Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.

S DENGAN DX

ISOLASI SOSIAL

Mata Kuliah: keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu: Sulastri,M.Kep., Sp.Jiwa


Idawati Manurung, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh: Kelompok 3

Mutiara Lintang (2014301021)


Okta Dwi Pujawati (2014301024)
Dea Elvia Pidela (2014301048)
Dela dwi safitri (2014301050)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2022/2023
Kasus 3
Seorang pasien wanita 34 tahun di ruang rawat psikiatri dengan riwayat sering
mengurung diri dikamar. Hasil observasi klien banyak diam, tidak mau bicara,
menyendiri, tidak mau berinteraksi, tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal, kontak
mata kurang. Keluarga mengatakan 1 tahun yang lalu klien bercerai dengan suami,
orang anaknya dibawa oleh suami. Keluarga juga mengatakan jika klien sering
bengong/melamun
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus ( masalah utama )

1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteaksi dengan orang lain disekitarnya
(Damaiyanti, 2012). Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami individu
dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain sebagai pernyataan
negatif atau mengancam (NANDA-I dalam Damaiyanti, 2012).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa tidak diterima dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain. ( Keliat,dkk.2009)
Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain maupun
lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan cara menarik
diri secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan
yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya
dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Isolasi
sosial merupakan upaya mengindari komunikasi dengan orang lain karena merasa
kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran dan kegagalan (Rusdi,2013).

2. Rentang respon
Keterangan rentang respon
a. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan
kuturaldimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.
Adapun respon adaptif tersebut :
1. Solitude (menyendiri) Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa
yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara
mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.
2. Otonomi Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran.
3. Kebersamaan Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana
individu tersebut mampu untuk memberi dan menerima.
4. Saling ketergantungan Saling ketergantungan antara individu dengan
orang lain dalam hubungan interpersonal.
b. Respon maladiptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan
kebudayaan suatu tempat. Karakteristik dari perilaku maladiptif tersebut
adalah
1. Menarik diri Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk
tidak berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan
sementara.
2. Manipulasi Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri
atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
3. Ketergantungan Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan
kemampuan yang dimiliki.
4. Impulsif Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang
buruk dan cenderung memaksakan kehendak.
5. Narkisisme Harga diri yang rapuh,secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris,
pencemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung.

