Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL


DI RUANG ENDRO TENOYO RSJD Dr.AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

DISUSUN OLEH :
1. Intan Vindi Putri (P19126)
2. Mega Wulandari (P19079)
3. Maysandi Nur P. (P19078)

KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

A. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial
B. PENGERTIAN
Isolasi Sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitanya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak di terima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Jaya, 2015).
Isolasi Sosial atau menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lan. Keadaan
ini mungkin timbul sebagai reaksi pada masa kritis yang berlangsung
sementara, dan dimanifestasi dengan tingkah laku yang menandakan adanya
usaha pembatasan hubungan dengan dunia luar dan reakasi terbatas terhadap
rangsang luar. Timbulnya reaksi ini berbeda-beda dari jarang, hanya sesekali
atau menetap (Jaya, 2015).
C. ETIOLOGI
Menurut Dalami, dkk (2009) penyebab klien menarik diri (isolasi sosial)
adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial
berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mula dari usia bayi
sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan sosial yang
positif, diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan
sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon sosial maladaptif.
b. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladiptif.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal
ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain, tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang produktif
seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi
dapat terjadi karena mengadopsi norma, erilaku, dan sistem nilai yang
berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
d. Faktor dalam keluarga
Pada komunitas dalam keluaga dapat menganta seseorang dalam
gangguan berhubungan, bila keluaga hanya menginformmasikan hal-hal
yang negatif akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
Adanya dua pesan yang bertentangan disampaikan pada saat yang
bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan berkomunikasi dengan
orang lan.
2. Faktor Prisipitasi
a. Stress sosiokultural
Stress dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga
dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat dirumah
sakit.
b. Stressor psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau kgagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.
D. TANDA GEJALA
Menurut Jaya (2015) tanda dan gejala bagi kien dengan isolasi sosial adalah
sebagai berikut, yatu:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindar dari orang lain
3. Komunikasi kurang (tidak ada)
4. Kontak mata kurang, sering menunduk (tidak ada)
5. Berdiam diri di suatu tempat dalam waktu lama
6. Tidak mau melakukan kegiatan sehari-hari
7. Napsu makan kurang atau naik drastis
8. Posisi janin pada saat tidur
9. Sulit mengambil keputusan
10. Sikap mematung
11. Cemas
E. RENTANG RESPON
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart(2008) dalam buku
Damayanti dan Iskandar (2012) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk
sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina
hubungan interpersonal yang positif. individu juga harus membina saling
tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam suatu hubungan.

Respon Adaptif Respon Maladatif


Menyendiri Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan
a. Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan
setelah melakukan kegiatan.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran, perasaan dan hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dimana dalam hubungan interpersonal
dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling Ketergantungan (Intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling ketergantungan antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
e. Kesepian
Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan teransing dari
lingkungannya.
f. Isolasi Sosial
Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
g. Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi bila seorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan hubungan
sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat
pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi
pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
h. Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek,. Individu tersebut tidak dapat
membina hubungan saosial secara mendalam.
i. Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.
j. Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik,
pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.

F. POHON MASALAH
Pohon masalah menurut Keliat (2016), adalah sebagai berikut:
Resiko Gangguan Sensori
Persepsi Halusinasi

