OLEH :
5. RENTANG RESPON
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Menyendiri/solitude Merasa sendiri Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerja sama Tergantung Narcissme
Saling tergantung(interdependen)
6. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan
tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham,
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak
mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut,
akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe).
Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk
pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental
serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping
seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat
mata kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy,
kelainan jantung (Andrey, 2010).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi,
takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap
hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan
masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu,
perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan
pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan
tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan
memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain
ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu
pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan
dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang meliputi:
Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien
sewaktu bangun tidur.
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu
semua bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan
dengan BAB dan BAK.
Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi,
dalam kegiatan mandi dan sesudah mandi.
Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
keperluan berganti pakaian.
Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada
waktu, sedang dan setelah makan dan minum.
Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang
berhubungan dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang
berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan, rambut,
kuku dan lain-lain.
Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien
mengerti dan dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri,
seperti, tidak menggunakan/menaruh benda tajam
sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat
ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien
untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku
pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan
gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal
ini yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur)
tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
b. Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan
sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien
untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien,
misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya
dan sebagainya.
Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien
untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti
tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya
jika ada kesulitan dan sebagainya.
Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu
berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan
saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam
berkomunikasi.
Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok
(lebih dari dua orang).
Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan
dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan
rumah sakit.
Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
tata krama atau sopan santun terhadap kawannya dan
petugas maupun orang lain.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnose Tujuan Intervensi Rasional
DX Keperawatan
1. Isolasi sosial Setelah dilakukan Promosi sosialisasi Promosi
asuhan (I.13498) sosialisasi
keperawatan Observasi : (I.13498)
…..x24 jam 1. Identifikasi kemampuan Observasi :
Diharapkan melakukan interaksi 1. Mengetahui
keterlibatan social dengan orang lain kemampuan
(L.13116) pasien : 2. Identifikasi hambatan interaksi
-minat interaksi melakukan interaksi 2. Mengetahui
meningkat (5) dengan orang lain. hambatan
-verbalisasi tujuan Terapeutik : melakukan
yang jelas (5) 3. Motivasi meningkatkan interaksi
-minat terhadap keterlibatan dalam suatu Terapeutik :
aktifitas hubungan 3. Melatih
meningkat (5) 4. Motivasi kesabaran kemampuan
-verbalisasi isolasi dalam mengembangkan berinteraksi
menurun (5) suatu hubungan 4. Melatih
-verbalisasi 5. Motivasi berpartisipasi kesabaran
ketidakamanan di dalam aktivitas baru dan dalam
tempat umum kegiatan berkelompok mengembang
menurun (5) 6. Motivasi berinteraksi di kan suatu
-perilaku menarik luar ruangan hubungan
diri menurun (5) 7. Diskusikan kekuatan dan 5. Mengetahui
-verbalisasi keterbatasan dalam kemampuan
perasaan berbeda berkomunikasi dengan berinteraksi
dengan orang lain orang lain dalam
Menurun (5) 8. Diskusikan perencanaan aktifitas baru
-verbalisasi kegiatan di masa depan 6. Mengetahui
preokupasi dengan 9. Berikan umpan balik kemampuan
pikiran sendiri positif pada setiap berinteraksi di
Menurun (5) peningkatan kemampuan luar ruangan
-perilaku Edukasi : 7. Mengetahui
bermusuhan 10. Anjurkan kekuatan dan
menurun (5) berinteraksi dengan keterbatasan
-perilaku sesuai orang lain secara berkomunikas
dengan harapan bertahap i
orang lain 11. Anjurkan ikut serta Edukasi :
membaik (5) kegiatan sosial dan 8. Mengetahui
-perilaku kemasyarakatan kemampuan
bertujuan 12. Anjurkan berbagai berinteraksi
membaik (5) pengalaman dengan pasien dengan
-kontak mata orang lain orang lain
membaik (5) 13. Anjurkan 9. Melatih
-tugas meningkatkan kejujuran kemampuan
perkembangan diri dan menghormati interaksi
sesuai usia hak orang lain pasien
membaik (5) 14. Latih bermain peran 10. Meningkatkan
untuk meningkatkan pengalaman
keterampilan komunikasi berinteraksi
15. Latih pasien
mengekspresikan marah 11. Untuk melatih
yang tepat kejujuran dan
simpati
terhadap
orang lain
12. Untuk
meningkatkan
kemampuan
bermain peran
13. Untuk melatih
emosi pasien
Terapi Aktivitas (I.05186) Terapi Aktivitas
Observasi : (I.05186)
1. Identifikasi defisit Observasi :
tingkat aktivitas 1. Mengetahui
2. Identifikasi kemampuan defisit tingkat
berpartisipasi dalam aktivitas
aktivitas tertentu 2. Mengetaui
3. Identifikasi sumber kemampuan
daya untuk aktivitas berpartisipasi
yang diinginkan 3. Mengetahui
4. Identifikasi strategi sumber daya
meningkatkan untuk
partisipasi dalam aktivitas yang
aktivitas diinginkan
5. Identifikasi makna 4. Mengetahui
aktivitas rutin misalnya strategi
bekerja dan waktu meningkatkan
luang. partisipasi
6. Monitor respons dalam
emosional,fisik, sosial, aktivitas
dan spiritual terhadap 5. Untuk
aktivitas mengatur
Terapeutik : pemanfaatan
7. Fasilitas fokus pada waktu luang
kemampuan, bukan dengan baik.
