkatan prioritas yang secara jelas diuraikan sebagai berikut:

3. Penanganan Setelah Bencana (Post disaster)

Penanganan setelah bencana meliputi pengkajian terhadap kerugian atau


kerusakan yang terjadi akibat bencana (damage assessment), rehabilitasi
danrekonstruksi. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publikatau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengansasaran utama untuk normalisasi/berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dankehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. Rekonstruksi
adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah
pasca bencana baikpada tingkat pemerintah maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh danberkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum

12
danketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupanbermasyarakat pada wilayah pasca bencana. Selain rehabilitasi dan
rekonstruksi fisik sarana dan prasarana serta lingkungan,juga perlu dilakukan rehabilitasi
terhadap mental dan psikologis korban bencana karenameskipun mengalami bencana
yang sama, beberapa individu dapat mengalami traumapsikologis yang berkepanjangan.
Beberapa respon yang biasanya terjadi adalah depresi,ansietas, gangguan psikosomatis
(fatigue, malaise, sakit kepala, gangguan salurangastrointestinal, kemerahan pada kulit),
posttraumatic disorder, keracunan zat, konflikinterpersonal, dan gangguan penampilan.

Faktor yang mempengaruhi respon individu terhadap bencana yang


dialamiadalah derajat atau tingkat keterpaparan terhadap bencana, kehilangan teman
atau orangyang dicintai, kehilangan rumah dan harta kepemilikan yang lain, tidak
adekuatnyakoping strategis, hilang atau kurang sumber dukungan atau support, serta
pandangan ataupenerimaan individu terhadap bencana yang dialami. Kondisi
keterpaparan terhadapkorban kematian, cedera, dan kekuatan bencana, respon
histeris saat bencana, aktivitaspetugas penananganan bencana dalam membantu
korban dapat menjadi keadaan yang menimbulkan gangguan emosional pada
individu.

13
BAB III

CONTOH HOSPITAL DISASTER PLAN

Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk mengatur
proses pelayanan terhadap korban dan mengatur unsur penunjang yang mendukung proses
pelayanan sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Penanganan bencana di rumah
sakit pada sistem penanganan bencana adalah sebagai berikut:

A. PENANGANAN KORBAN
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk
mencegah resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi kejadian (triase satu),
area berkumpul (collecting area) untuk proses
evakuasi/transportasi ke IGD (triase dua) dan area teras IGD (triase tiga). Kegiatan definitif
dimulai sejak korban tiba di IGD.
Penanggung jawab : Ketua Tim Medical Suport
Tempat : lokasi kejadian/ area berkumpul/ teras IGD tempat perawatan
definitif
Prosedur :
Di lapangan: Tim Pra Hospital
1. Berangkat ke lokasi kejadan harus bersama dengan tim, minimal 2 (dua) orang.
2. Menilai situasi sekitar (Rapid Health Assassment) dan segera laporkan kembal kepada
RSJD dr. Amino Gondohutomo.
3. Berkoordinasi lapangan dengan petugas lain di lapangan pada awal kejadian (POLISI,
SAR, PLN atau Dinas lain yang lebih berkompeten).
4. Setelah lokasi dinyatakan aman oleh pihak yang lebih berkompeten, segera lakukan
triage lapangan (triase satu) sesuai dengan berat ringan nya kasus (Hijau, Kuning,
Merah)
5. Menentukan prioritas penanganan
6. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman
7. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami.
8. Lakukan triase evakuasi (triase dua) sesuai perkembangan kondisi korban selama di
tempat collecting area untuk menentukan prioritas transportasi korban ke IGD.

14
Di rumah sakit (IGD): Tim Intra Hospital
1. Lakukan triage Rumah Sakit (triase tiga) oleh tim medik.
2. Penempatan korban sesuai hasil triage.
3. Lakukan stabilisasi korban.
4. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada (Merah,
Kuning,Hijau atau hitam)
5. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (OK, ICU, atau ruang perawatan atau
kamar jenazah)
6. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun tempat
perawatan.

