Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASKEP LEGAL KEPERAWATAN LANSIA

Mata Kuliah: Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu: Ns.Sulastri,M.Kep.,Sp.Jiwa

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Dini Risrika 2014301012


2. Fansuri Adung 2014301013
3. Martha Silva Theodota 2014301019
4. Mutiara Lintang 2014301021
5. Adelia Andani 2014301039

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

REGULAR 1 TINGKAT 3

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul ”Askep Legal Keperawatan Lansia” ini disusun untuk memenuhi tugas
mahasiswa dari mata kuliah  Keperawatan Gerontik  di Jurusan Keperawatan Tanjungkarang.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini
dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Bandar Lampung, 24 Januari 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2

1.3 Tujuan.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3

2.1 Dasar Hukum Praktek Keperawatan Pada Lansia................................................3

2.2 Standar Praktik Keperawatan Gerontik.................................................................4

2.3 Hak dan Kewajiban Perawat Lansia.......................................................................6

2.4 Contoh Kasus Pelanggaran Hukum dan Etik Dalam Keperawatan Lansia …..7

III PENUTUP..........................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................9

3.2 Saran...........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan
tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi
pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap
mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum
untuk membelahak-haknya.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan
persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi telah
membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi
pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien
sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap
tindakan yang dilakukan.
Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan
yang diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi. Terjadinya
pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang
menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradgima sehat
yang lebih holistic yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai
focus pelayanan (Cohen, 1996), maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi
kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah
sakit merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 1994), Swansburg dan Swansburg,
1999) dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di
rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.
Hasil penelitian Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di
Puskesmas, ternyata lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan
pelayanan keperawatan (Depkes, 2005) dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat yang
bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24 jam
sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak pertama dengan sistem klien.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana dasar hukum praktek keperawatan pada lansia?

2. Apa saja standar praktik keperawatan gerontic?

3. Apa saja hak dan kewajiban perawat lansia?

4. Bagaimana contoh kasus pelanggaran hukum dan etik dalam keperawatan lansia?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami dasar hukum praktek keperawatan pada
lansia

2. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami standar praktik keperawatan gerontic

3. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami hak dan kewajiban perawat lansia

4. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami contoh kasus pelanggaran hukum dan
etik dalam keperawatan lansia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Hukum Praktek Keperawatan Pada Lansia


1. Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang - Undang Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang


Kesejahteraan Lanjut Usia ( Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 190,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3796 )
3. Undang - Undang Negara Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3886 )
4. Undang - Undang Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4279 )
5. Undang - Undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4419)
6. Undang - Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437)
7. Undang - Undang Negara Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 150,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4456 )


8. Undang - Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial ( Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4967)
9. Undang - Undang Negara Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik ( Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5038 )
10. Undang - Undang Negara Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan ( Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran

3
Negara Nomor 5063 )
11. Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 tentang
Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4451)
12. Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota. ( Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737)
13. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lansia.

14. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik di Provinsi
Jawa Timur ( Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2005 Nomor 5 Seri
E)

15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia ( Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2007
Nomor 4 Seri E )

2.2 Standar Praktik Keperawatan Gerontik

a. Standar Praktik Keperawatan Gerontik di Luar Negeri


Standart praktik kep. Gerontik 1987 dari American Nurses’ Association (ANA),
merupakan revisi dari standart asli tahun 1976. Standart ini menunjukkan tanggung
jawab perawat profesional pada saat memberikan askep kepada lansia. Standar praktik
keperawatan gerontik menurut ANA 1987:

1. Semua pelayanan keperawatan gerontik harus direncanakan, diatur oleh perawat


eksekutif.
2. Perawat menggunakan konsep teoritis sebagai petunjuk pelaksanaan praktik
keperawatan gerontik
3. Status kesehatan lansia dikaji secara teratur, komprehensif, akurat dan sistematis
4. Perawat menggunakan data pengkajian kesehatan untuk menentukan diagnosa
keperawatan
5. Perawat mengembangkan rencana keperawatan
6. Perawat menggembangkan diagnosa keperawatan

4
7. Evaluasi klien dan keluarga secara berkesinambungan
8. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain
9. Perawat berpartisipasi dalam riset untuk menghasilkan badan ilmu keperawatan
gerontik, menyebarkan dan menggunakan dalam praktik
10. Menggunakan kode etik
11. Bertanggungjawab terhadap pengembangan profesional

(Antoen, 2012).“Gerontologieal Nursing Competencies and Standards of Praetice


2010” -Canadian Gerontological Nursing Association

1. Standard I : Physiological Health


Definisi: Keperawatan gerontik membantu mengatur regulasi homeostatis
melalui asesmen dan manajemen dari perawatan fisiologis untuk
meminimalisir akibat dari pengobatan, diagnosis atau prosedur terapeutik infeksi
nosocomial atau stressor lingkungan.
2. Standar II : Optimizing Functional Health
Definisi : keperawatan gerontik memotivasi lansia untuk mengoptimalkan
fungsi kesehatan termasuk dalam integrasi yang mencakup status fisik, kognitif,
psikologis, sosial, dan spiritual (AACN & Hartford, 2000)
3. Standard III : Responsive Care
Definisi : keperawatan gerontik menyediakan perawatan yang responsive yang
memfasilitasi dan mendukug kemandirian klien melalui perubahan gaya hidup.
Sebuah perawatan yang responsive dengan pendekatan kebiasaan tertentu tidak
terlalu berhubungan dengan patologi itu sendiri, tetapi meskipun mungkin
berhubungan dengan fisik atau sosial lingkungan sekitar lansia dengan demensia
(Wiersman & Dupuis, 2007)
4. Standard IV : Relationship Care
Definisi : Perawat gerontology mengembangkan dan memelihara hubungan
perawatan terapeutik. Perawatan berbasis relationship adalah sebuah pendekatan
khusus yang penting dan unik dari masing-masing hubungan partisipan dengan
lainnya, dan mempertimbangkan hubungan yang terpusat dalam mendukung
perawatan kualitas terbaik, lingkungan kerja yang berkualitas, dan performa
organisasi yang superior (Saffron, Miller & Beckman, 2006)

