Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN ISOS

Disusun Oleh :

YAYASAN PENDIDIKAN NASIONAL

AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA


Jalan Batas II No. 54, Kel. Baru, Kec. Pasar Rebo, Jakarta Timur

I. PENGERTIAN

Hubungan sosial adalah hubungan untuk menjalin kerjasama dan ketergantungan


dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1998).
Sedangkan kerusakkan interaksi sosial adalah suatu kerusakkan interpersonal yang
terjadi akibat kepribadiuan yang tidak flesibel yang menimbulkan perilaku maladaptif yang
mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial (Depkes RI, 2002 :114).

Menurut Townsend (1998) pengertian kerusakan sosial adalah suatu keadaan seseorang
berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif. Klien
yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam ber interaksi dengan
orang lain yang salah satunya mengarah pada perilaku menarik diri.

Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari dari interaksi dengan
orang lain. Individu marasa dirinya kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran prestasi, atau kegagalan . ia kesulian untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain  (Balitbang, 2007). 

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2012)

Menarik diri adalah suatu sikap dimana individu menghindari dari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain (RSJ, 1996).

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Damaiyanti,
2008)

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu
fungsi seseorang dalam dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000)

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat, 2001)

II. PROSES TERJADI

Menurut Prabowo (2014), terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi
dan presipitasi diantaranya :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus
dilalui individu dengan sukses agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Apabila tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial maladaptif. (Damaiyanti, 2012)
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang
cacat, dan penderita penyakit kronis.
4) Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negative dan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi
yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan diluar keluarga.

b. Faktor Presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor keluarga
seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti
dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhanketergantungan
dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.

Menurut Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego


tidak dapat menahan Purba, dkk. (2008) strategi koping digunakan pasien sebagai
usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-masing tingkah laku
adalah sebagai berikut:
 Tingkah laku curiga: proyeksi
 Dependency: reaksi formasi
 Menarik diri: regrasi, depresi, dan isolasi
 Curiga, waham, halusinasi: proyeksi, denial
 Manipulatif: regrasi, represi, isolasi
 Skizoprenia: displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, represi dan
regrasi.
3) Stressor Biokimia
a) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta
tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan
dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim
yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia.
c) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh
dopamin. Hypertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon
adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
d) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik
diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah stuktur sel-sel otak.
III. KOMPLIKASI

Menurut Dalami (2009) klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam
perjalanan dan tingkah laku masa lalu primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko
gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta lingkungan
dan penurunan aktivitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri.

Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko perubahan
sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang
maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/
rangsangan eksternal. Isolasi sosial apabila tidak ditangani secara komprehensif melalui
asuhan keperawatan dan terapi medik maka keadaan tersebut akan berlanjut menjadi :

a. Asupan makanan dan minum klien terganggu.


b. Klien kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
c. Aktivitas klien menurun.
d. Defisit perawatan diri dan curiga.
e. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
f. Halusinasi.

IV. RENTANG RESPOND

Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina
hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling tergantung yang
merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.

a. Respon Adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang umum berlaku dan
lazim dilakukan oleh semua orang respon ini meliputi:

1. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.
2. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam berhubungan sosial.
3. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk
saling memberi dan menerima.
4. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam
rangka membina hubungan interpersonal.

b. Respon Maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah


yangmenyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum berlaku
dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:

1. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
2. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain.
3. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan
rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan hubungan sosial jenis ini
orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau
tujuan, bukan orang lain.
4. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri.
5. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar
dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
6. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu berusaha
untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus, sikapnya
egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
Rentang Respon Neurologis

Respon Adaptif                    Respon maladaptif

-     Pikiran logis               - Pikiran kadang menyimpang            - Kelainan pikiran

-        Persepsi akurat            - Ilusi                                               - Halusinasi

-        Emosi konsisten          - Reaksi emosional berlebihan        - Ketidaktaraturan

-        Perilaku sesuai       - Perilaku ganjil atau lazim               - Isolasi sosial

-        Hubungan sosial          - Menarik diri                                    

Rentang Respon

Adaptif                                   Psikososial                               Maladaptif