defisit yang dialami 6. Mengetahui
8. Sepakati komitmen respons
untuk meningkatkan emosional,
frekuensi dan rentang fisik, sosial,
aktivitas dan spiritual
9. Fasilitasi memilih terhadap
aktivitas dan tetapkan aktifitas
tujuan aktifitas yang Terapeutik:
konsisten sesuai 7. Lebih
kemampuan fisik, mengutamaka
psikologis, dan sosial n
10. Koordinasi pemilihan peningkatkan
aktifitas sesuai usia kemampuan
11. Fasilitasi makna pasien
aktifitas yang dipilih 8. Meningkatkan
12. Transportasi untuk frekuensi dan
menghadiri aktivitas rentang
13. Fasilitasi pasien dan aktivitas
keluarga dalam 9. Mengetahui
penyesuaian lingkungan tujuan
14. Fasilitasi aktivitas fisik aktifitas yang
rutin dilakukan
15. Fasilitasi aktifitas 10. Menjalin
pengganti hubungan
16. Fasilitasi aktivitas saling
motorik kasar untuk keterbukaan
pasien hiperaktif pada pasien
17. Tingkatkan aktivitas 11. Meningkatkan
fisik untuk memelihara kemampuan
berat badan dalam
18. Fasilitasi aktivitas memilih
motorik untuk makna
merelaksasi otot aktifitas
19. Libatkan keluarga 12. Mampu
dalam aktivitas jika melakukan
perlu penyesuaian
20. Fasilitasi lingkungan
mengembangkan 13. Mengurangi
motivasi dan penguatan jenuh
21. Jadwalkan aktivitas 14. Melatih
dalam rutinitas sehari- kemampuan
hari motorik
22. Berikan penguatan pasien.
positif atas partisipasi 15. Memelihara
dalam aktivitas berat badan
Edukasi : pasien.
23. Jelaskan metode 16. Melatih
aktivitas fisik sehari- motorik
hari, jika perlu pasien
24. Ajarkan cara melakukan 17. Meningkatkan
aktivitas yang dipilih kenyamanan
25. Anjurkan cara 18. Meningkatkan
melakukan fisik,sosial, motivasi
spiritual, dan kognitif 19. Menjaga pola
dalam menjaga fungsi hidup sehat
dari kesehatan 20. Konsistensi
26. Anjurkan terlibat dalam aktifitas
aktivitas keelompok positif
atau terapi jika sesuai Edukasi :
21. Mengetahui
metode
aktivitas fisik,
sehari hari
22. Mengetahui
cara
melakukan
fisik,sosial,
spiritual, dan
kognitif
dalam
menjaga
fungsi
kesehatan
bagi pasien.
23. Melatih
kemampuan
berinteraksi
DAFTAR PUSTAKA
Reni,Meryl.2020.LP ISOLASI SOSIAL. Dikutip dari
https://www.academia.edu/13410915/LP_ISOLASI_SOSIAL pada
tanggal 11 Oktober 2021.
Septiani,Sri Fahnur.2017.Karya Tulis Ilmiah Pada Pasien Isolasi Sosial.
Dikutip dari
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/sri_fahnur_septiani.pdf
pada tanggal 11 Oktober 2021.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Edisi I. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi I. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi I. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat persatuan Perawat
Nasional Indonesia.