Isolasi Sosial Defisif Perawatan diri

Mekanisme Koping Tidak efektif

Gangguan Konsep Diri


HDR

G. PENGKAJIAN
Menurut Jaya (2015) untuk dapat mengkaji pasien dengan isolasi sosial,
perawat dapat menggunakan teknik wawancara dan observasi kepada pasien
dan keluarga. Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat di temukan dengan
wawancara adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan tentang kesepian atau ditolah oleh orang lan.
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3. Pasien merasakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
5. Pasien tida mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
6. Pasien merasa tida berguna.
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
Pertanyaan berikut ini dapat ditanyakan pada waktu wawancara untuk
mendapatkan data subjektif:
1. Bagaimana pendapat pasien tentang orang-orang disekitanya (keluarga
ataupun tetangga)?
2. Apakah pasien memiliki teman dekat? Bila punya, siapa teman dekat itu?
3. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
4. Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitanya?
5. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
6. Apa yang menghabat hubungan yan hamonis antara pasien dengan orang-
orang disekitanya?
7. Apakah pasien mengatakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
8. Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?
Adapun tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi adalah:
1. Tidak memiliki teman dekat.
2. Mengisolasi diri dari pergaulan.
3. Tida komunikatif.
4. Tindakan berulang yang tidak bermakna.
5. Tidak ada kontak mata.
6. Tampak sedih, afek tumpul.
7. Posisi tidur seperti janin (menekur)
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah Kronik.
I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Rencana tindakan keperawatan menurut Azizah (2011) adalah sebagai berikut,
yaitu:
1. Isolasi Sosial
a. Identifikasi stratgi untuk meningkatkan partisipasi terkait dengan
aktivitas klien yang diinginkan.
b. Bantu klien dan keluarga untuk beradaptasi dengan lingkungan pada saat
mengakomodasi aktivitas yang diinginkan.
c. Dorong aktivitas kreatif yang tepat
d. Kolaborasi dengan ahli terapis
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi teraputik.
a) Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal .
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan tepati janji.
f) Tunjukan sifat empati dan menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan klien
Rasional dari bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik adalah : hubungan saling percaya
merupakan langkah awal untuk menentukan keberhasilan rencana
selanjutnya.
2) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
a) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.
b) Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik diri, tanda dan
gejala.
c) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
Rasional dari kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya adalah : Dengan mengetahui tanda-tanda dan gejala
menarik diri akan menentukan langkah intervensi selanjutnya.
3) Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan dan manfaat bergaul
dengan orang lain.
a) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
b) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain.
c) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
d) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
e) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
f) Beri inforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Rasional dari rencana diatas adalah : reinforcement dapat
meningkatkan harga diri.
4) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui:
a) Klien-perawat
b) Klien-perawat-perawat lain
c) Klien-perawat-perawat lain-klien lain
d) Klien-kelompok kecil
e) Klien-keluarga/kelompok/masyarakat
Rasional dari rencana diatas adalah : mengetahui sejauh mana
pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang lain.
5) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain.
a) Diskusikan dengan klien manfaat berhubungan dengan orang lain.
b) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional dari rencana intervensi diatas adalah : agar klien lebih
percaya diri untuk berhubungan dengan orang lain. Mengetahui sejauh
mana pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang.
2. Harga Diri Rendah Kronik
a. Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri
b. Bantu pasien untuk mengatasi bullying atau ejekan
c. Sampaikan atau ungkapkan kepercayaan diri pasien dalam mengatasi
situasi
d. Kolaborasi dengan ahli terapi
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L M. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta :


Graha Ilmu

Dalami, Ermawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Jiwa. Jakarta: Trans Info Media

Damayanti, M dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawan Jiwa. Bandung: Refika


Aditama

Jaya, Kusnadi. 2015. Keperawatan Jiwa. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara

Marasmis, Willy F., dan Marasmis, Albert A. 2009.Ilmu Kedokteran Jiwa.


Surabaya : Airlangga

Nasir, Abdul dan Abdul Muhith. 2011.Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa:


Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba Medika

Prabowo, Eko. 2014.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuhamedika

Riset Kesehatan Dasar (Riskedes). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian RI tahun 2013

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Psychiatric Mental


Health Nursing). Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn.S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL
DI RUANG ENDRO TENOYO RSJD Dr.AMINO GONDOHUTOMO
JAWA TENGAH

Tanggal Masuk Rumah Sakit/MRS : Sabtu, 5 Juni 2021


MRS ke :3
Tanggal Pengkajian : Selasa, 8 Juni 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn.S
Umur : 29 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Grobogan
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Diagnose medis : Skizofrenia katatonik
No.RM : 00118835
Informan : Pasien

II. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama penanggung jawab : Tn.S
Status/hubungan dengan klien : Orang tua
Alamat : Grobogan

