2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal, meliputi:
a. Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian,
berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada
usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau
dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stressor Biokimia
1. Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia.
2. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah
akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu
kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan
dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia.
3. Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah
ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula
prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh
dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun
penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan
dengan tingkah laku psikotik.
4. Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan
gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang
dapat merubah stuktur sel-sel otak.
b. Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
Intesitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan
menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe
psikotik.
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan
karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari id
maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik
mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini
berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan
anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis
individu terhambat.
Menurut Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan
pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu
kesepian nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang
sering digunakan pada masing-masing tingkah laku adalah sebagai
berikut:
a) Tingkat laku curiga : proyeksi
b) Dependency : reaksi formasi
c) Menarik diri : regarasi, depresi, dan isolasi
d) Curiga, waham, halusinasi, proyeksi, denial
e) Manipulatif : regarasi, represi, isolasi
f) Skizoprienial : displacement, projeksi, intrijeksi,
kondensasi, isolasi, represi dan regrasi.
C. PATOFISIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Masa bayi
Masa kanak – kanak
Masa praremaja dan remaja
Masa dewasa muda
Masa dewasa tengah
Masa dewasa akhir
Faktor sosial budaya
Faktor biologis
2. faktor presipitasi
Stressor sosial budaya
Stressor biokimia
Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Stressor Psikologis
PATHWAY
D. MANISFESTASI KLINIK
Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang
dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson.Memiliki efek samping diantaranya
mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi,
konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.Kontraindikasi
terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing
strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat
mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai
keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan
orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan
berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP
dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi
kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang,
dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat
mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk
berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008).
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari yang meliputi:
Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu
bangun tidur.
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua
bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan
BAK.
Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam
kegiatan mandi dan sesudah mandi.
Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
keperluan berganti pakaian.
Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu,
sedang dan setelah makan dan minum.
Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan
kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Masalah keperawatan yang muncul
a) Isolasi sosial
2. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1) Isolasi sosial (D.0121)
Ketidak mampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat,
terbuka, dan interdependen.
2) Tanda mayor
Subjek : merasa ingin sendiri, merasa tidak aman di tempat umum.
Objektif : menarik diri, tidak berminat/ menolak berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan
3) Tanda minor
Subjektif : merasa berbeda dengan orang lain, merasa asik dengan
pikiran sendiri, merasa tidak mempunyai tujuan yang jekas
Objektif : Riwayat di tolak, menunjukan permusuhan, tidak mampu
memenuhi harapan orang lain, tindakan tidak berarti, tidak ada
kontak mata, tidak bergairah/ lesu
3. Rencana asuhan keperawatan
Berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Setandar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yaitu :
Tujuan dan kriteria hasil :
a. Isolasi sosial (D.0121)
Keterlibatan sosial (L.13115)
Minat terhadap aktifitas meningkat
Efek murung atau sedih meningkat
Kontak mata meningkat
Perilaku sesuai harapan orang lain meningkat
Intervensi
promosi sosialiasai (I.13498)
Identifikasi kemampuan melakukan hubungan interaksi dengan
orang lain
Motifasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
Anna Budi Keliat, SKp. (2006). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Anonim. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial. Diakses pada
tanggal 24 Juli 2012 pada http://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-isolasi-sosial/
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat. Jakarta: Salemba Medika.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, nonton tv sambil duduk
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perubahan isi pikir : Waham Kebesaran
3. Tujuan SP 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. SP 1 Pasien
Membina hubungan saling percaya dengan pasien, mengidentifikasi
masalah, menjelaskan proses terjadinya masalah.
Tindakan Keperawatan :
a. Pasien mampu mengidentifikasi masalah
b. Pasien dapat menjelaskan prosenter jadinya masalah
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1 Fase Orientasi
“Halo selamat siang pak”
“Bagaiman kabar bapak hari ini? Bapak tampak segar sekali, sudah
makan pagi apa belum? Menunya masih ingat apa tadi?”
“Kenalkan nama saya X biasanya dipanggil X. Nama bapak siapa? Suka
dipanggil apa?”
“Saya mahasiswa Keperawatan STIKes KUSUMA HUSADA
SURAKARTA, saya bertugas disini .Saya akan merawat bapak selama
saya bertugas disini, setiap hari kita akan bertemu dan berbibincang-
bincang.”
“Hari ini kita akan berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal
waktunya kurang lebih 15 minit cukup tidak pak? Dimana kita bicara?
Bagaimana kalau sambil duduk diteras?”
“Didepan sana pak, Ok baiklah kalau begitu”
2 Fase Kerja
“Bagai mana perasan dan keadaan bapak selamaini?”
“Apakah ada yang dikeluhkan, atau ditanyakan selama berbincang-
bincang?”
“Pak tidak usah khawatir karena kita tidak aka nmacam-macam dengan
bapak.Bapak berada ditempat yang aman.Saya dan perawat-perawat
disini akan selalu menjadi teman dan membantu bapak.”
“Pak bisa saya tahu sekarang identitas bapak, baik alamat, keluarga,
hobi atau mungkin keinginan sekarang?”
“Wah terimakasih pak karena sudah mau berkenalan dengan saya dan
sekarang saya akan memberitahu identitas saya, pak mau ka
nmendengarkan?”
“Nah karena kita sudah saling mengenal, maka sekarang kita berteman.
Jadi bapak tidak boleh sungkan lagi bila ada masalah bisa diceritakan
dengan saya. Bapak maukan berteman dengan saya?”
3 FaseTerminasi
“Sementara itu dulu yang kita bicarakan yan pak?”
“Coba bisa diulang tadi nama saya siapa?”
“Wah bagus sekali perkenalkan bapak bisa ingat nama saya.”
“Saya sangat senang berkenalan dengan bapak dan bapak sudah
mengunkapkan perasaan dengan baik, mau berkenalan dan bertemu
dengan saya”
“Besok kita bertemu lagi ya? Dan berbincang-bincang tentang cara
mempraktekan membina hubungan dengan orang lain dan membicaran
kemampuan yang dimiliki bapak. Jam 10.30 WIB, tempat nya disini lagi.
Bagaimana apakah setuju?”
“Baiklah saya pamit dulu, terimakasih.Sampai bertemu besukya?”