Anda di halaman 1dari 53

BAB I

KONSEP DASAR DEFINISI ISOLASI SOSIAL

A. Masalah Utama
Isolasi Sosial
B. Proses Terjadinya
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa tidak diterima dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak,dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain. ( Keliat,dkk.2009 )
Isolasi sosial merupakan pertahanan diri seseorang terhadap orang lain
maupun lingkungan yang menyebabkan kecemasan pada diri sendiri dengan
cara menarik diri secara fisik maupun psikis. Isolasi sosial adalah gangguan
dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu
yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain
dan lingkungan. Isolasi sosial merupakan upaya mengindari komunikasi dengan
orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan (Rusdi,2013).
2. Tanda dan Gejala
Menurut Pusdiklatnakes (2012) tanda dan gejala isolasi sosial dapat
dinilai dari ungkapan klien yang menunjukkan penilaian negatif tentang
hubungan sosial dan didukung dengan data observasi :
a. Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang :
1. perasaan sepi
2. perasaan tidak aman
3. perasaan bosan dan waktu terasa lambat

1
4. ketidakmampuan berkonsentrasi
5. perasaan di tolak
6. mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-cakap
7. mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
b. Data objektif
1. banyak diam
2. tidak mau bicara
3. menyendiri
4. tidak mau berinteraksi
5. tampak sedih
6. penurunan produktifitas
7. bicara atau tertawa sendiri
8. marah-marah tanpa sebab
9. menyendengkan telinga kea rah tertentu
10. menutup telinga
3. Rentang Respon
Respon adaptif respon maladaptive

Solitude kesepian manipulasi


Autonom menarik diri impulsif
Kebersamaan ketergantungan narkisime
Saling ketergantungan
Keterangan rentang respon
a. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan kutural
dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.
Adapun respon adaptif tersebut :
1. Solitude (menyendiri)
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan
dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan
menentukan langkah berikutnya.

2
2. Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-
ide pikiran.
3. Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk memberi dan menerima.
4. Saling ketergantungan
Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
hubungan interpersonal.
b. Respon maladiptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan
kebudayaan suatu tempat.
Karakteristik dari perilaku maladiptif tersebut adalah
1. Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara
2. Manipulasi
Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada
tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
3. Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang
dimiliki.
4. Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk
dan cenderung memaksakan kehendak.
5. Narkisisme
Harga diri yang rapuh,secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan
marah jika orang lain tidak mendukung.

3
4. Faktor Predisposisi
beberapa !aktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
1) Faktor tumbuh kembang
setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. keluarga
adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain. kurangnya stimulasi, kasih sayang,
perhatian dan kehangatan dari ibu/berpengasuh pada bayi bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya diri. rasa ketidak percayaan tersebut dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
mersaa diperlakukan sebagai objek.
menurut Purba, dkk. (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam
berhubungan terdiri dari :
a. Masa bayi
bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis maupun psikologisnya. konsistensi hubungan antara
ibu dan anak, akan menghasilkannrasa aman dan rasa percaya yang
mendasar. hal ini sangat penting karena akannmempengaruhi
hubungannya dengan lingkungan di kemudian hari. bayi yang
mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa
ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain
pada masa berikutnya.
b. Masa kanak-kanak
anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri,
mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina
hubungan dengan teman-temannya. konflik terjadi apabila tingkah
lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak
frustasi. kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya

4
komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh
menjadi individu yang interdependen, orang tua harus dapat
memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari
dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena
pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara
berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain.
c. masa Praremaja dan remaja
Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan
teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu
untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di
masyarakat. selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan
berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini
hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti dar
ipada hubungannya dengan orang tua. konflik akan terjadi apabila
remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut,
yang sering kali menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung
pada remaja.
d. masa Dewasa muda
Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan
hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua.
kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaan
pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka terhadap
kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan
baru dengan dengan menikah dan mempunyai pekerjaan. karakteristik
hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi dan
menerima (mutuality)

5
e. masa Dewasa tengah
Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-
anak terhadap dirinya menurun. kesempatan ini dapat digunakan
individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang dapat
meningkatkan pertumbuhan diri. kebahagiaan akan dapat diperoleh
dengan tetap mempertahankan hubungan yang interdependen antara
orang tua dengan anak.
f. masa Dewasa akhir
Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan
fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman, maupun pekerjaan
atau peran. Dengan adanyan kehilangan tersebut ketergantungan pada
orang lain akan meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki
harus dapat dipertahankan.
2) Faktor Komunikasi
Dalam Keluarga Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung untuk terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti adanya
komunikasi yang tidak jelas (double bind) yaitu suatu keadaan dimana
individu menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu
bersamaan, dan ekspresi emosi yang tinggi di setiap berkomunikasi.
3) Faktor Biologis
Adanya faktor herediter yang mengalami gangguan jiwa,adanya resiko,
riwayat penyakit trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
4) Faktor Psikologis
Ditemukan pengalaman negatif klien terhadap gambaran diri, tidak jelasnya
atau berlebihnya peran yang dimiliki, kegagalan dalam mencapai harapan
atau cita-cita, krisis identitas dan kurangnya penghargaan baik dari diri
sendiri maupun lingkungan,yang dapat menyebabkan gangguan dalam
berinteraksi dengan orang lain,dan akhirnya menjadi masalah isolasi sosial.
5) Faktor Sosial Budaya
Pada klien isolasi sosial biasanya ditemukan dari kalangan ekonomi
rendah,riwayat penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak,tingkat
penididikan rendah dan kegegalan dalam berhubungan sosial.