–    Menyendiri                             -  Merasa sendiri                       -   Menarik diri

–    Otonomi                                 -  Depedensi                              -   Ketergantungan

–    Bekerjasama                           - Curiga                                    -   Manipulasi

–    Interdependen                                                                        -  Curiga

V. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

1. PENGKAJIAN

Pengkajian meliputi Pengumpilan data, analisa data, diagnosa  keperawatan


berdasarkan prioritas masalah.

a. Pengumpulan data
data ini didapat melalui wawancara kepada klien dan keluarga, pengumpulan data ini
mencakup :
 Identitas klien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, status mental, suku bangsa, alamat, nomer medrek, ruang rawat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
 Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin,  pendidikan, pekerjaan,
agama, hubungan dengan klien, alamat.
b. Faktor predisposisi, yang terdiri dari data berikut ini :
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan factor kontribusi pada
gangguan atau masalah konsep diri.Meliputi penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis. 

2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran


Adalah streotipik peran seks, tuntutan peran kerja, dan harapan peran
kultural.Peran sesuai dengan jenis kelamin, konflik oerandan peran yang tidak
sesuai muncul dari factor biologis.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan kurang percaya
diri pada anak, teman sebaya merupakan factor lain yang mempengaruhi
identitas.Ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya dan
perubahan  dalam struktur social.
4) Faktor tumbuh kembang
Pada dasarnya kemampuan hubungan sosisal berkembang sesuai dengan
tumbuh kembang individu mulai dari dalam kandungan sampai dewasa lanjut.
Untuk mengembangkan hubungan social yang positif setiap tugas perkembangan
harus dilalui dengan sukses. Bila salah satu tugas perkembangan tidak terpenuhi
maka akan mengahambat tahap perkembangan berikutnya. Kemampuan berperan
serta dalam proses hubungan diawali dengan kemampuan berperan serta dalam
proses hubungan diawali dengan kemampuan  tergantung pada masa bayi dan
perkembangan pada masa dewasa dengan kemampuan saling ketergantungan.
5) Faktor sosial budaya
Nilai-nilai, norma-norma , adat dan kebiasaan yang ada dan sudah menjadi
suatu budaya dalam masyarakat merupakan tantangan antara budaya dan keadaan
social dengan nilai-nilai yang dianut.
6) Faktor Biologis
Faktor Biologis juga merupakan salah satu factor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan social. Organ tubuh yang jelas dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan social adalah otak. Sebagai contoh : pada klien
skizoprenia yang mengalami masalah dalam hubungan social terdapat struktur
yang abnormal pada otak seperti atropi otak, perubahan ukuran dan sel-sel dalam
limbic dan daerah kortikal.

c. Faktor Presipitasi
1) Faktor Ekstrenal
Contohnya adalah sterssor social budaya, yaitu sress yang di timbulkan oleh
faktor social budaya yang antatra lain adalah keluarga.
2) Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu sres terjadi akibat ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu
untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan  untuk  berpisah
dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan ketergantungan
individu.

d. Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup semua system yang ada hubungannya dengan klien
depresi berat di dapatkan pada system integumen klien tampak kotor, kulit lengket di
karenakan kurang perhatian terhadap perawatan dirinya bahkan gangguan aspek dan
kondisi klien

