Anda di halaman 1dari 53

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


ISOLASI SOSIAL

OLEH :
Ni Putu Linda Kusuma Wardani
219012683

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau
merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas bersama orang
lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya (Carpenito, 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Individu
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2006).
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan
orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan
mengisolasi diri tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang
2007, dalam Herman 2011)
2. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen, perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi
atau faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa.
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yaitu faktor yang bisa menimbulkan respon sosial yang
maladaptif. Faktor yang mungkin mempengaruhi termasuk :
1) Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan mencetuskan seseorang
akan mempunyai masalah respon maladaptif.
2) Biologik
Adanya keterlibatan faktor genetik, status gizi, kesehatan umum yang lalu dan
sekarang.Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, tetepi masih perlu penelitian.
3) Sosiokultural
Isolasi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang berbeda dari
kelompok budaya mayoritas, seperti tingkat perkembangan usia, kecacatan,
penyakit kronik, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
stress yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain
dan menyebabkan ansietas.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1) Stressor sosiokultural
Menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya
perceraian, kematian, perpisahan kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan) dan sebagainya.
2) Stressor Psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan dan bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya, misalnya perasaan cemas yang mengambang,
merasa terancam.
3. Tanda dan Gejala
Observasi yang ditemukan pada klien dengan perilaku menarik diri akan
ditemukan (data objektif), yaitu apatis, ekspresi sedih, afeks tumpul, menghindari dari
orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada
saat makan, komunikasi kurang/tidak ada, klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien atau perawat, tidak ada kontak mata, klien lebih suka menunduk, berdiam diri di
kamar/tempat terpisah, klien kurang mobilitas, menolak berhubungan dengan orang lain,
klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak melakukan
kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak
dilakukan, posisi janin pada saat tidur.Data subjektif sukar didapat jika klien menolak
berkomunikasi.Beberapa data subjektif adalah menjawab dengan kata-kata singkat
dengan kata-kata “tidak”, “ya”, atau “tidak tahu”.
Menurut buku panduan diagnosa keperawatan NANDA (2005) isolasi sosial
memiliki batasan karakteristik meliputi:
b. Data Obyektif :
1) Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman, kelompok)
2) Perilaku permusuhan
3) Menarik diri
4) Tidak komunikatif
5) Menunjukan perilaku tidak diterima oleh kelompok kultural dominant
6) Mencari kesendirian atau merasa diakui di dalam sub kultur
7) Senang dengan pikirannya sendiri
8) Aktivitas berulang atau aktivitas yang kurang berarti
9) Kontak mata tidak ada
10) Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan
11) Keterbatasan mental/fisik/perubahan keadaan sejahtera
12) Sedih, afek tumpul
c. Data Subyektif:
1) Mengekpresikan perasaan kesendirian
2) Mengekpresikan perasaan penolakan
3) Minat tidak sesuai dengan umur perkembangan
4) Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat
5) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
6) Ekspresi nilai sesuai dengan sub kultur tetapi tidak sesuai dengan kelompok
kultur dominant
7) Ekspresi peminatan tidak sesuai dengan umur perkembangan
8) Mengekpresikan perasaan berbeda dari orang lain
9) Tidak merasa aman di masyarakat
4. Rentang Respon Sosial
Adapun rentang sosial dari adaptif sampai terjadi respon yang maladaptif (Stuart &
Sundeen, 2006), yaitu :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Tergantung Narcissisme
Saling tergantung
Gambar 1. Rentang respon sosial

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang
dapat diterima oleh norma-norma masyarakat.

Menurut Sujono & Teguh (2009) respon adaptif meliputi :