6
5. Faktor Presifitasi
stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh !aktor
internal maupun eksternal, meliputi :
1) stressor sosial
budaya stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara. semua ini dapat
menimbulkan isolasi sosial.
2) stressor biokimia
a. teori dopamine : belebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik
serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b. menurunnya MAO (mono amino oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yangmenurunkan dopamin, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c. faktor endokrin : jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan
karena dihambat oleh dopamin. hypertiroidisme, adanya peningkatan
maupun penurunan hormone adrenocortical seringkali dikaitkan dengan
tingkah laku psikotik.
d. viral hipotesis : beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala
psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-
sel otak.
3) stressor biologik dan lingkungan sosial
beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.

7
4) stressor Psikologis
kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik.
menurut teori psikoanalisa : perilaku skizofrenia disebabkan karena ego
tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id maupun realitas yang
berasal dari luar. ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas
untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius
antara hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan
psikologis individu terhambat.
menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai
usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. strategi koping yang sering digunakan pada masing-
masing tingkah laku adalah sebagai berikut :
a. tingkah laku curiga : proyeksi
b. Dependency : reaksi iormasi
c. menarik diri : regrasi, depresi, dan isolasi
d. curiga, waham, halusinasi : proyeksi, deniale.
e. manipulati : regrasi, represi, isolasi.
f. Skizooprenia : displacement, proyeksi, intrifeksi,
kondensasi, isolasi, represi dan regrasi.
6. Teori mengapa terjadi isolasi sosial
terjadinya isolasi sosial yaitu perasaan tidak berharga menyebabkan klien
makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain, akibatnya
klien menjadi regresi atau kemunduran dan mengalami penurunan dalam
aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri.

8
C. Pohon Masalah
Resti perubahan persepsi sensorik : halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Koping individu in efektif

Penolakan/duka disfungsional/kehilangan
D. Masalah Yang Mungkin Muncul
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko
gangguan sensori persepsi : halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta
lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat menyebabkan deficit perawatan
diri
E. Data Yang Perlu Dikaji
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat
klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi
dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen
c. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan , penolakan orang tua , harapan orang tua yang
tidak realistis , kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaa, dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu
karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , di tuduh kkn, dipenjara

9
tiba –tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan
negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD,Nadi, suhu,Pernapasan,TB,BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
Genogram yang menggambarka tiga generasi
Konsep diri

1. Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang , mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
2. Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan .
3. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua , putus sekolah, PHK.
4. Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
5. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri,
dan kurang percaya diri. Klien mempunyai gangguan/hambatan dalam
melakukan hubunga social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien terhadap
Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)

10
f. Status Mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang
dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan
kurang berharga dalam hidup.
1. Biasanya pada Klien menarik diri klien tidak terlalu memperhatikan
penampilan, biasanya penampilan tidak rapi, cara berpakaian tidak
seperti biasanya (tidak tepat).
2. Pembicaraan
Cara bicara biasanya di gambarkan dalam frekuensi, volume dan
karakteristik. Frekuansi merujuk pada kecepatan Klien berbicara dan
volume di ukur dengan berapa keras klien berbicara. Observasi frekuensi
cepat atau lambat, volume keras atau lambat, jumlah sedikit, membisu,
dan di tekan, karakteristik gagap atau kata-kata bersambungan.
3. aktivitas motoric
Aktifitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik klien. Tingkat aktifitas :
letargik, tegang, gelisah atau agitasi. Jenis aktifitas : seringai atau
tremor. Gerakan tubuh yang berlebihan mungkin ada hubunganya
dengan ansietas, mania atau penyalahgunaan stimulan. Gerakan
motorik yang berulang atau kompulsif bisa merupakan kelainan obsesif
kompulsif.
g. Kebutuhan persiapan pulang.
Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
Klien mampuBAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
h. Aspek Medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,
therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

11
i. Mekanisme Koping
Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada pasien/keluarga,
bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi masalah
koping adaptif dan maladaptif.
j. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Biasanya pasien dengan Isolasi Sosial memiliki masalah dengan psikososial
dan lingkungannya, seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan
keluarga atau masyarakat karena merasa takut, tidak berguna dll.
F. Diagnosa
Isolasi Sosial : Menarik diri
G. Rencana Tindakan

Tgl No Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Dx Keperawatan
1. Gangguan TUM: Setelah 1 kali 1.1 Membantu pasien
persepsi Klien tidak interaksi klien mengenal
sensorik: mengalami diharapkan halusinasasi
Halusinasi halusinasi a.Klien dapat  Dengan cara
menyebutkan berdiskusi dengan
TUK: waktu, isi, pasien tentang isi
1.Klien dapat frekuensi halusinasi
mengenali timbulnya (apa yang
halusinasi yang halusinasi didengar/dilihat),
dialaminya b. Klien dapat waktu terjadi
mengungkapkan halusinasi,frekuensi
perasaan terjadinya
terhadap halusinasi, situasi
halusinasi yang menyebabkan
halusinasi muncul
dan respon pasien
saat halusinasi
muncul.

12
2. Klien dapat Setelah 1 kali 2. 1 Melatih pasien
mengontrol interaksi mengontrol
halusinasinya diharapkan halusinasi
a.Klien dapat a. Menghardik
menyebutkan halusinasi
tindakan untuk Tahapan tindakan
mengendalikan meliputi:
halusinasinya  Menjelaskan cara
b. Klien dapat menghardik
menyebutkan halusinasi
cara baru  Meperagakan cara
c.Klien dapat menghardik
memilih cara  Meminta pasien
mengatasi memperagakan
halusinasi ulang
seperti yang  Memantau
telah di penerapan cara ini,
diskusikan mengutamakan
dengan klien perilaku pasien
d.Klien dapat b. Bercakap – cakap
melaksanakan dengan orang lain
cara yang telah c. Melakukan
dipilih untuk aktivitas yang
mengendalikan terjadwal
halusinasinya Tahapan tindakan
e.Klien dapat meliputi:
mengkaji terapi  Menjelaskan
aktivitas pentingnya
kelompok. aktivitas yang
teratur untuk
mengatasi

