Anda di halaman 1dari 19

ASKEP

HIV/AIDS
OLEH :
AYU OKTAVIANI
GITA AGUSTIN INRIANA
AGNIA QULBIAH
PUTRI AMLIA WULANDARI
RESHA NOER
DEWI NOVITA RIZKI
DATA INSIDEN HIV/AIDS
2017
Berdasarkan data dari UNAIDS,
terdapat 36,9 juta masyarakat berbagai
negara hidup bersama HIV dan AIDS
pada 2017. Dari total penderita yang
ada, 1,8 juta di antaranya adalah anak-
anak berusia di bawah 15 tahun.
Selebihnya adalah orang dewasa,
sejumlah 35,1 juta penderita. Masih
bersumber dari data tersebut, penderita
HIV/AIDS lebih banyak diderita oleh
kaum wanita, yakni sebanyak 18,2 juta
penderita. Sementara laki-laki
sebanyak 16,9 juta penderita.
Sayangnya, 25 persen di
antaranya, sekitar 9,9 juta penderita,
tidak mengetahui bahwa mereka
terserang HIV atau bahkan mengidap
AIDS.
DATA INSIDEN HIV/AIDS
2018
Jumlah kumulatif infeksi
HIV yang dilaporkan
sampai dengan Juni
2018 sebanyak 301.959
jiwa (47% dari estimasi
ODHA jumlah orang
dengan HIV AIDS tahun
2018 sebanyak 640.443
jiwa) dan paling banyak
ditemukan di kelompok
umur 25-49 tahun dan
20-24 tahun. (Prevalensi
HIV menurut WHO
2018)
DATA INSIDEN HIV/AIDS
2019
Data per Juni 2019, jumlah
penderita HIV/AIDS di
Indonesia sebanyak
349.883
Jumlah pengidap HIV/AIDS
pada 2019 meningkat 30
persen dari sebelumnya
hanya 15 persen dibanding
tahun 2018. Kini, tahun
2019, DKI Jakarta menjadi
daerah terbanyak penderita
HIV di Indonesia.
Sementara, Papua menjadi
daerah terbanyak penderita
AIDS.
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Sindrom imunodefisiensi di dapat (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) didefinisikan sebagai
bentuk paling berat dalam rangkaian penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus HIV. Definisi kasus
standar dari Centers for Disease Control and
Prevention tentang AIDS mengategorikan infeksi HIN
dan AIDS pada individu dewasa dan remaja
berdasarkan kondisi klinis yang disebabkan oleh infeksi
HIV
(Brunner & Suddarth)
4 KATEGORI STATUS
TERINFEKSI DIINDIKASIKAN

Menurut Brruner &


Suddart
1. Infeksi primer (infeksi
HIV akut/baru)
2. HIV tak bergejala (CDC
Kategori A)
3. HIV bergejala (CDC
Kategori B)
4. AIDS (CDC Kategori C)
PENYEBAB HIV/AIDS
Virus HIV menyebabkan
malfungsi T-Cell yang
melindungi tubuh dari
penyerbuan (invasi) jasad
renik. Ketika masuk suau sel,
HIV mereplikasi,
menyebabkan sel semakin
mereproduksi sel yang lebih
menginfeksi.itu juga sering
menyebabkan kematian sel.
Bagian yang paling sering
terinfeksi adalah limfosit CD4,
diikuti limfosit B-Cell dan
makrofag. Hasilnya adalah
imunodefisiensi
(Merry DiGiulio)
PATOFISIOLOGIS
Human Immunodeficiency Virus(HIV) merupakan etiologi
dari infeksi HIV/AIDS. Penderita AIDS adalahindividuyang
terinfeksi HIV dengan jumlah CD4 < 200μL meskipuntanpa
ada gejala yang terlihat atau tanpainfeksi oportunistik.HIV
ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah yang
terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu
yang terinfeksi kepada janinnya atau melalui laktasi.
Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam
keadaan provirus atau mungkin mengalami siklus-siklus
replikasi sehingga menghasikan banyak virus. Infeksi pada
limfosit CD4 juga dapat menimbulkan sitopatogenitas melalui
beragam mekanisme termasuk apoptosis (kematian sel
terprogram)anergi (pencegahan fusi sel lebih lanjut), atau
pembentukan sinsitium (fusi sel)
FAKTOR RESIKO