3. Perkembangan Hubungan Sosial


Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses
tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut, untuk
mngembangkan hubungan sosial yang positif,setiap tugas perkembangan
sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses. Kemampuan
berperan serta dalam proses hubungan diawali dengan kemampuan tergantung
pada masa bayi dan berkembang pada masa dewasa dengan kemampuan
saling tergantung (tergantung dan mandiri), mengenai tahap perkembangan
tersebut akan diuraikan secara rinci setiap tahap perkembangan.
a. Masa Bayi
Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan
biologis dan psikologisnya. Bayi umumnya menggunakan yang sangat
sederhana dalam menyampaikan akan kebutuhannya, misalnya menangis
untuk semua kebutuhannya. Respon lingkungan (ibu atau pengasuh)
terhadap kebutuhan bayi harus sesuai agar berkembang rasa percaya diri
bayi akan respon atau perilakunya dan rasa percaya bayi terhadap orang
lain. Kegalalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan pada
orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri sendiri dan orang lain,
serta menarik diri.
b. Masa prasekolah
Anak prasekolah mulai memperluas hubungan sosialnya diluar lingkungan
khususnya ibu atau pengasuh. Anak menggunakan kemampuan
berhubungan yang telah dimiliki untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari
keluarga khususnya pemberian pengakuan yang positif terhadap perilaku
anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar rasa otonomi yang berguna untuk
mngembangkan kemampuan interdependen. Kegagalan anak dalam
berhubungan dengan lingkungan diseratai respon keluarga yang negatif akan
mengakibatkan anak menjadi tidak mampu mengontrol diri, tidak mandiri
(tergantung), ragu, menarik diri dari lingkungan, kurang percaya diri,
pesimis,takut perilakunya salah.
c. Masa Sekolah
Anak mulai mengenal hubungan yang lebih luas khususnya lingkungan
sekolah pada usia ini anak mulai mngenal bekerja sama, kompetisi,
kompromi. Konflik sering terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan
dukungan yang tidak konsisten, teman dengan orang dewasa diluar
Poltekkes Kemenkes Padang keluarga (guru,orang tua,teman) merupakan
sumber pendukung yang penting bagi anak. Kegagalan dalam membaca
hubungan dengan teman di sekolah, kurangnya dukungan guru dari
pembatasan serta dukungan yang tidak konsisten dari orang tua
mengakibatkan anak frustasi terhadap kemampuannya,putus asa,merasa
tidak mampu dan menarik diri dari lingkungan.
d. Masa Remaja
Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya
dan sejenis dan umumnya mempunyai sahabat karib. Hubungan dengan
teman sangat tergantung, sedangkan hubungan dengan orang tua mulai
independent. Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya
dukungan orang tua, akan mengakibatkan keraguan akan identitas,
ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri kurang.
e. Masa Dewasa
Muda Pada usia ini individu mempertaahankan hubungan interdependen
dengan orang tua dan teman sebaya, individu belajar mengambil keputrusan
dengan memperhatkan saran dan pendapat orang lain seperti memilih
pekerjaan, memilih karir,melangsungkan perkawinan. Kegagalan individu
dalam melanjutkan sekolah, pekerjaan,perkawinan akan mengakibatkan
individu menghindari hubungan intim, menjauhi orang lain, putus asa akan
karir.
f. Masa Dewasa Tengah
Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal
dengan orang tua , khusunya individu yang telah menikah. Jika ia telah
menikah maka peran menjadi orang tua dan mempunya hubungan antar
orang dewasa merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan
interdependen. Individu yang perkembangannya baik akan dapat
mengembangkan hubungan dan dukungan yangbaru. Kegagalan pisah
tempat dengan orang tua, membina hubungan yang baru, dan mendapatkan
dukungan dari orang dewasa lain akan mengakibatkan perhatian hanya
tertuju pada diri sendiri, produktifitas dan kreatifitas berkurang,perhatian pada
oran lain berkurang.
g. Masa Dewasa Lanjut
Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan baik itu kehilangan fungsi
fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan
pasangan),anggota keluarga (kematian orang tua). Indiviidu tetap
memerlukan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Individu yang
mengalami perkembangan yang baik dapat menerima kehilangan yang terjadi
dalam kehidupannya dan megakui bahwa dukungan orang lain dapat
membantu dalam menghadapi kehilangannya. Kegagalan individu untuk
mnerima kehilangan yan terjadi pada kehidupan serta menolak bantuan yang
disediakan untuk membantu akan mengakibatkan perilaku menarik diri.

4. Tanda gejala
Tanda dan gejala Menurut Pusdiklatnakes (2012) tanda dan gejala isolasi sosial
dapat dinilai dari ungkapan klien yang menunjukkan penilaian negatif tentang
hubungan sosial dan didukung dengan data observasi :
a. Data subjektif Pasien mengungkapkan tentang :
1. Perasaan sepi
2. Perasaan tidak aman
3. Perasaan bosan dan waktu terasa lambat
4. Ketidakmampuan berkonsentrasi
5. Perasan ditolak
b. Data objektif
1. Banyak diam
2. Tidak mau bicara
3. Menyendiri
4. Tidak mau berinteraksi
5. Tampak sedih
6. Kontak mata kurang
7. Muka datar

5. Mekanisme koping
Individu yang mengalami respon sosial maladiptif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut
berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (gall,W Stuart
2006).
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain
proyeksi, spliting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan
dengan gangguan kepribadian ambang spliting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi,
idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyektif. Menurut
Gall W. Stuart (2006).

6. Sumber Koping
Contoh sumber koping yang berhungan dengan respon maladaptif menurut
Stuart, (2006) meliputi :
a. Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman.
b. Hubungan dengan hewan peliharaan.
c. Penggunaan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal
(misalkan: kesenian, musik atau tulisan)..

II. Proses Terjadinya Masalah

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya isolasi sosial yang


disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami oleh klien dengan
latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan
kecemasan. Perasaan tidak berharga mernyebabkan klien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi
atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam perjalinan
terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak
sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi.
III.Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

Data Masala
Subjektif : Isolasi sosial
1. Keluarga klien mengatakan 1 taun
yang lalu klien bercerai dengan
suaminya
2. Keluarga mengatakan seorang
anaknya dibawa ole suaminya
3. Keluarga klien mengatakan klien
sering bengong dan melamun
4. Keluarga klien mengatakan klien
sering mengurung diri di kamar
Objek : Isolasi sosial
1. Klien tampak banyak diam
2. Klien terliat tidak mau berbicara dan
tidak mau berinteraksi
3. Klien tampak sedi ekspresi datar
dan kontak mata kurang
IV. Pohon Masalah

V. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial

2. Harga diri rendah

3. Halusinasi

VI. Tindakan keperawatan

1. Isolasi sosial
a. Tujuan umum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Tujuan kusus :
 Klien dapat membina ubungan saling percaya
 Klien dapat mengetaui keuntungan dan kerugian berhubungan
dengan orang lain
 Klien dapat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
 Klien dapat berkenalan dengan orang lain
 Klien dapat menentukan topik pembicaraan
 Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.

c. Intervensi :
 Beri salam terapeutik dan panggil nama klien
 Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan
 Jelaskan tujuan interaksi
 Jelaskan kontrak yang akan dibuat
 Beri rasa aman dan tunjukan sikap empati
 Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
 Bantu klien mengungkapkan alasan klien dibawa kerumah sakit
 Utamakan memberikan pujian realistik kepada klien
 Beri kesempatan klien mengungkapkan keuntungan berinteraksi
dengan orang lain.

2. Harga rendah
a. Tujuan umum : klien dapat meningkatkan harga dirinya dengan latihan
berpikir positif dan kemampuan bersyukur untuk mengenal dirinya sendiri
b. Tujuan khusus :
 Klien mampu membina ubungan saling percaya
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan positif yang dimiliki
 Klien dapat menilai kemampuan positif yang digunakan
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan bersyukur dengan latian
berikir positif untuk mengenal dirinya sendiri
 Klien dapat mengidentifikasi penerimaan dirinya
 Klienn dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
 Klien dapat melakukan kegiatan
c. Intervensi
 Bina ubunngan terapeutik klien dan perawat
 Beri salam terapeutik dan panggilan nama klien
 Sebutkan nama perawat dan sambil jabat tangan
 Diskusikan kemampuan daan aspek positif yang masi dimiliki klien
 Berikanb kesempatan klien untuk mencoba aspek positif dan
kemampuan bersykur mengenai dirinya sendiri
 Setiap bertemu klien indarkan bersifat agresif dan negative
 Utamakan pemberian ujian trealistik pada klien

3. Halusinasi
a. Tujuan umum : klien dapat mengontrol alusinasi
b. Tujuan khusus :
 Klien dapat membina ubungan saling percaya
 Klien dapat mengenal alusinasi
 Klien dapat megontrol alusinasi
 Klien memili cara mengatasi seperti yang tela didiskusikan
 Klien dapat dukungan dari keluarga dapat mengontrol alusinasi
 Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
c. Intervensi :
 Bina ubunghan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
 Sapa klien dengan nama panggilan dengan rama
 Tanya nama lengkap klien
 Jelaskan tujuan pertemuan interaksi
 Berikan peratian pada klien
 Observasi tingka laku klien
 Bantu klien mengenal alusinasi yang muncul
 Diskusikan dengan klien yang menimbulkan alusinasi
 Mengidentifikasi bersama klien cara mengatasi jika rasa alusinasi
terjadi

VII. Daftar Pustaka


Abidin, Yusuf Zainal. (2015). Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep, dan Aplikasi.
Bandung: Pustaka Setia

Badar.(2016).Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa Pada Pasien Isolasi Sosial :


Samarinda Dalami,

Ermawati dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Jiwa.Jakarta


Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing Direja,

Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pusdiklatnakes. 2015. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat.


Jakarta: Badan PPSDM Kesehatan.

Riset Kesehatan Dasar (2007). Laporan Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen RI

Riset Kesehatan Dasar (2013). Laporan Nasional. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen RI

Riyadi, Sujono, 2009, Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,Yogyakarta : Graha Ilmu.
Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
STRATEGI PELAKSANAAN