III. KELUHAN UTAMA


Pasien sudah 1 bulan ini sering berdiam diri di rumah, sehari-hari tidak mau
berkomunikasi dengan keluarga. Ketika ditanya hanya diam saja, makan
minum hanya 1 kali dengan dipaksa, sering melamun, berdiam diri di posisi
tertentu, perawatan diri kurang dan sulit tidur.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Klien mengatakan pernah masuk RSJ 2 kali tetapi tahunnya lupa
2. Pengobatan sebelumnya
Klien mengatakan minum obat tidak teratur
3. Pengalaman aniaya
Klien mengatakan tidak mengalami aniaya fisik maupun seksual
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan di anggota keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan diejek oleh teman-teman nya

V. PENGKAJIAN FISIK
1. Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Respiratory rate : 20 x/menit
d. Suhu : 36,5˚C
2. Antropometri
a. Tinggi Badan : 165 cm
b. Berat Badan : 60 kg
3. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak mengalami keluhan fisik

VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

29
Keterangan :
29 : Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal serumah
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya
b. Identitas
Klien adalah seorang laki-laki yang berusia 29 tahun
c. Peran
Klien seorang laki-laki berusia 29 tahun dan anak ke 2 dari 2
bersaudara, klien berperan sebagai buruh sebelum sakit.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang
e. Harga diri
Klien mengatakan malu dan minder
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
3. Hubungan sosial
Klien mengatakan dekat dengan ibunya dirumah, dalam kegiatan
masyarakat klien biasanya aktif dalam kerja bakti namun klien jarang
berkumpl dengan teman-temannya.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragam islam
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan jarang beribadah

VII. STATUS MENTAL


a. Penampilan
Penampilan klien tidak rapi, ganti baju setia abis mandi, penggunaan pakaia
sesuai, cara berpakaian seperti biasa.
Masalaah keperawatan : Defisit perawatan diri
b. Pembicaraan
Pembicaraan klien lambat, ketika ditanya klien diam sebentar kemudian
menjawab, pasif dan koheren
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
c. Aktivitas motorik
Klien terlihat gelisah dan mondar mandir
Masalah keperawatan : Resiko cidera diri
d. Alam perasaan
Klien nampak murung dan sedih
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
e. Afek
Saat dilakukan wawancara klien hanya diam, tidak mau menjawab
pertanyaan yang diajukan perawat
Masalaah keperawatan : Isolasi sosial
f. Interaksi selama wawancara
Ketika tanya jawab klien tidak kooperatif, kontak mata tidak dapat
dipertahankan
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
g. Persepsi
Klien tampak berbicara sendiri dan tertawa sendiri, menderngar suara-suara
tanpa wujud berupa bisikan mengejek dirinya terdengar sangat jelas waktu
setelah maghrib kurang lebih 3 menit.
Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran
h. Proses pikir
Pembicaraan klien terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal lalu lanjut
kembali
Masalah keperawatan : Gangguan Proses pikir
i. Isi pikir
Klien Nampak asing dengan orang lain
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir
j. Tingkat kesadaran
Ketika proses tanya jawab klien tampak bingung dan kacau
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
k. Memori
Klien nampak memiliki gangguan daya ingat jangka pendek, klien tidak
dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir.
Contoh : klien saat ditanya sudah di ECT berapa kali klien menjawab tidak
ingat.
Masalah keperawatan : -
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien nampak tidak mampu berkonsentrasi. Contoh : klien tidak bisa
mengingat nama perawat yang berjaga saat itu.
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
m. Kemampuan penilaian
Klien nampak tidak mampu mengambil keputusan sendiri. Contoh : klien
bingung menentukan mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu
n. Daya tilik diri
Klien tampak mengingkari penyakit yang di derita, klien juga tidak
menyadari gejala penyakit pada dirinya. Contoh : klien tidak bisa
menjawab ketika ditanyai oleh perawat gejala penyakit yang dideritanya.
Masalah keperawatan : Isolasi social