13
halusinasi
 Mendiskusikan
aktivitas yang bisa
dilakukan oleh
pasien
 Melatih pasien
melakukan aktivitas
 Menyusun jadwal
aktivitas sehari –
hari sesuai dengan
aktivitas yang telah
dilatih. Upayakan
pasien mempunyai
aktivitas dari
bangun pagi
sampai tidur
malam, 7 hari
dalam seminggu
 Memantau
pelaksanaan jadwal
kegiatan,
memberikan
penguatan
terhadap perilaku
pasien yang positif.

d. Menggunakan obat
3.Klien dapat Setelah 1 kali secara teratur
mengikuti interaksi Berikut tindakan
program diharapkan klien keperawatan agar
pengobatan dapat pasien patuh
secara optimal. memanfaatkan menggunakan

14
obat dengan obat:
baik  Jelaskan guna obat
 Jelaskan akibat bila
putus obat
 Jelaskan cara
mendapatkan
obat/berobat
 Jelaskan cara
menggunakan obat
dengan pronsip 5
benar (benar obat,
benar pasien,
benar cara, benar
waktu, benar dosis)

4.TUM: Setelah 1 kali 4.1 Diskusikan masalah


Klien dapat interaksi yang dihadapi keluarga
dukungan dari diharapakan dalam merawat
keluarga dalam Keluarga dapat pasien.
mengontrol membina
halusinasi hubungan saling
percaya dengan
TUK: perawat.
1.Keluarga
menujukkan
tanda- tanda
percaya pada
perawat

3.Kleuarga Setelah 1 kali 5.1 Berikan pendidikan


dapat menjadi interaksi kesehatan tentang
system diharapkan pengertian halusinasi,

15
pendukung yang keluarga dapat jenis halusinasi yang
efektif untuk menyebutkan dialami pasien, tanda
pasien. pengertian, dan gejala halusinasi,
tanda dan proses terjadinya
tindakan untuk halusinasi dan cara
mengendalikan merawat pasien
halusinasi. halusinasi
3.Keluarga Setelah 1 kali 6.1 Berikan
dapat terlibat interaksi kesempatan kepada
dalam diharapkan keluarga untuk
perawatan keluarga dapat memperagakan cara
pasien baik di memperagakan merawat pasien
rumah sakit cara merawat dengan halusinasi
maupun d pasien langsung di hadapan
rumah halusinasi. pasien.

4.Keluarga Setelah 1 kali 7.1 Buat perencanaan


dapat interaksi pulang dengan
terlibatdalam diharapkan keluarga
perawatan keluarga
pasien baik di membuat
rumah sakit perencanaan
maupun di pulang
rumah

2. Isolasi sosial TUM : Setelah 1 kali 1.1 bina hubungan


menarik diri Klien dapat interaksi, klien saling percaya dengan
berinteraksi menunjukkan menggunakan prinsip
dengan orang tanda-tanda komunikasi

16
lain percaya kepada terapeutik :
TUK : perawat :  Mengucapkan salam
1. Klien dapat a. ekpresi setiap kali
membina wajah cerah, berinteraksi dengan
hubungan saling tersenyum pasien
percaya b. mau  Berkenalan dengan
berkenalan pasien : perkenalkan
c. ada kontak nama dan nama
mata panggilan yang
d. bersedia saudara sukai, serta
menceritaka tanyakan nama dan
n perasaan nama panggilan
e. bersedia pasien
mengungkap  Menyakan perasaan
kan masalah dan keluhan pasien
saat ini
 Buat kontrak
asuhan : apa yang
saudara akan
lakukan bersama
pasien, berupa lama
akan dikerjakan, dan
tempatnya dimana
 Jelaskan bahwa
saudara akan
merahasiakan
informasi yang
diperoleh untuk
kepentingan terapi
 Setiap saat
tunjukkan sikap
empati terhadap

17
pasien
 Penuhi kebutuhan
dasar pasien bila
memungkinkan

2. klien mampu Setelah I kali 2.1 membantu pasien


menyubtkan interaksi mengenali penyebab
penyebab isolasi a. klien dapat isolasi sosial :
sosial menyebutkan  Menyakan pendapat
minimal satu pasien tentang
penyebab isolasi kebiasaan
sosial berinteraksi dengan
b. penyebab orang lain
munculnnya  Menyakan apa yang
isolasi sosial : menyebabkan pasien
diri sendiri, tidak ingin
orang lain, dan berinteraksi dengan
lingkungan orang lain
3. Pasien Setelah I kali 3.1 tanyakan kepada
mampu interaksi klien tentang :
menyebutkan 1. Klien dapat  manfaat hubungan
keuntungan menyebutkan sosial
berhubungan keuntungan  kerugian isolasi
sosial dan dalam sosial
kerugian dari berhubungan
isolasi sosial sosial seperti : 3.2 diskusikan
a. banyak teman keuntungan bila pasien
b. tidak kesepian memiliki banyak
teman dan bergaul

18
c. bisa diskusi akrab dengan mereka
d. saling
menolong 3.3 diskusikan
kerugiaan bila pasien
2. klien dapat hanya mengurung diri
menyebutkan Dan tidak bergaul
kerugian dengan orang lain dan
menarik diri, menjelaskan pengaruh
seperti : isolasi sosial terhadap
a. sendiri kesehatan fisik pasien
b. kesepian
c. tidak bisa
diskusi
4. Klien dapat Setelah 1 kali 4.1 beri kesempatan
berinteraksi interaksi Klien pasien
dengan orang dapat memperaktekkan cara
lain melaksankan berinterksi dengan
hubungan sosial orang lain yang
secara bertahap dilakukan dihadapan
dengan saudara
perawat,
perawat lain, 4.2 mulailah bantu
klien, keluarga pasien berinteraksi
dan kelompok dengan satu orang
(pasien , atau
keluarga)

4.3 bila pasien sudah


menunjukkan
kemajuan, tingkatkkan
jumlah interaksi
dengan dua, tiga,

19
empat orang dan
seterusnya

4.4 beri pujiaan untuk


setiap kemajuan
interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien

4.5 siap
mendengarkan ekpresi
perasaan pasien
setelah berinterkasi
dengan orang lain.
Mungkin pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya . beri
dorongan terus
menerus agar pasien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinnya.
5. klien Setelah I kali 5.1 diskusikan maslah
mendapat interaksi yang dirasakan
dukungan keluarga dapat keluarga dalam
keluarga dalam menjelaskan merawat pasien
memperluas tentang :
hubungan sosial a. isolasi sosial 5.2 jelaskan pada
beserta tanda kelurga tentang :
dan gejalanya  masalah isolasi
b. penyebab dan sosial dan
akibat dari dampaknya pada

20
isolasi sosial pasien
c. cara merawat  penyebab isolasi
klien isolasi sosial
sosial  cara merawat pasien
dengan isolasi sosial
- membina
hubungan saling
percaya dengan
pasien dengan cara
bersikap peduli dan
tidak imgkar janji
- memberikan
semangat dan
dorongan kepada
pasien untuk bisa
melakukan kegiatan
bersama sama
dengan orang lain
yaitu dengan tidak
mencelah kondisi
pasien dan
memberikan pujian
yang wajar
- tidak membiarkan
pasien sendiri
dirumah
- membuat rencana
atau jadwal
bercakap- cakap
dengan pasien

5.3memperagakan

21
cara merawat pasien
dengan isolasi sosial

5.4. membantu
keluarga
memperaktekkan cara
merawat yang telah
dipelajari,
mendiskusikkan yang
dihadapi.

5.5 menyusun
perencanaan pulang
bersama keluarga
3. Harga diri TUM : Setelah I kali 1.1 bina hubungan
rendah Klien dapat interaksi Ekpresi saling percaya dengan
melakukan wajah tidak mengungkapkan
aktivitasnya bersahabat, prinsip komunikasi
sehari hari menunjukkan terapeutik:
ekpresi datar ,  sapa klien dengan
kontak mata ramah baik verbal
TUK : kurang, mau maupun non verbal
1. Klien dapat berjabat  perkenalkan diri
membina tangan , mau dengan sopan
hubungan saling menyebutkan  tanyakan nama
percaya dengan nama,mau lengkap dan nama
perawat menjawab panggilan yang di
salam, klien mau sukai klien
duduk  jelaskan tujuan
berdampingan pertemuan
dengan  jujur dan menepati

22
perawat,mau janji
mengutarakan  tunjukkan sikap
masalah yang di empati dan
hadapi. menerima klien apa
adanya
 beri perhatian
kepada dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat Setelah I kali 2.1 diskusikan
mengidentifikasi interaksi Klien kemampuan dan aspek
kemampuan mengidentifikasi positif yang masih di
dan aspek kemampuan dan miliki pasien
positif yang di aspek positif  mendiskusikan
miliki yang di miliki bahwa sejumlah
kemampuan dan
aspek positif yang di
miliki pasien seperti
kegiatan pasien di
rumah sakit, di
rumah,dalam
keluarga dan
lingkungan adanya
keluarga dan
lingkungan terdekat
pasien
 beri pujian yang
realistic atau nyata
dan hindarkan
setiap kali bertemu
dengan pasien

23
penilaian yang
negative

3. Klien dapat Setelah 1 kali 3.1 membantu pasien


menilai interaksi Klien menilai kemampuan
kemampuan menilai yang dapat di gunakan
yang dimiliki kemampuan  diskusikan dengan
untuk yang di miliki pasien kemampuan
dilaksanakan untuk di yang masih dapat di
laksanakan gunakan saat ini
 bantu pasien
menyebutkan dan
memberi penguatan
terhadap
kemampuan diri
yang di ungkapkan
pasien
 perlihatkan respon
yang kondusif dan
menjadi pen dengar
yang aktif

4. Klien dapat Setelah I kali 4.1 Membantu pasien


menetapkan interaksi Klien memilih atau
kegiatan sesuai membuat menetapkan
dengan rencana kemampuan yang di
kemampuan kegiiatan harian latih
yang di miliki  diskusikan dengan
pasien beberapa
kegiatan yang dapat
di lakukan dan di
pilih sebagai

24
kegiatan yang akan
pasien lakukan
sehari hari
 bantu pasien
menetapkan
kegiatan mana yang
dapat pasien
lakukan secara
mandiri, mana
kegiatan yang
memerlukan
bantuan minimal
dari keluaraga dan
kegiatan apa saja
yang perlu bantuan
penuh dari
keluaraga atau
lingkungan terdekat
pasien

5. Klien dapat Klien melakukan 5.1 melatih


melatih kegiatan sesuai kemampuan yang di
kegiatan yang kondisi dan pilih pasien
sudah di dipilih kemampuannya  diskusikan dengan
pasien sesuai pasien untuk
kemampuan melatih kemampuan
yang di pilih
 bersama pasien
mempergakan
kegiatan yang di

25
tetapkan
 berikan dukungan
dan pujian pada
setiap kegiatan yang
dapat di lakukan
pasien
6. Klien dapat Setelah 1 kali 6.1 Membantu
menyusun interaksi klien menyusun jadawal
jadwal untuk dapat pelaksanaan
melakukan melakukan kemampuan yang di
kegiatan yang jadwal kegiatan latih untuk mencapai
sudah di latih yang sudah di tujuan tindakan
latih keperawatan tersebut
 beri kesemppatan
pada pasien untuk
mencoba kegiatan
yang telah di
latihkan
 beri pujian atas
kegiatan yang dapat
di lakukan pasien
setiap hari
 tingkatkan kegiatan
sesuai dengan
tingkat toleransi dan
perubahan setiap
kegiatan
 susun jadawal untuk
melaksanakan
kegiatan yang telah
di latih beriakan
kesempatan

26
mengungkapkan
persaannya setelah
pelaksanaan
kegiatan
7. Klien dapat Setelah I kali 7.1 diskusi masalah
menmanfaatkan interaksi Klien yang di hadapi
system memanfaatkan keluaraga dalam
pendukung yang system merawat pasien
ada pendukung yang
ada di keluarga 7.2 jelaskan kepada
keluaraga tentang
harga diri rendah yang
ada pada pasien

7.3 diskusi dengan


keluaraga kemampuan
yang di miliki pasien
dan memuji pasien
atas kemampuannya

7.4 jelaskan car acara


merawat pasien
dengan harga diri
rendah

7.5 demontrasikan
cara merawat pasien
dengan harga diri
rendah

7.6 beri kesempatan


kepada keluarag untuk

27
mempratekkan cara
merawat pasien
dengan harga diri
rendah seperti yang
telah perawat
demontrasikan
sebelumnya

7.7 bantu keluaraga


menyusun rencana
kegiatan pasien
dirumah

H. Implementasi

Strategi Pelaksanaan Halusinasi

1. SP-1 Pasien : Halusinasi dengan cara Ke-1 : Membantu pasien mengenal


halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien
mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi
a. Observasi
a. ”Assalamualaikum D. Saya perawat yang akan merawat D. Nama Saya SS,
senang dipanggil S. Nama D siapa? Senang dipanggil apa”
b. ”Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini”
c. ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang
selama ini D dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di
ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana tkalau 30 menit”

28
b. Kerja
a. ”Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan
suara itu?”
b. ” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang
paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan
apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
c. ” Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”
d. ”Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang?. Dari apa yang telah kita percakapkan hari ini
dimana D mendengar suara-suara tanpa ada wujudnya disebut dengan
«HALUSINASI»
e. Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul?
f. ” D , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan
yang ke empat minum obat dengan teratur.”
g. ”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
h. ”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D
bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu
suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi.
Coba D peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus D sudah
bisa”

c. Terminasi
a. ”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-
suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita
buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara
masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa
D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana
tempatnya”
b. ”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”

2. SP-2 Pasien : Halusinasi dengan cara Ke-2 : melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara kedua : bercakap-cakap dengan orang lain
a. Observasi

29
a. “Assalammu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita
latih?, Bolehkah saya melihat Jadwal Latihannya..?,Coba Praktikan lagi
bagaimana cara untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik ..,
Berkurangkan suara-suaranya.... Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan
latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di
sini saja?

b. Kerja
a. “Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar
suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman
untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar
suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah
misalnya Kakak D katakan: Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar
suara-suara. Begitu D. Coba D lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya,
begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!”

c. Terminasi
a. “Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara
yang D pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua
cara ini kalau D mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita
masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam berapa latihan
bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu
suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita
latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/ Di sini lagi? Sampai
besok ya. Assalamualaikum”

3. SP-3 Pasien : Halusinasi Dengan cara Ke-3 : Melatih pasien mengontrol halusinasi
dengan cara ketiga melaksanakan aktivitas terjadwal
a. Observasi

30
a. “Assalamu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita
latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Bolehkah dipraktikkan lagi cara yang
kedua..., Bagus..... Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang
ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal.
Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita
bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

b. Kerja
a. “Apa saja yang biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam).
Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih
kegiatan tersebut). Bagus sekali D bisa lakukan. Kegiatan ini dapat D
lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan
kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
c. Terminasi
a. “Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga
untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang
telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita
masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Coba lakukan sesuai jadwal
ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut
sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana
kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat
yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00
pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa. Wassalammualaikum.

4. Sp-4 Pasien : Halusinasi dengan cara ke-4 : melatih pasien menggunakan obat
secara teratur

a. Observasi

a. “Assalammualaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-


suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita
latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini
sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-
obatan yang D minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil
menunggu makan siang. Di sini saja ya D?”

b. Kerja

31
a.“D adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-
suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara
yang D dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa
macam obat yang D minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang
warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam
gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan
yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran
biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus
obat, D akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula.
Kalau obat habis D bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. D
juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya
benar, artinya D harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar
punya D. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama
kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang
benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. D juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10
gelas per hari”

c. Terminasi

a. “Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap tentang obat?


Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba
sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal
minum obatnya pada jadwal kegiatan D. Jangan lupa pada waktunya
minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah
makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4
cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa. Wassalammu’alaikum.

1. Sp-1 Keluarga : Halusinasi dengan cara Ke-1 : Pendidikan kesehatan tentang


pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala
halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi
a. Orientasi

32
a. “Assalammualaikum Bapak/Ibu!”“Saya SS, perawat yang merawat anak
Bapak/Ibu.”
b. “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu
tentang anak Bapak/Ibu?”
c. “Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak/Ibu
alami dan bantuan apa yang Bapak/Ibu bisa berikan.”
d. “Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara?
Berapa lama waktu Bk/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

b. Kerja

a. “Apa yang Bpk/Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat D. Apa yang
Bpk/Ibu lakukan?”
b. “Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi,
yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada
bendanya.
c. ”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa
sebab”
d. “Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara,
sebenarnya suara itu tidak ada.”
e. “Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan,
sebenarnya bayangan itu tidak ada.”
f. ”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara.
Ada beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa
mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama,
dihadapan anak Bapak/Ibu, jangan membantah halusinasi atau
menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa anak tersebut
memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak/Ibu
sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.
g. ”Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena
kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau
bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan
bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih
anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong
Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia
lakukan!”

h. ”Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan


menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga
sudah melatih anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi
bapak/Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang
orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau
bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7
malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam

33
minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu
selalu diminum untuk mencegah kekambuhan”
i. ”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi
anak Bapak/Ibu dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu.
Kemudian suruhlah anak Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak
Bapak/Ibu sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
j. ”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu. Sambil
menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu?Kamu
ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang?
Ya..Usir suara itu, D. Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya
tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, D”
k. ”Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
l. ”Bagus Pak/Bu”

c. Terminasi

a. “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan


memutuskan halusinasi anak Bapak/Ibu?”
b. “Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak
bapak/Ibu”
c. ”Bagus sekali Pak/Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan anak
Bapak/Ibu”
d. ”Jam berapa kita bertemu?”
e. Baik, sampai Jumpa. Assalamu’alaikum

2. Sp-2 Keluarga : Halusinasi dengan cara Ke-2 : melatih keluarga praktek merawat
pasien langsung dihadapan pasien
a. Observasi

a. “Assalammualaikum”
b. “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu pagi ini?”
c. ”Apakah Bapak/Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi anak
Bapak/Ibu yang sedang mengalami halusinasi?Bagus!”
d. ” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan anak
Bapak/Ibu”.
e. ”mari kita datangi Anak bapak/Ibu”

b. kerja

34
a. ”Assalamu’alaikum D” ”D, Bapak//Ibu D sangat ingin membantu D
mengendalikan suara-suara yang sering D dengar. Untuk itu pagi ini
Bapak/Ibu D datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara
yang D dengar. D nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau
tersenyum-senyum sendiri, maka Bapak/Ibu akan mengingatkan seperti
ini” ”Sekarang, coba Bapak/Ibu peragakan cara memutus halusinasi yang
sedang D alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk
punggung D lalu suruh D mengusir suara dengan menutup telinga dan
menghardik suara tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan
keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana D? Senang dibantu
Bapak/Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian D. (Pasien
memperlihatkan dan dorong orang tua memberikan pujian) Baiklah,
sekarang saya dan orang tua D ke ruang perawat dulu” (Saudara dan
keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga

c. Terminasi

a. “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mempraktekkan cara memutus


halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”
b. ”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Pak/Bu. Bapak/Ibu dapat
melakukan cara itu bila anak Bapak/Ibu mengalami halusinas”.
c. “bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan
tentang jadwal kegiatan harian anak Bapak/Ibu untuk persiapan di
rumah. Jam berapa Bapak/Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai
jumpa.”

3. Sp-3 Keluarga : Halusinasi dengan cara Ke-3 : membuat perencanaan pulang


bersama keluarga
a. Observasi
a. “Assalamualaikum Pak/Bu, karena besok D sudah boleh pulang, maka
sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadual D selama
dirumah”
b. “Bagaimana pak/Bu selama Bapak/Ibu membesuk apakah sudah terus
dilatih cara merawat D?”
c. “Nah sekarang kita bicarakan jadwal D di rumah? Mari kita duduk di
ruang perawat!”
d. “Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”

b. Kerja

35
a. “Ini jadwal kegiatan D di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di
rumah. Coba Bapak/Ibu lihat mungkinkah dilakukan di rumah. Siapa yang
kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?”Pak/Bu jadwal yang telah
dibuat selama D di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
b. “Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di rumah.Misalnya kalau B
terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak
memperlihatkan

c. perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku


membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster B di
Puskesmas terdekat dari rumahBapak/Ibu, ini nomor telepon
puskesmasnya: (0651) 554xxx
d. Selanjutnya suster B yang akan membantu memantau perkembangan D
selama di rumah

c. Terminasi

a. “Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan


cara-cara merawat D di rumah! Bagus(jika ada yang lupa segera
diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya untuk dibawa pulang. Selanjutnya
silakan ibu menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami akan
siapkan D untuk pulang”

Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial

1. SP-1 Pasien : Isolasi Sosial Pertemuan Ke-1 : membina hubungan saling percaya,
membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal
keuntungan berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien
berkenalan
a. Orientasi (Perkenalan)
a) “Assalammu’alaikum ”
b) “Saya H ……….., Saya senang dipanggil Ibu Her …………, Saya perawat di
Ruang Mawar ini… yang akan merawat Ibu.”
c) “Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
d) “Apa keluhan S hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman S? Mau dimana kita bercakap-cakap?

36
Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, S? Bagaimana kalau
15 menit”

b. Kerja

a) (Jika pasien baru)


b) ”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S?
Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang
bercakap-cakap dengannya?”
c) (Jika pasien sudah lama dirawat)
d) ”Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? O.. S merasa sendirian?
Siapa saja yang S kenal di ruangan ini”
e) “Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
f) “Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang lain?”

g) ”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ?


Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak
mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
h) dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya
teman ya. Kalau begitu inginkah S belajar bergaul dengan orang
lain ?
i) « Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan
dengan orang lain”
j) “Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu
nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh:
Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal saya dari Bireun, hobi memasak”

k) “Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.


Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?
Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
l) “Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan
dengan saya!”
m) “Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
n) “Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan S bicarakan. Misalnya
tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan
sebagainya.”

c. Terminasi
a) ”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”
b) ”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”

37
c) ”Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama
saya tidak ada. Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.
S mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita
masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
d) ”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak S
berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?”
e) ”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaiku

2. Sp-2 Pasien : Isolasi Sosial Pertemuan Ke-2 : mengajarkan pasien beronteraksi


secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama-seorang perawat)
a. Orientasi
a. “Assalammualaikum S! ”
b. “Bagaimana perasaan S hari ini?
c. « Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba
sebutkan lagi sambil bersalaman dengan Suster ! »
d. « Bagus sekali, S masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak
S mencoba berkenalan dengan teman saya perawat N. Tidak lama kok,
sekitar 10 menit »
e. « Ayo kita temui perawat N disana »

b. Kerja
a. ( Bersama-sama S saudara mendekati perawat N)
b. « Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N »
c. « Baiklah S, S bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita
praktekkan kemarin «
d. (pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N :
memberi salam, menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan
seterusnya)
e. « Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan
tentang keluarga perawat N »
f. « Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini.
Lalu S bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1
siang nanti »

38
g. « Baiklah perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S
akan kembali ke ruangan S. Selamat pagi »
h. (Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat N untuk
melakukan terminasi dengan S di tempat lain)

c. Terminasi
a. “Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N”
b. ”S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
c. ”Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba
dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa
kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba sendiri. Besok kita
latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”

3. Sp-3 Pasien : Isolasi Sosial Pertemuan Ke-3 : melatih pasien berinteraksi secara
bertahap (berkenalan dengan orang kedua-seorang pasien)
a. Orientasi
a. “Assalammu’alaikum S! Bagaimana perasaan hari ini?
b. ”Apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”
c. (jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya
orang lain
d. ”Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N
kemarin siang”
e. ”Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi”
f. ”Kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi?”
g. ”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu
pasien O”
h. ”seperti biasa kira-kira 10 menit”
i. “ mari kita temui dia di ruang makan”

b. Kerja
a. ( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )
b. « Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »
c. « Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S
lakukan sebelumnya. »
d. (pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam,
menyebutkan nama, nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal
yang sama). »
e. « Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada O»

39
f. « Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan
ini. Lalu S bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore
nanti »
g. (S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)
h. « Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan
kembali ke ruangan S. Selamat pagi »
i. (Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk
melakukan terminasi dengan S di tempat lain)

c. Terminasi
a. “Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O”
b. ”Dibandingkan kemarin pagi, N tampak lebih baik saat berkenalan
dengan O” ”pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa
untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore nanti”
c. ”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap
dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari S
dapat berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10
pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, S bisa bertemu dengan N, dan
tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan
dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana S, setuju kan?”
d. ”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S.
Pada jam yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai besok..
Assalamu’alaikum”

1. Sp-1 Keluarga : Isolasi Sosial Pertemuan Ke-1 : meberikan penyuluhan kepada


keluarga tentang masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat
pasien dengan isolasi sosial
a. Orientasi
a. “Assalamu’alaikum Pak”
b. ”Perkenalkan saya perawat H, saya yang merawat, anak bapak, S, di
ruang Mawar ini”
c. ”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
d. ” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak S
sekarang?”

40
e. “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak
dan cara perawatannya”
f. ”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana
kalau setengah jam?”

b. Kerja
a. ”Apa masalah yang Bp/Ibu hadapi dalam merawat S? Apa yang sudah
dilakukan?”
b. “Masalah yang dialami oleh anak S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah
satu gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa
yang lain”.
c. ” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain,
mengurung diri, kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah
menunduk”
d. ”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang
mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain, seperti sering
ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan orang–orang terdekat”
e. “Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa
mengalami halusinasi, yaitu mendengar suara atau melihat bayangan
yang sebetulnya tidak ada.”
f. “Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga
lainnya harus sabar menghadapi S. Dan untuk merawat S, keluarga perlu
melakukan beberapa hal. Pertama keluarga harus membina hubungan
saling percaya dengan S yang caranya adalah bersikap peduli dengan S
dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan
dorongan kepada S untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama
dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi
pasien.”
g. « Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal
bercakap-cakap dengan S. Misalnya sholat bersama, makan bersama,
rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah tangga bersama.”
h. ”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara
itu”
i. ” Begini contoh komunikasinya, Pak: S, bapak lihat sekarang kamu sudah
bisa bercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan
lama. Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu
bincang-bincang dengan saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai
sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di
mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga atau di
mushola kampung. Bagiamana S, kamu mau coba kan, nak ?”
j. ”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya
contohkan”
k. ”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”

41
l. “sampai sini ada yang ditanyakan pak”

c. Terminasi
a. “Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita
latihan tadi?”
b. “Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan
tanda-tanda orang yang mengalami isolasi sosial »
c. « Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak
bapak yang mengalami masalah isolasi sosial »
d. « Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara
perawatan tersebut »
e. «Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada
semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama. »
f. « Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung
kepada S ? »
g. « Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama »
h. « Assalamu’alaikum »

2. Sp-2 Keluarga : Isolasi Sosial Pertemuan Ke-2 : melatih keluarga mempraktekkan


cara merawat pasien dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien
a. Orientasi
a. “Assalamu’alaikum Pak/Bu”
b. ” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”
c. ”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari
berberapa hari yang lalu?”
d. “Mari praktekkan langsung ke S! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita
akan coba 30 menit.”
e. ”Sekarang mari kita temui S”

b. Kerja
a. ”Assalamu’alaikum S. Bagaimana perasaan S hari ini?”
b. ”Bpk/Ibu S datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong S tunjukkan jadwal
kegiatannya!”
c. (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
d. ”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu”
e. (Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
f. ”Bagaimana perasaan S setelah berbincang-bincang dengan Orang tua
S?”

42
g. ”Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu”
h. (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi
dengan keluarga)

c. Terminasi
a. “ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu
sudah bagus.”
b. « «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi
kepada S »
c. « Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman
Bapak melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan
tempatnya sama seperti sekarang Pak »
d. « Assalamu’alaikum »

3. Sp-3 Keluarga : Isolasi Sosial Pertemuan Ke-3 : Membuat perencanaan pulang


bersama keluarga
a. Orientasi
a. “Assalamu’alaikum Pak/Bu”
b. ”Karena besok S sudah boleh pulang, maka perlu kita bicarakan
perawatan di rumah.”
c. ”Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal S tersebut disini saja”
d. ”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

b. Kerja
a. ”Bpk/Ibu, ini jadwal S selama di rumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah
dilanjutkan di rumah? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat.
Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal
minum obatnya”
b. ”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak Bapak selama di rumah. Misalnya kalau S terus
menerus tidak mau bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi
segera hubungi perawat K di puskemas Indara Puri, Puskesmas terdekat
dari rumah Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx
c. ”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan S
selama di rumah

43
c. Terminasi
a. ”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S
untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM
Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada
gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”

Strategi Pelaksanaan Harga Diri Rendah

1. Sp-1 Pasien Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1 : Mendiskusikan kemampuan


dan aspek positif yang di miliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan
yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan
kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
yang telah dilatih dalam rencana harian
a. Orientasi

a. “Assalamualaikum, bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar“.


b. ”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan
mana yang masih dapat T dilakukna di rumah sakit. Setelah kita nilai,
kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
c. ”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ?
Bagaimana kalau 20 menit ?

b. Kerja
a. ” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan?
Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci
piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang T miliki “.
b. ” T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus
sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
c. ”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau
begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur

44
T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat
tidurnya?

d. “Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan
kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai
dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu
sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan
di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah
bawah/kaki. Bagus !”
e. ” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

f. “ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T
lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan,
dan T (tidak) melakukan.

c. Terminasi

a. “Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan


merapihkan tempat tidur ? Yach, T ternyata banyak memiliki
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya,
merapihkan tempat tidur, yang sudah T praktekkan dengan baik sekali.
Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
b. ”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam
berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
c. ”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan

45
latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis
makan pagi Sampai jumpa ya”

2. Sp-2 Pasien Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2 : melatih pasien melakukan
kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien
a. Observasi
a. “Assalammua’laikum, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak
cerah ”
b. ”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi
pag? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita
akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?”
c. ”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
d. ”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

b. Kerja
a. “ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk
mencuci piring, dan air untuk membilas., T bisa menggunakan air yang
mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk
membuang sisa-makanan.
b. “Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
c. “Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu
buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian T bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes
yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas
dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring

46
tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi
di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…
d. “Sekarang coba T yang melakukan…”
e. “Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang
dilap tangannya

c. Terminasi
a. ”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”
b. “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan
sehari-hari
c. T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga
kali setelah makan.”
d. ”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan
tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar
kita akan latihan mengepel”
e. ”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

1. Sp-1 Keluarga Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1 : mendiskusikan masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang
pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara m erawat pasien dengan
harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat
a. Orientasi
a. “Assalammu’alaikum !”
b. “Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”

47
c. “Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T?
Berapa lama waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan
wawancara!”

b. kerja
a. “Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T”
b. “Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya
diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering
menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh
sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri
rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu
negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini terus menerus seperti itu,
T bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu
bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
c. “Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri
rendah?”
d. “Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
e. “Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius,
maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk T”
f. ”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang
dikatakan T)
g. ” T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu,
Bapak/Ibu dapat mengingatkan T untuk melakukan kegiatan tersebut
sesuai jadual. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan
jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula
memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”.

h. ”Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap
perlu memantau perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali
muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa T ke
puskesmas”
i. ”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian
kepada T”
j. ”Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin
terampil mencuci piring”
k. ”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

c. Terminasi

48
a. ”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
b. “Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan
bagaimana cara merawatnya?”
c. “Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
d. “Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan
cara memberi pujian langsung kepada T”
e. “Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

2. Sp-2 Keluarga Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2 : Melatih keluarga


mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah
langsung kepada pasien
a. Orientasi
a. “Assalamu’alaikum Pak/Bu”
b. ” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
c. ”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu?”
d. “Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada T.”
e. ”Waktunya 20 menit”.
f. ”sekarang mari kita temui T”

b. Kerja
a. ”Assalamu’alaikum T. Bagaimana perasaan T hari ini?”
b. ”Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya
katakan sebelumnya, orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat
pulih.”
c. (kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
d. ”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah
kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap
perkembangan anak Bapak/Ibu”
e. (Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
f. ”Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan Orang tua
T?”
g. ”Baiklah, sekarang saya dan orang tua T ke ruang perawat dulu”
h. (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi
dengan keluarga)

b. Terminasi
a. “ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”

49
b. « «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi
kepada T »
c. « Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman
Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan
tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu »
d. « Assalamu’alaikum »

3. Sp-3 Keluarga Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-3 : Membuat perencanaan


pulang bersama keluarga
a. Observasi
a. “Assalamu’alaikum Pak/Bu”
b. ”Karena hari ini T sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan
jadwal Tselama di rumah”
c. ”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

b. Kerja
a. ”Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan,
apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah
dibuat selama T dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
b. ”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh T selama di rumah. Misalnya kalau T terus menerus
menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di puskemas
Indara Puri, Puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor
telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx

50
c. ”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan T
selama di rumah

c. Terminasi
a. ”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S
untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM
Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada
gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”

3.7 Evaluasi

Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada


setiap tahap proses keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yusuf Zainal. (2015). Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep, dan Aplikasi.
Bandung: Pustaka Setia Badar.(2016).Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa Pada Pasien
Isolasi Sosial : Samarinda Dalami, Ermawati dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Jiwa.Jakarta Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing Direja, Ade Herman
Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Dinas Kesehatan
Kota Padang. (2013). Profil Kesehatan. Padang: Dinas Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Riset

51
Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika. Keliat,
et al. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC.

52
53

Anda mungkin juga menyukai