I. INDIVIDU
Pertemuan ke : 1 (satu)

SP 1 : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab


isolasi sosial, akibat dari isolasi sosial, perasaan klien,
keuntungan dan kerugian klien.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
 Keluarga mengatakan 1 taun yang lalu klien bercerai dengan suaminya
 Keluarga mengatakan seorang anaknya dibawa ole suaminya
 Keluarga klien mengatakan klien sering bengong atau melamun
Data objektif :
 Klien tampak banyak diam
 Klien terlihat tidak mau berbicara dan tidak mau berinteraksi
 Klien tampak menyendiri
 Klien tampak sedi, ekspresi datar, dangkal dan kontak mata kurang
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Tujuan:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang
lain.
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
4. Rencana Keperawatan:
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang
lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamualaikum. Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Okta Dwi Puja
Wati, biasa dipanggil Okta. Saya mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang
yang akan menjaga dari jam 07.00 pagi sampai jam 14.00 siang. Nama ibu
siapa? Senangnya ibu di panggil siapa?
b. Evaluasi / Validasi.
Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah Ibu masih suka menyendiri?
c. Kontrak.
 Topik:
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan
ibu dan kemampuan yang ibu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya
Agar ibu dengan saya dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat
mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain
 Waktu:
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit
saja ya?
 Tempat:
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja?

2. Fase Kerja
Dengan siapa ibu tinggal serumah?
Siapa yang paling dekat dengan ibu?
Apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?
Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu?
Apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang lain?
Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga?
Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan
orang lain? Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan orang lain?
Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman?
Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap.
Apa lagi ibu? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu? ya apa lagi?
(sampai menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman
ya.
Kalau begitu Ibu ingin belajar berteman dengan orang lain?
Nah untuk memulainya sekarang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih
dahulu. Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan kita sebutkan
dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai.
Contohnya: nama saya Okta Dwi Puja Wati, senang dipanggil Okta.
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
nama Bapak siapa ? senangnya dipanggil apa?
Ayo bu coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba ibu
berkenalan dengan saya.
Ya bagus sekali ibu, coba sekali lagi ibu. Bagus sekali ibu!
Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal
yang menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan
sebagainya,
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman
ibu. (dampingi pasien bercakap-cakap).

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan
dengan orang lain.
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap
dengan teman? Dua kali ya ibu? Baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini
ada jadwal kegiatan, kita isi jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah
bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara
mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu menuliskan B, Jika ibu tidak
melakukanya maka ibu tulis T. Apakah ibu mengerti? Coba ibu ulangi?
Nah bagus ibu.
c.   Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
pengalaman ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan
latihan bercakap-cakap dengan topik tertentu. Apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
 Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
diruang tamu saja? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00
sampai jumpa besok ibu. Saya permisi Assalamualaikum.

Pertemuan ke : 2 (dua)

SP 2 : Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan dengan baik dan


benar.
Berkenalan dengan 2 orang.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
• Keluarga mengatakan 1 taun yang lalu klien bercerai dengan suaminya
• Keluarga mengatakan seorang anaknya dibawa ole suaminya
• Keluarga klien mengatakan klien sering bengong atau melamun
Data objektif :
• Klien tampak banyak diam
• Klien terlihat tidak mau berbicara dan tidak mau berinteraksi
• Klien tampak menyendiri
• Klien tampak sedi, ekspresi datar, dangkal dan kontak mata kurang
2.  Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan:
a.  Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain.
b.  Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang
dengan orang lain.
4.  Tindakan Keperawatan.
a.  Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b.  Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang.
c.  Membanatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik:
Assalamualaikum, Selamat pagi ibu, Masih ingat dengan saya?

b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian, bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap dengan teman?
Apakah ibu sudah mulai berkenalan dengan orang lain? Bagaimana
perasaan ibu setelah mulai berkenalan?
c. Kontrak
 Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan
bagaimana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar
ibu semakin banyak teman. Apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
 Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau diteras depan
saja?

2. Fase Kerja
Baiklah hari ini saya datang bersama dua teman saya, perawat yang juga
dinas di ruangan ini, ibu bisa memulai berkenalan.
Apakah ibu masih ingat bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika pasien
masih ingat, jika pasien lupa, bantu pasien mengingat kembali cara
berkenalan).
Nah, silahkan ibu mulai (fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat
lain) wah bagus sekali ibu, selain nama, alamat, hobby apakah ada yang ingin
ibu ketahui tentang perawat B dan C? (bantu pasien mengembangkkan topik
pembicaraan) wah bagus sekali, Nah, ibu apa kegiatan yang biasa ibu
lakukan pada jam ini?
Bagaimana kalau kita menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan
siang di ruang makan sambil menolong teman, ibu bisa bercakap-cakap
dengan teman yang lain. Mari bu (dampingi pasien ke ruang makan) apa
yang ingin ibu bincangkan dengan teman ibu. ooh tentang cara menyusun
piring diatas meja silahkan ibu (jika pasien diam dapat dibantu oleh perawat)
coba ibu tanyakan bagaimana cara menyusun piring di atas meja kepada
teman ibu? apakah harus rapi atau tidak? Silahkan bu, apalagi yang ingin bu
bincangkan Silahkan.
Oke sekarang piringnya sudah rapi, bagai mana kalau ibu dengan teman ibu
melakukan menyusun gelas diatas meja bersama. Silahkan bercakap-cakap
ibu.
3.   Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C
dan bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di
ruang makan? Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya
berkenalan?
b. Rencana Tindak Lanjut
Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan
bercakap-cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan
siang. Mau jam berapa ibu latihan? Oo ketika makan pagi dan makan
siang.
c. Kontrak yang akan datang
 Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya akan mendampingi ibu
berkenalan dengan 4 orang lain dan latihan bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian lain, apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00? Baiklah ibu besok
saya akan kesini jam 10:00 WIB.
 Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau diteras
depan?