A. PENGELOLAAN BARANG MILIK KORBAN

Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan, dokumen, dll ditempatkan
secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang maupun tertukar. Sedangkan barang
milik korban meninggal, setelah di dokumentasi oleh koordinator tim forensik, selanjutnya
diserahkan ke pihak kepolisian yang bertugas di forensik.
Tempat : Ruang Staf IGD
Penanggungjawab : KetuaTim logistik Prosedur :
1. Catat barang yang dilepaskan dari korban atau dibawa oleh korban
2. Bila ada keluarga maka barang tersebut diserahkan kepada keluarga korban dengan
menandatangani form catatan.
3. Tempatkan barang milik korban pada kantong plastik dan disimpan di lemari/ locker
terkunci.
4. Bila sudah 1 minggu barang milik korban belum diambil baik oleh pasien sendiri
maupun keluarganya, maka barang-barang tersebut diserahkan kepada Ka Sub Bag RT
Dan Umum dengan menandatangani dokumen serah terima, selanjutnya Ka Sub Bag
RT Dan Umum menghubungi pasien maupun keluarganya. Apabila dalam waktu 1
bulan barang belum diambil, maka barang tersebut diserahkan Ka. Sub Bag RT Dan
Umum ke Polsek Pedurungan.

B. PENGOSONGAN RUANGAN DAN PEMINDAHAN PASIEN

Pada situasi bencana maka ruangan perawatan tertentu harus dikosongkan untuk
menampung sejumlah korban dan pasien-pasien diruangan tersebut harus dipindahkan ke
ruangan yang sudah ditentukan (lihat bahasan pengosongan ruangan)
Tempat : Ruang Dewaruci dan Ruang Ongkowijoyo
Penanggung jawab : Ka. Bidang Keperawatan
Prosedur :
1. Ka Bid Yan Keperawatan menginstruksikan ka ruangan yang dimaksud untuk
mengosongkan ruangan.
2. Ka Ruangan berkoordinasi ke kepala ruangan lain untuk memindahkan pasiennya
3. Ka Ruangan dan Wakil serta Perawat Primer menjelaskan pada pasien/ keluarganya
alasan pengosongan ruangan.
4. Ka Ruangan mencatat ruangan-ruangan tempat tujuan pasien pindah dan
menginstruksikan petugas billing untuk melakukan mutasi pada system billing.
5. Ka Ruangan melaporkan proses pengosongan ruangan kepada Ka. Bidang
Keperawatan.
6. Alternatif pertama untuk pengosongan ruangan di Ruang Yudistira akan tetapi jika
tidak mampu menampung jumlah korban, akan menggosongkan Ruang Dewaruci dan
Ruang Ongkowijoyo supaya dapat menampung lebih banyak korban

C. PENGELOLAAN MAKANAN KORBAN DAN PETUGAS

Makanan untuk pasien dan petugas, persiapan dan distribusinya dikoordinir oleh
Instalasi Gizi sesuai dengan permintaan tertulis yang disampaikan oleh kepala ruangan
maupun penanggungjawab pos. Makanan yang dipersiapkan dengan memperhitungkan
sejumlah makanan cadangan untuk antisipasi kedatangan korban baru maupun petugas baru/
relawan.
Tempat : Instalasi Gizi dan Posko Donasi (Makanan)
Penanggung Jawab : Ka Instalasi Gizi
Prosedur :
1. Instalasi Gizi mengkoordinasikan jumlah korban dan petugas yang ada ke ruangan/
posko sebelum mempersiapkan makanan pada setiap waktu makan.
2. Instalasi Gizi mengumpulkan semua permintaan makanan dari ruangan/ posko.
3. Instalasi mengkoordinir persiapan makanan dan berkolaborasi dengan posko donasi
16
makanan untuk mengetahui jumlah donasi makanan yang akan/ dapat didistribusikan.