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien makan dengan dipersiapkan dan sedikit paksaan, 3x sehari 1 porsi
habis.
2. BAB/BAK
Klien mampu ke toilet secara mendiri, 2x sehari tidak ada masalah
BAB/BAK
3. Mandi
Klien mampu mandi secara mandiri, dengan sabun, gosok gigi, ganti
pakain setelah habis mandi.
4. Berpakain/berhias
Klien mampu berpakain secara mandiri dan sisiran
5. Istirahat dan tidur
Klien tidur siang tidak teratur, tidur malam jam 19.00 – 05.00 WIB
Kegiatan klien sebelum tidur yaitu berjalan jalan disekitar kamar
6. Penggunaan obat
Klien minum obat dibantu oleh perawat, setiap pagi dan malam hari
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien memerlukan perawatan lanjutan yaitu rutin kontrol dan rutin minum
obat
8. Kegiatan di dalam rumah
Klien biasanya membantu membersihkan rumah
9. Kegiatan di luar rumah
Klien jarang melakukan kegiatan di luar rumah

IX. MEKANISME KOPING


Adaptif : -
Maladaptif : klien sering menghindar dan berdiam diri
Masalah keperawatan : Isolasi social

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah berhubungan dengan lingkungan dengan lingkungan, klien selalu
menghindar untuk berinteraksi dengan orang lain

XI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Klien tidak paaham mengenai penyakit yang dideritanya, kklien tidak
mengetahui koping untuk mengatasi masalah.
XII. ASPEK MEDIK
Diagnosa medis : Skizofrenia katatonik
Terapi medik : Injeksi Diazepam 10 mg
Risperidon 1 mg/12 jam

XIII. ANALISA DATA KEPERAWATAN


Nama : Tn.S Diagnosa medis : Skizofrenia katatonik
Umur : 29 th Ruangan : Endro Tenoyo
No Hari/tanggal Data Fokus Masalah
Keperawatan
1. Selasa, 8 Juni DS : Isolasi sosial :
2021 - Klien mengatakan jarang Menarik diri
berkomunikasi dengan
keluarganya
- Klien mengatakan sering
berdiam diri
DO :
- Klien tampak menghindar dari
orang lain dan keluarga
- Klien terlihat lemas dan sedih
- Klien tampak sering
menyendiri
- Bicara pelan
2. Selasa, 8 Juni DS : Harga Diri
2021 - Klien mengatakan malu dan Rendah
minder dengan kondisi
DO :
- Klien tampak bicara pelan,
tidak banyak bicara
- Klien tampak lesu
- Kontak mata kurang

POHON MASALAH
Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : Menarik diri
2. Harga Diri Rendah

XIV. RENCANA/INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama : Tn.S Diagnosa medis : Skizofrenia katatonik
Umur : 29 th Ruangan : Endro Tenoyo
Hari/ Diagnosa Rencana/Intervensi Keperawatan
Tujuan Intervensi
Tanggal/ Jam Keperawatan
Selasa, 8 Juni Isolasi sosial Setelah dilakukan SP 1 :
2021/ 09.00 tindakan selama Membina
3x24 jam diharapkan hubungan saling
klien mampu percaya,
membina hubungan membantu klien
saling percaya mengenal
dengan perawat penyebab isolasi
dengan kriteria sosial,
hasil : mengajarkan klien
- Klien bersedia cara berkenalan
duduk
berdampingan
dengan perawat
- Klien mau
berjabat tangan
- Klien mau
berkenalan
Selasa, 8 Juni Harga Diri Setelah dilakukan SP 1 :
2021/ 10.00 Rendah tindakan selama Mendiskripsikan
3x24 jam diharapkan kemampuan dan
masalah teratasi askpek positif
dengan kriteria klien, membantu
hasil : klien memilih
Harga Diri : kemampuan yang
- Penilaian diri dilatih dan melatih
positif menigkat kemampuan yang
- Perasaan sudah dipilih.
menurun
SP 2
Melatih klirn
melakukan
kegiatan lain
sesuai dengan
kemampuan klien
XV. CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI
Nama : Tn.S Diagnosa medis : Skizofrenia katatonik
Umur : 29 th Ruangan : Endro Tenoyo
Hari/ tgl/
Diagnosa SP Implementasi Evaluasi TTD
jam
Rabu, 9 Isolasi SP DS : S:
Juni sosial 1 Klien mengatakan Klien
2021 / jarang mengatakan
08.30 berinteraksi masih sulit
WIB dengan keluarga, berinteraksi
klien sering dengan orang lain
berdiam diri, O :
sering melamun Klien masih
DO : tampak
Klien tampak menyendiri
menyendiri, klien A :
tampak lemas, Masalah belum
klien tampak teratasi
menghindar dari P :
orang lain Evaluasi SP 1
Lanjutkan SP 2
SP 1 :
Membina
hubungan saling
percaya,
membantu klien
mengenal
penyebab isolasi
sosial,
mengajarkan
klien cara
berkenalan