a. Solitude atau menyendiri
Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi atau
dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.
b. Autonomy atau otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial.Individu mampu menetapkan untuk interdependen
dan pengaturan diri.
c. Mutuality atau kebersamaan
Kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan menerima
dalam hubungan interpersonal.
d. Interdependen atau saling ketergantungan
Suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan
cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat. Menurut
Sujono & Teguh (2009) respon maladaptif tersebut adalah :
b. Manipulasi
Gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai obyek,
hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan
terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang
lain.
c. Impulsif
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak dapat
diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu untuk belajar
dari pengalaman dan miskin penilaian.
d. Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris, harga
diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah marah
jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
Sedangkan gangguan hubungan sosial yang sering terjadi pada rentang respon
maladaptif (Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :
a. Menarik diri: individu menemukan kesulitan dalam membina hubungan dengan
orang lain.
b. Tergantung (dependen): individu sangat tergantung dengan orang lain, individu
gagal mengembangkan rasa percaya diri.
c. Manipulasi: Individu tidak dapat dekat dengan orang lain, orang lain hanya sebagai
objek.
d. Curiga: tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain dan lingkungan.
5. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Haloperidol (HPD)
a) Indikasi, Berdaya berat dalam kemampuan, menilai realitas dalam fungsi
internal serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja, Obat anti psikosi dalam memblokade dopamine pada
reseptor pasca sinoptik neuron di otak khususnya system limbik dan
system ekstra piramidal.
c) Efek samping, Sedasi gangguan otonomik, gangguan endokrin.
d) Kontrak indikasi, Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, dan kelainan
jantung.
2) Trihexipenidyl (THP)
a) Indikasi, Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca encephalitis
dan idiopatik
b) Mekanisme kerja, Sinergis dengan kinidine, obat anti depresi dan anti
kolinergik lainnya.
c) Efek samping, Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah,
binggung, takikardi, retensi urine.
d) Kontra indikasi, Hipersensitif terhadap trihexipenidyl, psikosis berat,
psikoneurosis, dan obstruksi saluran cerna.
3) Risperidone
a) Indikasi, Untuk skizofreniaakut dan kronik, keadaan psikotik lain dengan
gejala (halusinasi, delusi, curiga, gangguan emosi) atau mengurangi
gejala afektif berhubungan dengan skizofrenia.
b) Efek samping, Insomnia, agitasi, cemas, sakit kepala, somnolen, lelah,
takikardi.
c) Kontra indikasi, Hipotensi, penyakit ginjal, lanjut usia, Parkinson,
epilepsi.
b. Terapi somatic
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan
jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif
dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun
yang diberikan perlakuan fisik adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah
perlakuan klien. Jenis terapi somatik adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi,
dan fototerapi
c. Pengikatan
Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik
pada klien sendiri atau orang lain.
d. Terapi Kejang Listrik/Elektro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang (Grandmal)
dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2-3 joule) melalui electrode
yang ditempelkan di bebrapa titik pada pelipis kiri/kanan (lobus  frontalis) klien.
e. Isolasi
Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri di ruangan
tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi klien, orang lain, dan
lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi.
f. Fototerapi
Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien pada sinar
terang 5-10 x lebih terang daripada sinar ruangan dengan posisi klien duduk, mata
terbuka, pada jarak 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi mata.
g. Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku yang maladaptif
menjadi perilaku adaptif. Jenis-jenis terapi modalitas antara lain:
1) Aktifitas Kelompok
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi yang
didasarkan pada pembelajaran hubungan interpersonal. Fokus terapi aktifitas
kelompok adalah membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan
interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.
2) Terapi keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan
langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga
agar mampu melakukan lima tugas kesehatan yaitu mengenal masalah
kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada
anggota keluarga yang sehat, menciptakan lingkungan yang sehat, dan
menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat.
h. Terapi Rehabilitasi
Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau
berdiri sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.
i. Terapi Psikodrama
Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien
dalam suatu drama. Drama ini memberi kesempatan pada klien untuk menyadari
perasaan, pikiran, dan perilakunya yang mempengaruhi orang lain.
j. Terapi Lingkungan
Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan
gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh
terhadap proses penyembuhan. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik,
dan multidisipliner.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA KLIEN


DENGAN MENARIK DIRI
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tangggal
MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien. Sering
ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat
adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi. Keluhan biasanya berupa
menyendiri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam
diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari –
hari, tergantung pada orang lain.
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yakni keturunan,
endokrin, metabolisme, ssp, dan kelemahan ego. Kehilangan, perpisahan, penolakan
orang tua harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan
dari kelompok sebaya: perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba
misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan
malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh kkn, dipenjara tiba –
tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri
sendiri yang berlangsung lama.
d. Aspek Fisik/ biologi
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhan fisik
yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
1) Genogram
Orang tua menderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16 %
skizofrenia,bila keduanya menderita 40-68%,saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8
%,saudara kembar 2-15 %,dan saudara kandung 7-15 %.
2) Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
mempengaruhi konsep diri pasien.
a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua,
putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya: mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
3) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun,dan
berdiam diri.
4) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran keinginan beraktivitas.
5) Status mental
a) Penampilan diri
Pasien terlihat lesu, tidak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju tidak
tepat, resleting tak terkunci, baju tak dikancing, baju terbalik sebagai
manifestasi kemunduran kemauan pasien .
b) Pembicaraan
Nada suara rendah,lambat,kurang bicara,apatis.
c) Aktivitas motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan
pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).
d) Emosi
Emosi dangkal
e) Afek
Tumpul, tak ada ekspresi muka
f) Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan
bicara, diam.
g) Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham
h) Proses berpikir
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan
i) Kesadaran
Kesadaran berubah,kemauan mengadakan hubungan serta pembatasan dengan
dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan
kenyataan (secara kualitatif)
j) Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu dan orang.
k) Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan, selalu memberikan alasan meskipun tidak jelas dan tidak tepat.
l) Tilik diri
Tidak ada yang khas.
6) Kebutuhan sehari-hari
Pada permulaaan, penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya,
makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk
memenuhi kebutuhan sendiri sangat menurun dalam hal makan, BAB/BAK,
mandi, berpakaian, dan istirahat tidur.
2. Pohon Masalah