D. PENGELOLAAN TENAGA RUMAH SAKIT


Pengaturan jumlah dan kualifikasi tenaga yang diperlukan saat penanganan bencana.
Tenaga yang dimaksud adalah SDM rumah sakit yang harus disiagakan serta
pengelolaannya saat situasi bencana
Tempat : Bagian Umum
Penanggung jawab : Ka Tim SDM
Prosedur :
1. Ka Bag Umum menginstruksikan Ka Bidang/ Bagian/ Ka Instalasi yang terkait untuk
kesiapan tenaga.
2. Koordinasi dengan pihak lain bila diperlukan tenaga tambahan/ volunteer dari luar
Rumah Sakit.
3. Dokumentasikan semua staf yang bertugas untuk setiap shift.

E. PENGENDALIAN KORBAN BENCANA DAN PENGUNJUNG

Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di RS ditertibkan
dan diarahkan pada tempat berkumpul yang ditentukan. Demikian pula korban diarahkan
untuk dikumpulkan pada ruangan/ area tempat berkumpul yang ditentukan.
Tempat/ area berkumpul : Lihat pembahasan ruangan dan area berkumpul terbuka
Penanggung jawab : Ka SATPAM
Prosedur :
1. Umumkan kejadian dan lokasi bencana melalui speaker dan informasikan agar korban
dipindahkan dan diarahkan ke area yang ditentukan.
2. Perintahkan Ka.ruangan terkait untuk memindahkan korban.
3. Koordinir proses pemindahan dan alur pengunjung ke area dimaksud.

F. KOORDINASI DENGAN INSTANSI LAIN

Diperlukannya bantuan dari instansi lain untuk menanggulangi bencana maupun efek
dari bencana yang ada. Bantuan ini diperlukan sesuai dengan jenis bencana yang terjadi.

17
Instansi terkait yang dimaksud adalah BPBD (Badan Penenggulangan Bencana Daerah Jawa
Tengah), Dinas Kesehatan Propinsi, Kepolisian, Dinas Pemadam Kebakaran, SAR, PDAM,
PLN, TELKOM, PMI, dan RS MITRA, Intitusi Pendidikan Kesehatan, Perhotelan dan PHRI.
Tempat : Pos Komando
Penanggungjawab : Komandan RS Prosedur:
1. Koordinir persiapan rapat koordinasi dan komunikasikan kejadian yang sedang dialami
serta bantuan yang diperlukan
2. Hubungi instansi terkait untuk meminta bantuan sesuai kebutuhan
3. Bantuan instansi terkait dapat diminta kepada pemerintah Propinsi, Kabupaten/ Kota
dan Pusat, termasuk lembaga/ instansi/ militer/ polisi dan atau organisasi profesi.

G. PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN/ ALAT HABIS PAKAI

Penyediaan obat dan bahan/ alat habis pakai dalam situasi bencana merupakan salah
satu unsur penunjang yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan, oleh karena itu
diperlukan adanya persediaan obat dan bahan/ alat habis pakai sebagai penunjang pelayanan
korban.
Tempat : Instalasi Farmasi
Penanggung Jawab : Kepala Instalasi Farmasi
Prosedur :
1. Menyiapkan persediaan obat & bahan/ alat habis pakai untuk keperluan penanganan
korban bencana.
2. Distribusikan jumlah dan jenis obat & bahan/ alat abis pakai sesuai dengan permintaan
unit pelayanan.
3. Membuat permintaan bantuan apabila perkiraan jumlah dan jenis obat & bahan/ alat
habis pakai tidak mencukupi kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan atau Kementrian
Kesehatan RI.
4. Bantuan obat & bahan/ alat habis pakai kepada LSM/ lembaga donor adalah pilihan
terakhir, namun apabila ada yang berminat tanpa ada permintaan, buatkan kriteria dan
persyaratannya
5. Siapkan tempat penyimpanan yang memadai dan memenuhi persyaratan penyimpanan
obat & bahan/ alat habis pakai

18
6. Buatkan pencatatan dan pelaporan harian
7. Lakukan pemusnahan/ koordinasikan ke pihak terkait apabila telah kadaluwarsa dan
atau tidak diperlukan sesuai dengan persyaratan

H. PENGELOLAAN VOLUNTEER (RELAWAN)

Keberadaan relawan sangat diperlukan pada situasi bencana.