RTL :
Mengajarkan
klien untuk
berinteraksi
secara bertahap,
mempekenalkan
diri
Kami, 10 Isolasi SP DS : S:
Juni sosial 2 Klien mengatakan Klien
2021 / masih sulit mengatakan mau
08.30 berinteraksi mencoba
WIB dengan orang berkenalan
lain, berdiam diri dengan orang lain
DO : O:
Klien tampak Klien tampak
menyendiri mulai
memperkenalkan
SP 2 : diri
Mengajarkan A:
klien untuk Masalah belum
berinteraksi teratasi
secara bertahap, P :
mempekenalkan Evaluasi SP 1
diri dan SP 2

RTL :
- Evaluasi SP 1
dan 2
- Melatih
pasien
berinteraksi
secara
bertahap yaitu
berkenalan
Jum’at, 11 Isolasi SP DS : S:
Juni sosial 1, 2 Klien mengatakan Klien
2021 / sudah mencoba mengatakan bisa
08.30 berkenalan memperkenalkan
WIB dengan orang lain diri kepada orang
DO : lain
Klien terkadang O :
masih menyendiri Klien masih
belum bisa
RTL : memulai
Evaluasi SP 1 dan percakapan,
2 terkadang masih
menyendiri
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
CATATAN KEGIATAN HARIAN

Nama : Tn.A Diagnosa medis : Skizofrenia katatonik

Umur : 29 thn Ruangan : Endro Tenoyo

Jam kegiatan tanggal


8 Juni 9 Juni 10 Juni 11 Juni
2021 2021 2021 2021
21.00 wib Tidur malam M M M M

04.30 wib Bangun tidur M M M M

05.00 wib Sholat subuh T B T M

05.15 wib Merapikan tempat B B M M


tidur

06.00 wib Mandi B M M M

06.30 wib Bercakap-cakap M M M M

06.45 wib Menyiapkan alat B M M M


makan

07.00 wib Makan M M M M

07.10 wib Minum obat B B B B

07.15 wib Menyapu lantai B M B M

07.20 wib Mencuci piring B B M M

07.30 wib Senam pagi dan jalan M M M M


sehat

08.00 wib Pemeriksaan dokter M M M M

08.30 Mengikuti kegiatan M M M M


TAK

10.00 wib Bercakap-cakap M M M M

11.45 wib Sholat Dhuhur T B B M

12.00 wib Makan Siang M M M M

12.15 wib Menyapu lantai T B M M

13.00 wib Istirahat siang M M M M


STRATEGI PELAKSANAAN
Pertemuan ke 1
Pada klien dengan isolasi sosial di Ruang Endro Tenoyo
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Amino Gondohutomo Semarang

1. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien :
2. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
3. Tujuan SP 1 :
klien dapat mengetahui penyebab isolasi sosial , keuntungan
berhupakngan orang lain klien dapat berlatih berkenalan
4. SP 1 Pasien
Tindakan keperawatan
a. Pengkajian : Penyebab isolasi sosial ,membantu pasien
mengenal keuntungan berhupakngan dan kerugian tidak
berhupakngan dnegan orang lain.
b. Latih berkenalan

2. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi pak , saya Dewi Rahmawati , saya senang dipanggil
dewi, mahasiswa dari Universitas Kusuma Husada Surakarta, nama
bapak siapa ? senang dipanggil apa ?
b. Evaluasi validasi
Bagaimana perasaan bapak S hari ini ?
c. Kontrak ( Topik , tempat , dan waktu )
Baiklah , sekarang kita akan diskusi ya pak. Berapa lama kita mau
berdiskusi ? mau dimana ?
2. Fase kerja
Apa yang mempakat bapak suka menyendiri ? apa yang menghambat
bapak dalam bercakap cakap dengan orang lain ? menurut bapak apa
saja keuntungan kalau mempunyai teman ? nah kalau kerugian tidak
mempunyai teman apa ya pak ? jadi banyak kerugiannya kalau kita
tidak mempunyai teman ya pak. Nah kalau begitu inginkah bapak
belajar bergaul dengan orang lain ? nah untuk memulainya sekarang
bapak Latihan berkenalan dengan saya terlebih dahulu …“begini pak
untuk berkenalan dengan orang lain sepaktkan nama kita dan nama
panggilan yang kita sukai contoh : nama saya pak saripah , senang
dipanggil saripah “ “selanjutnya bapak menyanyakan nama orang yang
diajak berkenalan contohnya begini nama kamu siapa? Senang
dipanggil apa? Begitu pak !” setelah bapak sudah berkenalan
dilajutkan dengan bercakapan yang menyenangkan missal tentang hobi
ataupun kesukaan ya pak !” apa bapak paham ? bagus sekali kalau
begitu!”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon
Subjektif :
Bagaimana perasaan bapak setelah Latihan berkenalan ini ?
b. Objektif :
“coba bapak sepaktkan lagi apa keuntungan berinteraksi dengan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain !”
“lalu coba bapak jelaskan cara berkenalan yang tadi saya ajarkan!”
“baik pak , dalam 1 hari mau berapa kali bapak bercakap-calkapan
dengan orang lain atau pasien lain ? dua kali ? baiklah jam berapa
bapak akan Latihan ”
c. Rencana tindak lanjut :
“Ini ada jadwal kegiatan , kita isi jam 11:00 dan 15:00 kegiatan
bapak adalah bercakap-cakapan dengan pasien atau perawat. Kita
mulai besok ya pak”
d. Kontrak yang akan datang :
“besok kita bertemu kagi. Kita akan berbincang-bincang tentang
pengalaman bapak bercakap-cakap. Waktunya seperti sekarang ini.
Tempatnya disini saja ya
Selamat pagi pak
STRATEGI PELAKSANAAN
Pertemuan ke 2
Pada klien dengan isolasi sosial di Ruang Endro Tenoyo
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Amino Gondohutomo Semarang

1. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien :
2. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
3. Tujuan SP 2 :
klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat berkenalan
dengan orang pertama.
4. SP 2 Pasien
Tindakan keeperawatan
a. Mengajarkan pasien untuk berinteraksi secara bertahap dengan
orang lain/pertama , seorang perawat / mahasiswa
b. Memajukan jadwal harian pasien
2. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi pak s..
b. Evaluasi validasi
Sesuai janji kita minggu lalu, hari ini kita akan berbincang-bincang
berapa lama kita bercakap-cakap ? dimana tempatnya pak?
c. Evaluasi
Apakah masih ada perasaan kesepian , bagaimana semangat untuk
bercakap-cakapan dengan anggota keluarga?
d. Validasi
Apakah sudah mulai berkenalan dengan orang lain dengan siapa
saja ? bagaimana perasaan setelah mulai berkenalan ?
e. Kontrak topic
“baiklah kita hari ini akan latohan bagaimana berkenalan da
bercakap-cakapan dengan orang lain ya pak”
f. Tujuan
Tujuan hari ini adalah melakukan Latihan berkenalan dan
bercakap-cakapan dengan orang lain ya pak”
2. Fase kerja
Bawah hari ini kita akan mencoba berkenalan anggap aja bapak belum
kenal saya sebelumnya. Bapak bisa mulai berkenalan…”
“apakah bapak masih ingat bagaimana caranya ? “(beri pujian jika
ingat , jika pasien lupa , bantu pasien mengingat Kembali cara
berkenalan) “Nah silahkan mulai “(fasilitasi berkenalan dengan pasien
dan perawat)
“wah…bagus sekali. Selain nama apa yang ingin bapak ketahui
tentang pak fi ?
“wah bagus sekali"
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon
Subjektif :
Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan dengan perawat ?
b. Objektif :
“coba bapak sepaktkan kembaloi bagaimana cara berkenalan ? ”
c. Rencana tindak lanjut :
“bagaimana jika ditambahkan lagi di jadwal kegiatan itu , kegiatan
bercakap-cakap setiap selesai mandi?”