Pertemuan ke : 3 (tiga)

SP 3 : klien dapat berkenalan dengan baik dan benar lebih dari 2


orang.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
 Klien mengatakan masih malu berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan masih sedikit malas berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
 Klien tampak sudah mau keluar kamar.
 Klien belum bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan:
a. Klien mampu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi:
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan
kesepian? Apakah ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan
orang lain? Apa kegiatan yang dilakukan sambil bercakap-cakap?
Bagaimana dengan jadwal berkenalan dan bercakap-cakap, apakah
sudah dilakukan? Bagus ibu.
c. Kontrak:
 Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan
mendampingi bu berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang
masak, serta bercakap-cakap dengan teman sekamar saat
melakukan kegiatan harian. Apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?
 Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang
tamu?
2. Fase Kerja.
Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru
masak sedang memasak dan juru masak disana berjumlah lima orang
disana.
Bagaimana jika kita berangkat sekarang? Apakah ibu sudah siap
bergabung dengan banyak orang?
Nah ibu sesampainya disana ibu langsung bersalaman dan
memperkenalakan diri seperti yang sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa
saja dan yakin bahwa orang-orang disana senang dengan kedatangan ibu.
Baiklah bu kita berangkat sekarang ya bu. (selanjutnya perawat
mendampingi pasien di kegiatan kelompok, sampai dengan kembali
kekamar).
Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman saat
melakukan kegiatan harian, kegiatan apa yang ingin ibu lakukan? Ooh
merapikan kamar baiklah dengan siapa ibu ingin didampingi? Dengan Nn.
M? baiklah bu. kegiatannya merapikan tempat tidur dan menyapu kamar
tidur ya bu( perawat mengaja pasien M untuk menemani pasien merapikan
tempat tidur dan menyapu kamar, kemudian memotivasi pasien dan teman
sekamar bercakap-cakap.

3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di
dapur? kalau setelah merapikan kamar bagaimana ibu? Apa
pengalaman ibu yang menyenangkan berada dalam kelompok?
Adakah manfaatnya kita bergabung dengan orang banyak?
b. Rencana Tindak Lanjut:
Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau
ibu bisa ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan
oleh teman-teman ibu. Jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat
merapikan tempat tidur kita cantumkan dalam jadwal ya ibu. Setiap jam
berapa ibu akan berlatih? Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam
16:00.
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu
dalam melakukan berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke
laundry. apakah ibu bersedia?
 Waktu:
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
 Tempat:
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Baiklah besok saya akan kesini jam 11:00 sampai
jumpa besok bu.

Pertemuan ke : 4 (empat)

SP 4 : klien mampu melakukan aktivitas dan berlatih berbicara saat


melakukan kegiatan sosial.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
 Klien mengatakan sudah mau berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan mampu berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
 Klien sudah mau keluar kamar.
 Klien bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan.
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu. Apakah ibu masih kenal dengan
saya?
b. Evaluasi/ Validasi:
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? masih ada perasaan kesepian,
rasa enggan berbicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan
hariannya sudah dilakukan? Dilakukan sambil bercakap-cakap kan ibu?
sudah berapa orang baru yang ibu kenal? Dengan teman kamar yang lain
bagaimana? Apakah sudah bercakap-cakap juga? Bagaiman perasaan
ibu setelah melakukan semua kegiatan? Waah ibu memang luar biasa.

c. Kontrak
 Topik:
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan
mendampingi ibu dalam menjemput pakaian ke laundry atau latihan
berbicara saat melakukan kegiatan sosial. Apakah ibu bersedia?
 Waktu:
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
 Tempat:
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang
tamu?

2. Fase Kerja.
Baiklah, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil?
(sebaiknya sudah disipakan oleh perawat) baiklah ibu mari kita berangkat ke
ruangan laundry. (komunikasi saat di ruangan laundry).
Nah ibu caranya yang pertama adalah ibu ucapkan salam untuk ibu siti,
setelah itu ibu bertanya kepada ibu Siti apakah pakaian untuk ruangan melati
sudah ada? Jika ada pertanyaan dari ibu siti ibu jawab ya. Setelah selesai,
minta ibu siti menghitung total pakaian dan kemudian ibu ucapkan
terimakasih pada Ibu siti. Nah sekarang coba ibu mulai ( perawat
mendampingi pasien)

3. Fase Terminasi
a. Subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput
pakaian ke ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan
bu?
b. Rencana Tindak Lanjut :
Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal
dan melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry.
c. Kontrak yang akan datang:
 Topik:
Baiklah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi
tentang kebersihan diri. Apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
 Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai
jumpa besok bu. saya permisi Assalamualaikum

II. KELUARGA

Pertemuan : 1 (satu)
SP 1 : membina hubungan saling percaya dengan keluarga dan
menjelaskan kondisi klien.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien mulai bisa berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Identifikasi masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
c. Penjelasan isolasi sosial.
d. Cara merawat dan melatih pasien isolasi sosial.
e. Jadwal keluarga untuk merawat pasien.

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamualaikum. Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Okta Dwi Puja
Wati, biasa dipanggil Okta. Saya mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang
yang akan menjaga anak bapak dari jam 07.00 pagi sampai jam 14.00
siang. Nama bapak/ibu siapa? Senangnya dipanggil apa?
b. Evaluasi/ Validasi:
Bagaimanakah perasaan bapak/ibu hari ini? Bagaimana kondisi L hari ini?
c. Kontrak
 Topik:
Bapak/ibu bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol tentang masalah anak
bapak/ibu, isolasi sosial, serta cara merawat L?
 Waktu:
Bapak/Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? Bagaimana kalau
20 menit?
 Tempat:
Bapak/ibu mau ngobrol-ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana
disini saja sambil duduk-duduk?

2. Fase Kerja
Bapak/Ibu apakah ibu tahu masalah yang sedang dialami oleh anak
bapak/ibu? Apa saja masalah yang bapak/ibu hadapi dalam merawat L? Apa
saja yang sudah dilakukan?
Masalah yang dihadapi oleh L disebut Isolasi sosial. Ini adalah salah satu
gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang
lain.
Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung
diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk
Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang
mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak,
tidak dihargai atau berpisah dengan orang terdekat.
Menurut yang diceritakan oleh L, ia lebih suka menyendiri dan tidak mau
bergaul/berinteraksi dengan orang lain karena ia merasa malu, Karena
Bercerai dengan suaminya dan merasa kecewa dengan mantan suaminya.
Untuk itu disini keluarga sangat berperan penting dalam mengatasi masalah
anak bapak/ibu. Keluarga harus bersabar dalam menghadapapi L. Untuk
mengatasi masalahnya pertama, keluarga harus membina hubungan saling
percaya dengan L, caranya bersikap peduli dan jangan ingkar janji. Kedua
mengajak L untuk berinteraksi dengan cara berjalan-jalan, selanjutnya
keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada L untuk bisa
melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang
wajar dan jangan mencela kondisi pasien.
Apakah bapak/ibu bisa mengerti dan melakukan hal yang sudah saya ajarkan
tadi?
Ayo coba peragakan hal yang saya ajarkan tadi, sekarang..!
Bagaimana kita menyusun jadwal untuk pertemuan selanjutnya?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Obyektif :
Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita ngobrol-ngobrol? Apakah
sudah mengerti dengan apa yang sudah saya jelaskan tadi?
Apakah bapak/ibu bisa melakukan hal yang sudah saya ajarkan tadi?

b. Rencana tindak lanjut:


Bapak/Ibu bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini pada L,
bapak/ibu juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain untuk
menerapkan hal ini saat dirumah agar lebih mudah menyelesaikan
masalah ini.
c. Kontrak
 Topik :
Bapak/ibu selanjutnya kita akan bertemu untuk latihan/menerapkan
apa yang sudah bapak/ibu pelajari kepada L langsung. Bapak/Ibu
maunya kapan? Bagaimana kalau besok?
 Waktu :
Besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB, bagaimana?
 Tempat :
Bapak/ibu besok ingin bertemu dimana ? gimana kalau di taman saja?
Besok saya akan menemani bapak/ibu untuk latihan langsung apa
yang sudah kita pelajari pada L.
Baiklah kalau begitu perbincangan kita hari, kita sudahi dulu ya?,
terima kasih dan sampai jumpa dengan teman saya besok ya Pak/bu.
Wassalamu’alaikum.