Individu/ kelompok organisasi yang berniat turut memberikan bantuan sebaiknya dicatat dan
diregistrasi secara baik oleh Bagian SDM, untuk selanjutnya diikutsertakan dalam membantu
proses pelayanan sesuai dengan jenis ketenagaan yang dibutuhkan.
Tempat : Pos Relawan
Penanggung Jawab : Ka.Tim SDM
Prosedur :
1. Lakukan rapid assessment untuk dapat mengetahui jenis dan jumlah tenaga yang
diperlukan
2. Umumkan kualifikasi dan jumlah tenaga yang diperlukan
3. Lakukan seleksi secara ketat terhadap identitas, keahlian dan keterampilan yang
dimiliki dan pastikan bahwa identitas tersebut benar (identitas organisasi profesi).

4. Dokumentasikan seluruh data relawan


5. Buatkan tanda pengenal resmi /name tag
6. Informasikan tugas dan kewajibannya
7. Antarkan dan perkenalkan pada tempat tugasnya
8. Pastikan relawan tersebut terdaftar pada daftar jaga ruangan/ unit dimaksud
9. Buatkan absensi kehadirannya setiap shift/hari
10. Siapkan penghargaan/ sertifikat setelah selesai melaksanakan tugas

I. PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Kesehatan lingkungan tetap dijaga pada situasi apapun termasuk situasi bencana
untuk mencegah terjadinya pencemaran maupun dampak dari bencana. Tempat :
Lingkungan Rumah Sakit
Penanggung jawab : Ka Instalasi Sanitasi Prosedur :

19
1. Pastikan sistem pembuangan dan pemusnahan sampah dan limbah infeksius dan non
infeksius sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Catat dan laporkan pemakaian sarana dan prasarana dalam menujang pelayanan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi sanitasi.
3. Kondisikan agar lokasi tetap terjaga kebersihnnya agar semuanya merasa nyaman baik
dari petugas maupun korban.
4. Koordinasikan kebersihan ruangan dan pemisahan sampah infeksius dan sampah non
infeksius dengan petugas ruangan.

J. PENGELOLAAN DONASI

Pada keadaan bencana rumah sakit membutuhkan bantuan tambahan baik berupa
obat, bahan/ alat habis pakai, makanan, alat medis/ non medis, makanan, maupun financial
Tempat : Pos Donasi
Penanggung jawab : Ka.Tim Logistik
Prosedur :
1. Catat semua asal, jumlah dan jenis donasi yang masuk baik berupa obat, makanan,
barang dan uang maupun jasa.
2. Catat tanggal kedaluarsa
3. Distribusikan donasi yang ada kepada pos-pos yang bertanggung jawab :
a. Obat dan bahan/ alat habis pakai ke Ka. Instalasi Farmasi
b. Makanan/ minuman ke Ka Instalasi Gizi
c. Barang medis/ non medis ke Ka Sub Bag Rumah Tangga
d. Uang ke Ka tim Keuangan
e. Line telpon, sumbangan daya listrik ke bagian Teknik Rumah Tangga.
4. Laporkan rekapitulasi jumlah dan jenis donasi ( yang masuk, yang didistribusikan dan
sisanya) kepada Pos Komando
5. Sumbangan yang ditujukan langsung kepada korban akan difasilitasi oleh kepala ruangan
atas sepengetahuan ketua manajemen support