d. Kontrak yang akan datang :


“mau jam beraoa bapak Latihan? Bagaimana jika besok jam 15:00
saya yang akan datang lagi untuk mendampingi bapak berkenalan
dengan orang lain selamat pagi pak”.
STRATEGI PELAKSANAAN
Pertemuan ke 3
Pada klien dengan isolasi sosial di Ruang Endro Tenoyo
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Amino Gondohutomo Semarang

1. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien :
2. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
3. Tujuan SP 3 :
klien dapat berinteraksi dengan yang lainnya secara bertahap klien
dapat bercakap-cakap saat sedang melakukan kegiatan.
4. SP 3 Pasien
Tindakan keeperawatan
a. Mengevaluasi SP 1 dan SP 2
b. Melatih pasien berinteraksi secara bertahap ( berkenalan
dengan orang kedua)
c. Memasukkan jadwal pasien
2. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi pak ..
b. Kontrak waktu dan tempat
Sesuai janji kita kemarin, berapa lama kita diskusi ? tempatnya
dimana pak ?
c. Evaluasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah masih ada perasaan
kesepian ?
d. Validasi
Apakah bapak sudah bersemangat bercakap-cakapan dengan orang
lain ? kegiatan apa yang dilakukan disaat bercakap-cakap?
Bagaimana dengan jadwal berkenalan dan cakap-cakapnya ? apa
sudah dilakukan ?
e. Kontrak topic
“hari ini saya akan mendampingi bapak berkenalan atau bercakap-
cakapan dengan orang lain”
f. Tujuan
Untuk hari ini kita akan berkenalan dan bercakap-cakapan dengan
orang baru lagi
2. Fase kerja
“Baiklah pak , hari ini saya akan mendampingi bapak untuk
berinteraksi bercakap-cakapan , dan berkenalan dengan orang baru ya
pak, nanti bapak bisa mempraktikan apa yang sudah kita pelajari
sebelumnya yaitu berkenalan.
“Apakah bapak masih ingat bagaimana berkenalan ? caranya seperti
kemarin pak”
“Nah pak , sekarang kita latihan untuk berinteraksi dan
memperkenalkan diri dengan orang lain yang berada diruangan “”
kegiatan apa yang dilakukan ? oh mau mau jalan-jalan…baik
bagaimana kalau saya dampingi ? (perawat menemani pasien jalan
jalan dan memberikan motivasi pasien , serta bercakap-cakap)
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon
Subjektif :
Bagaimana perasaan ibi setelah berkenalan dan bercakap – cakap
dengan yang lain ? adakah manfaatnya kita berinteraksi dengan
orang banyak?
b. Objektif :
“coba bapak sepaktkan orang yang sudah bapaki R ajak untuk
berkenalan? ”
c. Rencana tindak lanjut :
“baiklah pak , selanjutnya bapak bisa terus menambah orang yang
bapak kenal. Jadwal bercakap-cakap setiap pagi dan sore setelah
makan kita cantumkan jadwal bapak ya”

d. Kontrak yang akan datang :


“baiklah kapan kita akan bertemu lagi ? dimana ? untuk
mendampingi bapak dalam melakukan berbincang-bincang saat
jajan.

Anda mungkin juga menyukai