Respon konsep diri sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari setatus
aktualisasi diri yang paling adaktif sampai status kerancuan identitas serta
depersonalisasi yang lebih maladatif (Stuard, 2013)
I--------------------------------------I--------------------------------------I
Menyendiri Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narsisme
Saling bergantungan
Respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri
yaitu adaptif dan maladaptive
a. Respon Adaptif: respon individu menyelesaikan suatu hal dengan cara yang dapat
diterima oleh norma-norma masyarakat. Respons ini meliputi:
Menurut Stuart & Sundeen 2013 Isolasi sosial sering disebabkan oleh karena
kurangnya rasa percaya pada orang lain, perasaan panik, sulit berinteraksi serta
memiliki rasa takut. Ada beberapa faktor yang dapat menyebebkan isolasi sosial.
a. Faktor Predisposisi
b. Faktor Presipitasi
3) Faktor sosial: Manusia merupakan makluk sosial yang saling bergantung satu
sama lain. Kehidupan kolektif atau kebersamaan berperan dalam pengambilan
keputusan, pembelajaran, pengalaman. Dengan begitu, dapat disimpulkan
bahwa faktor sosial berpengaruh dalam menilai stressor (Luth Ketut Suryani,
2005).
Adapun tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditermukan sebagai berikut:
b. Represi adalah perasaan dan pikiran yang tidak dapat diterima secara sadar
dibendung supaya jangan tiba di kesadaran
7. Penatalaksanaan
Menurut (Dermawan 2013 dalam Putra 2022). penatalaksaan isolasi sosial sebagai
berikut:
a. Terapi farmakologi
1) Clorpromazine (CPZ): Obat ini digunakan pada pasien yang tidak mampu
dalam menilai realistis, kesadaran diri terganggu, serta ketidakmampuan
dalam fungsi mental.
2) Haloperizol (HP): Obat ini digunakan untuk mengobati pasien yang tidak
mampu menilai realita.
1) Terapi individu: Pada pasien isolasi sosial dapat diberikan dengan strategi
pelaksanaan atau SP.
Prinsip tindakan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial sebagai berikut:
1. Pengkajian
a. Identitas: Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggan MRS, tanggal pengkajian, no rekam medic, diagnosa medis dan alamat
klien
d. Pemeriksaan fisik: Kaji dan observasi tanda-tanda vital pasien yaitu tekanan
darah, nadi, pernafasan dan suhu. Ukur tinggi badan berat badan pasien. Dan
Tanyakan apakah ada keluhan fisik.
e. Psikososial
2) Konsep diri
c) Peran diri: Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
e) Harga diri: Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai
diri, dan kurang percaya diri
f. Status Mental: Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata
kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan Kamar mandi
dan jamban, merapihkan pakaian.
4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas didalam dan
diluar rumah
h. Mekanisme koping: Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau
menceritakannya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping
menarik diri).
j. Aspek medis: Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi farmakologi
psikomotor, terapi okopasional, TAK, dan rehabilitas.
3. Pohon Masalah
4. Diagnosa Keperawatan
5. Perencanaan Keperawatan
7. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutkan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan kepada klien. Evaluasi terdiri dari dua jenis yaitu, evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dari
hasil rencana keperawatan yang telah dilaksanakan. Sementara evaluasi sumatif
merupakan evaluasi setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan
yang bertujuan untuk menilai pencapaian dalam memberikan asuhan keperawatan
(Purba, 2019). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP.
Data hasil evaluasi akan menunjukkan keberhasilan tindakan indikator keberhasilan
tindakan pada diagnosa isolasi sosial: menarik diri yang ditinjau dari kriteria dapat
membina hubungan saling percaya, dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial, dapat
menyebutkan keuntungan dan kerugian dalam berinteraksi, dan dapat melakukan
hubungan sosial secara bertahap
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, F. N., Hamid, A. Y. S., & Wardani, I. Y. (2017). Respon Sosial dan Kemampuan
Sosialisasi Pasien Isolasi Sosial melalui Manajemen Kasus Spesialis Keperawatan
Jiwa. Media Ilmu Kesehatan, Vol. 6 No.2, 91-100.
PUTRA, S. T. A., Nugroho, N., Pardosi, S., & Asmawati, A. (2022). Asuhan Keperawatan
Jiwa Dengan Pemenuhan Kebutuhan Psikososial Pada Tn. S & Tn. J Pasien Isolasi
Sosial Di Ruang Murai Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu Tahun
2022 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Bengkulu).