20
K. PENGELOLAAN LISTRIK, TELPON DAN AIR

Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan sambungan telpon
saat disaster membutuhkan kesiapsiagaan dari tenaga yang melaksanakannya. Persiapan
pengadaan maupun sambungannya mulai dilaksanakan saat aktifasi situasi bencana di rumah
sakit Tempat : Unit pelayanan di RSJD dr. Amino Gondohutomo
Penanggung jawab : Kasubag Rumah Tangga Prosedur :
1. Pastikan sistem berfungsi dengan baik dan aman.
2. Siapkan penambahan dan jaga stabilitas listrik agar layak pakai dan aman
3. Siapkan penambahan line telpon untuk SLI maupun sambungan keluar lainnya
4. Jaga kualitas air sesuai dengan syarat kualitas maupun kuantitas air bersih dan hindari
kontaminasi sehingga tetap aman untuk digunakan
5. Lakukan koordinasi dengan Instansi terkait (PLN, PT TELKOM, PDAM) untuk
menambah daya, menambah line dan tetap menjaga ketersediaan listrik, telpon, maupun
Air.
6. Distribusikan kebutuhan listrik, telpon dan air ke area yang membutuhkan
7. Berkoordinasi dengan pengguna/ruangan dan penanggung jawab area.
8. Lakukan monitoring secara rutin

L. PENANGANAN KEAMANAN

Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area-area transportasi korban dari


lokasi ke IGD, pengamanan sekitar Triage dan IGD pada umumnya serta pengamanan pada
unit perawatan dan pos-pos yang didirikan Penanggung jawab : Komandan regu SATPAM
Tempat : Alur keluar masuk ambulance ke IGD, seluruh unit pelayanan
dan pos. Prosedur :
1. Atur petugas sesuai dengan wilayah pengamanan.
2. Lakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti kepolisian.
3. Atur dan Arahkan pengunjung ke lokasi yang ditentukan pada saat bencana internal
4. Lakukan kontrol rutin dan teratur.
5. Dampingi petugas bila ada keluarga yang mengamuk.

21
M. PENGELOLAAN INFORMASI

Informasi, baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form yang
ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai jumlah korban baik korban
hidup, korban meninggal, asal negara, tempat perawatan korban dan status evakuasi ke luar
rumah sakit. Informasi ini meliputi identitas korban, SDM dan fasilitas yang diperlukan untuk
penanganan korban.
Tempat : Pos Informasi
Penanggung Jawab : Ka.Instalasi Humas
Prosedur :
1. Lengkapi semua data korban yang mencakup nama pasien, umur, dan alamat/ asal
negara, dari korban rawat jalan, rawat inap dan meninggal serta evakuasi dan lengkapi
dengan data tindakan yang telah dilakukan
2. Informasi di update setiap 12 jam untuk 2 hari pertama (jam 08.00 dan jam 20.00) dan
24 jam untuk hari-hari berikutnya (jam 08.00)
3. Informasi ditulis pada papan informasi dan dipasang di pos informasi.
4. Setiap lembar informasi yang keluar ditandatangani oleh komandan bencana dan
diserahkan kepada pihak yang membutuhkan oleh penanggung jawab pos informasi.

N. JUMPA PERS

Informasi dari posko data merupakan sumber informasi yang akan digunakan pihak Rumah
sakit pada saat jumpa pers. Pihak Rumah Sakit yang menghadiri press release adalah Direktur
sebagai Komandan Rumah Sakit, Komandan Bencana, Ketua Medikal support, dan Ketua
manajement support.
Tempat : Aula Gedung Lt.2 RSJD dr. Amino Gondohutomo
Penanggung Jawab : Ka.Instalasi Humas
Prosedur :
1. Jumpa pers dilaksanakan setiap hari setiap jam 11.00 wib untuk 5 hari pertama, dua hari
sekali untuk hari berikutnya dan seterusnya bilamana dipandang perlu.
2. Undangan atau pemberitahuan kepada pers akan adanya jumpa pers dilakukan oleh Ka
Instalasi Humas.

22
3. Siapkan dan sebelumnya konfirmasikan informasi yang akan disampaikan pada jumpa
pers kepada Direktur.
4. Jumpa pers dipimpin oleh Komandan Rumah Sakit

O. PENGELOLAAN MEDIA

Wartawan dari media cetak dan elektronik akan berada hampir 24 jam disekitar
rumah sakit untuk meliput proses pelayanan dan kunjungan tamu ke unit pelayanan, bukan
hanya berasal dari media regional, nasional tetapi juga internasional sehingga perlu dikelola
dengan baik.
Tempat : Ruangan Humas
Penanggung Jawab : Ka Instalasi Humas
Proses :
1. Registrasi dan berikan kartu identitas semua media serta wartawan yang datang
2. Sampaikan bahwa semua informasi dapat diperoleh dari pos informasi
3. Koordinasikan dengan petugas pengamanan rumah sakit untukpengaturannya.
4. Peliputan media hanya diijinkan kepada yang sudah memperoleh kartu identitas.
5. Peliputan langsung pada korban bencana atas seijin yang bersangkutan.

P. PENGELOLAAN REKAM MEDIS

Semua korban bencana yang memerlukan perawatan dibuatkan rekam medis sesuai
dengan prosedur yang berlaku di Rumah Sakit. Pada rekam medis diberikan tanda khusus
untuk mengidentifikasi data korban dengan segera.
Tempat : Admission IGD
Penanggung jawab : Ka Instalasi Rekam Medik
Prosedur :
1. Siapkan sejumlah form rekam medis korban bencana untuk persiapan kedatangan korban
2. Kontrol dan pastikan semua korban sudah dibuatkan rekam medik
3. Registrasi semua korban pada system billing setelah dilakukan penanganan emergency.

23
Q. IDENTIFIKASI KORBAN

Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label Identitas Bencana. Label
Identitas Bencana yang dipasangkan pada pasien berisi identitas dan hasil triage. Setelah
dilakukan tindakan life saving, label Identitas Bencana akan dilepas dan disimpan pada
rekam medik yang bersangkutan.
Tempat : Ruang Admission IGD, Kamar Jenazah
Penanggung jawab : Ka Instalasi Rekam Medik

Prosedur :

1. Pasangkan label IB pada semua lengan atas kanan korban hidup pada saat masuk
ruangan triage atau korban meninggal pada saat masuk kamar jenazah, serta dibuatkan
rekam mediknya.
2. Kontrol semua korban bencana dan pastikan sudah menggunakan label IB

R. PENGELOLAAN TAMU/ KUNJUNGAN

Tamu dan kunjungan ke rumah sakit untuk meninjau pelaksanaan


pelayanan terhadap korban dilakukan berupa kunjungan formal/ non formal kenegaraan
ataupun oleh institusi, LSM, partai politik maupun perseorangan. Pengelolaannya diatur
untuk mencegah terganggunya proses pelayanan dan mengupayakan privacy korban. Tamu
kenegaraan dari negara lain maupun tamu kenegaraan RI dan tamu Gubernur akan
didampingi oleh direktur dan para Wakil Direktur. Tamu dari organisasi partai politik, LSM,
Institusi, LSM, dll diterima dan didampingi oleh Direktur RS
Tempat : Ruangan Humas
Penanggung jawab : Ka.Instalasi Humas
Prosedur :
1. Semua rencana kunjungan tercatat pada Bagian Humas
2. Hubungi Direktur dan para Wakil Direktur, Dewan Pengawas, Pejabat Struktural
terkait untuk menerima kunjungan sesuai jenis kunjungan atau tamu yang akan hadir.
3. Siapkan ruangan rencana transit dan kebutuhan lainnya (makanan/ minuman) bila
dibutuhkan.