Pertemuan : 2 (dua)
SP 2 : keluarga klien melatih klien untuk berinteraksi dengan orang
lain secara baik dan benar, membuat jadwal harian.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien mulai bisa berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi social
3. Tujuan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4. Tindakan keperawatan:
a. Evaluasi SP 1.
b. Latih (langsung ke pasien).
c. Jadwal keluarga untuk merawat pasien.
B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum, Selamat pagi bapak/Ibu. Bagaimana bpk/ibu masih
ingat dengan saya?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimanakah perasaan bapak/ibu hari ini? Bagaimana bpk/ibu dengan
perkembangan anak bpk/ibu saat ini? Apakah dia sekarang sudah terlihat
sudah baik atau masih sering menyendiri?
c. Kontrak
 Topik:
Bapak/ibu bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol tentang masalah
perkembangan anak bapak/ibu, isolasi sosial, serta cara merawat L?
 Tempat:
Bapak/ibu mau ngobrol-ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana
disini saja sambil duduk-duduk?
 Waktu:
Bapak/Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? Bagaimana kalau
20 menit?

2. Fase Kerja
Bapak/Ibu apakah ibu ingat dengan yang kita bahas kemarin? Apakah saja
masalah yang bapak/ibu hadapi dalam merawat L? Apa saja yang sudah
dilakukan? Contohnya seperti apa tolong dipraktekkan , dan coba
sebutkan!
Oh iya bagus bu, ibu sudah mempraktekkan yang sudah saya ajarkan
kemaren dengan baik dan apakah ada kesulitan dalam berinteraksi dengan
L? Kalau begitu bapak atau ibu usahan terus untuk mengajak L
berinteraksi baik dengan keluarga atau dengan pasien-pasien lain yang
ada disini. Bagus nanti bpk/ibu tambahkan jadwal kegiatan saudara L, tapi
ibu yang mengajarkannya.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Obyektif:
Bagaimana perasaanbapak/ibu setelah kita ngobrol-ngobrol? Apakah
sudah mengerti dengan apa yang sudah saya jelaskan tadi
Apakah bapak/ibu bisa untuk melakukan hal yang sudah saya ajarkan
kemaren?
b. Rencana tindak lanjut:
Bapak/Ibu bisa melakukan kegiatan yang kita bahas hari ini pada L,
bapak/ibu juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain untuk
menerapkan hal ini saat dirumah agar lebih mudah menyelesaikan
masalah ini
c. Kontrak
 Topik :
Bapak/ibu selanjutnya kita akan bertemu untuk mengulas lagi apa
yang sudah bapak/ibu pelajari kepada L langsung. Bapak/Ibu
maunya kapan? Bagaimana kalau besok?
 Waktu :
Besok kita ketemu lagi jam 08.00 WIB, bagaimana?
 Tempat :
Bapak/ibu besok ingin bertemu dimana? gimana kalau di taman
saja? Besok teman saya yang akan menemani bapak/ibu untuk
latihan langsung apa yang sudah kita pelajari pada L. Baiklah
kalau begitu perbincangan kita hari, kita sudahi dulu ya?, terima
kasih dan sampai jumpa besok ya Pak/bu..!
Wassalamu’alaikum....!!!

Pertemuan : 3 (tiga)

SP 3 : keluarga melatih klien untuk dapat berkenalan dan berinteraksi


dengan orang lain sesuai dengan jadwal.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien mulai bisa berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi social
3. Tujuan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Evaluasi SP 1 dan 2
b. Latih (langsung ke pasien).
c. Jadwal keluarga untuk merawat pasien.