e. Status Mental
1) Penampilan
Biasanya pada pasien menarik diri klien tidak terlalu memperhatikan
penampilan, biasanya penampilan tidak rapi, cara berpakaian tidak seperti
biasanya (tidak tepat).
2) Pembicaraan
Cara berpakaian biasanya di gambarkan dalam frekuensi, volume dan
karakteristik. Frekuansi merujuk pada kecepatan pasien berbicara dan volume di
ukur dengan berapa keras pasien berbicara. Observasi frekuensi cepat atau
lambat, volume keras atau lambat, jumlah sedikit, membisu, dan di tekan,
karakteristik gagap atau kata-kata bersambungan.
3) Aktifitas Motorik
Aktifitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik pasien. Tingkat aktifitas :
letargik, tegang, gelisah atau agitasi. Jenis aktifitas : seringai atau tremor.
Gerakan tubuh yang berlebihan mungkin ada hubunganya dengan ansietas, mania
atau penyalahgunaan stimulan. Gerakan motorik yang berulang atau kompulsif
bisa merupakan kelainan obsesif kompulsif.
4) Alam Perasaan
Alam perasaan merupakan laporan diri pasien tentang status emosional dan
cerminan situasi kehidupan pasien. Alam perasaan dapat di evaluasi dengan
menanyakan pertanyaan yang sederhana dan tidak mengarah seperti “bagaimana
perasaan anda hari ini” apakah pasien menjawab bahwa ia merasa sedih, takut,
putus asa, sangat gembira atau ansietas (cemas).
5) Afek
Afek adalah nada emosi yang kuat pada pasien yang dapat di observasi oleh
perawat selama wawancara. Afek dapat di gambarkan dalam istilah sebagai
berikut : batasan, durasi, intensitas, dan ketepatan. Afek yang labil sering terlihat
pada mania, dan afek yang datar,tidak selaras sering tampak pada skizofrenia.
6) Persepsi
Ada dua jenis utama masalah perceptual : halusinasi dan ilusi. Halusinasi di
definisikan sebagai kesan atau pengalaman  sensori yang salah. Ilusi adalah
persepsi atau respon yang salah terhadap stimulus sensori. Halusinasi perintah
adalah yang menyuruh pasien melakukan sesuatu seperti membunuh dirinya
sendiri, dan melukai diri sendiri.
7) Interaksi selama wawancara
Interaksi menguraikan bagaimana pasien berhubungan dengan perawat.
Apakah pasien bersikap bermusuhan,tidak kooperatif, mudah tersinggung,
berhati-hati, apatis, defensive,curiga atau sedatif.
8) Proses piker
Proses pikir merujuk “ bagaimana” ekspresi diri pasien  proses diri pasien di
observasi melalui kemampuan berbicaranya. Pengkajian dilakukan lebih pada
pola atas bentuk verbalisasi dari pada isinya
9) Isi Pikir
Isi pikir mengacu pada arti spesifik yang di ekspresikan dalam komunikasi
pasien. Merujuk pada apa yang di pikirkan pasien walaupun pasien mungkin
berbicara mengenai berbagai subjek selama wawancara, beberapa area isi harus di
catat dalam pemeriksaan status mental. Mungkin bersifat kompleks  dan sering di
sembunyikan oleh pasien.
10) Tingkat Kesadaran
Pemeriksaan status mental secara rutin mengkaji orientasi pasien terhadap
situasi terakhir. Berbagai istilah dapat di gunakan untuk menguraikan tingkat
kesadaran pasien seperti bingung, tersedasi atau stupor.
11) Memori
Pemeriksaan status mental dapat memberikan saringan yang cepat tehadap
masalah-masalah memori yang potensial tetapi bukan merupakan jawaban
definitive apakah terdapat kerusakan yang sfesifik. Pengkajian neurologis di
perlukan untuk menguraikan sifat dan keparahan kerusakan memori. Memori di
definisikan sebagai kemampuan untuk mengingat pengalaman lalu.
12) Tingkat konsentrasi dan kalkulasi
Konsentrasi adalah kemampuan pasien untuk memperhatikan selama jalannya
wawancara. Kalkulasi  adalah kemampuan pasien untuk mengerjakan hitungan
sederhana.
13) Penilaian
Penilaian melibatkan perbuatan keputusan yang konstruktif dan adaftif
termasuk kemampuan untuk mengerti fakta dan menarik kesimpulan dari
hubungan
14) Daya titik diri
Penghayatan merujuk pada pemahaman pasien tentang sifat penyakit. Penting
bagi perawat untuk menetapkan apakah pasien menerima atau  mengingkari
penyakitnya.