5
5. Standard V : Health System
Definisi : perawat gerontology selalu waspada pada pengaruh ekonomi dan
politik oleh penyedia atau fasilitato perawatan yang mendukung akses
perawatan kesehatan. Sistem untuk mendukung dan menopang perubahan
praktis harus tetap dilakukan, termasuk keberlangsungan pendidikan,
perlindungan, prosedur dan pembagian kerja (Crandall, White, Schuldheis &
Talerico, 2007)
6. Standar VI : Safety and Security
Definisi : perawat gerontology selalu responsive dalam mengkaji klien dan
lingkungan dari bahaya yang dapat mengganggu keamanan, seperti
merencanakan dan mengintervensi lingkungan yang aman (Potter & Perry,
2009)

2.3 Hak dan Kewajiban Perawat Lansia

Pasal 36
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:
a. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan
Peraturan Perundang- undangan;
b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau keluarganya.
c. Menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan
d. Menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan Peraturan
Perundang-undangan; dan
e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar

Pasal 37
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:
a. Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar
Pelayanan undangan,

6
b. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan
Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
c. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga kesehatan lain
yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya;
d. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar

2.4 Contoh Kasus Pelanggaran Hukum dan Etik Dalam Keperawatan Lansia
a. Kasus
Sumber Berita:
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/
2014/02/140203_lampung_pasien_dibu ang
Pada kasus di atas diketahui bahwa telah terjadi pelanggaran legal etik pada lansia.
Pasien seorang kakek berusia 63 tahun yang menderita sakit dan hendak dipindahkan
dari RSUD ke rumah sakit lain. Pasien bernama Suparman, ditemukan satu hari
kemudian dalam kondisi lemah dan meninggal dunia tidak lama kemudian. Diperkirakan
Suparman adalah warga miskin dan tidak diketahui memiliki keluarga. Dari kasus
tersebut ditetapkanlah enam tersangka yakni sopir ambulans, seorang perawat, dua
petugas kebersihan, seorang pesuruh kantor dan seorang tukang parkir. Perbuatan para
tersangka tercium polisi berkat informasi dari seorang warga yang melihat kejadian itu.
Saksi mengatakan melihat mereka menurunkan pasien dan meletakkannya di kios
kosong yang biasa dipakai orang menjual durian. Para tersangka dijerat dengan pasal 306
KUHP mengenai meninggalkan orang yang memerlukan pertolongan hingga meninggal
dunia dengan ancaman hukuman sembilan tahun. Ini termasuk kejahatan kemanusiaan,
bagaimana mungkin rumah sakit yang dibangun di atas nilai-nilai kemanusiaan yang
mengedepankan kesejahteraan pasien justru melakukan kejahatan kemanusiaan.

b. Analisis Kasus
Pada kasus diatas prinsip etika pelayanan kesehatan pada lansia yang dilanggar:
1. Empati
Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatri harus memandang seorang

7
lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan
yang dialami oleh penderita tersebut.
• Dalam kasus tersebut terlihat petugas tidak mempunyai rasa empati kepada
lansia yang sakit. Dibuktikan dengan penelantaran lansia yang diletakkan
di kios kosong dan ditemukan meninggal ke esokan harinya.
2. Otonomi
Suatu prinsip bahwa seorang inidividu mempunyai hak untuk menentukan
nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri.
• Sedangkan dalam kasus tersebut lansia kehilangan hak untuk menetukan
nasibnya. Dibuktikan dengan pasien sebelum dipindahkan masih dalam
kondisi hidup dan memiliki hak untuk menjalankan kehidupannya,
namun petugas menelantarkannya sehingga lansia tersebut kehilangan
haknya.
3. Keadilan
Prinsip pelayanan geriatri harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua
penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan
tidak mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
• Dalam kasus diatas, diketahui bahwa pasien lansia yang ditelantarkan
tersebut adalah warga miskin dan tidak diketahui memiliki keluarga. Hal
tersebut merupakan perlakuan petugas yang membeda-bedakan atas dasar
status ekonomi pasien.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Praktek keperawatan profesional diarahkan dengan mempergunakan standar praktek
yang merefleksikan tingkat dan harapan dan pelayanan, serta dapat digunakan untuk
evaluasi praktek keperawatan yang telah diberikan.

Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup, sehingga
etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi perilaku
profesional. Keperawatan gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan
ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spritual dan kultural
yang holistic yang ditujukan kepada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu.

Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etik keperawatan adalah istilah
yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa
yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain khususnya dalam memberikan
suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan yang
berbentuk bio-psiko-sosial-spritual dan kultural yang holistic yang ditujukan kepada
klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu.

3.2 Penutup
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan
lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang aspek legal dan
etik dapat terus di kembangkan dan diterapkan dalam bidang keperawatan gerontik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, Nur. (2013). Peratran Perlindungan Kesejahteraan Bagi Lanjut Usia di Jawa Timur,

(online). (http://repository.unair.ac.id , diakses pada 28 September 2017)


Dinas Kesehatan. (2016). Kode Etik Kepererawatan Lampang Panji PPNI dan Ikrar
Keperawatan. Jakarta: PPNI.

10

Anda mungkin juga menyukai