Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

DI RSJD DR. RM SOEDJARWARDI KLATEN

Disusun Oleh :

Ratna Purnama Sari

P1337420121033

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
Masalah Utama
Isolasi Sosial

A. Konsep Dasar Isolasi Sosial


1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial
merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang 2 lain
maupun berkomunikasi dengan orang lain (Gaol, 2021). “Klien mengalami
kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan mengisolasi diri,tidak ada perhatian dan tidak sanggup
berbagi pengalaman” (Dermawan & Rusdi, 2013).
Isolasi Sosial adalah kegagalan individu dalam melakukan interaksi
dengan orang lain disebabkan oleh pikiran negatif atau mengancam. Dalam
kasus klien yang mengalami Isolasi Sosial ditandai dengan menganggap 3
dirinya tidak mampu untuk melakukan apa yang dimiliki orang lain, merasa
dirinya tidak mempunyai kelebihan apapun sehingga menyebabkan dirinya
menjadi minder dan mengisolasi diri. Dampak dari perilaku klien isolasi sosial
seringkali tidak diprioritaskan karena tidak mengganggu secara nyata. Namun,
jika isolasi sosial tidak ditangani, akibatnya dapat berupa risiko perubahan
persepsi sensori, seperti: Gangguan sensori persepsi: Halusinasi, Resiko
Perilaku Kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal),
Defisit Perawatan Diri. (Sukma, 2018)

2. Etiologi
Terdapat beberapa faktor penyebab pada pasien dengan gangguan
isolasi sosial adalah :
1) Factor predisposisi
Merupakan factor pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial
a. Faktor Perkembangan. Kemampuan membina hubungan yang sehat
tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap
tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat
dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan 6 kehangatan dari
orang tua pengasuh akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa tidak percaya.
b. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak seperti atrofi, pembesaran vetrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya
anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain
(Lingkungan sosial) (Leni et al., 2022).
d. Faktor Genetik Dianggap mempunyai transmin gangguan efektif
melalui riwayat keluarga dan keturunan.
2) Faktor Presipitasi
Merupakan factor pencetus terjadinya perilaku isolasi sosial
a. Stresor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain. Misalnya anggota keluarga yang
labil yang dirawat dirumah sakit (Leni et al., 2022)
b. Stresor Psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Interaksi
kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini untuk
menimbulkan berbagai masalah gangguan hubungan (Leni et al., 2022).

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi social :
menarik diri menurut (Sumarno, 2019) seperti:
a. Gejala Subyektif
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh
orang lain
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Respon verbal kurang atau singkat
4. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang
lain
5. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7. Klien merasa tidak berguna
8. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9. Klien merasa ditolak

b. Gejala Objektif
1. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2. Tidak mengikuti kegiatan
3. Banyak berdiam diri di kamar
4. Klien menyendiri dan tidak mauberinteraksi dengan orang
dekat
5. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6. Kontak mata kurang
7. Kurang spontan
8. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9. Ekpresi wajah kurang berseri
10. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11. Mengisolasi diri
12. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
13. Memasukan makanan dan minuman terganggu
14. Retensi urine dan feses
15. Aktifitas menurun
16. Kurang energi (tenaga)
17. Rendah diri
18. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin
(khusunya pada posisi tidur)
4. Akibat Isolasi Sosial
Dampak yang ditimbulkan dari isolasi sosial adalah menarik diri,
narcissism atau mudah marah, melakukan hal yang tak terduga atau impulsivity,
memberlakukan orang lain seperti objek, halusinasi dan defisit perawatan diri
(Purwanto, 2015).
5. Rentang Respon Sosial

RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF

o Menyendiri/solitude * Merasa sendiri (loneliness) * Manipuatif


o Otonomi * Menarik diri * Impulsif
o Bekerjasama * Tergantung (dependent) * Narcissism
o Saling tergantung

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang


masih dapat diterima oleh norma sosial dan budaya yang umum berlaku. Respon
ini meliputi :

o Menyendiri / solitude : respon seseorang untuk merenungkan apa yang


telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan cara mengevaluasi diri
untuk menentukan Langkah-langkah selanjutnya
o Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial
o Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal dimana individu mampu
untuk saling memberi dan menerima
o Saling tergantung : suatu hubungan saling tergantung antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyeesaikan masalah yang


menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkungannya. Respon yang sering
ditemukan :

o Manipulasi : orang lain diberlakukan sebagai objek, hubungan terpusat


pada pengendalian orang lain, orientasi diri sendiri atau tujuan bukan
pada orang lain
o Impulsive : tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman, tidak dapat diandalkan
o Narsisme : Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah
laku egosentris, harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan
dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.

6. Penatalaksanaan
1. Terapi farmakologi
a. Clorpromazine (CPZ)
Obat ini digunakan pada pasien yang tidak mampu dalam menilai
realistis, kesadaran diri terganggu, serta ketidakmampuan dalam fungsi
mental.
b. Haloperizol (HP)
Obat ini digunakan untuk mengobati pasien yang tidak mampu menilai
realita.
c. Thrixyphenidyl (THP)
Obat ini digunakan pada segala penyakit Parkinson, termasuk pasca
ensepalitis dan idiopatik, sindrom Parkinson akaibat misalnya reserpine
dan fenootiazine.

2. Terapi Non-farmakologi
a. Terapi individu pada pasien isolasi sosial dapat diberikan dengan
strategi pelaksanaan atau SP.
b. Terapi kelompok Terapi aktivitas kelompok atau TAK merupakan suatu
psikoterapi yang bertujuan untuk memberi stimulus bagi klien dengan
gangguan isolasi sosial. Dalam terapi ini terbagi dalam 7 sesi yaitu, sesi
1 : pasien mampu memperkenalakn diri, sesi 2 : pasien mampu
melakukan cara berkenalan dengan anggota kelompok, sesi 3 : pasien
mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok tentang topik yang
yang umum,sesi 4 : pasien mampu bercakapcakap dengan anggota
kelompok tentang topik tertentu, sesi 5 : pasien mampu bercakap-cakap
dengan anggota kelompok tentang masalah pribadi, sesi 6 : pasien
mampu bekerja sama dengan anggota kelompok, dan sesi 7 : pasien
mampu mengevaluasi kemampuan sosialisasi nya.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses asuhan keperawatan, secara
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan klien sehingga
ditemukan perumusan kebutuhan atau masalah klien (Laia Dirman, 2022).
Pengkajian pada Asuhan Keperawatan Jiwa meliputi :
a. Identitas
b. Alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Fisik
e. Psikososial
f. Konsep diri ( meliputi Gambaran Diri, Identitas diri, Peran, Ideal
diri, Harga diri )
g. Hubungan Sosial
Orang yang berarti, kegiatan kelompok yang di ikuti klien di
lingkungannya, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
h. Spiritual
Nilai dan keyakinan yang dianut oleh klien, apakah klien
menyakini adanya Tuhan Yang maha Esa, apakah klien rutin
melakukan ibadah
i. Status Mental
1) Penampilan Bagaimana penampilan klien, apakah rapi atau
berantakan
2) Pembicaraan Proses pembicaraan dengan klien
3) Aktivitas Motorik
4) Alam Perasaan
Apa yang klien rasakan selama berada di rumah sakit
5) Afek Ekpresi
Bagaiman respon serta emosi klien selama wawancara
berlangsung
6) Interaksi selama wawancara
7) Proses piker
Bagaimana respon klien saat berinteraksi
8) Tingkat kesadaran
Bagaiman Tingkat kesadaran klien, apakah klien dapat
mengingat tempat, waktu dan tanggal dia masuk rumah sakit
jiwa
9) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Apakah pasien mampu menjawab pertayaan hitungan
sederhana
10) Daya tilik diri
Klien sadar akan penyakitnya dan tahu bahwa klien sedang
dirawat di rumah sakit
11) Mekanisme koping
12) Masalah psikososial dan lingkungan
13) Masalah dengan dukungan kelompok
14) Pengetahuan kurang
Klien mengerti tentang keberadaanya dan klien dapat
menjawab setiap pertanyaan dengan baik tanpa perlu
memperjelas pertanyaan yang diberikan
15) Aspek medik
16) Pohon Masalah
Pohon masalah keperawatan pada pasien dengan gangguan
hubungan sosial : menarik diri dapat digambarkan sebagai
berikut (Ah et al., 2015)

Gangguan presepsi sensori : Halusinasi Effect

Isolasi sosial Core Problem

Harga diri rendah Causa


2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu cara untuk mengidentifikasi dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
isolasi sosial menurut (Ah et al., 2015) :
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah
c. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi tersebut dilakukan kepada pasien lalu pasien diberikan
jadwal kegiatan sehari dalam upaya mengevaluasi kemampuan pasien.
(Laia Dirman, 2022).
Menurut (“Tinjauan Teoritis Isolasi Sosial,” 2018) Rencana
keperawatan yang dilakukan pada pasien isolasi sosial terbagi menjadi 3
yaitu:

SP 1 :

• Mengidentifikasikan penyebab isolasi sosial pasien


• Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain.
• Berdiskusi dengan klien tentang kerugian berinteraksi dengan orang
lain.
• Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang.
• Mengajurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan hari.

SP 2 :

• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


• Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan cara berkenalan
dengan satu orang.
• Membantu klien memasukan kegiatan latihan berbincang bincang
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
SP 3 :

• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


• Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan cara berkenalan
dengan dua orang atau lebih
• Mengajurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam
bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan
yang telah di tetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada
tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan utnuk menciptakan saling percaya dan saling membantu,
kemampuan melakukan teknik, psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistemis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi (Laia Dirman, 2022).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan dengan
pendekatan SOAP sebagai berikut,
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan,
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan,
A: Analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang
kontradiksi terhadap masalah yang ada, dan
P : Tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon pasien rencana tindak
lanjut dapat berupa hal rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah)
atau rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua
tindakan terapi hasil belum memuasakan) (Leni et al., 2022).
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa konsep dan kerangka kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa (N. Tutik Rahayuningsih, S. Kep. (Ed.); I). Gosyen Publishing.

Gaol, H. L. (2021). Asuhan keperawatan jiwa pada Ny. I dengan masalah halusinasi
pendengaran. OSF Preprints, March, 11–43

Laia Dirman. (2022). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. Y Dengan Masalah
Isolasi Sosial. 29. https://osf.io/q629r/download

Leni, S., Mardhianti, Juniar Marisa, & Ririn, S. (2022). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.
P Dengan Masalah Isolasi Sosial. file:///C:/Users/ACER/Downloads/Askep Kelompok
Isolasi Sosial.pdf

Rahma, F. (2023). Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Isolasi Sosial: Menarik Diri pada klien
Skizofrenia di RSJD Dr. Amino Gondhohutomo Semarang. Repository.
https://doi.org/http://www.w3.org/1999/xlink

Sukma, A. (2018). Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Isolasi Sosial Setelah
Pemberian Social Skills Therapy di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 13, 7.
https://journal2.unusa.ac.id/index.php/JHS/article/view/122/96

Anda mungkin juga menyukai