Menurut Brunner & Suddart


HIV ditransmisikan/ditularkan melalui
cairan tubuh oleh prilaku berisiko
tinggi seperti hubungan seksual
heteroseksual dengan pasangan
terinfeksi HIV, penggunaan obat suntik
, dan hubungan homoseksual. Orang
yang menerima tranfusi darah
terkontaminasi HIV, anak yang
dilahirka dari ibu penderita, bayi yg
disusui penderita, tenaga kesehatan
yang mengalami cedera tertusuk
jarum dengan pasien yg terinfeksi HIV.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala menyebar & dapat mempengaruhi setiap sitem organ. Manifestasi
berkisar dari abnormalitas respon imun yang sifatnya ringan tanpa diserta tanda
dan gejala yang jelas.
A. Perapasan
• Sesak, dispnea,batuk,nyeri dada, dan demam. Terkait dengan infeksi
opurtinistik
• Tuberkulosis yang berhubungan dengan HIV terjadi sejak awal proses infeksi
HIV
B. Gastrointestinal
• Kehilangan nafsu makan, mual dan muntah
• Kandidis oral
• Diare kronis
C. Sindrom Pelisutan (Kakeksia)
Malnutrisi energi, penurunan BB involunter, diare kronis, anorexia
D. Onkologi
Sarkoma kaposi (KS), Limfoma Sel-B,Kanker serviks invasif
MANIFESTASI KLINIS
E. Neurologi
• Neuropati perifer dengan beragam pola, paling serng polineuropati sensori
distal
• Ensefalopati HIV, dicirikan oleh penurunan progresif fungsi kognitif,
perilaku, dan motorik
• Cryptococcus neoformans
• Leukoensefalopati multifokal progresif (PML)
• Infeksi lain yang mengenai sistem persyarafan
• Neuropati sentral dan perifer
F. Depresif
• Bisa terjadi oleh banyak faktor sesperti riwayat peyakit, gguan
neuropsikiatik. Ditambah adanya rasa depresi, merasa bersalah dan malu
G. Integumen
• Kaposi, herpes simpleks, hasper zoster yg dpt dihubungkan dengan nyeri
• Folikulitis
MANIFESTASI KLINIS
H. Ginekologik
• Kandidasi vaginal berulang & persisten bisa jadi tanda pertama HIV
• Penyakit menular seksual ulseratif
• HPV (Human Papiloma Virus)
• Wanita pendrita10x cenderung mengalami neoplasia intraepitel, dan
memiliki insidensi peyakit radang panggul dan abnormalitas menstruasi
PENGKAJIAN & METODE
DIAGNOSTIK
Dilakukan dengan menggunkan :
• Enzim immunoassay (EIA atau ELISA)
• Western blot assay
• Tes beban virus sesperti metode amplifikasi (penggndaan target)
Selain assay antibosi HIV-1, tersedia pula teknik tambahan:
 Tes saliva OraSure
 Tes antibodi OraQuick Rapid HIV-1
PENATALAKSANAN MEDIS
 Terapi Infeksi Opurtunis
Fungsi imun harus ditingkatkan dengan memberi antiretrovirus yng
sangat aktif.
1. Pneumonia Pneumocystis
• Trimetoprim-sulfametoksazol
• Regimen trapeutik alternatif ringan smpai sedang
• Regimen trapeutik alternatif sedng sampai berat
2. Kompleks Mycobacterium Avium
• Kemoprofilaksis, jika jumlah CD 4+ kurang dari 50
• Azitromisin & Klaritromisin
• Rifabutin
3. Retinitis CMV
Valgansiklovir oral, ansiklovir IV, dlanjut valgansiklovir oral, foskarnet IV,
sidofir IV, implan gransiklovir intraokuler
HASIL HASIL

Foto sinar-X pneumonia


pada paru-paru,
disebabkan oleh
Pneumocystis jirovecii.
PENATALAKSANAN MEDIS
 Pencegahan Infeksi Opurtunistik
1. Penderita HIV dengan jumlah sel T kurang dari 200 sel/mm3 harus
mendapat kemoprofilaksis dengan TMP-SMZ
2. Profilaksis PCP dapat dihentikan pada pasin berespon terhadap HAART
dengan memperlihatkan peningktn limfosit T
 Terapi Antifdiare
Dengan oktreotid (Sandostatin) yg dpt menangani diare kronik
 Kemoterapi
1. Sarkoma Kaposi, dengan terapi radiasi efektif
2. Liimfoma
 Terapi Antidepresan
Mencakup psikoterapi yang diintegrasikan dengan farmakoterapi. Terapi
elektrokonvulsif
 Terapi Nutrisi
Diet seshat yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi paisen penting
dilakukan
1.HTTPS
://WWW.DEPKES.GO.ID/ARTICLE/VIEW/18120300001/HARI-
AIDS-SEDUNIA-MOMEN-STOP-PENULARAN-HIV-SAYA-BE
RANI-SAYA-SEHAT-.
HTML
2. HTTP://
INFOPUBLIK.ID/KATEGORI/SOSIAL-BUDAYA/390058/DATA
-JUNI-2019-PENDERITA-HIV-AIDS-DI-INDONESIA-SEBANY
AK-349-883

3. HTTPS://
WWW.MERDEKA.COM/PERISTIWA/5-DAERAH-TERBANYA
K-PENGIDAP-HIV-AIDS-DI-RI-PENULARANNYA-HARUS-SE
GERA-DITANGGULANGI.HTML

BRUNNER & SUDDARTH

Anda mungkin juga menyukai