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum, Selamat pagi bapak/Ibu. Bagaimana bpk/ibu masih
ingat dengan saya?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimanakah perasaan bapak/ibu hari ini? Bagaimana kondisi L hari
ini?
c. Kontrak
 Topik:
Bapak/ibu bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol tentang masalah anak
bapak/ibu, isolasi sosial, serta cara merawat L?
 Tempat:
Bapak/ibu mau ngobrol-ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana
disini saja sambil duduk-duduk?
 Waktu:
Bapak/Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? bagaimana kalau
20 menit?

2. Fase Kerja
Bpk/ibu bagaimana dengan perkembangan keadaan S hari ini?
Apakah sudah menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari kemaren-
kemaren atau masih sama saja seperti biasanya? Bagaimana dengan sodara
L tolong dipraktekkan juga.
Bapak/ibu bagaimana dengan yang saya praktekkan kemaren, tolong di
prktekkan lagi.
Oh iya tidak apa-apa bpk/ibu, yang terpenting bpk/ibu yang sabar dan
melakukan yang sudah saya ajarkan kemaren, sehingga L terbiasa
berinteraksi dengan keluarga dan orang lain jadi L tidak akan sering
menyendiri lagi.
Tolong bapak/ibu tambahkan kegiatan yang tadi bapak/ibu praktekkan ke
dalam jadwal.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Obyektif:
Bagaimana perasaanbapak/ibu setelah kita ngobrol-ngobrol? Apakah
sudah mengerti dengan apa yang sudah saya jelaskan tadi?
Apakah bapak/ibu bisa melakukan hal yang sudah saya ajarkan tadi?
b. Rencana tindak lanjut
Bapak/Ibu bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini pada L,
bapak/ibu juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain untuk
menerapkan hal ini saat dirumah agar lebih mudah menyelesaikan
masalah ini.
c. Kontrak
 Topik :
Bapak/ibu selanjutnya kita akan bertemu untuk latihan/menerapkan
apa yang sudah bapak/ibu pelajari kepada L langsung. Bapak/Ibu
maunya kapan? Bagaimana kalau besok?
 Waktu :
Besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB, bagaimana?
 Tempat :
Bapak/ibu besok ingin bertemu dimana? gimana kalau di taman saja?
Besok saya akan menemani bapak/ibu untuk latihan langsung apa
yang sudah kita pelajari pada L. Saya permisi dulu, assalamualaikum.
Pertemuan : 4 (empat)

SP 4 : keluarga klien berhasil membuat klien berinteraksi dengan


orang lain dan mampu melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuan klien.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien mulai bisa berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi social
3. Tujuan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Evaluasi kemampuan keluarga.
b. Evaluasi kemampuan pasien
c. Rencana tindak lanjut keluarga:
 Follow up
 Rujukan

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum, Selamat pagi bapak/Ibu. Bagaimana bpk/ibu masih
ingat dengan saya?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimanakah perasaan bapak/ibu hari ini? Bagaimana kondisi L hari
ini?
c. Kontrak
 Topik:
Bapak/ibu bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol tentang masalah
anak bapak/ibu, isolasi sosial, serta cara merawat L?
 Tempat:
Bapak/ibu mau ngobrol-ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana
disini saja sambil duduk-duduk?
 Waktu:
Bapak/Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? Bagaimana kalau
20 menit?
2. Fase Kerja
Bagaimana dengan keadaan L hari ini, apa sudah ada perkembangan lebih
baik lagi? Bagus kalau begitu bpk/ibu, lanjutkan terus dalam berinteraksi
dengan orang lain agar dia semakin terbiasa dan tidak menyendiri lagi.
Kalau bisa L ini di ajak berinteraksi diluar dengan orang lain juga agar dia
bisa bersosialisasi dengan baik dan tolong jadwal yang sudah disusun
selama ini dipraktekkan dirumah dan juga kalau obatnya saudara L habis
bisa menebus kembali di poli. Kalau terjadi kekambuhan pada anak
bapak/ibu segera rujuk ke RSJ kembali.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Obyektif:
Bagaimana perasaanbapak/ibu setelah kita ngobrol-ngobrol? Apakah
sudah mengerti dengan apa yang sudah saya jelaskan tadi?
Apakah bapak/ibu bisa melakukan hal yang sudah saya dan teman-teman
ajarkan selama ini?
b. Rencana tindak lanjut
Bapak/Ibu bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini pada L,
bapak/ibu juga bisa mengajari anggota keluarga yang lain untuk
menerapkan hal ini saat dirumah agar lebih mudah menyelesaikan
masalah ini.

Anda mungkin juga menyukai