Effect Resiko Perilaku Kekerasan

Core Problem Isolasi Sosial : Menarik diri

Cause Gangguan konsep diri : harga diri rendah


Masalah keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Kerusakan interaksi sosial: menarik diri.
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Data yang perlu dikaji:


Data objektif: klien hanya mengatakan ya dan tidak
Data objektif:
a. Gangguan pola makan: tidak ada nafsu makan/minum berlebihan.
b. Berat badan menurun/meningkat drastis
c. Kemunduran kesehatan fisik
d. Tidur berlebihan
e. Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.
f. Banyak tidur siang, kurang bergairah, tidak memperdulikan lingkungan.
g. Aktivitas menurun, mondar-mandir/ sikap mematung, mekakukan gerakan secara
berulang (jalan mondar-mandir).
h. Menurunnya kegiatan seksual.
i. Kurang responsif dan minat terhadap orang lain.
j. Kegagalan untuk membina suatu hubungan.
k. Kurangnya kontak mata.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan : (effect)
b. Kerusakan interaksi social : menarik diri ( core problem )
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah ( cause )
4. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial : menarik diri

Hari/ Diagnosa Perencanaan


Tgl keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi

Isolasi sosial TUM: Setelah…x menit pertemuan Intervensi Rasional


Setelah… x menit klien mampu membina
klien dapat hubungan saling percaya
berinteraksi dengan perawat
dengan orang lain
TUK 1: 1. Klien dapat 1. Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
Klien dapat mengungkapkan perasaan percaya dengan merupakan langkah awal
membina dan keberadaannya secara menggunakan prinsip untuk menentukan
hubungan saling verbal komunikasi terapeutik keberhasilan rencana
percaya (BHSP) a. Klien mau menjawab a. Sapa klien dengan selanjutnya
salam ramah, baik verbal
b. Klien mau berjabat maupun norverbal
tangan b. Perkenalkan diri
c. Mau menjawab dengan sopan
pertanyaan c. Tanyakan nama
d. Ada kontak mata lengkap dan nama
e. Klien mau duduk panggilan yang disukai
berdampingan dengan pasien
perawat d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan tepati janji
f. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien
apa adanya
g. Beri perhatian pada
klien dan perhatikan
kebutuhan klien
TUK 2 Klien dapat menyebutkan 1. Berikan kesempatan Dengan mengungkapkan
Klien dapat penyebab isolasi sosial yang kepada klien untuk perasaan, bisa mengetahui
menyebutkan berasal dari: mengungkapkan penyebab isolasi sosial
penyebab isolasi a. Diri sendiri perasaan penyebab
sosial b. Orang lain isolasi sosial atahu tidak
c. Lingkungan mau bergaul.
2. Diskusikan bersama
klien tentang perilaku
menarik diri, tanda dan
gejala.
3. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
TUK 3 Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien Reinforment dapat
Klien dapat keuntungan berhubungan tentang keuntungan dan meningkatkan harga diri
menyebutkan dengan orang lain, misalnya manfaat bergaul dengan
keuntungan banyak teman, tidak sendiri orang lain
berhubungan dan bisa diskusi 2. Beri kesempatan kepada
dengan orang lain klien untuk
dan kerugian tidak mengungkapkan
berhubungan perasaannya tentang
dengan orang lain keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3. Diskusikan bersama
klien tentang manfaat
berhubungan dengan
orang lain
4. Kaji pengetahuan klien
tentang kerugian bila
tidak berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan
klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama
klien tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforCment
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
TUK 4: Klien dapat menyebutkan 1. Kaji kemampuan klien Mengetahui sejauh mana
Klien dapat kerugian tidak berhubungan membina hubungan pengetahuan klien tentang
melaksanakan dengan orang lain misalnya dengan orang lain berhubungan dengan orang
hubungan sosial sendiri, tidak punya teman dan Dorong dan bantu klien lain.
secara bertahap sepi untuk berhubungan
dengan orang lain
melalui:
a. Klien-perawat
b. Klien-perawat-
perawat lain
c. Klien-perawat-
perawat lain- klien
lain
d. Klien-kelompok
kecil
2. Bantu klien
mengevaluasi manfaat
berhubungan dengan
orang lain
3. Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
bersama klien dalam
mengisi waktu
4. Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan
terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