24
4. Siapkan informasi/ data korban dan perkembangannya, data kesiapan rumah sakit dan
proses pelayanannya.
5. Koordinasi ke Komandan regu satpam Rumah Sakit untuk persiapan pengamanannya
6. Koordinasikan Ka instalasi Sanitasi untuk kebersihan unit terkait
7. Siapkan dokumentasi team dokumentasi RS

S. PENGELOLAAN JENAZAH

Untuk kejadian bencana, jenazah akan langsung dikirim ke ruang jenazah.


Pengelolaan jenazah seperti identifikasi, menentukan sebab kematian dan menentukan jenis
musibah yang terjadi, penyimpanan dan pengeluaran jenazah dilakukan di kamar jenazah.
Tempat : Kamar Jenazah
Penanggung jawab : Ka Instalasi Pemulasaraan Jenasah
Proses :
1. Registrasi semua jenasah korban bencana yang masuk ke Rumah Sakit melalui kamar
jenasah
2. Bila diperlukan, dilakukan identifikasi pada korban untuk menentukan sebab kematian
bekerja sama dengan tim DVI Polda Jawa Tengah
3. Identifikasi korban sesuai dengan guide line dari DVI-Interpol
4. Siapkan surat-surat yang diperlukan untuk identifikasi, penyerahan ke keluarga,
pengeluaran jenazah dan evakuasi dari Rumah Sakit serta sertifikat kematian
5. Buat laporan jumlah dan status jenazah kepada ketua medical support dan pos
pengolahan data

25
T. EVAKUASI KORBAN KE LUAR RS

Atas indikasi medis, sosial, politik dan hukum, maupun permintaan negara yang
bersangkutan atau atas permintaan keluarga seringkali pasien/ korban pindah ataupun keluar
dari Rsjd dr. amino gondohutomo untuk dilakukan perawatan di rumah sakit tertentu di luar
RSJD dr. Amino Gondohutomo. Perpindahan/ evakuasi korban ini dilakukan atas persetujuan
tim medis dengan keluarga maupun negara yang bersangkutan bila korban adalah warga
negara asing. Kelengkapan dokumen medik serta persetujuan keluarga/ negara ybs diperlukan
untuk pelaksanaan proses evakuasi.
Tempat : IGD, Unit Perawatan
Penanggung jawab : Ketua medical support
Prosedur :
1. Pastikan adanya persetujuan medis, maupun persetujuan keluarga/ negara yang
bersangkutan sebelum proses evakuasi dilakukan
2. Koordinasikan rencana evakuasi korban kepada pihak/ Rumah Sakit penerima
3. Pastikan pasien dalam keadaan stabil dan siap untuk dievakuasi.
4. Siapkan ambulans sesuai standar untuk evakuasi pasien
5. Bila diperlukan hubungi pihak penerbangan untuk kesiapan transportasi pasien
6. Pastikan adanya tim medis yang mendampingi selama proses evakuasi

26
BAB IV
PENUTUP

Dalam penanganan bencana perlu ada suatu organisasi atau sistem komando
kejadian bencana yang dibentuk oleh negara untuk menyusun panduan penanganan bencana
dan melakukan koordinasi terhadap personil, fasilitas, sistem komunikasi dan transportasi
dalam penanganan bencana. Organisasi ini sebelum menyusun Panduan Penanganan Bencana
(Emergency Operations Plan/EOP) terlebih dahulu melakukan pengkajian terhadap
lingkungan dan komunitas untuk mengetahui daerah yang beresiko tinggi terkena bencana,
tipe bencana yang mungkin terjadi baik bencana alam seperti banjir, sunami, gunung meletus,
maupun bencana akibat perbuatan manusia misalnya kebakaran, kecelakaan dan lain lain.
Managemen penanggulangan bencana terdiri dari penanganan sebelum bencana
(predisaster), penanganan saat bencana (during disaster) dan penangan setelah bencana (after
disaster).

27
Daftar Pustaka

28

Anda mungkin juga menyukai