f. Psikososial dan spiritual

1) Gambaran Diri : kumpulan dari sikap individu yang di sadari dan tidak disadari
terhadap tbuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan
tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi yang berkesinambungan
dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru.
2) Ideal diri : persepsi individu tentang bagaimana dia harus berprilaku berdasarkan
standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personel tertentu.
3) Harga diri : penilaian individu tentang personal yang di peroleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri
ynag tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa
syarat, walaupun melakukan kesalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga.
4) Penampilan peran : serangkaian pola prilaku yang diharapkan oleh lingkungan
social berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok social. Peran
yang di tetapakan adalah peran diman seseorang tidak mempunyai pilihan, peran
yang di terima adalah peran yang tepilih atau yang dipilih oleh individu.
5) Identitas personal : pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
Mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang
pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
6) Spiritual : Nilai dan keyakinan klien, pandangan dan keyakian klien terhadapa
gangguan jiwa sesuai dengan norma dan agama yang dianut pandangan
masyarakat setempat tentang gangguan jiwa. Kegiatan ibadah : kegiatan di rumah
secara individu atau kelompok.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pohon masalah

Risiko Gangguan Persepsi Sensori


Halusinasi
Effect

Isolasi Sosial: menarik diri


Core Problem

Gangguan Konsep Diri


Harga Diri Rendah
Causa
Diagnosa keperawatan yang akan muncul adalah :

1) Isolasi sosial: menarik diri


2) Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
3) Gangguan konsep diri: harga diri rendah

3. PERENCANAAN

Diagnosa 1           : Isolasi sosial: menarik diri

Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi 
halusinasi

Tujuan Khusus  :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji\
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Tindakan:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain, dengan cara :
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain.
2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
c. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain, dengan cara :
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang
lain
2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan social


Tindakan:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
 Klien – Perawat
 Klien – Perawat – Perawat lain
 Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
 K – Keluarga atau kelompok masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain


Tindakan:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang
lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
b. Salam, perkenalan diri
c. Jelaskan tujuan
d. Buat kontrak
e. Eksplorasi perasaan klien
f. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1) Perilaku menarik diri
2) Penyebab perilaku menarik diri
3) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
g. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
h. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
satu kali seminggu
i. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

FOKUS INTERVENSI PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL

Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang – bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
satuorang
2. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang – bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian

SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih
3. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga

SP 1
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi social

SP 2
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi social

SP 3
1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas dirumah termasuk minum obat
( Discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Diagnosa 2 : Perubahan Sensori Persepsi Halusinasi

Tujuan umum    : Klien Tidak Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain Dan Lingkungan

Tujuan khusus   :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
8) Klien dapat mengenal halusinasinya
b. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
c. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman
bicara
d. Bantu klien mengenal halusinasinya, dengan cara:
1) Tanyakan apakah ada suara yang didengar
2) Apa yang dikatakan halusinasinya
3) Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri
tidak mendengarnya.
4) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
e. Diskusikan dengan klien :
1) Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
f. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri kesempatan klien  mengungkapkan perasaannya

2. Klien dapat mengontrol halusinasinya


Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
1) Katakan “ saya tidak mau dengar”
2) Menemui orang lain
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4) Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
d. Bantu  klien memilih  dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
f.  Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi

3. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya


Tindakan :
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
1) Gejala halusinasi yang dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain

4. Klien memanfaatkan obat dengan baik


Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum
obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum
obat yang dirasaka
d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa 3         : Harga Diri Rendah

Tujuan Umum    : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

Tujuan khusus    :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan  dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negative
c. Utamakan memberikan pujian yang realistic

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan


Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki
Tindakan:
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
1) Kegiatan mandiri
2) Kegiatan dengan bantuan sebagian
3) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya


Tindakan:
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah   direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien.
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan:
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

4. PELAKSANAAN

Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) dapat dilakukan untuk pasien isolasi social adalah
TAK sosialisasi yang terdiri dari 7 sesi, meliputi :

a. Sesi 1         : Kemampuan memperkenalkan diri


b. Sesi 2         : Kemampuan berkenalan
c. Sesi 3         : Kemampuan bercakap – cakap
d. Sesi 4         : Kemampuan bercakap – cakap topik tertentu
e. Sesi 5         : Kemampuan bercakap – cakap masalah pribadi
f. Sesi 6         : Kemampuan bekerjasama
g. Sesi 7         : Evaluasi kemampuan sosialisasi

5. EVALUASI

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai afek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakuakn terus menerus pada respon klien tehadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi 2 yaitu : Formatif dan
sumatif, Formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi sumatif dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan
dengan menggunakan SOAP.

S  : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan


A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap atau muncul masalh baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa.

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV Andi Offset

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai