Oleh :
1. DWI NYONO NIM 2011011
2. LALU A. FIRDAUS NIM 2011016
A. Latar Belakang
Setiap individu mempunyai potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial pada berbagai
tingkat hubungan yaitu dari hubungan intim bisa saling berhubungan, keintiman dan saling
ketergantungan dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan setiap hari. Individu
tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya hubungan dengan
lingkungan sosial. Oleh karena itu individu perlu membina hubungan interpersonal yang
memuaskan.
Kepuasan hubungan dapat dicapai jika individu terlibat secara aktif dalam proses
berhubungan. Peran serta yang tinggi dalam hubungan disertai respon lingkungan yang positif akan
meningkatkan rasa memiliki, kerja sama, hubungan timbal balik yang sinkron. Peran serta
dalamproses hubungan dapat berfluktuasi sepanjang rentang tergantung (dependen) dan mandiri
(independen), artinya suatu saat individu tergantung pada orang lain dan suatu saat orang lain
tergantung pada individu. Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidak puasan individu
terhadap proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta, respon lingkungan
yang negatif.Kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak percaya diri dan keinginan untuk
menghindar dari orang lain. Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah gangguan berhubungan
dengan orang lain
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2013, terdapat sekitar 450 juta
orang di dunia mengalami gangguan jiwa yang terdiri dari 150 juta mengalami depresi, 90 juta
mengalami gangguan zat dan alkohol, 38 juta epilepsi, 25 juta mengalami skizofrenia serta 1 juta
melakukan bunuh diri setiap tahun. Sedangkan menurut WHO (2016), sekitar 35 juta orang terkena
depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Berdasarkan data tersebut, jumlah penderita depresi di tahun 2013 sebanyak 150 juta jiwa
sedangkan pada tahun 2016 berjumlah 35 juta. Hal ini menunjukkan jumlah penderita depresi
bertambah sebesar 115 juta penderita. Bukan hanya jumlah penderita depresi saja yang
turun, melainkan jumlah penderita skizofrenia juga mengalami penurunan dari tahun 2013
hingga 2016 dengan angka sebanyak 4 juta jiwa. (http://www.depkes.go.id)
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini antara lain adalah :
1. Mengetahui definisi dari isolasi sosial
2. Mengetahui rentang respon Sosial
3. Mengetahui penyebab isolasi sosial
4. Mengetahui tanda gejala isolasi sosial
5. Mengetahui mekanisme koping isolasi diri
6. Mengetahui proses asuhan keperawatan isolasi diri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan diterima sebagai
ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negative atau mengancam (Towsent alih
bahasa,Daulima,1998).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu kebutuhan atau
mengharapakan untuk melibatakan orang lain, akan tetapi tidak dapat membuat hubungan tersebut
(Carpenito,1995).
Gangguan hubungan sosial adalah suatu kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku
yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosialnya (Depkes,1994).
Menarik diri adalah suatu usaha seseorang untuk menghindari interaksi dengan lingkungan
sosial atau orang lain, merasa kehilangan kedekatan dengan orang lain dan tidak bisa berbagi
pikiranya dan perasaanya (Rawlins,1993).
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian
yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam
dirinya (Townsend, M.C, 1998 : 52).
B. Rentang Respon Sosial
Rentang Respon Sosial
Evaluasi yang dapat dicapai dari hasil tindakan keperawatan pada masalah keperawatan
isolasi sosial adalah hubungan saling percaya antara perawat dan klien, klien dapat dapat
menyebutkan penyebab Isolasi Sosial, menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang
lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain. Klien dapat mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang. Klien dapat memperaktekkan cara berkenalan dengan dua orang,
klien dapat memasukkan kegiatan kedalam jadwal harian apa yang sudah diajarkan dan dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 6. Jakarta:EGC.
Keliat, Budi Ana, (2005), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : Penerbit Buku.
Kedokteran EGC
Stuart, Gail. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5, Jakarta : EGC