5. Beri reinforcement atas
kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan
TUK 5 Klien dapat 1. Dorong klien untuk Agar klien lebih percaya diri
Klien dapat mendemonstrasikan hubungan mengungkapkan untuk berhubungan dengan
mengungkapkan dengan orang lain perasaannya bila orang lain.
perasaannya a. klien-perawat berhubungan dengan Mengetahui sejauh mana
setelah b. klien-perawat-perawat lain orang lain pengetahuan klien tentang
berhubungan c. klien-perawat-perawat lain- 2. Diskusikan dengan klien kerugian bila tidak
dengan orang lain klien lain manfaat berhubungan berhubungan dengan orang
d. klien-kelompok kecil dengan orang lain lain
3. Beri reinforCment
positif atas kemampuan
klien mengungkapkan
perasaan manfaat
berhubungan dengan
orang lain
TUK 6 Klien dapat mengungkapkan 1. BHSP dengan keluarga Agar klien lebih percaya diri
Klien dapat perasaan setelah berhubungan a. Salam, perkenalkan dan tahu akibat tidak
memberdayakan dengan orang lain untuk: diri berhubungan dengan orang
sistem pendukung a. Diri sendiri b. Sampaikan tujuan lain.
atahu keluarga b. Orang lain c. Membuat kontrak
atahu keluarga d. Explorasi perasaan Mengetahui sejauh mana
mampu Keluarga dapat: keluarga pengetahuan tentang
mengembangkan a. Menjelaskan 2. Diskusikan dengan membina hubungan dengan
kemampuan klien perasaannya anggota keluarga orang lain.
untuk b. Menjelaskan cara tentang:
berhubungan merawat klien menarik a. Perilaku menarik diri Klien mungkin dapat
dengan orang lain. diri b. Penyebab perilaku mengoobati perasaan tidak
c. Mendemonstrasikan menarik diri nyaman, bimbang karena
cara perawatan klien c. Cara keluarga memulai hubungan dengan
menarik diri menghadapi klien orang lain.
d. Berpartisipasi dalam yang sedang menarik Reinforceiment dapat
perawatan klien diri. meningkatkan kepercayaan
menarik diri. 3. Dorong anggota diri klien.
keluarga untuk
memberikan dukungan Dengan dukungan keluarga,
kepada klien klien akan merasa
berkomunikasi dengan diperhatikan.
klien berkomunikasi
dengan orang lain.
4. Anjurkan anggota
keluarga untuk secara
rutin dan bergantian
mengunjungi klien
secara bergantian
minimal 1x seminggu.
5. Beri reinforceiment atas
hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga.
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan isolasi social: menarik diri

Isolasi social
SP 1 PASIEN SP 1 KELUARGA
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi social 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
2. Berdikusi dengan pasien tentang manfaat berinteraksi dengan orang lain pasien.
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang 2. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala isolasi social yang dialami
lain pasien beserta proses terjadinya.
4. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan isolasi social
dengan orang lain dalam kegiatan harian

SP 2 PASIEN SP 2 KELUARGA
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat pasien dengan isolasi
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempratikan cara berkenalan social.
dengan satu orang 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung pada pasien
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berkenalan dengan orang lain isolasi sosial
sebagian salah satu kegiatan harian

SP 3 PASIEN SP 3 KELUARGA
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk
2. Memberikan kesempatan kepada pasien berkenalan dengan dua orang atau minum obat (perencanaan pulang)
lebih 2. Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah pulang.
3. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

5. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang sudah dirumuskan.
6. Evaluasi
Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien menarik diri serta kemampuan perawat dalam
merawat pasien dengan menarik diri
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis. Jakarta : EGC.

Keliat,Budi Ana. 2006. Proses keperawatan kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta, EGC

RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang, 2007. Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan
Jiwa RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Magelang

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima
Medika.

Stuart & Sundeen, 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC

Sujono & Teguh , 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai